Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS CIPARI
Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 2 Telepon ( 0280 ) 6226118
Email : puskesmascipari8@gmail.com
CIPARI
Kode Pos 53262

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS CIPARI
Nomor : 440/ IX/ 0000/ SK/ Ka.Pusk /2019

TENTANG

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS

KEPALA UPTD PUSKESMAS CIPARI,

Menimbang : a. bahwa upaya peningkatan mutu layanan klinis adalah merupakan


tanggung jawab seluruh tenaga klinis;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu layanan klinis perlu adanya
penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu menetapkan
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Cipari tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen; .
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
6. Permenkes 27 Tahun 2016 tentang Pengendalian dan Pencegahan
Infeksi;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Daerah Kabupaten Cilacap (Lembaran Daerah
Kabupaten Cilacap Tahun 2010 Nomor 13);
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS CIPARI TENTANG


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS.
Kesatu : Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi UPTD
Puskesmas Cipari tercantum dalam lampiran I.
Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi UPTD Puskesmas Cipari dilaksanakan oleh Kepala Tim
Manajamen Mutu dan Kepala UPTD Puskesmas Cipari.
Ketiga : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang sudah terlampir dalam
Surat Keputusan 440/III/ tentang Tim Manajemen Mutu, wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Keempat : Terbitnya Keputusan ini maka Surat Keputusan Nomor 440/ IX/ 0000/ SK/
Ka.Pusk /2018 tentang Surat Keputusan Tim PPI dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/ perubahan
sebagaiamana mestinya.

Ditetapakan di : Cipari
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTDD PUSKESMAS CIPARI

EVA KORDIANA SUROJO


A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan UPTD Puskesmas Cipari di seluruh unit pelayanan harus selalu
berorientasi pada mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai
dengan Tujuan, Visi dan Misi Puskesmas.
2. Pelayanan UPTD Puskesmas Cipari di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi
dengan tata Nilai Ceria
3. Pelayanan UPTD Puskesmas Cipari di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus
pada pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan
kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien,
pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga
dan masyarakat.
4. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui kegiatan
Plan-Do-Check-Action (PDCA).
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di UPTD
Puskesmas Cipari dan melibatkan berbagai individu.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas UPTD Puskesmas Cipari wajib
mematuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan
upaya untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan
dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
7. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan UPTD Puskesmas Cipari wajib
melakukan 6 (enam) sasaran Keselamatan Pasien.
8. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.

B. KEWASPADAAN STANDAR

Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan


sterilisasi, tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian
lingkungan, praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek
lumbal punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan
karyawan, penempatan pasien. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di
semua area UPTD Puskesmas Cipari dengan mengukur risiko yang dihadapi pada
setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi UPTD Puskesmas.

C. KEBERSIHAN TANGAN
1. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
Seluruh lingkungan UPTD Puskesmas Cipari.

2. Indikasi kebersihan tangan secara umum :

a. Segera : setelah tiba di tempat kerja

b. Sebelum :

1) Kontak langsung dengan pasien

2) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasif

3) Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan

4) Mempersiapkan makanan

5) Memberi makan pasien

6) Meninggalkan Puskesmas

c. Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan


terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang
d. Setelah :
1) Kontak dengan pasien
2) Melepas sarung tangan
3) Melepas alat pelindung diri
4) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan,
urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, pispot, urinal baik
menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
5) Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan (batuk/
bersin).
6) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
3. Jenis kebersihan tangan .
a. Kebersihan tangan surgical
b. Kebersihan tangan Aseptik
c. Kebersihan tangan alkohol handrub
d. Kebersihan tangan Sosial
4. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan (WHO):
a. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
b. Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
c. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
d. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
e. Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
5. 6 langkah kebersihan tangan.
6. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-
klinis) di UPTD Puskesmas Cipari, yaitu :
a. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial)
b. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik chlorhexidine 2%
(aseptik)
c. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
d. Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
chlorhexidine
4% (surgical).
7. Kebersihan tangan efektif :
a. Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
b. Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi), semua
perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus dilepaskan
selama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
c. Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu
dan cat kuku
d. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
e. Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali
pakai
f. Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
g. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan
h. Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai
i. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan
j. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
k. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
8. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
a. Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
1) Wastafel dengan air yang mengalir.
2) Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan 3)
yaitu poli rawat jalan, PONED, RGD (area non tindakan), ruang
keperawatan, unit penunjang medik (ruang laboratorium)
3) Larutan chlorhexidine 4 % yaitu RGD (area tindakan).
4) Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi kebersihan
tangan momen 1,4,5) toilet, dapur.
5) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasien di
area kritis (RGD, Ruang Observasi, PONED), setiap pintu masuk kamar
pasien, meja trolly tindakan.
b. Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
1) Wastafel dengan air yang mengalir.
2) Sabun biasa (handsoap) :
Toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
3) Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3) : Sanitasi,
kamar cuci.
4) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) :
Pintu keluar-masuk petugas / pengunjung, ruang tunggu rawat jalan,
farmasi, area dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan air
mengalir tidak tersedia / jauh letaknya.
9. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
a. Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan : Petugas klinis
setiap 2 minggu sekali (ruang keperawatan, IGD, ICU, OK, rawat jalan,
kamar bayi, VK, Gizi) .
b. Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan sebelum kontak dengan
pasien (Momen 1 menurut WHO).
1) Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci, farmasi, dapur) :
sesuai indikasi kebersihan tangan secara umum.
2) Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun non klinis
dengan sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi (Dokter, Perawat
dan Gizi).
10. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga
dan pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari proses penerimaan
pasien baru.
11. Setiap petugas di RSI Masyithoh Bangil wajib mengikuti pelatihan kebersihan
tangan yang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedur kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
12. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas (dokter perawat,
fisioterapi, gizi) setiap 2 minggu sekali pada hari selasa pada setiap minggu ke
2. Setiap minggu ke 2 hari selasa seluruh karyawan bebas assesoris tangan.

D. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


Merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada pasien rawat inap
yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi
kontak, droplet atau airbone. Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses
diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di
rumah sakit, penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan
meliputi penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun
mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
13. Puskesmas menyediakan penghalang untuk pencegahan dan prosedur isolasi
yang melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit menular dan
pasien yang rentan terhadap infeksi nosokomial ( imuno supressed )
14. Pasien dengan imuno supressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
15. Rumah Sakit berencana untuk saat ini menyiapkan ruang tekanan negatif ,
namun saat ini kita menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airbone
disease, dengan sistem HEPA fillter dan pertukaran udara 12 kali per jam, yang
terpisah dari pasien non infeksi dan khususnya terpisah dari pasien dengan
kondisi imunocompromise.
16. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
17. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
18. Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan
umum dengan menggunakan bahan desinfektan.
19. Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan
setelah pasien yang tidak menular.
20. Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi
penggunaan APD, kebersihan tangan, etika batuk.
21. Adanya pengaturan alur penyakit menular.

B. PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI TUBERKOLOSIS (PPI TB)


C. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
D. SURVEILANS INFEKSI PUSKESMAS
E. PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA
F. STERILISASI ALAT/INSTRUMEN KESEHATAN PASCA PAKAI
G. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (single use
yang dire-use).
H. PENGENDALIAN LINGKUNGAN PUSKESMAS
I. PENGELOLAAN LINEN
J. PENGELOLAAN MAKANAN
K. PENDIDIKAN dan PELATIHAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS
L. PENDIDIKAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI DIBERIKAN
UNTUK SETIAP PASIEN
M. PENGGUNAAN CAIRAN DESINFEKTAN
N. PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PASIEN,
KELUARGA dan PENGUNJUNG
O. PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
P. ATAU KEBIJAKAN PPI YANG ADA DIPUSKESMAS

Anda mungkin juga menyukai