Prposal 1hubungan Panjang Tungkai Terhadap Lari Jarak Pendek
Prposal 1hubungan Panjang Tungkai Terhadap Lari Jarak Pendek
Oleh :
MUHAMD ASYAM ZAKARIA
NIM : 2142001510053
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.2. Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
akumulasi asam laktat. Oleh karena itu energi yang dikeluarkan berasal
dari glukosa dan glykogen yang tersimpan dalam otot dan hanya
membutuhkan sedikit O2, sehinga dalam sisa pembakaran hanya
menghasilkan sedikit ATP.
Menurut Jonath (1987 : 58) mengatakan ”stamina anaerob umum
atau stamina kecepatan pada lari cepat jarak pendek (sprint), terutama
pada meter- meter terakhir, mempunyai pengaruh terhadap prestasi. Hal
itu tergantung pada potensi otot untuk mengeluarkan energi tanpa
pemasukan oksigen”.
Di dalam cabang olahraga atletik pada nomor lari cepat 100 meter,
ketika sprinter berlari dengan kecepatan yang tinggi dimana pelari
tersebut berusaha untuk mendapat panjang langkah yang maksimal, maka
pelari tersebut akan berusaha melontarkan tubuhnya sejauh mungkin agar
dapat menghasilkan panjang langkah yang maksimal
Sebagaimana yang telah dikemukakan, salah satu anggota tubuh
yang paling dominan dalam melakukan olahraga lari (sprint) adalah
tungkai (kaki) secara logis, orang yang tungkainya berukuran lebih
panjang akan cenderung memiliki kemampuan yang lebih tinggi (lebih
cepat) dalam melakukan olahraga lari (sprint) jarak pendek 100 meter.
Disamping bentuk badan yang harus sesuai dengan olahraga lari
(sprint), untuk memperoleh prestasi yang maksimal harus didukung
kondisi fisik yang prima. Secara teoritis, menurut Pearce (1998 : 28)
komponen-komponen dari kondisi fisik itu adalah :
”(1) Daya tahan (Endurence), (2) Tenaga ledak otot (Muscle
Explosive Power), (3) Kecepatan (Speed), (4) Kekuatan otot (Muscle
Strength), (5) Ketangkasan (Egality), (6) Kelenturan (Flexibility), (7)
Keseimbangan (Balance),
(8) Kecepatan reaksi (Reaction Time), dan (9) Koordinasi (Coordination)”
diwujudkan. Untuk itu, seorang atlit harus berlatih dengan optimal untuk
mencapai semua faktor di atas.
Untuk memperoleh kecepatan tinggi harus diingat prinsip-prinsip
lari cepat, yaitu :
a. Lari pada ujung kaki
b. Menempuh dengan kuat, agar mendapat dorongan kedepan
dengan kuat pula.
c. Badang condong kedepan ± 60 0, sehingga titik berat badan
selalu di depan.
d. Ayunan lengan kuat dan cepat, siku dilipat, kedua tangan
Penentuan pemenang dalam perlombaan lari yaitu berdasarkan
catatan waktu yang direkam dengan menggunakan alat, baik yang non-
elektronik maupun elektronik. Dalam setiap perlombaan resmi selalu
dipergunakan pencatat waktu elektronik yang dihubungkan dengan pistol
start.
Pada saat pistol dibunyikan sebagai tanda lari dimulai, maka
seluruh pencatat waktu secara bersamaan mulai dihidupkan dan dimatikan
oleh petugas saat atlet yang diawasi menyentuh garis finish. Biasanya
seorang pelari direkam oleh tiga orang pengambil waktu dan juga dibantu
dengan fhoto/kamera finish.
Untuk mendapatkan prestasi yang secepat mungkin dalam lari
cepat 100 meter seorang pelari harus mengetahui unsur-unsur atau faktor-
faktor yang ikut menentukan kecepatan lari, yaitu : Teknik start, Teknik
lari dan Teknik finish.
1. Teknik Start
Teknik start dalam lari cepat 100 meter menurut Soegito, dkk
(1991 : 99) adalah start jongkok terdiri dari Aba-aba ”Bersedia”Siap”Ya”.
Setelah aba-aba ”Bersedia” atlet atau pelari menempatkan diri
pada balok start dengan berat badan dibagi seimbangan pada lutut
belakang dan tangan. Lengan direntangkan sekedar selebar bahu dan
tangan berada dibelakang garis. Jari dan ibu jari membentuk huruf ”V”.
9
a. Bersedia
Sifat-sifat teknis
Aba-aba ”Bersedia”
b. Siap
2. Lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku (900).
kedepan.
c. Gerak
Condong
Gambar 4
Sikap Gerakan Condong
d. Percepatan
3. Finish
16
sampai garis finish. Dengan demikian faktor kekuatan otot tungkai tidak
dapat dipisahkan dalam membahas prestasi lari cepat 100 meter.
2. X2 3 3
3. X3 4 4
4. XI IPS 1 2 2
5. XI IPS 2 2 2
6. XI IPS 3 2 2
Jumlah 17
20
1.5.2. Sampel
- Siswa berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh tanah
atau lantai.
- Kedudukan kepala hendaklah sedemikian rupa, sehingga lubang
telinga dan batas bawah rongga mata berada dalam garis
horizontal.
Gambar 10
Test Pengukuran Tinggi Berdiri
Gambar 11
Test Pengukuran Tinggi Duduk
Gambar 12
n xy
b
x y n x
x
2 2
a
y b x
n
2. Untuk menentukan apakah variabel x dengan variabel y terdapat
hubungan yang signifikan, digunakan rumus “r” product moment di
bawah ini :
(Suharsimi, 2002 : 208)
n. y y
2 2
25
DAFTAR KEPUSTAKAAN