Anda di halaman 1dari 16

Makalah

TEORI SEMIOTIK
Disusun Oleh:

Oto Pario Saputra


NPM. 1811070003

Dosen Pembimbing:
Yulsafli, M.Pd

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalh
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikiran.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuna dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 8 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Pengertian Semiotika............................................................................ 2


2.2 Model-Model Semiotik ........................................................................ 3
2.3 Tiga Unsur Semiotik dan Pendekatan Semiotik Dalam
Karya sastra .......................................................................................... 5
2.4 Analisis Semiotika Dalam Iklan ........................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan........................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semiotik biasanya disamakan dengan semiologi. Semiotik atau semiologi adalah


ilmu tentang tanda  berasal dari kata “semion” yang berarti tanda dan “logos”
adalah sebuah ilmu. Pendekatan semiotik mengikutertakan semua komponen yang
terlibat dalam pemahaman karya sastra. Komponen tersebut adalah pengarang,
realisasi, pembaca sistem sastra dan sejarah sastra (Bruhler, 1987).

Secara umum semiotika telah dimulai sejak filosof Yunani kuno, seperti
Plato dan Aristoteles, dan juga pada ahli-ahli skolastik abad pertengahan.
Semiotika merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan system tanda dan yang
berlaku bagi penggunaan tanda.
Membaca terori mengenai semiotika yang sampai sekarang ini
masih banyak dipelajari dalam ilmu teori komunikasi, membuat penulis merasa
tertarik dan membuat rasa keingintahuan untuk lebih mengenal mengenai teori
pendekatan semiotika.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang Penulis tentukan yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan teori semiotika?
2. Bagaimana cara menganalisis Semiotika dalam iklan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semiotik

Semiotika adalah sebuah cabang keilmuan yang digunakan tidak


hanya sebagai metode kajian (decoding) tetapi juga sebagai metode
penciptaan (encoding). Menurut Vera (2014:3) semiotika adalah ilmu
tentang tanda, dan merupakan cabang filsafat yang mempelajari dan
menelaah tanda, sedangkan menurut Ferdinand de Saussure sendiri, dalam
Course in General Linguistics, mendefinisikan semiotika sebagai “ilmu yang
mengkaji tentang tanda sebagai bagian dati kehidupan sosial (Piliang, 2003:45).”
Definisi tersebut menyiratkan kalau semiotika berprinsip pada aturan main (rule)
atau kode sosial (sosial code) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda
dapat dipahami maknanya secara kolektif.

Semiotika adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi


tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kesamaan,
analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat
dengan bidang linguistik, yang untuk sebagian besar, mempelajari struktur dan
makna bahasa yang lebih spesifik. Namun, hal itu berbeda dari linguistik,
semiotika juga mempelajari sistem tanda non-linguistik.

Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang :

1. Semantik: hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat;


denotata mereka, atau makna
2. Sintaksis: hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal
3. Pragmatik: hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen

Tanda dan Makna merupakan kata kunci yang menghubungkan antara


semiotika dan komunikasi. Di dalam komunikasi terdapat unsur pesan yang

2
berbentuk tanda-tanda. Dan tanda-tanda ini mempunyai struktur tertentu yang
dilatarbelakangi oleh keadaan sosiologi ataupun budaya.

2.2 Model – Model Semiotika


1. Model Ferdinand de Saussure
Prinsip dari teori Saussure ini adalah sebuah sistem tanda, dan setiap tanda
itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda).
Penjelasan Saussure menunjukkan karakter arbiter penanda dalam hubungannya
dengan petanda.

TANDA

PENANDA PERTANDA

CITRA BUNYI KONSEP

Model Saussure dapat digambarkan sebagai berikut:

2. Model Charles Sander Peirce


Peirce melihat subjek bagian yang tak terpisahkan dari proses signifikansi.
Model triadic Peirce (representamen, object, interpretant = tanda) memperlihatkan
peran besar subjek dalam proses transformasi bahasa (Piliang, 2003:266). Peirce
memandang bahwa tanda memiliki makna yang mengalami perubahan tanpa henti
atau unlimited semiosis, yaitu proses penciptaan rangkaian interpretant tanpa
akhir.

3
Model triadic Peirce ini memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk
tanda, yaitu represntamen (sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain),
objek (sesuatu yang direpresentasikan) dan interpretant (interpretasi seseorang
tentang tanda). Model triadic ini diuraikan sebagai berikut :

Kategori/Trikotomi Representamen Objek Interpretan

Firstness
Qualisign Ikon Rheme
Otonom

Secondness
Sinsign indeks Dicent
Dihubungkan dengan
realitas

Thirdness
Dihubungkan dengan Legisign Simbol Argument
aturan, konvensi, atau
kode

Sumber: dalam buku Hipersemiotik, (Piliang, 2003:267)

3. Model Umberto Eco


Dalam buku Hipersemiotika diungkapkan bahwa:

Bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka


sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran
(truth): ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk “mengungkapkan” apa-
apa. Saya pikir definisi sebagai sebuah teori kedustaan sudah sepantasnya

4
diterima sebagai sebuah program komprehensif untuk semiotika umum (general
semiotics) (Piliang, 2003:45).

Berdasarkan pemahaman diatas, saya menganggap bahwa teori menurut Eco


merupakan teori untuk mengungkapkan kebenaran sekaligus kedustaan. Dimana
tanpa kita mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, maka kita juga tidak akan
mengetahui bahwa suatu tanda adalah dianggap berbohong.

Eco mendefinisikan dusta adalah “mengatakan atau menulis sesuatu yang tidak
benar”. Artinya apa yang disajikan baik secara tertulis maupun lisan tidak sesuai
dengan realita yang sesungguhnya.

4. Semiotika John Fiske


John Fiske berpendapat bahwa terdapat tiga bidang studi utama dalam
semiotika, yaitu:

a. Tanda itu sendiri, terdiri atas studi tentang berbagai tanda.


b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda, mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunikasi
yang ada.
c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, penggunaan kode-kode
dan tanda-tanda untuk keberadaan dan bentuknya sendiri (Vera,
2014:32).
Pertama Realitas

Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip


dan sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up,
pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya

Kedua Representasi

Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis


seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan

5
sebagainya. Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya,
dan lain-lain. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke
dalam kode representasional yang memasukkan di antaranya
bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi, setting,
dialog, dan lain-lain).

Ketiga Ideologi

Semua elemen diorganisasikan dalam koheren dan kode kode


ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme,
patraki, ras, kelas, materialisme, dan sebagainya.

Sumber: I.S. Wahyu Wibowo, semiotika komunikasi, Jakarta, Mitra Wacana


Media, 2011, hal 123

2.3 Tiga Unsur Semiotik dan Pendekatan Semiotik Dalam Karya Sastra
Tiga unsur semiotik ini diungkapkan Oleh Charles Sanders Peirce (1839-
1914). Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triagle meaning yang
terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda, objek, dan interpretant.
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca
indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain
di luar tanda itu sendiri. Contohnya, lampu lalu lintas dimana lampu merah adalah
sebagai tanda /sign.

2.4 Analisis Semiotika Dalam Iklan


Iklan sebagai salah satu media marketing public relations yang kini banyak
diminati. Kelebihan memasarkan product melalui iklan di televisi adalah mampu
menjaring dan mengantarkan informasi kepada seluruh lapisan masyarakat yang
menyaksikan. Selain itu, iklan dianggap cukup efektif karena memiliki unsur
visual dan audio visual. Istilah advertising itu sendiri datang dari kata kerja bahasa
latin “advertere” yang berarti ‘mengarahkan perhatian seseorang ke ‘ (Danesi,
2010: 222). Hal ini menyatakan suatu bentuk pengumuman atau representasi yang
dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan tertentu. “Iklan perlu dibedakan

6
dengan bentuk representasi dan kegiatan lainnya yang diarahkan untuk
emmbujuk, dan mempengaruhi pendapat, sikap, dan perilaku orang-orang seperti
propaganda, publisitas, dan hubungan masyarakat” (Danesi, 2010: 223).
Iklan terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu iklan konsumen dan iklan
perdagangan. Iklan pada dasarnya mengikuti bagaimana tujuan-tujuan promosi
dan pemasaran yang telah dibuat. “Pada dasarnya tanda dalam iklan terdiri dari
tanda-tanda verbal dan non verbal. Tanda verbal mencakup bahasa yang kita kenal
sedangkan tanda-tanda non verbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam
iklan” (Wibowo, 2011:129) .
Suharko mengatakan “iklan berusaha merepresentasikan kenyataan yang
hidup dalam masyarakat melalui simbol tertentu, sehingga mampu menimbulkan
impresi dalam benak konsumen bahwa citra produk yang ditampilkan adalah juga
bagian dari kesadaran budayanya” (Wibowo, 2011:128).
Dalam makalah ini, akan dibahas sedikit mengenai analisis semiotika iklan
pada iklan Indomie.
1. Analisis Ferdinand de Saussure
Dalam analisis Saussure disini, diambil contoh objek/tandanya adalah
sebuah mie instan merk indomie.

TANDA

PENANDA PERTANDA
Produk makanan cepat saji
Indomie
berupa mie dengan berbagai rasa

7
2. Analisis Charles Sander Peirce

Kategori/Trikotomi Representamen Objek Interpretan


Firstness Qualisign Ikon Rheme
Otonom Warna hijau pada -Terdapat gambar Sebuah produk
kemasan merujuk cabai pada berupa mie
pada warna cabai kemasan yang instant dengan
hijau merujuk pada rasa pedas
cabai yang
sesungguhnya
- terdapat angka
40, yang
menunjukkan
bahwa Indomie
sudah
memproduksi
selama 40 tahun
lamanya.
Secondness Sinsign Indeks Dicent
Dihubungkan Warna hijau pada terdapat asap Sebuah mie
dengan realitas mie yang sudah diatas mie, yang instan yang
matang menunjukkan mudah dijumpai
menunjukkan bahwa mie di toko manapun
komposisi yang tersebut baru dengan harga
mengandung dimasak dan yang sangat
cabai hijau masih panas terjangkau

Thirdness Legisign Simbol Argument


Dihubungkan Warna mie yang Terdapat simbol Produk mie
dengan aturan, hijau menandakan indomie, yang instan yang
konvensi, atau bahwa rasa mie dipahami sebagai sangat lezat dan
kode tersebut pedas, logo produk banyak disukai
karena indomie masyarakat
mengandung indonesia hingga
cabai hijau mancanegara

8
3. Analisis Umberto Eco
Dalam iklan indomie yang baru-baru ini ditayangkan di televisi, ada satu hal
yang menarik. Berikut kutipan teks iklan indomie:

“Banyak yang bilang, beda itu konflik”

“yang kalah pasti salah”

“beda itu memisahkan, yang tadinya mencintai jadi membenci”

“Beda itu tabu, ujung-ujungnya jadi memaksakan kehendak”

“padahal perbedaan kan bukan tentang siapa yang benar, tapi untuk
memperkaya warna dunia”

“seperti air dan minyak sulit bersatu namun bisa berdampingan”

“dengan senyum, kata-kata dan pelukan yang hangat perbedaan jadi serasa
menyenangkan”

-Hadirkan kehangatan ditengah perbedaan-

Dari tagline diatas, yaitu “hadirkan kehangatan di tengah perbedaan” di


visualisasikan melalui gambar beberapa orang yang makan indomie bersama
dengan wajah gembira. Apabila di nilai sisi denotatifnya, akan berarti bahwa
dengan memakan indomie bersama teman-teman, akan menghadirkan
kehangatan/rasa kebersamaan. Namun bila dipandang sisi konotatifnya akan
berbeda maknanya, karena tidak ada hubungan antara perbedaan di masyarakat
yang menyebabkan saling membenci dengan makan indomie. Namun inilah yang
harus dikaji makna dibalik iklan tersebut.

Melihat iklan ini tayang disaat moment pilpres, dengan berita-berita yang
jelas terlihat perbedaan dari kedua kubu, dinilai iklan ini sengaja dibuat
sedemikian rupa untuk menarik minat konsumen melalui iklan tersebut. Strategi
iklan yang dibuat dalam rangka melakukan promosi ditengah hiruk-pikuk, dan
ketatnya pemilu. Dimana banyak stasiun TV yang isi tayangannya dominan

9
mengenai pilpres. Dengan mengambil tema yang sama dari pemilu, iklan indomie
ini diharapkan mampu meraup fokus pemirsa yang tengah disibukkan oleh iklan-
iklan kampanye pemilu. Terlebih dari kata-kata yang terdapat didalam iklan
tersebut, merujuk pada perbedaan pendapat, perbedaan keyakinan, kepercayaan
terhadap masing-masing tokoh idola yang diharapkan menjadi pemimpin negeri
ini. Indomie juga mengajak kepada masyarakat untuk tidak menimbulkan konflik,
dan hidup berdampingan walau tidak bisa menerima keputusan satu sama lain.
Bila di analisis menggunakan theory of lie dari Eco, maksud yang sebenarnya
ingin dituju adalah, apapun keyakinan, dan pilihan masyarakat, tetapi tetap satu
selera, yaitu indomie.

4. Analisis John Fiske


Teori menurut john Fiske ini, akan melengkapi analisis diatas. Dimana iklan
indomie ditayangkan di media televisi yang merupakan bagian dari media massa.

Pertama Realitas

Terdapat adegan dua orang membenci, kemudian diakhir


iklan beberapa orang duduk bersama menyantap indomie
dengan wajah gembira

Kedua Representasi

Terdapat teks iklan yang berbunyi


“Banyak yang bilang, beda itu konflik”
“yang kalah pasti salah”
“beda itu memisahkan, yang tadinya mencintai jadi
membenci”
Di dukung dengan backsound musik, teknik pengambilan
gambar pada iklan yang mempertegas bahwa perbedaan
menyebabkan orang membenci dan pada akhirnya bisa
bersama-sama.

Ketiga Ideologi

Indomie hendak mengingatkan kepada masyarakat tentang


ideologi pancasila Indonesia, yaitu “persatuan indonesia”.
Pesan yang disampaikan oleh Indomie menyangkut pautkan

10
antara perbedaan di tengah pemilu dengan perbedaan
komposisi pada mie, yaitu minyak dan air. Tetapi kembali
lagi, bahwa tujuan utama dalam iklan adalah untuk
meningkatkan penjualan. Iklan yang dikemas dengan konsep
yang menarik seperti Indomie diharapkan mampu
mempertahankan posisinya (brand positioning) sebagai
produk mie instan yang paling diminati dan sudah berdiri
sejak 40 tahun lamanya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa semiotik
merupakan ilmu atau metode analisis untuk mengkaji sebuah tanda yang
memiliki makna. Tanda-tanda tersebut dapat berupa pengalaman, pikiran,
perasaan, gagasan yang dapat dilengkapi kehidupan ini, walaupun dikatakan
bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Ilmu
semiotik dalam karya sastra berupa novel biasanya menggunakan simbol.
Semiotik menjadi satu istilah untuk kajian sastra yang berisi lambang-lambang
atau kode-kode yang mempunyai arti atau makna tertentu. Arti atau makna itu
berkaitan dengan sistem yang dianut. Semiotik digunakan untuk memeberikan
makna kepada tanda-tanda sesudah penelitian struktural. Sedangkan,
strukturalisme adalah suatu cara berfikir yang memandang seluruh realitas sebagai
keseluruhan yang terdiri dari struktur-struktur yang saling berkaitan, atau dengan
kata lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arthur Asa Berger, 2010, Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan


Kontemporer (Cet: I: Yogyakarta, Tiara Wacana)

Emzir, Rohman Saifur. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali
Pers

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

13

Anda mungkin juga menyukai