Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING SOSIAL

Pengertian Bimbingan Konseling, Bimbingan Konseling Sosial,


Dimensi Kemanusiaan

Dra. Faizah Noer Laela, M.Si

Oleh Kelompok 1:

1. Indah Syafiyah Djoemharsjah (B03217021)


2. Rafaella Fathnin (B03217034)

Semester 4 Kelas B3

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Konsep Dasar Bimbingan Konseling
Sosial”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Surabaya, 22 Februari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa
bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara
kodrat manusid akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia
berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang
mempengaruhinya, salah satu contohnya yaitu kegiatan konseling.
Konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional
antara konselor dan konseli yang bertujuan membantu individu dalam
memecahkan masalahnya agar individu dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada
dirinya (Supriyo dan Mulawarman, 2006 : 7). Agar konseling berjalan
dengan baik sesuai tujuan, maka konselor harus dapat memahami dan
menguasai keterampilan komunikasi konseling.
Keterampilan komunikasi konseling merupakan sebuah
keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang konselor dalam melakukan
proses konseling . Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara
konselor dengan konseli . Agar proses konseling dapat berjalan dengan
efektif, maka konselor harus mampu merespon konseli dengan
keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan konseli pada saat itu.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas beberapa keterampilan
komunikasi konseling yaitu pengarahan, penguatan dan pemberian nasihat.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan pengarahan , penguatan , dan pemberian
nasihat dalam keterampilan komunikasi konseling ?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami maksud dari pengarahan,
penguatan, dan pemberian nasihat dalam keterampilan komunikasi
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bimbingan Konseling Sosial


1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau
kelompok untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-
kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi yang mereka miliki untuk dapat
dikembangkan, dan sebagai bentu bantuan yang sistematik melalui dimana
individu dibantuk untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap
lingkungan dan kehidupan dimana individu tersebut berada (Dunsmoor dan
Miller, dalam McDaniel, 1969). Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan
adalah proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu
mereka memperoleh pegetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan
interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk dapat menyesuaikan dengan
ligkungan yang lebih baik ( Smith dalam McDaniel, 1969).

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam


membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan
tersebut berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan
hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak
mencampuri hak orang lain. Memperhatikan dari beberapa pendapat tersebut
maka butir-butir yang harus ada dalam bimbingan antara lain adalah:

a Pelayanan yang ada dalam bimbingan adalah suatu proses, ini


berarti bahwa pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali
jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika
yang terjadi dalam pelayanan ini.
b Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan, bantuan
disini bukan sebagai materi seperti uang, hadiah, sumbangan, dan
lain-lain, melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi
pengembangan pribadi individu yang dibimbing.
c Bantuan tersebut diberikan kepada individu, baik erorangan
maupun kelompok, jadi sasaran pelayanan bimbingan atau orang
yang diberi bantuan bisa seorang individu maupun secara
kelompok.
d Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas
kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini tujuan bimbingan adalah
memperkembangan kemampuan klien yaitu orang yang
dibimbing untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya, dan akhirnya dapat mencapai kemandirian.
e Bimbingan dilaksanakan dengan berbagai bahan, interaksi,
nasehat ataupun gagasan serta alat-alat tertentu baik yang berasal
dari klien sendiri, konselor maupun dari lingkungan yang ada.
Bahan yang berasal dari klien dapat berupa masalah-masalah
yang sedang dihadapi, data tentang kekuatanan kelemahan klien
serta sumber-sumber yang dimilikinya. Bahan-bahan yang berasal
dari lingkungan yang ada dapat berupa informasi tentang:
pendidikan, jabatan, keadaan sosial, dan latar belakang kehidupan
keluarga.
f Bimbingan tidak hanya diberikan kepada kelompok umur tertentu
saja, tetapi meliputi semua usia, sehingga bimbingan itu dapat
diberikan disemua lingkungan kehidupan, didalam keluarga,
disekolah dan juga diluar sekolah dalam hal ini dapat juga
lingkungan masyarakat.
g Bimbingan diberikan oleh orang yang ahli, yaitu orang-orang
yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh
pendidikan serta latihan yang memadai dalam bimbingan dan
konseling.
h Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginannya kepada
klien, karena klien mempunyai hak dan kewajiban untuk
menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri, sepanjang dia tidak
mencampuri hak-hak orang lain.
i Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Jadi upaya bimbingan mulai dari bentuk, isi dan tujuan
serta aspek-aspek penyelenggaranya tidak boleh bertetentangan
dengan norma-norma yang berlaku dimasyarakat, bahkan justru
harus menunjang kemampuan klien untuk dapat mengikuti norma
yang berlaku di masyarakat tersebut. Norma-norma tersebut dapat
berupa: aturan-aturan, nilai, dan ketentuan-ketentuan yang
bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan-
kebiasaan yang diberlakkan dalam masyarakat. 1

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada sehingga
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.2

2. Pengertian Konseling

Istilah konseling berasal dari kata councel yang artinya bersama atau bicara
bersama. Pengertian berbicara bersama dalam hal ini adaah pembicaraan konselor
dengan klien atau beberapa klien. Dengan demikian konseling berarti: “people
coming to gain an understanding of problrm that bestest them were evident”
(Baruth dan Robinson, 1987)

1
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal.
6.
2
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal.
6.
Carl Rogers, seorang psikolog humanis terkemuka berpandangan bahwa
konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk
melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien, yang kemudian Rogers
menegaskan pengertian konseling sebagai berikut: “The process by which of the
self is relaxed in the safety of relationship with the therapist, and previously
denied experiences are perceived and then integrated in to altered self” (Pitrofesa
dkk, 1978). Dari tersebut intinya Rogers lebih tegas menekankan pada perubahan
sistem self klien sebagai tujuan konseling akibat dari struktur hubungan konselor
dengan kliennya.

Staflre dan Grant menyusun pengertian tentang konseling sebagai berikut:


“Counseling denote a professional relationship between an counselor with a
client. This relationship is usually person to person, althought it may some times
involve more than two people, and it is designed to help the client understand and
clarify his view of his life space so that he may make meaningful and informed
choices consonant with his essential nature those where choices are available to
him. This definition indicates that counseling is a process, that is a relationship,
that is designed to help people make choices, that undelying better choices,
making are such matter is learning, personality development, and self knowledge
which can he translated into better role perception and more effective role
behavior” (Gipson dan Mitchell, 1981).

Berangkat dari pengertian yang dikemukakan Staflre dan Grant maka


setidaknya terdapat empat hal yang harus ada pada konseling, yaitu:

a Konseling sebagai proses, konseling sebagai proses tidak dapat


dilakukan sesaat, melainkan memerlukan beberapa waktu untuk
terjadinya sesuatu, dalam hal ini adalah terjadinya perubahan
yang diharapkan dari proses konseling tersebut, termasuk dalam
menyelesaikan masalah.
b Konseling sebagai hubungan spesifik, hubungan antara konselor
dengan klien merupakan unsur penting dalam konseling.
Hubungan yang dibangun konselor selama proses konseling dapat
meningkatkan keberhasilan dan begitu pual sebaliknya.
c Konseling adalah membantu klien, hubungan dalam konseling itu
bersifat membantu (helping). Hubungan membantu itu berbeda
dengan memberi (given) atau mengambil ahli pekerjaan orang
lain. 3
d Konseling untuk mencapai tujuan hidup,konseling
diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan
diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif
dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang
dirinya yang tidak hanya membuat know about tetapi juga how to
sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling
pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidunya yang oleh Moslow
(1968) disebut dengan aktulisasi diri.

Dalam konseling interaksi yang terjadi antara konselor dengan klien


berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah untuk pencapaian tujuan.
Berbeda dengan pembicaraan biasa, misalnya pembicaraan dua orang yang sudah
bersahabat dan sudah lama tidak bertemu, dalam pembicaraan ini biasanya tidak
jelas, tidak terarah dan bersifat seketika bahkan arah pembicaraan bisa kemana-
mana. Dalam konseling tujuannya adalah terjadinya perubahan tingkah laku klien,
oleh karena itu konselor hendaklah atau berupaya memusatkan perhatian kepada
klien dengan cara mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada
diri klien kearah yang lebih baik yaitu teratasinya masalah yang dihadapi. Satu hal
yang tidak boleh terlupakan adalah konseling harus didasari atas penerimaan
konselor secara wajar tentang diri klien, yaitu atas dasar penghargaan terhadap
harkat dan martabat klien.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
3
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal.
9.
wawancara, oleh seorang ahli dalam hal ini disebut dengan konselor, kepada
individu yang mengalami masalah yang disebut dengan klien dan bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.

3. Pengertian Bimbingan Konseling Sosial

Bimbingan Konseling Sosial adalah proses pemberian bantuan yang


diberikan untuk mewujudkan tatanan yang sejahtera baik individu, keluarga, dan
masyarakat yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, keamanan, ketertiba, dan
ketenteraman baik lahir maupun batin. Hal ini akan dapat terwujud melalui
berbagai kerja sama daan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat.
Bimbingan dan Konseling sosial meliputi perkembangan:

a Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.


b Sikap-sikap sosial (empati dll)
c Kemampuan berhubungan sosial secara positif4
Pengertian bimbingan sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1) Menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109)


Bimbingan sosial adalah, seperangkat usaaha bantuan kepada peserta didik agar
dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya,
mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih
jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya
upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial
yang yang dialaminya.

2). Menurut Syamsu Yusuf (2005: 11)

4
Daud Latucondina, “TUGAS “Pengertian dan Tujuan BK Sosial & Bagaimana Hubungan BK Sosial
dengan BK Pribadi, BK Karier dan BK Belajar”,
(https://latuconsinadaud.wordpress.com/2018/01/20/tugas-pengertian-dan-tujuan-bk-sosial-
bagaimana-hubungan-bk-sosial-dengan-bk-pribadi-bk-karier-dan-bk-belajar/ ), diakses pada
tanggal 22 February 2019.
Bimbingan Sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosialnya.

Bimbingan konseling social diartikan sebagai upayaproses pemberian


bantuan yang diberikan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang sejahtera
baik: individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi rasa: keselamatan,
kesusilaan, keamanan, ketertiban dan katentraman baik lahir maupun bathin, hal
ini akan terwujud melalui berbagai kerja sama dan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan masyarakat. Dikatakan sebagai upaya mewujudkan
kehidupan individu, keluarga dan masyarakat dengan mempertimbangan dimensi-
dimensi kemanusiaan yang meliputi: (a) dimensi individualitas; (b) dimensi
sosialitas; (c) dimensi moralitas dan (d) dimensi religiusitas (Prayitno, 1990).

Dimensi sosialitas, setiap individu tidak bias lepas dari individu lain, bahkan
hampir setiap kegiatan manusia dalam sehari-hari tidak bias lepas dari manusia
lain, sebagai missal makan mulai dari menyiapkan bahan, memasak, menyajikan
makanan selalu memerlukan orang lain. Ketergantungan ini bisa dikatakan
sekaligus sebagai rasa kebersamaan dalam suatu keluarga.Pengembangan dimensi
individualitas hendaklah diimbangi dengan dimensi kesosialan pada diri individu
yang bersangkutan, karena dengan dimensi kesosialan akan memungkinkan
seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan hidup
bersama dengan orang lain. Dengan hidup bersama tersebut masing- masing
tumbuh dan berkembang saling mengisi dan saling menemukan makna yang
sesungguhnya ( Prayitno, 1990).

Dengan mengembangkan sisi dimensi kesosialan ini maka individu tersebut


akan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka upaya mewujudkan
tata kehidupan bersama baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam
bermasyarakat. Dimensi yang ketiga adalah moralitas, kehidupan manusia baik
secara individu maupun bersama-sama tidaklah bersifat acak atau sembarangan,
melainkan mengikuti aturan-aturan, norma-norma tertentu. Aturan atau norma
tersebut dapat bersumber dari: adat kebiasaan, social, agama, hokum, politik dan
lain sebagainya. Dalam hidup bermasyarakat misalnya aturan-aturan tersebut
semakin diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan kehidupan bersama yang
lebih sejahtera. Dimensi kesusilaan atau moralitas akan memberikan warna moral
terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua. Aturan dan etika diperlukan
untuk mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan.

Dimensi religiusitas, pada dimensi keagamaan ini manusia berfikir bahwa


apa yang dilakukan saat ini adalah untuk kehidupan jangka panjang yaitu akhirat,
oleh karena itu segala ucapan, tindakan selalu dikaitkan dengan Yang Maha
Pencipta disanalah bermuaranya. Jika keempat dimensi ini dapat dikembangkan
secara optimal maka akan lahirlah manusia-manusia yang ideal atau sering disebut
dengan manusia seutuhnya.

4. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan

Dimensi individualitas, secara perorangan manusia memiliki perbedaan baik


secara fisik maupun psikhis.Berbeda secara fisik misalnya badannya jangkung,
rambutnya pirang, hidungnya mancung dan lain-lainnya.Sedangkan berbeda
secara psikhis misalnya berfikirnya lambat, sensitife, terlalu banyak pertimbangan
dan lain-lain. Meski banyak terdapat perbedaan juga terdapat banyak kesamaan-
kesamaan antara individu satu dengan lainnya, misalnya mempunyai hobby yang
sama, yaitu jalan-jalan, membaca buku, seleranya sama suka pedas dan lain-lain.
Dengan melihat sisi perbedaan tersebut maka dalam hal ini adalah bimbingan
konseling social bagaimana menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut sehingga
tidak bertentangan antara individu satu dengan individu lainnya. Pengembangan
dimensi individualitas memungkinkan seseorang dapat memperkembangkan
segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal yang mengarah pada aspek-
aspek kehidupan yang positif, seperti misalnya: bakat, minat, kemampuan dan
berbagai kemungkinan lainnya. Perkembangan dimensi individualitas akan
membawa seseorang untuk menjadi individu yang mampu berdiri tegak dengan
kepribadiannya sendiri dengan “aku” yang teguh, positif, produktif dan dinamis
(Prayitno, 1990).

Dimensi sosialitas, setiap individu tidak bias lepas dari individu lain, bahkan
hampir setiap kegiatan manusia dalam sehari-hari tidak bias lepas dari manusia
lain, sebagai missal makan mulai dari menyiapkan bahan, memasak, menyajikan
makanan selalu memerlukan orang lain. Ketergantungan ini bisa dikatakan
sekaligus sebagai rasa kebersamaan dalam suatu keluarga.Pengembangan dimensi
individualitas hendaklah diimbangi dengan dimensi kesosialan pada diri individu
yang bersangkutan, karena dengan dimensi kesosialan akan memungkinkan
seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan hidup
bersama dengan orang lain. Dengan hidup bersama tersebut masing- masing
tumbuh dan berkembang saling mengisi dan saling menemukan makna yang
sesungguhnya ( Prayitno, 1990).

Dengan mengembangkan sisi dimensi kesosialan ini maka individu tersebut


akan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka upaya mewujudkan
tata kehidupan bersama baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam
bermasyarakat. Dimensi yang ketiga adalah moralitas, kehidupan manusia baik
secara individu maupun bersama-sama tidaklah bersifat acak atau sembarangan,
melainkan mengikuti aturan-aturan, norma-norma tertentu. Aturan atau norma
tersebut dapat bersumber dari: adat kebiasaan, social, agama, hokum, politik dan
lain sebagainya. Dalam hidup bermasyarakat misalnya aturan-aturan tersebut
semakin diperlukan dalam rangka untuk mewujudkan kehidupan bersama yang
lebih sejahtera. Dimensi kesusilaan atau moralitas akan memberikan warna moral
terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua. Aturan dan etika diperlukan
untuk mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan.

Dimensi religiusitas, pada dimensi keagamaan ini manusia berfikir bahwa


apa yang dilakukan saat ini adalah untuk kehidupan jangka panjang yaitu akhirat,
oleh karena itu segala ucapan, tindakan selalu dikaitkan dengan Yang Maha
Pencipta disanalah bermuaranya. Jika keempat dimensi ini dapat dikembangkan
secara optimal maka akan lahirlah manusia-manusia yang ideal atau sering disebut
dengan manusia seutuhnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan komunikasi konseling merupakan sebuah
keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang konselor dalam melakukan
proses konseling . Dalam proses konseling terdapat komunikasi antara
konselor dengan konseli . Agar proses konseling dapat berjalan dengan
efektif, maka konselor harus mampu merespon konseli dengan
keterampilan yang benar, sesuai dengan keadaan konseli pada saat itu.
Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong, merangsang,
dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk menyatakan
perasaan, pikiran dan pengalaman mereka dengan bebas. Apabila konselor
tidak dapat memberikan respon yang tepat , maka proses konseling dapat
terhambat.
Sifat nasihat dalam konseling hendaklah dihindari, karena disini
konseli akan merasa diajari, didikte, didoktrin dan sebagainya. Jika
memang sangat diperlukan hanya untuk sebagai bentuk pemahaman pada
sifat yang kurang baik.
B. Saran
Konselor hendaknya memahami dan menguasai teknik
keterampilan komunikasi konseling agar konseli merasa nyaman sehingga
proses konseling berjalan dengan efektif dan efisien, dan juga konselor
hendaknya berhati-hati dalam menggunakan teknik keterampilan
komunikasi konseling agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dalam
proses konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Laela , Faizah Noer. 2014. Bimbingan Konseling Sosial. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press.
Latucondina Daud. 2018. TUGAS “Pengertian dan Tujuan BK Sosial &
Bagaimana Hubungan BK Sosial dengan BK Pribadi, BK Karier dan BK Belajar”.
(https://latuconsinadaud.wordpress.com/2018/01/20/tugas-pengertian-dan-tujuan-
bk-sosial-bagaimana-hubungan-bk-sosial-dengan-bk-pribadi-bk-karier-dan-bk-
belajar/ ). diakses pada tanggal 22 February 2019.

Anda mungkin juga menyukai