Kista Endometriosis
Kista Endometriosis
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah terutama saat dan menjelang
menstruasi.
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah yang memberat saat dan
menjelang menstruasi. Nyeri perut seperti ini sudah dirasakan sejak 1 tahun setelah
pasien menstruasi (usia 14 tahun), namun memberat dalam 2 bulan terakhir. Mual (-),
muntah (-), demam (-), rasa penuh di perut (-), nyeri saat berhubungan (-), perdarahan
setelah berhubungan seksual (-). Pasien juga mengeluhkan sudah sejak menikah
belum berhasil memiliki keturunan, padahal pasien rutin melakukan hubungan seksual
tanpa pelindung, tidak ada rencana penundaan kehamilan dan tidak menggunakan alat
I. PEMERIKSAAN FISIK
a) Status Generalis
Suhu : 36℃
Simetris : (+)
Massa : (-)
Sistem kardiovaskular
Regularitas : reguler
Murmur : (-)
Gallop : (-)
Sistem Respirasi
Simetris : (+)
Rhonki : (-)
Wheezing : (-)
Abdomen
Perkusi :
Ekstremitas
Nadi :
Varikosa :
Edema : (-)
Reflex : (+)
Inspeksi
Vulva & Vagina : tidak terlihat adanya massa dan tanda-tanda inflamasi
Inspekulo
porsio licin, tidak terlihat massa, OUE tertutup, nyeri goyang porsio (-)
Pemeriksaan Bimanual
Uterus :
Adnexa : teraba massa pada ovarium kiri, nyeri tekan (+), mobilitas (-)
Ultrasonografi : (diharapkan temuan seperti berikut) ground glass, homogenous low level
TINJAUAN PUSTAKA
endometrium pada lokasi ektopik, lokasi paling sering adalah peritoneum, ovarium dan septum
rektovaginal. Jaringan endometriosis yang berada pada ovarium dan membentuk kista disebut
dengan kista endometriosis atau kista coklat (endometrioma ovarium). Penyakit ini
mempengaruhi 6-10% wanita pada usia reproduktif, gejala klasik dari endometriosis berupa
dismenorea, dispareunia, nyeri pelvik kronik, perdarahan abnormal uterus dan atau infertilitas.1
Prevalensi kondisi ini pada wanita yang mengalami nyeri, infertilitas ataupun keduanya adalah
sebanyak 35%-50%.2 Namun endometriosis masih saja sulit di diagnosa dan memiliki 6.7
tahun rata-rata latensi dari awal munculnya gejala hingga diagnosis definitif ditegakkan.
Penyakit ini mewakili penyebab paling tinggi dari histerektomi dan angka perawatan di rumah
sakit pada US3, selain itu penyakit ini juga mempengaruhi kualkualitas hidup pasien pasien
secara signifikan.4
Endometriosis dapat berkembang dimana saja di dalam pelvis dan ekstra-pelvik pada
permukaan peritoneum. Endometriosis ditemukan pada area pelvis, seperti cul-de-sacs anterior
dan posterior, peritoneum pelvik, ovarium, dan ligamentum utero-sakral biasanya terlibat.
Tambahan lainnya, septum rekto-vaginal, ureter, dan kandung kemih, sedangkan perikardium,
bekas luka operasi, dan pleura jarang sekali menjadi terpengaruhi. Implantasi dari sel
endometriosis dapat berada di permukaan ataupun dapat menginfiltrasi hingga ke dalam dan
dapat melibatkan struktur vital, seperti usus, kandung kemih dan ureter. Invasi lebih dari 5 cm
juga termasuk dalam definisi dari endometriosis dengan infiltrasi dalam, yaitu paling sering
bermanifestasi sebagai endometrioma ovarium. Kista ini memiliki dinding yang halus, dan
berwarna coklat gelap, berisi cairan kecoklatan, dapat berbentuk unilokular, dan jika berukuran
besar dapat berbentuk multilokular. Patogenesis pada endometrioma ovarium masih belum
jelas, namun terdapat 3 teori, yaitu invaginasi implantasi pada korteks ovarium, metaplasia
kolemik, dan keterlibatan kista ovarium fungsional akibat implantasi endometriosis yang
Endometrioma ovarium (kista coklat) adalah salah satu nama lain dari kista
17%-44% wanita dengan endometriosis. Gambaran umum kista ini berisi cairan kental
berwarna coklat yang merupakan sel darah merah yang sudah tua. Patogenesis dari kista coklat
ini masih merupakan teori-teori yang kontroversial, namun terdapat 3 teori utama, yaitu:
invaginasi dari korteks ovarium akibat perdarahan dari implantasi superfisial, invaginasi pada
korteks ovarium akibat metaplasia kolemik epitel dan transformasi endometriosis dari kista
terperangkap dan menyebabkan invaginasi gradual pada korteks ovari yang menghasilkan
pseudokista.6
akumulasi darah pada tempat implantasi melalui ovarioskopi.7 Teori ini penting pada tatalaksan
endometrioma ovarium karena korteks ovarium merupakan permukaan pada dinding bagian
dalam pada pseudokista. Oleh sebab itu, korteks ovarium akan hilang pada saat eksisi
endometrioma.
Teori kedua diungkapkan oleh Donnez et al., pada tahun 1996 dan menyatakan bahwa
invaginasi pada endometrioma ovarium bukan disebabkan oleh perdarahan pada implantasi,
melainkan karena metaplasia kolemik epitel yang terinvaginasi ke dalam korteks ovarium.8
Donnez et al., juga menyatakan bahwa eksisi endometrioma atau vaporisasi berpotensi
menyebabkan rekurensi akibat invaginasi dari jaringan endometrium ke dalam ovarium.9 Teori
terakhir dinyatakan pertama kali oleh Nezhat et al. Pada tahun 1992 bahwa endometrioma
Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori implantasi
jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson.18 Teori ini didasari atas 3 asumsi:
2. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga peritoneum
Teori menstruasi retrograde dan teori implantasi yang di ungkapkan oleh sampson
merupakan teori yang paling luas diterima dalam menjelaskan pertumbuhan endometriosis.
Menurut studi yang sudah dilakukan, ditemukan jaringan endometrium di ostium tuba pada
wanita yang menstruasi. Jaringan endometrium juga dideteksi dalam tuba falopi yang diangkat
peritoneum dan ovarium. Hal ini dapat terjadi pada 80% wanita yang menstruasi, namun tidak
penganut teori ini berhipotesis bahwa endometriosis terjadi pada wanita yang memiliki
gangguan sistem imunitas seperti gangguan yang tidak dapat mengidentifikasi dan
perlekatan pada epitel peritoneum, adanya pertumbuhan pembuluh darah lokal, pertumbuhan
lanjut dan mampu bertahan diperlukan dalam perkembangan endometriosis dari aliran balik
Secara umum patogenesis dari endometriosis terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori yang
menyatakan endometriosis berasal dari uterus (endometrium) dan yang berasal dari non-
endometrium. Diantara teori yang menyatakan penyakit ini berasal dari luar uterus yaitu teori
kolemik metaplasia yang melibatkan trasnformasi dari jaringan peritoneum normal menjadi
jaringan endometrium ektopik.11 Namun masih belum diketahui dengan jelas penyebab dari
transformasi sel ini, walaupun endocrine disrupting chemical atau EDC dapat menjadi kandidat
hormonal atau faktor imun mampu mengubah sel peritoneum menjadi sel endomterium.12,13
Terakhir, teori embryonic mullerian rests atau mullerianosis merupakan sisa atau residu dari
lesi endometriosis dibawah pengaruh estrogen pada awal pubertas.14 Teori ini mendukung studi
epidemiologis yang melaporkan kenaikan resiko endometriosis dua kali pada wanita yang
terpapar dietilstilbestrol.15
dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks
dirangsang oleh estrogen. Kadar MMP meningkat pada awal siklus haid dan biasanya ditekan
oleh progesteron selama fase sekresi. Kadar abnormal dari MMP dikaitkan dengan sifat invasif
dan destruktif. Pada wanita yang menderita endometriosis, MMP yang disekresi oleh
endometrium yang resisten terhadap penekanan progesteron. MMP yang menetap didalam sel-
sel endometrium yang meluruh dapat mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap
endometrium yang berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum
pembuangan debris pada darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag merupakan bahan
kunci untuk respon imun alami, bagian sistem imun yang tidak antigen-spesifik dan tidak
fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme yang jahat dan juga bertindak sebagai
pemakan, membantu untuk membersihkan sel apoptosis dan sel-sel debris. Makrofag
mensekresi berbagai macam sitokin, faktor pertumbuhan, enzim dan prostaglandin dan
membantu fungsi-fungsi faktor diatas disamping merangsang pertumbuhan dan proliferasi tipe
sel yang lain. Makrofag terdapat dalam cairan peritoneum normal dan jumlah serta aktifitasnya
meningkat pada wanita dengan endometriosis. Pada penderita endometriosis, makrofag yang
terdapat di peritoneum dan monosit yang beredar teraktivasi sehingga penyakitnya berkembang
melalui sekresi faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang proliferasi dari endometrium
ektopik dan menghambat fungsi pemakannya. Natural killer juga merupakan komponen lain
yang penting dalam proses terjadinya endometriosis, aktifitas sitotoksik menurun dan lebih
- Faktor endokrin
dependent disorder). Disregulasi sintesis dan metabolisme estrogen telah diimplikasikan dalam
dan testosteron menjadi estron dan estradiol. Aromatase ini ditemukan dalam banyak sel
manusia seperti sel granulosa ovarium, sinsitiotrofoblas di plasenta, sel lemak dan fibroblas
kulit.
aromatase yang tinggi sehingga kadar estrogen pun meningkat. Dengan kata lain, wanita
oksigenase tipe-2 lokal (COX-2) yang mensintesis prostaglandin (PG)E2, suatu stimulan poten
terhadap aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis, sehingga produksi
(17βHSD), yang terdiri dari 2 tipe: tipe-1 merubah estron menjadi estradiol (bentuk estrogen
yang lebih poten) dan tipe-2 merubah estradiol menjadi estron. Dalam endometrium eutopik
normal, progesteron merangsang aktifitas tipe-2 dalam kelenjar epitelium, enzim tipe-2 ini
sangat banyak ditemukan pada kelenjar endometrium fase sekresi. Dalam jaringan
endometriotik, tipe-1 ditemukan secara normal, tetapi tipe-2 secara bersamaan tidak
ditemukan. Progesteron tidak merangsang aktiftas tipe-2 dalam susukan endometriotik karena
tampilan reseptor progesteron juga abnormal. Reseptor progesteron terdiri dari 2 tipe: PR-A
dan PR-B, keduanya ini ditemukan pada endometrium eutopik normal, sedangkan pada
endometrium yang hidup menyebar melalui pembuluh darah dan limfatik. Teori ini
menjelaskan kejadian endometriosis yang jarang terjadi di ekstrapelvis, seperti di otak dan paru
-paru, tapi tidak menjelaskan lesi pelvik yang biasa terjadi yang mengacu akibat lokasi
merupakan lesi patologik yang berasal dari sel - sel yang mengalami mutasi somatik. Mutasi
ini dipercaya merupakan hasil dari faktor – faktor lingkungan tertentu seperti polutan dan
dioxin. Sel yang abnormal ini kemudian berkembang menjadi tumor jinak yang terdiri dari
Terdapat perbedaan secara molekular yang jelas antara jaringan endometriosis dengan
endometrium, seperti produksi berlebih pada estrogen, prostaglandin dan sitokin pada jaringan
endometriosis yang diterangkan oleh Bulun dkk (2009). Bentuk yang sulit dipisahkan pada
kelainan ini juga terjadi pada endometrium wanita dengan endometriosis, dibanding
endometrium wanita normal. Ekspresi gen yang membentuk endometrium wanita dengan
kandidat gen yang berhubungan dengan kegagalan implantasi, infertilitas dan resistensi
progesteron.
sitokin pada inflamasi akut seperti interleukin-1β, interleukin 6, dan tumor nekrosis faktor
(regulated upon activation normal T-cell expressed and secreted) menarik granulosit, NK sel,
feedback memastikan akumulasi sel - sel imun ini, sitokin dan kemokin dalam menegakkan
lesi.
Pada pasien dengan endometriosis, respon inflamasi dan imun, angiogenesis dan
apoptosis mengubah fungsi penyokong kehidupan sel dan mengisi ulang jaringan
endometriosis. Proses dasar patologi ini tergantung pada estrogen dan progesteron. Bentuk
berlebihan dari estrogen dan prostaglandin dan perkembangan resistensi progesteron memiliki
poin klinis yang penting untuk penelitian karena target terapi dari aromatase ada dalam jalur
biosintesis estrogen, 9 mengurangi nyeri pelvik atau secara laparoskopi terlihat jaringan
endometriosis atau kombinasi keduanya. Tiga target penting ini telah diketahui dengan marker
2.4.1 Anamnesis
sepertiga dari kasus), hal yang paling penting untuk diingat adalah derajat endometriosis yang
terlihat tidak memiliki korelasi dengan tingkat/derajar nyeri yang dirasakan maupun gangguan
simtomatis lainnya, karena lokasi dan kedalaman infiltrasi jaringan-lah yang berhubungan
yang dirasakan. Selain nyeri, pasien juga datang dengan gejala non-spesifik seperti fatigue,
terlibat, contohnya:
- Dismenorea
- Meno-metroragia
- Nyeri pinggul
- Dispareunia
Karena paling banyak lokasi implantasi dari endometriosis adalah di uterus, ovarium,
peritoneum posterior, pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri pinggul yang semakin
memburuk dan atau dismenorea sekunder. tidak jarang wanita melaporkan adanya nyeri pada
motilitas usus, diare, bahkan hematokezia yang berhubungan dengan mens-nya saat
endometriosis melibatkan kolon rekto-sigmoid. Disuria, nyeri pinggang atau hematuria dapat
Nyeri siklik yang menyertai perdarahan saat menstruasi. Ini dapat melibatkan kandung
kemih (hematuria), usus (hematokezia dan nyeri sata defekasi), atau yang jarang ditemukan
perdarahan pada tempat seperti umbilikus, dinding abdomen atau perineum. Biasanya pasien
datang dengan keluhan nyeri siklik pada luka bekas operasi massa yang meluas, eksisi
menunjukan fokus endometriosis. Rata-rata onset nyeri siklik maupun non-siklik 2.9 tahun
setelah menarche.
Eksaserbasi akut dipercaya disebabkan oleh peritonitis akibat kebocoran sel darah yang
sudah tua dari kista endometriosis. Dismenorea sekunder terjadi dua kali pada wanita dengan
dipertimbangkan pada pasien datang dengan kleuhan dismenorea yang signifikan, dan harus
Pasien yang aktif secara seksual seringkali melaporkan dispareunia dalam yang memburuk
saat fase premenstruasi dalam sebuah siklus. Dispareunia dalam dapat berasal dari bekas luka
ligamentum uterosakral, nodul pada septum rektovagina, obliterasi cul-de-sac, atau retroversi
uteri, semua hal ini dapat mengarahkan nyeri punggung kronik. Gejala diatas dapat menjadi
lebih berat saat menstruasi. Wanita dengan infiltrasi mendalam pada ligamentum uterosakral
Gejala siklik lain yang tidak umum termasuk hemoptisis, kejang katamenial dan perdarahan
umbilikal. Obstruksi usus parsial maupun komplit biasanya terjadi akibat perlengketan atau
lesi endometriosis sirkumferensial. Obstruksi ureter dan hidronefrosis dapat berasal dari
Pasien dengan endometriosis biasanya jarang terdapat temuan fisik selain nyeri tekan
yang berhubungan dengan lokasi yang terlibat. Temuan paling sering adalah nyeri tekan non-
spesifik pada pelvik. Pada suatu penelitian 22% orang dewasa memiliki temuan fisik abnormal
yang konsisten dengan letak anatomi lesi yang ditemukan saat operasi. Pada pemeriksaan
pelvik, nyeri tekan saat pemeriksaan paling baik dideteksi saat menstruasi. Penemuan berarti
pada saat pemeriksaan adalah adanya massa nodul yang nyeri saat ditekan dan sejalan dengan
penebalan ligamentum uterosakral, bagian posterior uterus atau bagian posterior cul-de-sac.
Obliterasi kantong yang bersamaan dengan retroversi uteri yang terfiksasi menggambarkan
penyakit yang meluas. Kadang-kadang dapat ditemukan nodul kebiruan yang berasal dari
Jika kista endometrioma ruptur maka gambarannya adalah seperti akut abdomen,
karena dapat melibatkan rektum dan sistem gastrointestinal secara luas yang menyebabkan
perlengketan dan obstruksi. Oleh sebab itu pemeriksaan untuk evaluasi servisitis, keputihan
dan penyakit menular seksual juga harus dilakukan sebagai diagnosa banding.
2.5 Diagnosis
Gold standard pada endometrioma ovarium adalah laparoskopi. Namun, USG dan MRI
merupakan modalitas yang paling baik dalam mendiagnosis awal dan dapat membedakan
endometrioma dari tumor jinak ovarium lain yang memiliki gambaran umum mirip dengan
endometrioma, yaitu homogenous low-level internal echoes dan dinding tebal jika dilihat
menggunakan USG.6 Menurut Van Holsbeke et al. Ultrasound paling baik untuk membedakan
antara endometrioma dengan massa pada adneksa lainnya adalah denagn round glass
echogenicity pada cairan kista yang memiliki sensitifitas 73% dan spesifisitas 94%.7 Guerriero
et al. Menemukan bahwa USG transvaginal dapat mendeteksi adanya adhesi pelvis pada pasien
MRI adalah salah satu alat diagnostik yang paling baik dan informatif untuk kista
adanya pemendekan pada T2 yang sesuai dengan hiperintensitas pada gambaran T1, hal ini
bermanfaat untuk membedakan kista endometriosis dengan lesi/kista lain yang mengandung
darah, contohnya kista hemoragik korpus luteum. 18,20 Kurangnya penekanan pada lemak
Peranan penting lain pada MRI dalam manajemen kista endometriosis adalah MRI
dapat mendiagnosa adanya endometriosis ekstra-ovarium yang sebelumnya sudah ada, yang
memiliki gejala yang sama yaitu nyeri dan infertilitas. Gambaran karakteristik MRI pada
endometriosis superfisial adalah hiperintensitas pada T1 dan hipointensitas pada T2, atau,
hiperintensitas pada kedua T1 dan T2. MRI juga dapat digunakan untuk melihat adanya
2.6 Komplikasi
2.6.1 Infertilitas
obstruksi tuba, dan distorsi anatomis. Sehingga mengganggu pembentukan kualitas oosit dan
transportasinya. Wanita dengan endometrioma ovarium mengalami nyeri panggul kronik dan
dispareunia sehingga menyebabkan infertilitas secara tidak langsung.22 Namun, pada wanita
tanpa nyeri panggul dan distorsi anatomi, infertilitas yang disebabkan oleh endometrioma
secara potensial berasal dari penurunan tingkat pengambilan oosit, penurunan kualitas oosit
folikel ini diduga akibat adanya invaginasi dari korteks ovarium yang kemudian akan
telah ditemukan tingginya kadar stres oksidatit pada ovarium wanita dengan endometrioma.
Stres oksidatif diketahui dapat menyebabkan apoptosis pada oosit dan nekrosis pada folikel.25
Efek endometrioma terhadap kualitas oosit masih kontroversial dan sulit dinilai.
Namun pada sebuah penelitian, pada wanita dengan endometrioma hanya ditemukan
penurunan kualitas oosit dan hanya sedikit oosit yang matang. yang diambil dibandingkan
2.7 Tatalaksana28
Kista endometriosis dapat menjadi penyebab nyeri pelvis/panggul, namun jarang jika hanya
kista endometriosis saja yang menjadi penyebabnya, biasanya kista endometriosis ini disertai
dengan endometriosis ekstra-ovarium lain sehingga menyebabkan nyeri kronik dan berat
akibat adanya inflamasi dan perlengketan.26 Berbagai macam obat dapat digunakan sebagai
tatalaksana nyeri akibat endometriosis. GnRH agonis cukup efektif sebagai tatalaksana nyeri
1. GnRH agonis sebagai pilihan paling sering digunakan. GnRH agonis berfungsi
menstrual.
atau anti-progestagen (gestrinon) adalah pilihan terapi untuk nyeri yang disebabkan
oleh endometriosis.
5. Analgesik juga dapat diberikan untuk mengurangi nyeri, NSAID adalah tipe
analgesik yang memberikan efek cukup baik dalam tatalaksana nyeri pada
endometriosis.
Terapi pembedahan adalah tatalaksana lini pertama untuk nyeri pada wanita dengan
kista endometriosis. Tatalaksana bedah paling baik untuk mengurangi nyeri akibat
- Tidak disarankan untuk dilakukan terapi hormon pada pasien dengan endometrioma
secara spontan.
Daftar Pustaka
3. Redwine DB. Ovarian endometriosis: a marker for more extensive pelvic and
5. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JI, Corton MM.
Evaluation of the Infertile Couple. In: Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD,
Halvorson LM, Schaffer JI, Corton MM. eds. Williams Gynecology, 3e. New York,
6. Hughesdon PE. The structure of endometrial cysts of the ovary. J. Obstet. Gynaecol.
10. Nezhat F, Nezhat C, Allan CJ, Metzger DA, Sears DL. Clinical and histologic
Geburtshilfe Gynakol.1898;7:295–300.
13. 10. Merrill JA. Endometrial induction of endometriosis across Millipore filters. Am J
Obstet Gynecol.1966;94:780–90.
14. 11. Russell W. Aberrant portions of the mullerian duct found in an ovary. Ovarian
15. 12. Missmer SA, Hankinson SE, Spiegelman D, Barbieri RL, Michels KB, Hunter DJ.
17. 17. Sampson JA. Metastatic or Embolic Endometriosis, due to the Menstrual
Reprod. 1996;11(4):857–60.
23. Gupta S, Agarwal A, Agarwal R, Loret de Mola JR. Impact of ovarian endometrioma
(2011).
25. Matsuzaki S, Schubert B. Oxidative stress status in normal ovarian cortex surrounding
endometriotic cyst.
Analisa Kasus
Alasan diagnosis saya kista endometriosis:
Dari anamnesa :
Nyeri perut bawah saat menstruasi (+) (dismenorea), nyeri bersifat siklik (+) hal ini
mendukung bahwa nyeri ini dipengaruhi hormon, dimana hormon (estrogen) akan memuncak
pada awal fase menstruasi. Dispareunia (+) mendukung ke arah bahwa terdapat endometriosis
yang mungkin sudah mengenai ligamentum uterosakral (kista endometrium awalnya berasal
dari endometriosis), infertilitas (primer) (+) merupakan salah satu dari 2 gejala utama pada
kista endometriosis. Pasien juga memiliki riwayat penyakit dahulu berupa dismenorea sejak
awal menstruasi dan telah di diagnosa memiliki kista ovarium sejak tahun 2009 dan
dikonfirmasi pada tahun 2016 melalui USG bahwa terdapat kista endometriosis ovarium kiri.
Ukuran kista juga tidak bertambah secara drastis sejak pertama di diagnosis. Pasien juga
memiliki riwayat keluarga: ibu dengan dismenorea, hal ini mendukung etiologi dari
endometriosis dimana melibatkan faktor genetik, wanita first degree relative memiliki resiko
Pemeriksaan fisik :
Pada pemeriksaan bimanual teraba massa pada ovarium kiri mendukung ke arah letak
Pada pemeriksaan penunjang (USG) : ditemukan kista endometriosis ovarium kiri berukuran