Bab I Ppok
Bab I Ppok
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
nafas karena bronkitis kronik atau emfisema, obstruksi tersebut umumnya bersifat
(Mansjoer Arief, 2001). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi
luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan
asma. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru– paru. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyebab
kematian kelima terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari
25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001). Hasil survei penyakit tidak
Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakan oleh
kunjungan pasien PPOK di instansi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta,
setelah penyakit jantung, kanker dan penyakit serebro vaskular. Biaya yang
dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai 24 Miliyar per tahunnya. World health
PPOK akan meningkat . Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga. Dep. Kes. RI
tahun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat keenam. Merokok
lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain lainnya.(Sudoyo, 2006)
Dampak yang ditimbulkan dari dari polusi udara, debu, asap rokok, dan
merasa sesak, yang merupakan proses perjalanan penyakit itu sendiri, bila
tidak jarang seseorang yang mengalami gangguan dalam pernafasan lebih banyak
Samarinda total pasien dengan kasus penyakit paru obstruksi kronis pada tahun
2011 adalah berjumlah 500 kasus dengan jumlah kunjungan dalam tahun 2011
berjumlah 20.872 pasien, pada tahun 2012 total pasien dengan kasus penyakit
paru obstruksi kronis adalah berjumlah 430 kasus dengan jumlah kunjungan
gejala yang sering muncul, akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya
mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu penulis dalam karya tulis ini
mengambil judul “Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dirgahayu Samrinda.
2. Tujuan Khusus
kronik (PPOK).
dilakukan.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian karya tulis ilimiah ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi
Kronik
2. Manfaat Praktis
perawat dan membuat pasien merasa nyaman, puas dan percaya pada pelayanan
D. Ruang Lingkup
Pada karya tulis ini, penulis mengambil ruang lingkup pada kejadian penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) yang dewasa ini kasusnya semakin meningkat di
dunia ini seiring dengan semakin banyaknya juga kasus perokok aktif maupun
pasif dimana merokok itu sendiri merupakan termasuk faktor etiologi penyakit
Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh dari isi penulisan
karya tulis ini, maka sistematika penulisan ini terbagi dalam lima bab, antara lain :
bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan masalah, ruang
lingkup bahasan, tujuan penulisan dan sistematika penulisan karya tulis ilmiah, bab
2 berisi dasar teori yang menguraikan tentang landasan teori medis dan landasan
merupakan tinjauan kasus dimana penulis akan menyajikan suatu kasus dengan
tindakan keperawatan dan evaluasi akhir tindakan, dan bab 4 merupakan bab
penutup yang terdiri dari kesimpulan dari isi karya tulis yang dibuat dan saran-
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang dasar teoritis dari konsep dasar penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) yang meliputi anatomi dan fisiologi paru-paru,
penatalaksanaan dan komplikasi, serta dasar teoritis dari proses keperawatan yang
evaluasi.
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
dalam darah dan C02 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru
a) Hidung (Nasal)
hirup, udara masuk dan keluar sistem pernafasan melalui hidung yang
brbentuk dari dua hidung yang terbentuk dari dua tulang hidung dan
brupa kartilogi. Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia udara
besar lender ini pada akhirnya akan tertekan dan setiap bakteri yang
b) Faring
yang hanya dilalui oleh udara. Bagian faring yang dapat dilihat ketika
c) Laring
a) Trakhea
b) Bronkus
Ujung distal trankhea menjadi bronkus primer kanan dan kiri yang
berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru rata-rata orang
3) Paru-paru
setip paru terdapat identitas yang di sebut hilus. Paru kanan terdiri dari
tiga lobus, lapisan yang membatasi lobus di sebut fisura. Dua lapis
a. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra
superior, Lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobules
b. Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan lobus
bernama segment.
pada lobus superior, dan 5 (lima) buah segment pada inferior. Sedangkan
lobus superior, 2 ( dua ) buah segmen pada lobus medialis, dan 3 ( tiga )
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
b. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura ini terdapat rongga ( kavum ) yang disebut kavum
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3
dad aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah " kaya oksigen
kekurangan oksigen.
(gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding
kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan
Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-
dan sebaliknya.
dan sel-sel jaringan tubuh, penggunaan 02 dan pembuatan C02 dalam sel
kejantung), serta proses pengeluaran zat sisa (C02 ) dari sirkulasi darah
kegiatan kompleks berbagai organ tubuh yaitu paru sebagai organ utama,
system syaraf sebagai activator, diafragma, dan rongga toraks sebagai
gas, dan transfortasi gas melalui darah. Ventilasi adalah proses keluar dan
masuknya udara dari luar menuju paru hingga alveoli atau sebaliknya.
keseluruh tubuh atau sebaliknya dari seluruh organ tubuh menuju jantung
dan paru.
2. Pengertian PPOK
menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema dan bronchitis
kronis. Sedangkan menurut Sylvia dan Laurence (2006) Penyakit Paru Obstruksi
akut dan asma bronchial yang berlangsung lama ditandai oleh peningkatan
kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dipsnea saat ativitas dan penurunan
bronchitis kronik dan asma bronchial disebabkan oleh perokok akif atau terpajan
pada polusi udara,terdapat sumbatan jalan nafas yang secara progresif meningkat.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena
3. Etiologi
a. Kebiasaan merokok
b. Polusi Udara
Ovedoff (2002) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi
udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama menurut Neil F Gordan
(2002) bagi penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
c. Merokok
dirasakan.
f. Polusi udara
obstuksi kronik
i. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif
4. Patofisiologi
Penyakit paru obstrksi kronik dapat terjadi karena adanya hambatan aliran
udara didalam paru, yang menimbulkan sedikit tahanan pada inspirasi dan lebih
yakni seseorang yang berkaitan dengan perokok aktif / polusi udara sehingga
berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi lebih kecil dari sel
globet. Saluran nafas besar juga penyempitan karena hipertopi dan hyperplasia
sel radang saluran nafas berawal dari pencetus allergen, cuaca, debu, stress, dan
lain-lain. Terjadi peningkatan kontraksi otot polos sehingga menyebabkan
Etiologi
Allergen, debu, cuaca, stress, dan lain-lain
5. Menifentasi Klinis
Gejala awal dari penyakit paru obstruksi kronis yang biasa muncul setelah
5-10 tahun merokok adalah batuk dan adanya lendir, batuk biasanya ringan dan
sering salah diartikan sebagai batuk normal yang di alami oleh perokok. Walau
sebetulnya tidak normal, sering terjadi nyeri kepala dan pilek, semakin lama
bertambah parah secara berlahan-lahan dan akhirnya sesak nafas akan dirasakan
pada saat melakukan kegiatan rutin setiap hari-hari. Sepertiga penderita PPOK
Tanda dan gejala penderita PPOK biasanya ini timbul pada usia 54-65
Tahun, batuk menetap dengan sputum yang terutama kental dan mukoid, sukar
bernafas yang progresif dengan wheezing bila terdapat obstruksi bronkus. Pada
pemeriksaan fisik dada mungkin hiper infeksi dengan bunyi nafas melemah dan
ronchi yang dapat menghilang pada saat batuk. (David Ovidoff, 2002).
Akan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea pada waktu pasien melakukan
sel radang saluran nafas berawal dari pencetus allergen, cuaca, debu, stress, dan
6. Pemeriksaan Tambahan
digunakan untuk menilai beratnya ppok atau copd dan memantau perjalanan
penyakit.
alfa – 1 antitripsin.
7. Penatalaksanaan
angka kematian.
1) Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada
PPOK atau COPD stabil. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan
adalah :
e. Penyesuaian aktivitas.
2) Obat – obatan
a. Bronkodilator
derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau
xantin.
b. Anti Inflamasi.
atau prednison.
c. Antibiotika.
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan
untuk lini pertama adalah amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua
d. Antioksidan.
rutin.
f. Antitusif.
3) Terapi Oksigen
sel dan mencegah kerusakan sel baik diotot maupun organ – organ lainnya.
4) Ventilasi Mekanik
dengan gagal napas akut, atau pada penderita PPOK derajat berat dengan
gagal napas kronik. Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
Malnutrisi pada pasien PPOK atau COPD sering terjadi, disebabkan karena
hipermetabolisme.
latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita dengan PPOK atau COPD.
Program ini dapat dilaksanakan baik diluar maupun didalam Rumah Sakit
oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori
terapis dan psikolog. Program rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik,
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
kontroversial.
e) Pengobatan simtomatik.
8. Komplikasi
a. Hipoxemia
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
d. Gagal jantung
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( Maryllinn. E. Doenges, 2000
).
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan
pernapasan :
e. Riwayat merokok?
berikut :
e. Barrel chest?
a. Chest X-Ray
misal : bronchodilator.
asthma)
f. Bronchogram : Dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi,
mukus (bronchitis).
eosinofil (asthma)
allergi.
disritmia (bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi
merencanakan/evaluasi program.
1.1. Palpasi:
1.2. Perkusi:
1.3. Auskultasi:
2. Diagnosa Keperawatan
respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Yang
dimaksud dengan masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat
dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
anoreksia.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi.
panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis.
keperawatan.
Adapun rencana tindakan keperawatan pada klien peyakit paru obstruksi kronis
2) Intervensi keperawatan:
mengeluarkan dahak.
IPPB
dahak.
c. Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari
mengeluarkan sekret
berkelanjutan
keletihan.
2) Intervensi:
a. Pantau : status pernafasan tiap 8 jam, tanda vital tiap 4 jam, hasil
serangan nyeri
diafragma
ventilasi perfusi
sesak
2) Intervensi :
kenyamanan
2) Intervensi keperawatan:
memudahkan pilihan
kursi
menjalankan aktivitas.
2) Intervensi keperawatan:
menyebabkan mual
pengaturan posisi.
2) Intervensi keperawatan:
fowler.
pasien.
istirahatnya.
2) Intervensi keperawatan:
1) Temani pasien dan minta perawat lain untuk segera lapor dokter
ansietas
mengalami sesak.
tidak sendiri.
2) Intervensi keperawatan:
yang dianjurkan
2) Intervensi keperawatan:
memudahkan pilihan
pasien.
dirinya
oksigenasi.
2) Intervensi:
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan tentang dasar teoritis dari konsep dasar penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) yang meliputi anatomi dan fisiologi paru-paru,
penatalaksanaan dan komplikasi, serta dasar teoritis dari proses keperawatan yang
evaluasi.
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
dalam darah dan C02 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru
1) Hidung (Nasal)
Hidung merupakan pintu masuk pertama pada udara yang kita hirup,
udara masuk dan keluar sistem pernafasan melalui hidung yang brbentuk
dari dua hidung yang terbentuk dari dua tulang hidung dan brupa kartilogi.
Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia udara yang melewati
udara akan akan terjebak dalam lender, silia pada lapisan mukosa secara
kontinu menyapu lender karah faring sebagian besar lender ini pada
akhirnya akan tertekan dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh
2) Faring
posterior rongga nasal dan oral dan dianterior vertebra sertivasi. Faring
dapat dibagi menjadi tiga segmen nasofaring , bagian paling atas terletak
oleh udara. Bagian faring yang dapat dilihat ketika anda bercermin dengan
3) Laring
rawan tiroid epiglotis berupa katup tulang rawan, menutup laring sewaktu
orang menelan.
1) Trakhea
kartilago, otot polos dan serat elastis banyaknya sekitar 16 sampai 20 buah
2) Bronkus
Ujung distal trankhea menjadi bronkus primer kanan dan kiri yang
berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru rata-rata orang
3) Paru-paru
setip paru terdapat identitas yang di sebut hilus. Paru kanan terdiri dari
tiga lobus, lapisan yang membatasi lobus di sebut fisura. Dua lapis
membrane sorosa mengelilingi setiap paru sebagai pluara. Lapisan
a. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra
superior, Lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobules
b. Paru-paru kiri, terdiri dari; Pulmo sinester lobus superior dan lobus
bernama segment.
pada lobus superior, dan 5 (lima) buah segment pada inferior. Sedangkan
lobus superior, 2 ( dua ) buah segmen pada lobus medialis, dan 3 ( tiga )
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikal
b. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura ini terdapat rongga ( kavum ) yang disebut kavum
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3
dad aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah " kaya oksigen
kekurangan oksigen.
(gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding
kapiler.
Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan
Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-
dan sebaliknya.
dan sel-sel jaringan tubuh, penggunaan 02 dan pembuatan C02 dalam sel
kejantung), serta proses pengeluaran zat sisa (C02 ) dari sirkulasi darah
kegiatan kompleks berbagai organ tubuh yaitu paru sebagai organ utama,
system syaraf sebagai activator, diafragma, dan rongga toraks sebagai
gas, dan transfortasi gas melalui darah. Ventilasi adalah proses keluar dan
masuknya udara dari luar menuju paru hingga alveoli atau sebaliknya.
keseluruh tubuh atau sebaliknya dari seluruh organ tubuh menuju jantung
dan paru.
2. Pengertian PPOK
menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema dan bronchitis
kronis. Sedangkan menurut Sylvia dan Laurence (2006) Penyakit Paru Obstruksi
akut dan asma bronchial yang berlangsung lama ditandai oleh peningkatan
kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dipsnea saat ativitas dan penurunan
bronchitis kronik dan asma bronchial disebabkan oleh perokok akif atau terpajan
pada polusi udara,terdapat sumbatan jalan nafas yang secara progresif meningkat.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena
3. Etiologi
a. Kebiasaan merokok
b. Polusi Udara
Ovedoff (2002) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi
udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama menurut Neil F Gordan
(2002) bagi penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
c. Merokok
dirasakan.
f. Polusi udara
obstuksi kronik
i. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif
4. Patofisiologi
Penyakit paru obstrksi kronik dapat terjadi karena adanya hambatan aliran
udara didalam paru, yang menimbulkan sedikit tahanan pada inspirasi dan lebih
yakni seseorang yang berkaitan dengan perokok aktif / polusi udara sehingga
berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi lebih kecil dari sel
globet. Saluran nafas besar juga penyempitan karena hipertopi dan hyperplasia
sel radang saluran nafas berawal dari pencetus allergen, cuaca, debu, stress, dan
lain-lain. Terjadi peningkatan kontraksi otot polos sehingga menyebabkan
Etiologi
Allergen, debu, cuaca, stress, dan lain-lain
5. Menifentasi Klinis
Gejala awal dari penyakit paru obstruksi kronis yang biasa muncul setelah
5-10 tahun merokok adalah batuk dan adanya lendir, batuk biasanya ringan dan
sering salah diartikan sebagai batuk normal yang di alami oleh perokok. Walau
sebetulnya tidak normal, sering terjadi nyeri kepala dan pilek, semakin lama
bertambah parah secara berlahan-lahan dan akhirnya sesak nafas akan dirasakan
pada saat melakukan kegiatan rutin setiap hari-hari. Sepertiga penderita PPOK
Tanda dan gejala penderita PPOK biasanya ini timbul pada usia 54-65
Tahun, batuk menetap dengan sputum yang terutama kental dan mukoid, sukar
bernafas yang progresif dengan wheezing bila terdapat obstruksi bronkus. Pada
pemeriksaan fisik dada mungkin hiper infeksi dengan bunyi nafas melemah dan
ronchi yang dapat menghilang pada saat batuk. (David Ovidoff, 2002).
Akan tetapi, akhirnya timbul gejala dispnea pada waktu pasien melakukan
sel radang saluran nafas berawal dari pencetus allergen, cuaca, debu, stress, dan
6. Pemeriksaan Tambahan
digunakan untuk menilai beratnya ppok atau copd dan memantau perjalanan
penyakit.
alfa – 1 antitripsin.
7. Penatalaksanaan
angka kematian.
1) Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada
PPOK atau COPD stabil. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan
adalah :
e. Penyesuaian aktivitas.
2) Obat – obatan
a. Bronkodilator
derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau
xantin.
b. Anti Inflamasi.
atau prednison.
c. Antibiotika.
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan
untuk lini pertama adalah amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua
d. Antioksidan.
rutin.
f. Antitusif.
3) Terapi Oksigen
sel dan mencegah kerusakan sel baik diotot maupun organ – organ lainnya.
4) Ventilasi Mekanik
dengan gagal napas akut, atau pada penderita PPOK derajat berat dengan
gagal napas kronik. Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
Malnutrisi pada pasien PPOK atau COPD sering terjadi, disebabkan karena
hipermetabolisme.
latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita dengan PPOK atau COPD.
Program ini dapat dilaksanakan baik diluar maupun didalam Rumah Sakit
oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori
terapis dan psikolog. Program rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik,
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
kontroversial.
e) Pengobatan simtomatik.
8. Komplikasi
a. Hipoxemia
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul
cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
d. Gagal jantung
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. ( Maryllinn. E. Doenges, 2000
).
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala terakhir dan
pernapasan :
e. Riwayat merokok?
berikut :
e. Barrel chest?
a. Chest X-Ray
misal : bronchodilator.
asthma)
f. Bronchogram : Dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi,
mukus (bronchitis).
eosinofil (asthma)
allergi.
disritmia (bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi
merencanakan/evaluasi program.
1.1. Palpasi:
1.2. Perkusi:
1.3. Auskultasi:
2. Diagnosa Keperawatan
respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Yang
dimaksud dengan masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat
dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
anoreksia.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan, pengaturan
posisi.
panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis.
keperawatan.
Adapun rencana tindakan keperawatan pada klien peyakit paru obstruksi kronis
2) Intervensi keperawatan:
mengeluarkan dahak.
IPPB
dahak.
c. Lakukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari
mengeluarkan sekret
berkelanjutan
keletihan.
2) Intervensi:
a. Pantau : status pernafasan tiap 8 jam, tanda vital tiap 4 jam, hasil
serangan nyeri
diafragma
ventilasi perfusi
sesak
2) Intervensi :
kenyamanan
2) Intervensi keperawatan:
memudahkan pilihan
kursi
menjalankan aktivitas.
2) Intervensi keperawatan:
menyebabkan mual
pengaturan posisi.
2) Intervensi keperawatan:
fowler.
pasien.
istirahatnya.
2) Intervensi keperawatan:
1) Temani pasien dan minta perawat lain untuk segera lapor dokter
ansietas
mengalami sesak.
tidak sendiri.
2) Intervensi keperawatan:
yang dianjurkan
2) Intervensi keperawatan:
memudahkan pilihan
pasien.
dirinya
oksigenasi.
2) Intervensi:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas yang telah dibahas, maka penulis mencoba menarik
1. Pada saat pengkajian penulis menemukan masalah pada klien yaitu tidak
diagnosa saja, padahal seharusnya diagnosa keperawatan yang diangkat bisa saja
karena penulis menggunakan buku sumber yang ada yang sesuai dengan
karena klien dan keluarga mau berkerjasama dan selain itu karena penulis
selain pemulangan klien yang menurut penulis terlalu cepat, hal ini dapat
6. Pada diagnosa keperawatan antara diagnosa dari kasus yang ditemui dilahan
praktek dan diagnosa yang terdapat pada teori, ternyata penulis dapat
yang diperoleh dari kasus yang secara langsung ada dilahan praktek dari pada
B. Saran – saran
2. Sebaiknya dari hasil analisa data yang telah didapat benar-benar diamati
sehingga diagnosa yang ada sesuai dengan keadaan klien saat ini.
telah dilakukan sebagai bukti dari kerja perawat dan sebagai alat untuk
pertanggungjawaban atas semua tindakan asuhan keperawatan yang telah
yang cukup tentang kasus yang ditangani sehingga dapat melaksanakan tindakan
dan tidak berpatokan pada diagnosa yang ditemukan didalam teori, karena bisa
saja ada diagnosa lain diluar diagnosa teori yang bisa saja muncul pada kasus
langsung dilapangan.