Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT TK.II.03.05.01 DUSTIRA

3.1 Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira berdiri pada masa penjajahan Belanda
dengan nama Militaire Hospital yang didirikan pada tahun 1887 dengan
menempati areal tanah seluas 14 hektar. Pada tahun 1942-1945 waktu
pendudukan Jepang Militaire Hospital dipergunakan untuk tempat perawatan
tawanan tentara Belanda dan perawatan tentara Jepang. Pada tahun 1945-1947
setelah Jepang menyerah oleh Amerika Serikat Militaire Hospital kembali
dikuasai oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration/ Pemerintahan Sipil
Hindia Belanda) (8).

Setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia dari Pemerintahan Kerajaan


Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia, maka Militaire Hospital di
Cimahi pada tanggal 30 Mei 1950 diserahkan oleh Militer Belanda kepada TNI
(Tentara Nasional Indonesia). Perwira yang mendapat kehormatan dan
kepercayaan dari pihak Republik Indonesia untuk menerima penyerahan adalah
Letkol Dr. Rd. Kornel Singawinata (Alm) pangkat terakhir kolonel. Kemudian
Militaire Hospital menjadi Rumah Sakit Territorium III, dan Letkol Dr. Rd.
Kornel Singawinata diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Territorium III (8).

Pada tanggal 19 Mei 1956 dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun
Territorium III/ Siliwangi yang ke-10, Rumah Sakit Territorium III diberi nama
Rumah Sakit Dustira oleh Bapak Panglima Territorium III Kolonel Kawilarang
sebagai penghargaan terhadap jasa-jasa Almarhum Mayor Dr. Dustira
Prawiraamidjaya (8)

31
32

3.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Visi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira adalah Menjadi rumah sakit kebanggaan
prajurit, PNS dan keluarganya serta masyarakat umum di wilayah Kodam III/
Siliwangi yang bermutu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian.

Misi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira yaitu :


1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna
2. Memberikan dukungan kesehatan yang handal
3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah Sakit
Pendidikan.

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira menganut
nilai-nilai yang berpihak kepada kepentingan prajurit, PNS dan keluarganya serta
masyarakat umum yaitu :
1. Nondiskriminatif
Tidak ada perbedaan dalam pelayanan baik Dinas maupun Umum semuanya
memiliki kesempatan yang sama kecuali kasusnya
2. Profesional
Pelayanan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang dimiliki
3. Solid
Pelayanan diberikan atas dasar kerjasama dan komitmen yang tinggi, untuk
menjaga nama baik satuan
4. Komitmen
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi, untuk
menjaga nama baik satuan
5. Transparan dan Akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti sistem yang terstandarisasi merupakan pilihan
terbaik menuju good governance.
33

3.1.2. Tujuan Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Tujuan Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira adalah :


1. Membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima berbasis kepuasan pelanggan
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar,
menuju persaingan di tingkat Nasional
4. Mengintegrasikan pelayanan dan pendidikan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.

3.1.3 Motto dan Falsafah Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Motto Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira adalah TerPESoNA yaitu Tertib,
Ramah, Professional, Empati, Solid, Nyaman, dan Aman.
Falsafah Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira, diantaranya :
1. Visi tanpa aksi hanya mimpi
2. Aksi tanpa visi buang waktu
3. Visi dengan aksi bangun perubahan

3.1.4 Fasilitas dan Pelayanan Medis Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira

Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira merupakan salah satu institusi pelayanan
kesehatan yang sudah melayani warga Cimahi dan Bandung sejak diserahkan oleh
Tentara Belanda pada tahun 1950 kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Berkat loyalitas pada komitmen pelayanan kesehatan yang dipadu oleh inovasi
dan pengembangan, Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira telah mendapatkan
pengakuan dan penghargaan baik di tingkat daerah maupun nasional dari
Pemerintah. Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira juga telah berhasil meraih
berbagai penghargaan diantaranya Penghargaan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Penghargaan Gubernur Jawa Barat pada tahun 2011, dan Sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
2012.
34

A Fasilitas dan Dokter di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira antara lain :
1. Jumlah Tempat Tidur : 482 TT (Tempat Tidur)
2. Jumlah Jenis Pelayanan Spesialis : 4 Pelayanan Spesialis (Terdiri dari
Spesialis Anak, Spesialis Obsgyn,
Spesialis Kesehatan Jiwa, dan
Spesialis Kulit/ Kelamin)
3. Jumlah Ketenagaan :
a. Tenaga Medis
1) Dokter Umum : 54 Orang
2) Dokter Gigi : 10 Orang
3) Dokter Spesialis : 35 Orang
b. Tenaga Kesehatan
1) Perawat : 404 Orang
2) Bidan : 48 Orang
3) Non Perawat : 135 Orang
4) Apoteker : 6 Orang
c. Non Kesehatan
1) Sarjana Lain : 180 Orang
2) Lain-lain : 370 Orang
Total Jumlah Ketenagaan di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira sebanyak
1085 Orang.
4. UGD (Unit Gawat Darurat) 24 Jam
5. Rawat Inap
6. Rawat Jalan
7. Kamar Bedah
8. ICU (Intensive Care Unit)
9. Instalasi Pendidikan
10. Kedokteran Kehakiman
11. Pemulasaran Jenazah
35

B Fasilitas di Rawat Jalan di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira antara lain :
1. Klinik Bedah Umum 14. Klinik Syaraf
2. Klinik Bedah Plastik 15. Klinik Jiwa
3. Klinik Bedah Syaraf 16. Klinik Gigi Umum
4. Klinik Urologi 17. Klinik Gigi Bedah Mulut
5. Klinik Orthopedi dan Traumatologi 18. Klinik Gigi Orthodonti
6. Klinik Kebidanan dan Kandungan 19. Klinik Gigi Pedodonti (Gigi Anak)
7. Klinik Penyakit Dalam 20. Klinik Psikologi
8. Klinik Anak 21. Klinik Gizi
9. Klinik Jantung 22. Klinik Rehabilitasi Medik
10. Klinik Paru 23. Radiologi
11. Klinik Mata 24. Laboratorium
12. Klinik THT (Telinga, Hidung, dan 25. Hemodialisa
Tenggorokan) 26. Endoscopy
13. Klinik Kulit dan Kelamin 27. Depo Rawat Jalan

C Fasilitas Rawat Inap di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira antara lain :
1. Ruang VIP
2. Ruang Kelas Utama
3. Ruang Kelas I/A
4. Ruang Kelas I/B
5. Ruang Kelas II
6. Ruang Kelas III
7. Ruang KelasI/B
8. Depo Rawat Inap

D Pelayanan Medis di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira antara lain :


1. Medical Check-Up 6. Penyakit THT (Telinga, Hidung,
2. Dokter Umum dan Tenggorokan)
3. Dokter Gigi 7. Penyakit Mata
4. Dokter Spesialis/ Sub-Spesialis 8. Penyakit Paru
5. Dokter Anak 9. Penyakit Kulit dan Kelamin
36

10. Dokter Bedah Umum 16. Penyakit Jantung


11. Dokter Bedah Tulang 17. Rehabmedik
12. Dokter Bedah Syaraf 18. Radiologi
13. Kebidanan dan Kandungan 19. Penyakit Jiwa
14. Penyakit Dalam 20. Psikologi
15. Penyakit Syaraf

Selain pelayanan medis, Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira juga menyediakan
pelayanan yang sifatnya sebagai penunjang, diantaranya adalah Laboratorium
Patologi Klinik, Laboratorium Patologi Anatomi, Laboratorium Mikrobiologi
Klinik, Laboratorium Forensik, CT-Scan, Ultrasonography (USG),
Elektrokardiografi (ECG), Endoscopy, Treadmill, Echocardiografi yang
digunakan untuk melihat bagian dalam dari tubuh, Echocardiologi,
Elektrokardiogram (EKG) Treadmill, Digital Radiologi, Laproscopi digunakan
untuk pembersihan darah dan juga alat untuk melakukan inseminasi, Hemodialisa,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Konsultasi Gizi, Dapur Unit Gizi, dan Pelayanan
Ambulan.

Farmasi (Apotek) di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira menyediakan obat paten
dan generik. Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira juga memiliki laboratorium
yang dilengkapi dengan peralatan modern dan canggih untuk hasil yang tepat dan
cepat serta akurat.

3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


3.2.1 Kepala Rumah Sakit
Karumkit Dustira dipimpin oleh Perwira Menengah (Pamen) TNI AD
berkualifikasi dokter berpangkat Kolonel, dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada Kakesdam III/Siliwangi. Adapun tugasnya adalah :
a) Memelihara tata tertib, disiplin dan tegaknya hukum dilingkungan RS Dustira.
b) Mengendalikan semua usaha, pekerjaan dan kegiatan secara berhasil guna
serta berdaya guna untuk terselenggaranya fungsi-fungsi RS Dustira secara
optimal dalam rangka pencapaian tugas pokok.
37

c) Memperhatikan, memelihara, mengawasi kelancaran dukungan logistik dan


administrasi untuk pelaksanaan tugas RS Dustira dan personelnya.
d) Memperhatikan, memelihara kesejahteraan personel RS Dustira.

3.2.2 Wakil Kepala Rumah Sakit


Waka Rumkit Dustira dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berpangkat Letnan
Kolonel, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada
Karumkit Tk.II Dustira, tugas Wakarumkit adalah :
a) Memimpin, mengatur, mengkoordinasikan, mengawasi segala kegiatan staff
dilingkungan RS Dustira.
b) Mengkoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan program kerja serta laporan
pelaksanaan program kerja di RS Dustira.
c) Menetapkan cara kerja staff di lingkungan RS Dustira berdasarkan manajemen
umum .
d) Melaksanakan pengawasan terhadap setiap penyelenggaraan kegiatan di RS
Dustira dibantu oleh Satuan Pengawasan Internal.
e) Menyelenggarakan dan melaksanakan tugas lainnya yang diberikan secara
khusus oleh Karumkit Tk.II Dustira.
f) Mewakili Karumkit Tk.II Dustira dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
bila Karumkit tidak berada ditempat atau berhalangan.

3.2.3 Komite Medik


Ketua Komite Medik Rumkit Tk.II Dustira adalah Ketua Staff Fungsional yang
terdiri dari para Ketua Staf Medik Fungsional yang memiliki integritas, otonomi
dan profesionalisme sesuai dgn keahliannya dengan kewajiban sebagai berikut :
a) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Karumkit Tk.II Dustira dalam
penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian mutu pelayanan
kesehatan dan rujukan pasien kerumah sakit lain.
b) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Karumkit di bidang diklat serta
pengembangan keahlian tenaga kesehatan .
c) Memberikan saran dan pertimbangan dallm penegakan etika profesi dan etika
Rumah Sakit, serta supervisi terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam.
38

3.2.4 Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (TUUD)


Kasi TUUD dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berpangkat Mayor CKM
(Corp Kesehatan Militer) dengan tugas kewajiban sebagai berikut :
a) Memimpin, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi segala usaha
pekerjaan dan kegiatan di lingkungan RS Dustira
b) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan urusan dalam /markas
dan perawatan serta tata kerja secara umum di lingkungan markas RS Dustira
c) Menyelenggarakan, melaksanakan dan mengawasi ketata usahaan, adm.
umum dan pengarsipan di lingkungan RS Dustira
d) Menyelenggarakan, melaksanakan dan mengendalikan pengamanan personel,
materil, berita dan kegiatan dilingkungan RS Dustira
e) Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Ka RS Dustira.

3.2.5 Kepala Seksi Pelayanan Medik (Yanmed)


Kasi Yanmed dipimpin oleh seorang Pamen TNI berkualifikasi berpangkat Mayor
CKM, sebagai Kasi Yanmed adalah pembantu Karumkit Tk.II Dustira dibidang
penyelenggaraan pelayanan medik, dengan tugas sebagai berikut :
a) Membuat, menyusun serta merumuskan perencanaan dan program kerja di
bidang pelayanan medik
b) Mengkoordinasikan kegiatan supervisi teknis pelayanan medik baik yang
bersifat kuratif, rehabitilatif, promotif, maupun preventif.
c) Menyusun perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan, sistem dan metoda
pelayanan medik.
d) Melaksanakan pembinaan personel kesehatan serta pembinaan profesi di
bidang kesehatan, untuk mencapai pelayanan kesehatan sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Menyelenggarakan kegiatan rekam Medik, adm. pasien dan informasi Medik.
39

3.2.6 Kepala Seksi Penunjang Medik (Jangmed)


Kasi Jangmed dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berpangkat Mayor CKM
adalah pembantu Karumkit Tk.II Dustira di bidang pelayanan penunjang medik,
dengan tugas :
a) Merencanakan, menyusun dan merumuskan program kerja Rumkit Tk.II
Dustira di bidang penunjang medik.
b) Menyelenggarakan kegiatan pengendalian distribusi, dan inventarisasi
material kesehatan.
c) Merencanakan pengadaan material kesehatan yg diperlukan atas usulan unsur
pelaksana pelayanan.
d) Menyusun sistim dan metoda pengelolaan Matkes.
e) Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Karumkit Tk.II
Dustira.
f) Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas pada unit pelayanan
penunjang medik.

3.2.7 Kepala Seksi Penunjang Umum (Jangum)


Kasi Jangum Rumkit Tk.II Dustira dipimpin oleh Pamen TNI AD berpangkat
Mayor, adalah Pembantu Karumkit Tk.II Dustira dalam penyelenggaraan kegiatan
Penunjang Umum Rumah Sakit, dengan tugas :
a) Merencanakan, menyusun dan merumuskan program kerja di bidang
penunjang umum dan keuangan.
b) Merencanakan pengadaan dan pemeliharaan, inventarisasi dan distribusi
material / fasilitas umum Rumah Sakit.
c) Melakukan perencanaan, penerimaan, pengadministrasian dan pengendalian
keuangan di Rumkit Tk.II Dustira.
d) Menyusun dan mengevaluasi piranti lunak pengelolaan keuangan dan material
/ fasilitas umum Rumah Sakit.
e) Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Karumkit
Tk.II Dustira.
f) Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
penunjang umum.
40

3.2.8 Kepala Seksi Info Kesehatan (Infokes)


Infokes Rumkit Tk.II Dustira dipimpin oleh Pamen TNI AD berpangkat Kapten
sebagai Kasi Infokes yang merupakan unsur pelayanan Karumkit Tk.II Dustira
dibidang pembinaan informasi dan pengolahan data di lingkungan Rumkit Tk.II
Dustira dengan tugas :
a) Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan sistem informasi
dan pengolahan data di lingkungan RS Dustira.
b) Mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan serta mengamankan
data secara terus-menerus meliputi perubahan status personel, kondisi materil.
c) Mengkoordinasikan, mengkompilasi dan menyusun program kerja serta
pelaporan.
d) Melaksanakan pemeliharaan perangkat keras dan perangkat lunak terbatas.
Struktur Organisasi RS Dustira terlampir pada Lampiran 1 halaman 119 .

3.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira merupakan suatu unit atau
bagian di rumah sakit yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dipimpin
oleh seorang apoteker yang profesional, kompeten dan berwewenang secara
hukum dalam menyelenggarakan fasilitas pelayanan kefarmasian. Instalasi
Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira terdiri dari enam lokasi yaitu Depo
Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Inap, Depo Farmasi Asuransi Kesehatan
(ASKES), Depo Farmasi Unit Gawat Darurat (UGD), Depo Farmasi Operating
Kamer (O.K) dan Gudang.

Visi Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira adalah Menjadikan
instalasi yang prima dalam pelayanan farmasi Rumah Sakit berdasarkan
“Pharmaceutical Care” (Asuhan Kefarmasian). Sedangkan Misi Istalasi Farmasi
Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira yaitu :
1. Mengelola sumber daya instalasi farmasi secara efektif dan efisien
2. Melaksanakan pelayanan satu pintu pengendalian obat
3. Meningkatkan pelayanan farmasi klinik
4. Menjadi mitra kerja yang profesional bagi semua pihak
41

5. Menjunjung tinggi nilai kepuasan pelanggan


6. Mengikuti kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kefarmasian serta kesehatan
7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan
kepelatihan.

3.3.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01
Dustira
Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira melakukan fungsi-fungsi
kefarmasian sebagai berikut :
1. Melaksanakan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
perbekalan farmasi serta pelayanan resep.
2. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien.

3.3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01


Dustira
Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira dipimpin oleh seorang
Apoteker Pamen TNI AD berpangkat Mayor CKM. Instalasi Farmasi Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 Dustira terdiri atas sub instalasi pelayanan farmasi (Yanfar)
dan sub instalasi pengendalian farmasi (Dalfar). Sub Instalasi Yanfar melakukan
pelayanan di Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo Farmasi Rawat Inap, Depo
Farmasi Umum, Depo Farmasi Unit Gawat Darurat (UGD), Depo Farmasi
Operating Kamer (O.K), Depo Intensive Care Unit (ICU) dan Depo Farmasi
Asuransi Kesehatan (Askes). Sedangkan Sub Instalasi Dalfar melakukan
perencanaan, pengadaan, penyimpanan (gudang farmasi), produksi sediaan
farmasi cairan non steril dan pendistribusian perbekalan farmasi. Struktur
organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira dapat dilihat
pada Lampiran 2 halaman 120.

3.3.3 Fasilitas Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


Fasilitas yang ada di instalasi farmasi diantaranya Depo farmasi rawat jalan,
Depo farmasi rawat inap, Depo farmasi unit gawat darurat (UGD), Depo
farmasi operating kamer (O.K), Depo farmasi asuransi kesehatan (Askes),
42

Depo farmasi umum, Gudang produksi, Gudang transit, Ruang


Administrasi, Ruang kepala dan wakil kepala instalasi farmasi, ruang
peracikan. Sedangkan fasilitas alat yang ada di instalasi farmasi diantaranya
komputer yang digunakan untuk entry date, meja peracikan, kulkas yang
digunakan untuk menyimpan sediaan termolabil, lemari dan rak-rak yang
digunakan untuk menyimpan obat dan alat kesehatan.

3.3.4 Uraian Tugas Personil Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01
Dustira
A. Apoteker
Tugas dan tanggung jawab apoteker adalah sebagai berikut :
1. Bertanggung jawab dalam hal pembelian, penyediaan obat-obatan/bahan
obat, alat kesehatan yang diperlukan rumah sakit sesuai dengan
permintaan dokter atau departemen lain.
2. Mencatat semua pembelian/penerimaan sesuai faktur pengiriman dalam
buku pembelian.
3. Memeriksa semua faktur penagihan dan sisesuaikan dengan buku
pembelian sebelum persetujuan untuk dapat dibayar diberikan kepada
bagian keuangan.
4. Bertanggung jawab terhadap kualitas obat-obatan di farmasi.
5. Menentukan harga jual obat.
6. Bertanggung jawab terhadap semua obat yang disiapkan/diracik sesuai
dengan resep dokter.
7. Pemeriksaan rutin terhadap sistem inventarisasi, memeriksa tanggal
pemasukan, pengeluaran dan sisa sesuai dengan sebenarnya atau tidak.
8. Tiap akhir bulan memeriksa buku permintaan sediaan farmasi dari
departemen-departemen yang sudah dihitung, mencatat jumlah
pengembalian masing-masing untuk kemudian diserahkan kepada bagian
pembelian.
9. Memperhatikan laporan keuangan farmasi yang dikeluarkan dari bagian
keuangan dan melihat hal-hal yang perlu mendapat perhatian yang
berhubungan dengan anggaran belanja dan hasil usaha.
43

10. Setiap tiga bulan sekali mengedarkan kepada staf dokter obat-obatan
yang sudah lama tidak digunakan lagi untuk mencegah melewati tanggal
kadaluarsa.
11. Mengusahakan mengadakan peningkatan pengetahuan/penyegaran ilmu
bagi karyawan farmasi.

B. Asisten Apoteker
Asisten apoteker di instalasi farmasi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Setiap pagi memeriksa kelompok obat yang menjadi tanggung jawabnya
terhadap letak dan susunannya dan bila ada obat yang persediaannya
menipis dicatat pada buku defekta.
2. Menyiapkan obat-obatan untuk pasien rawat jalan sesuai dengan
permintaan tertulis dari dokter.
3. Menyiapkan obat-obatan untuk pasien rawat inap sesuai dengan
permintaan tertulis pada lembar permintaan obat.
4. Menyiapkan obat-obatan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
asuransi kesehatan sesuai dengan permintaan tertulis dari dokter.
5. Menyiapkan obat dan alat kesehatan untuk pasien unit gawat darurat
sesuai dengan permintaan tertulis dari dokter.
6. Mencatat semua pengeluaran obat untuk pasien rawat jalan.
7. Mencatat semua pengeluaran obat untuk pasien rawat inap.
8. Mencatat semua pengeluaran obat dan alat kesehatan untuk pasien unit
gawat darurat (UGD)
9. Menghitung harga obat dan perhitungan harga total obat dikirim ke
bagian keuangan.
10. Melaporkan obat-obatan yang sudah menipis persediaannya supaya dapat
dipesan.
11. Menyiapkan keperluan-keperluan untuk bagian-bagian lain yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan permintaan tertulis pada buku
permintaan masing-masing bagian dan pada akhir bulan menghitung
harga obat. Mengawasi kelompok obat tertentu yang menjadi tanggung
44

jawabnya, obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dan obat yang sudah
lama tidak diresepkan untuk dilaporkan kepada apoteker.
12. Membuat laporan-laporan yang menjadi tanggung jawabnya.

3.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit TK.II 03.05.01


Dustira
Pengelolaan perbekalan farmasi/ sub instalasi dalfar meliputi: Perencanaan dan
Seleksi, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan. Tujuan pengelolaan
perbekalan farmasi adalah untuk menjaga dan menjamin ketersediaan barang di
rumah sakit sehingga tidak terjadi kekosongan barang.

3.4.1 Perencanaan dan Seleksi


Perencanaan merupakan proses kegiatan penentuan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi, dalam rangka pengadaan dengan tujuan untuk mendapatkan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari
kekosongan. Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit TK.II 03.05.01
Dustira dilakukan oleh sub instalasi pengendalian farmasi (Sub Instal Dalfar).
Petugas perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi menerima usulan
kebutuhan perbekalan farmasi dari Depo Rawat Jalan dan Depo Rawat Inap serta
depo-depo farmasi seperti Depo Unit Gawat Darurat, Depo Internsive Care Unit
(ICU), Depo Asuransi kesehatan, Depo Umum dan Depo Operating Kamer (O.K)
yang telah di susun untuk kebutuhan bulanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II
03.05.01 Dustira. Setelah usulan kebutuhan bulanan tersebut terkumpul maka
petugas perencanaan dan pengadaan akan menyusun kebutuhan perbekalan
farmasi di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira. Data yang telah lengkap akan
diserahkan kepada Kepala Sub Instal Dalfar untuk disetujui dan diagendakan ke
dalam buku dan menyerahkan form kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
TK.II 03.05.01 Dustira.

Jika rencana kebutuhan telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi, maka oleh
Kepala Sub Instal Dalfar akan diserahkan kepada Kepala Rumah Sakit (Karumkit)
atau Wakil kepala rumah sakit (Wakarumkit) Dustira. Jika rencana kebutuhan
tersebut disetujui maka formulir rencana kebutuhan (Renbut) dikembalikan ke
45

petugas Dalfar dan dibuat Surat Pesanan (SP) dan dikoordinasikan dengan petugas
barang medis untuk semua barang yang diajukan. Bila data sudah dianggap
lengkap, diserahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk ditandatangani dan
selanjutnya ditandatangani oleh Kepala rumah sakit (Karumkit) atau Wakil kepala
rumah sakit (Wakarumkit) Dustira. Setiap tahun, petugas perencanaan dan
pengadaan menyusun rencana kebutuhan (Renbut) perbekalan farmasi, yang
diajukan kepada Kesdam III/Siliwangi. Blanko pemesanan matkes dapat dilihat
pada Lampiran 3 halaman 121.

Kebijakan dalam kegiatan perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit TK.II


03.05.01 Dustira didasarkan atas :
1. Formularium Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira
2. Alokasi biaya atau anggaran
3. Data pemakaian obat periode waktu sebelumnya (history)
4. Pola penyakit (epidemiologi)
5. Persediaan gudang (stok minimum dan stok maksimum)

Pemilihan pemasok dilakukan berdasarkan kriteria company profil, mempunyai


izin resmi pedagang besar farmasi (PBF) untuk obat dan izin resmi PAK untuk
alat kesehatan, harus ada surat penujukan dari importir untuk menjamin
keabsahan, kualitas pelayanan yang cepat dan baik, sistem pembayaran (tunai atau
kredit), jangka waktu pembayaran, besarnya potongan harga, kesediaan mengganti
sediaan farmasi yang kadaluarsa serta pemasok.

3.4.2 Pengadaan Sediaan Farmasi


Pengadaan perbekalan farmasi di RS Dustira dilakukan melalui sumber-sumber
sebagai berikut :
1. Alokasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Ditkes AD) mengalokasikan
(droping) obat-obatan melalui Gudang Kesehatan Wilayah (GudKesYah)
Kesdam III/Siliwangi dan Pusat Kesehatan (Puskes) Tentara Nasional
Indonesia Jakarta. Setelah mengirimkan rencana kebutuhan (Renbut)
perbekalan farmasi untuk satu tahun ke Kesdam III/Siliwangi, maka Rumah
46

Sakit TK.II 03.05.01 Dustira akan mendapat tembusan Perintah Penerimaan


Material (PPM) dari Kesdam III/Siliwangi yang diserahkan kepada
Sekretaris Umum (Sekum) kemudian diserahkan kepada Kepala Seksi Tata
Usaha dan Urusan Dalam (TUUD) dan diajukan ke wakil kepala rumah
sakit (Wakarumkit) Dustira. Selanjutnya tembusan Perintah Penerimaan
Material (PPM) tersebut diserahkan kepada Instalasi Farmasi, untuk
kemudian dilakukan pengambilan material ke Gudang Kesehatan Wilayah
(GudKesYah). Barang yang sudah diterima kemudian disimpan di gudang
barang medis yang selanjutnya akan disalurkan ke depo-depo farmasi yang
ada di rumah sakit. Obat dan alat kesehatan dikirim oleh Kesdam
III/Siliwangi melalui Gudang Kesehatan Wilayah (GudKesYah) dalam
jumlah dan interval waktu tertentu dalam satu tahun. Obat-obat tersebut
sebagian besar merupakan produksi Lembaga Farmasi Angkatan Darat
(LAFIAD) Bandung dan sebagian lainnya berasal dari industri farmasi lain.
Kartu stok barang dropping dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 123.

2. Pengadaan Swadaya
Dana untuk pengadaan swadaya diperoleh dari dana alokasi pusat atas
usulan Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira dan
dari dana pelayanan masyarakat umum (YanMasUm). Dana pelayanan
masyarakat umum (YanMasUm) adalah dana yang berasal dari pelayanan
pasien umum. Pembelian perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan rencana
kebutuhan dari stok gudang dan permintaan bahan baku untuk produksi.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira melakukan rencana
kebutuhan (Renbut) dengan membuat surat pemesanan. Pemesanan pada
pengadaan swadaya dilakukan kepada beberapa Pedagang Besar Farmasi
(PBF) yang telah ditentukan oleh Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Dustira.
Obat-obatan khususnya generik di pesan dari pedagang bessar farmasi
(PBF) Kimia Farma dan Indofarma, sedangkan alat kesehatan (alkes)
dipesan dari beberapa pedagang besar farmasi (PBF) diantaranya pedagang
besar farmasi (PBF) Sariangin, Sidola dan Alkesindo.
47

3. Produksi Sediaaan Farmasi


Produksi obat-obatan dikerjakan untuk obat-obatan sederhana dan sediaan
non steril. Produksi obat-obatan ini dikerjakan oleh unit bagian produksi
yang berada dibawah Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira
dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instal pelayanan farmasi
(Yanfar) dan Sub Instal Dalfar. Obat-obat sederhana yang di buat antara lain
gentian violet, hidrogen peroksida dan rivanol. Sedangkan untuk sediaan
non steril antara lain larutan NaCl 0,9 % dan aquadestilata.
Alasan dilaksanakan produksi adalah :
a. Pertimbangan ekonomis
b. Memungkinkan dilaksanakannya produksi dengan fasilitas yang ada
tanpa mengurangi kualitas sediaan yang dihasilkan
c. Untuk mencegah kosongnya obat dari ruang perawatan atas permintaan
dokter atau untuk tujuan penelitian

3.4.3 Sistem Penerimaan dan Penyimpanan


Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan dengan koordinasi antara Gudang
Kesehatan Wilayah (GudKesYah) dengan Gudang Material Kesehatan
(Gudmatkes) di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira. Penerimaan barang yang
berasal dari Kesdam III/Siliwangi berdasarkan Perintah Penerimaan Barang
(PPM) yang dibuat oleh Kesdam III/Siliwangi dan diserahkan kepada Sub Instal
Dalfar sebagai faktur penerimaan barang. Sedangkan penerimaan barang yang
berasal dari pengadaan swadaya diterima oleh Sub Instal Dalfar dari pedagang
besar farmasi (PBF) yang telah ditunjuk. Penerimaan barang dari pengadaan
swadaya berdasarkan faktur yang diserahkan oleh pedagang besar farmasi (PBF)
minimal 3 faktur untuk pengarsipan. Blanko tanda terima matkes dapat dilihat
pada Lampiran 7 halaman 125.

Petugas Gudang Material Kesehatan (Gudmatkes) yang bertugas menerima


barang medis dan staf barang medis memeriksa barang medis tersebut meliputi
nama barang, jumlah barang, merk, kadaluarsa, bentuk sediaan, kondisi fisik
barang, harga, nomor batch, dan lain-lain. Pemeriksaan tersebut dilakukan di
depan pihak terkait seperti pihak pedagang besar farmasi (PBF), jika terjadi
48

ketidaksesuaian atau kerusakan barang maka barang tersebut dapat dikembalikan


disertai nota retur sesuai kesepakatan. Staf gudang barang medis kemudian
mencatat seluruh penerimaan barang medis dalam buku catatan dan di input ke
komputer serta di catat dalam kartu stok barang.

Sistem penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan secara terpisah dan alfabetis


sesuai dengan bentuk sediaan dan sifat dari perbekalan farmasi tersebut. Obat
golongan narkotika dan psikotropika di simpan dalam lemari khusus yang
terkunci, dan pengeluaran setiap obat ditulis dalam buku catatan khusus
pengeluaran obat narkotika dan psikotropika. Obat yang tidak stabil pada suhu
kamar disimpan dalam lemari pendingin disesuaikan dengan suhu stabilitas obat.
Sedangkan obat yang tidak stabil terhadap cahaya di simpan di tempat yang
terlindung dari cahaya.

A. Penyimpanan di Gudang Obat


Penyimpanan obat-obatan di gudang obat Rumah Sakit TK.II 03.05.01
Dustira menerapkan beberapa sistem yaitu :
1. Penyimpanan obat berdasarkan sifat fisika dan kimia obat, yaitu:
a. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan
sirup
b. Disimpan bersama dengan zat pengering atau zat penyerap lembab
seperti kapsul dan tablet.
c. Disimpan pada suhu kamar (15-30 oC), untuk obat seperti tablet, kaplet,
sirup, suspensi, drop, salep dan krim, preparat mata dan telinga, injeksi,
dan infus.
d. Disimpan pada suhu sejuk (8-15 oC), untuk obat seperti injeksi, tablet,
suppositoria, serum, dan ovula.
e. Disimpan pada suhu dingin (2-8 oC), untuk injeksi insulin dan obat-obat
oncology.
2. Spot location system, yaitu sistem penyimpanan berdasarkan adanya tempat
yang kosong.
3. Sequence location system, yaitu sistem penyimpanan yang dilakukan
berdasarkan penyusunan secara alfabetis atau berdasarkan nomor urut.
49

4. Penyimpanan berdasarkan golongan, yaitu penyimpanan dilakukan


berdasarkan golongan obat tersebut meliputi golongan narkotika,
psikotropika, obat keras, dan obat generik
5. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat (tablet,
kapsul), sediaan semisolid (krim, salep, gel), sediaan cair (sirup dan
suspensi, drop), injeksi, infus, supositoria, preparat mata dan telinga.

Obat-obat pada gudang farmasi tidak diletakkan langsung di lantai karena lantai
meningkatkan kelembaban obat yang bersentuhan dengan lantai sehingga dapat
merusak obat. Oleh karena itu lemari penyimpanan harus memiliki jarak dengan
lantai (memiliki kaki) pada bagian bawah lemari agar tidak bersentuhan langsung
dengan lantai.

B. Penyimpanan di Gudang Alat Kesehatan


Tata cara penyimpanan di gudang alat kesehatan adalah barang disusun secara
alfabetis agar mudah dalam proses pengambilan sehingga mempercepat waktu
pelayanan dan penyediaan alat kesehatan kepada pasien. Penyimpanan juga
dikelompokkan berdasarkan unit pelayanan. Penyimpanan juga dilakukan
dengan pemisahan berdasarkan jenis barang seperti spuit, jarum, plester,
disinfektan, sarung tangan, masker, kateter, selang infus, benang dan lain – lain.

Gudang alat kesehatan menyediakan barang – barang yang diperlukan oleh


setiap unit pelayanan rumah sakit seperti ICU/ICCU, NICU, Emergency,
Operating Kamer, Depo rawat jalan, depo rawat inap, HCU dan unit lainnya.
Penyimpanan alat kesehatan juga dilakukan di bagian central supply sterilisasi
departement. central supply sterilisasi departemen bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan alat kesehatan di setiap ruang perawatan pasien.

C. Penyimpanan di Depo Farmasi Rawat Jalan dan Depo Farmasi Rawat Inap
Sistem Penyimpanan sediaan farmasi di di Depo Farmasi Rawat Jalan dan Depo
Farmasi Rawat Inap sama dengan sistem penyimpanan obat di gudang obat yaitu
berdasarkan Spot location system, Sequence location system, golongan, bentuk
sediaan dan berdasarkan sifat fisika dan kimia obat.
50

D Pengeluaran Barang
Pengeluaran perbekalan farmasi yang dilakukan di RS Dustira menggunakan
sistem First In First Out (FIFO) dan First Expire First Out (FEFO). Pengeluaran
barang secara First In First Out (FIFO) yaitu barang yang pertama masuk harus
dikeluarkan terlebih dahulu dan pengeluaran barang secara First Expire First
Out (FEFO) yaitu pengeluaran barang di lihat dari masa kadaluarsanya,
walaupun barang tersebut datang terakhir tetapi jika masa expired date barang
tersebut lebih cepat maka dikeluarkan terlebih dahulu. Setiap pengeluaran
barang di catat pada kartu stok, kemudian di entry ke dalam komputer sebagai
bukti barang keluar sehingga dapat memudahkan dalam pemeriksaan barang dari
kehilangan.

3.4.4 Sistem Distribusi


Pendistribusian perbekalan farmasi merupakan kegiatan penyaluran perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan, serta untuk menunjang pelayanan medis.

Alur pendistribusian perbekalan farmasi diawali dari permintaan bagian Depo


Farmasi Rawat Inap dan Depo Farmasi Rawat Jalan ke bagian gudang. Bagian
gudang akan melihat ketersediaan barang yang diminta. Barang yang tersedia
akan dikirim ke Depo Farmasi Rawat Inap atau Depo Farmasi Rawat Jalan
bersama dengan Surat Permintaan Barang.

Pendistribusian perbekalan farmasi kepada pasien dilakukan oleh bagian Depo


Farmasi Rawat Inap dan Depo Farmasi Rawat Jalan. Distribusi sediaan farmasi di
Depo Farmasi Rawat Inap untuk pasien rawat inap dilakukan dengan sistem
distribusi obat resep individual sentralisasi. Dalam sistem ini, semua obat yang
diperlukan untuk pengobatan di dispensing dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Permintaan obat oleh dokter melalui perawat dikirim ke Instalasi Farmasi Rumah
51

Sakit melalui sistem, kemudian resep di proses sesuai dengan kaidah cara
dispensing yang baik dan obat kemudian didistribusikan kepada pasien.

Keuntungan dari sistem distribusi obat resep individual yaitu: Semua resep dikaji
langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberikan keterangan atau informasi
kepada perawat berkaitan dengan obat pasien dan memberi kesempatan interaksi
profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien. Keterbatasan dari sitem ini
adalah kemungkinan keterlambatan obat sampai pada pasien, memerlukan jumlah
perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada waktu
konsumsi obat dan kemungkinan terjadinya kesalahan obat karena kurang
pemeriksaan pada waktu penyiapan konsumsi.

Sistem distribusi obat di Depo Farmasi Rawat Inap untuk pasien rawat inap di
Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira untuk obat-obat umumnya didistribusikan
sejumlah persediaan obat untuk selama tiga hari. Obat bisa dikembalikan oleh
pasien sehingga mengurangi biaya pengobatan pasien. Jika pasien telah sembuh
atau meninggal dunia dan obat-obatnya tidak dipakai lagi maka obat dapat
dikembalikan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Distribusi sediaan farmasi di bagian Depo Farmasi Rawat Jalan juga berdasarkan
sistem distribusi resep individual. Order resep dari pasien disiapkan di Depo
Farmasi Rawat Jalan lalu langsung diserahkan kepada pasien dengan penjelasan
mengenai cara penggunaan obat.

3.4.5 Pengendalian dan Pengelolaan Perbekalan Kesehatan


Pengendalian sediaan farmasi yang dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 Dustira tidak hanya terbatas pada pemantauan persediaan
sediaan farmasi tetapi juga pada pengawasannya. Pengendalian persediaan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira terdiri dari pengendalian
persediaan intern dan pengendalian persediaan internal auditor.

Pengendalian persediaan intern dilakukan oleh pihak instalasi sendiri.


Pengendalian di gudang dilakukan oleh petugas gudang sedangkan pengendalian
52

di Depo Farmasi Rawat Inap dan Depo Farmasi Rawat Jalan dilakukan oleh
apoteker dan masing-masing asisten apoteker. Pengendalian persediaan oleh
internal auditor dilakukan sebulan sekali. Pihak internal auditor akan memeriksa
kebenaran data mengenai perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
sediaan farmasi yang diterima bagian keuangan dan bagian akuntan. Pemeriksaan
yang dilakukan oleh internal auditor bersifat rutin dan sewaktu-waktu.
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada
instalasi farmasi, sedangkan pemeriksaan sewaktu-waktu dilakukan tanpa
pemberitahuan yang dilakukan atas perintah direktur.

3.4.6 Pelaporan
Sistem pelaporan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II
03.05.01 Dustira yaitu pelaporan intern yang meliputi laporan harian, bulanan,
pengambilan dari departemen lain, pembelian berdasarkan pemasok, pembelian
bulanan, persediaan obat yang sudah habis, dan laporan terhadap faktur yang telah
dilunasi. Sedangkan pelaporan ekstern meliputi laporan penggunaan narkotika,
psikotropika, morphin dan petidin.

Laporan bulanan merupakan laporan yang meliputi data persediaan, pemasukan,


pengeluaran dan sisa obat selama satu bulan serta harga pembelian dan harga obat
secara keseluruhan. Laporan bulanan ini dibuat tiap akhir bulan dan dibuat dua
rangkap masing-masing untuk bagian pembukuan dan arsip farmasi.

3.5 Pelayanan Instalasi Farmasi di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


Sistem distribusi obat dan pelayanan perbekalan farmasi yang dilakukan di
Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira meliputi pelayanan pasien di depo farmasi
rawat jalan, rawat inap, penanganan khusus terhadap obat narkotik dan
psikotropik, dan sistem formularium.

3.5.1 Pelayanan Pasien di Depo Farmasi Rawat Jalan


Pelayanan untuk pasien rawat jalan anggota TNI dan PNS beserta keluarganya
(istri/suami/anak) menggunakan lembar resep berwarna putih, sedangkan pasien
karyawan Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira (istri/suami/anak) menggunakan
53

lembar resep berwarna kuning, pengambilan obat di Depo Rawat Jalan. Pasien
umum menggunakan lembar resep berwarna merah muda, pengambilan obatnya
di Depo Umum Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira atau dapat juga di beli di
apotek di luar Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira. Pada pelayanan rawat jalan,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira tidak melayani resep obat
narkotika. Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 127.
Proses pelayanan resep untuk pasien rawat jalan sebagai berikut :
1. Dokter menuliskan resep dan menyerahkan kepada pasien
2. Pasien menyerahkan resep tersebut ke Depo Rawat Jalan Rumah Sakit TK.II
03.05.01 Dustira (dinas dan umum)
3. Resep di terima oleh apoteker untuk dilakukan pengkajian resep dan di
periksa persediaan obat yang tercantum dalam resep tersedia atau tidak di
apotek. Apabila persediaan obat tersedia di apotek maka langsung dituliskan
etiket sesuai dengan signa yang tercantum dalam resep, jika persediaan obat
tersebut tidak ada maka dibuat salinan resepnya. Kemudian etiket dan resep
tersebut diserahkan kepada asisten apoteker keruangan peracikan untuk
disiapkan obatnya. Contoh etiket dapat dilihat pada Lampiran 10.
4. Obat yang telah siap kemudian di periksa kelengkapannya oleh apoteker di
tempat penyerahan obat.
5. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi mengenai obat
diantaranya indikasi obat, penjelasan cara pakai, aturan pakai, efek samping
dan interaksi obat.

3.5.2 Pelayanan Pasien di Depo Farmasi Rawat Inap


Pasien rawat inap di Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira terdiri dari 3 golongan,
yaitu: pasien umum, pasien dinas dan pasien Jamsostek, Jaminan Kesehatan Kerja
(JKK) atau Asuransi kesehatan. Persyaratan untuk pasien Jamsostek, Jaminan
Kesehatan Kerja (JKK) dan Asuransi kesehatan harus memiliki fotocopy kartu
Jamsostek, Jaminan Kesehatan Kerja (JKK) atau Asuransi kesehatan, surat
rujukan, dan surat jaminan pasien (SJP).

Secara umum sistem distribusi dan pelayanan untuk penderita rawat inap melalui
tahapan sebagai berikut :
54

1. Dokter menuliskan resep untuk pasien, kemudian resep tersebut diserahkan


kepada perawat.
2. Resep tersebut dikumpulkan, kemudian dilampirkan pada buku khusus yang
berisi nama pasien dan jumlah resep yang diperlukan oleh masing-masing
kepala perawat ruangan untuk diserahkan ke Depo Rawat Inap.
3. Resep yang datang ke Depo Rawat Inap oleh asisten apoteker di beri nomor
sesuai bangsal masing-masing.
4. Asisten apoteker menyiapkan obat dan alat kesehatan yang diperlukan dan
menuliskan etiket sesuai dengan resep.
5. Sebelum diserahkan kepada perawat, obat dan alat kesehatan yang telah
disiapkan di periksa kembali dan dicocokkan dengan bukti khusus tersebut.
6. Obat dan alat kesehatan di bawa kembali oleh perawat ke bangsal masing-
masing yang kemudian oleh perawat diberikan kepada pasien.

Untuk pasien rawat inap yang akan pulang, perawat di ruangan akan
mengembalikan semua sisa obat pasien yang ditulis dalam slip permintaan obat
yang akan dibawa pulang oleh pasien dengan menggunakan discharge planning
yang diberi tanda Home Med dengan memuat nama, dosis dan cara pemakaiannya.
Slip ini diberi harga dan direkapitulasi yang akan diteruskan kepada bagian
keuangan untuk menghitung total tagihan penderita.

Pada saat penyerahan obat kepada pasien yang akan pulang, petugas akan
menanyakan kelengkapan data pasien, nomor telepon pasien lalu apoteker atau
asisten apoteker akan menjelaskan cara pemakaian obat.

3.5.3 Penanganan Khusus terhadap Obat Narkotika dan Psikotropika


Setiap bulan, depo farmasi rawat jalan dan depo farmasi rawat inap mengirimkan
laporan pemakain narkotika dan psikotropika ke depo rawat jalan untuk kemudian
direkapitulasi berapa jumlah pemakaiannya selama satu bulan. Penanganan
khusus terhadap obat narkotika dan psikotropika meliputi pengadaan,
penyimpanan, pencatatan dan pelaporan.

Pengadaan obat-obatan narkotika dan psikotropika dilakukan menggunakan surat


pesanan khusus yang ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab kepada
55

pedagang besar farmasi (PBF) yang bersangkutan. Surat pesanan narkotika


disimpan di bagian farmasi pusat dan pemesanannya dilakukan langsung oleh
apoteker penanggung jawab bagian farmasi rumah sakit. Pemesanan narkotika
dilakukan melalui pedagang besar farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor
yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan, impor, dan
distribusi narkotika. Satu surat pesanan narkotika hanya berlaku untuk satu jenis
obat narkotika.

Surat pesanan narkotika disimpan di bagian gudang obat dan pemesanannya


dilakukan oleh bagian gudang obat, namun tetap melalui persetujuan apoteker
penanggung jawab bagian farmasi rumah sakit. Pemesanan psikotropika dapat
dilakukan melalui PBF Kimia Farma maupun pedagang besar farmasi (PBF) lain
yang ditunjuk dan dapat dipesan lebih dari satu jenis obat psikotropika dalam satu
surat pesanan psikotropika seperti Sanbe, Soho, Ferron, Tempo, Meprofarm dan
Enseval. Faktur pembelian narkotika dan psikotropika yang diperoleh dari
pedagang besar farmasi (PBF) dipisahkan dengan faktur pembelian obat yang
lain.

Penggunaan narkotika dan psikotropika didokumentasikan di buku khusus


penggunaan narkotika dan psikotropika untuk mencegah kehilangan ataupun
penyalahgunaan dan dilakukan pelaporan penggunaan obat tiap bulannya. Buku
ini berisi nama dan alamat pasien, jumlah pemakaian dan nama dokter.

Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan harus dilaporkan.


Laporan penggunaan fentanil, injeksi pethidin dan morphin dibuat terpisah dengan
laporan pemakaian narkotika dan psikotropika. Laporan penggunaan sediaan
narkotika harus memuat kode, nama bahan/sediaan, stok awal, satuan, penerimaan
dari, penggunaan (untuk siapa dan jumlah) dan stok akhir. Laporan penggunaan
morphin dan pethidin dan derivatnya harus memuat: nama narkotik, satuan, resep
(nomor resep dan tanggal resep), jumlah, tanggal penyerahan, pasien (nama dan
alamat pasien), umur (0-12 bulan, 1-9 tahun, dewasa) dan nama dokter.

Pelaporan penggunaan obat termasuk laporan ekstern (laporan keluar Rumah


Sakit) dibuat rangkap empat yang masing-masing ditujukan kepada :
56

1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.


2. Kepala Balai Besar POM Jawa Barat.
3. Penanggung jawab Narkotika dan Obat Berbahaya PT Kimia Farma Pusat
4. Arsip

3.6 Sistem Formularium


Sistem Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu
rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi, mengevaluasi,
menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia
dan dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Hasil utama dari
pelaksanaan sistem formularium adalah formularium rumah sakit. Formularium
adalah dokumen yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih Komite Farmasi
dan Terapi disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut,
serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk rumah sakit yang
terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf
profesional pelayan kesehatan.

3.6.1 Monografi Obat Formularium Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


A. Penyusunan Monografi
Penyusunan monografi obat dalam formularium Rumah Sakit TK.II
03.05.01 Dustira adalah kombinasi dari dua sistem yaitu secara abjad
golongan farmakologi/terapi dan tiap golongan itu tertera nama obat dan
nama generik.
B. Jenis Informasi
Tiap monografi produk obat mencakup:
1. Nama produk
2. Komposisi obat
3. Sediaan obat
4. Produsen.
57

3.6.2 Distribusi Formularium


Formularium yang telah dicetak dan masih berlaku didistribusikan ke tiap lokasi
perawatan penderita rawat tinggal, lokasi perawatan penderita rawat jalan, unit
gawat darurat, ruang perawatan intensif, tiap bagian rumah sakit, tiap anggota staf
medik, ketua Komite Medik, pimpinan rumah sakit, kepala bagian administrasi,
tiap kepala bagian/unit yang langsung melayani pasien, tiap anggota dan anggota
komite lain yang berkaitan dengan obat.

3.6.3 Revisi dan Evaluasi Formularium


Salah satu tanggung jawab Komite Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan
dan memelihara suatu sistem formularium obat. Revisi berkala formularium
Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira dilakukan selama setiap dua tahun
sedangkan evaluasi dilakukan setiap enam bulan sekali. Pengkajian secara teliti
dan kritis dari pustaka farmasetik dan medik perlu untuk mengevaluasi obat yang
diusulkan untuk dimasukkan dalam formularium. Data komperatif berkaitan
dengan kemanfaatan, efek samping, dan harga serta penetapan keuntungan dan
kekurangan terapi yang mungkin, memerlukan evaluasi kritis dari apoteker.

3.7 Rekam Medik Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira


Rekam Medik Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira memuat data mengenai
identitas pasien, riwayat penyakit, anamnesis dokter, hasil laboratorium, serta
segala pelayanan dan tindakan medik yang telah diberikan kepada pasien,
termasuk proses pengobatan serta dokumentasi hasilnya. Semua informasi yang
tercantum dalam rekam medik dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
tindakan yang lebih lanjut yang diberikan kepada penderita yang datang berobat
ke rumah sakit.

Rekam medik dilakukan dengan tujuan untuk menunjang tercapainya tertib


administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Secara garis besar fungsi rekam medik dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti
antara lain :
1. Aspek Administrasi
58

Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai administrasi karena isinya


menyangkut tindakan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing tenaga medik dan pramedik.

2. Aspek Medik
Suatu rekam medik mempunyai nilai medik karena catatan dalam rekam
medik dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau
perawatan yang akan diberikan kepada pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum dan keadilan. Hal ini
berguna dalam rangka menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti
untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan
kesehatan bagi pasien.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian karena isinya
mengandung data atau informasi yang dapat digunakan untuk penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada penderita. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai dokumentasi karena isinya dpat
menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dapat digunakan
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
59

3.7.1 Alur Pencatatan Rekam Medik Pasien di Rumah Sakit TK.II 03.05.03
Dustira
Penderita baru yang mendaftarkan diri ke bagian pendaftaran Rumah Sakit TK.II
03.05.01 Dustira didata terlebih dahulu nama, alamat, umur dan data umum lain
yang diperlukan, kemudian diinput ke dalam program komputer. Untuk setiap
penderita dibuatkan nomor rekam medik.

Untuk penderita rawat jalan, data rekam medik dibawa ke ruang perawat bagian
rawat jalan guna pemeriksaan awal yang meliputi penimbangan berat badan,
pengukuran tekanan darah dan temperatur tubuh. Kemudian data rekam medik
diserahkan kepada dokter yang memeriksa pasien. Dokter mencatat obat yang
diberikan dalam resep dan perawatan yang harus diberikan kepada penderita
dalam kartu rekam medik penderita tersebut.

Untuk penderita rawat inap data rekam medik diisi setiap hari oleh dokter dan
perawat yang memeriksa dan merawat penderitadi ruang perawatan. Semua jenis
pelayanan kesehatan penderita dicatat dalam kartu tersebut. Perkembangan
penderita setiap hari juga dicatat dalam kartu data rekam medik tersebut sampai
penderita diijinkan pulang (sembuh, belum sembuh atau meninggal dunia).
Kemudian data rekam medik penderita tersebut dikembalikan ke bagian rekam
medik rumah sakit untuk disimpan di ruang khusus tempat penyimpanan berkas
rekam medik.

3.8 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan informasi obat dilakukan untuk menyalurkan informasi tentang obat
kepada pasien, keluarga pasien serta tenaga kesehatan lainnya seperti dokter,
perawat, petugas laboratorium, dan radiologi. Pelayanan informasi obat di Rumah
Sakit TK.II 03.05.01 Dustira umumnya mengenai aturan pakai dan cara
penggunaan obat yang tertera dalam resep pada saat penyerahan obat kepada
pasien. Informasi lain yang diberikan yaitu mengenai dosis, khasiat, efek samping,
kontraindikasi, dan cara penyimpanan yang disesuaikan dengan jenis obat dan
kondisi penyimpanan obat tersebut.
60

PIO saat penyerahan obat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker kepada
pasien atau keluarga pasien secara satu arah, sedangkan informasi kepada tenaga
kesehatan lainnya seperti dokter dan perawat dilakukan oleh apoteker melalui
rapat PFT, secara personal melalui telepon atau pertemuan langsung tentang
informasi obat yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai