Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan masuk ke dalam area
kewenangan bidan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No 28 Tahun
2017 tentang izin dan penyelengaraan praktik Bidan. Oleh karenanya, seornag
bidan sudah selayaknya mengetahui standar pelayanan kebidanan dan upaya
kesehatan reproduksi.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 ada
4,3 juta orang Indonesia berada pada masa menopause dari total penduduk
250 juta jiwa. Pada rentang usia diatas 46-49 tahun, 18% dari mereka sudah
mengalami menopause dengan dampak juga keluhan penyerta menopause
(Depkes RI, 2012).
Oleh karena itu, penyusun bermaksud membuat kajian tentang
“Asuhan Kebidanan dalam Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanggulangannya”.

B. Tujuan Penyusunan Kajian


1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan kajian tentang asuhan kebidanan dalam
gangguan reproduksi dan upaya penanggulangannya .
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah;
a. Mampu menjelasakan konsep gangguan reproduksi perempuan dan
penatalaksanaanya
b. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif pada
kasus gangguan reproduksi
c. Mampu menentukan analisis pada kasus gangguan reproduksi
d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada kasus gangguan reproduksi
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan dalam
bentuk SOAP

C. Manfaat Penyusunan Laporan


1. Manfaat Teori
a. Sebagai sarana untuk mendeteksi dini kasus gangguan reproduksi
perempuan khususnya bagi mahasiswa dan teman sejawat lainnya.
2

b. Sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


2. Manfaat Praktis
Dapat menjadi langkah awal bagi penyusun dan teman sejawat
untuk membantu menanggulangi kasus gangguan reproduksi perempuan
dengan mampu melakukan antisipasi dan penanganan yang tepat, juga
mampu melakukan kolaborasi dan rujukan pada pasien sesuai dengan
seharusnya.

D. Sistematika Penyusunan Laporan


1. Bagian Pendahuluan
Halam sampul, halaman judul, kata pengantar, dan daftar isi.
2. Bagian Utama
a. BAB I Pendahuluan
b. BAB II Tinjauan Pustaka
c. BAB III Simpulan dan Saran
3. Bagian Akhir
Daftar Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. INFERTILITAS
1. Definisi
a. Infertilitas adalah ketidak mampuan suami istri untuk mencapai
kahamilan setelah 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara
teratur dan tidak menggunakan alat kontrassepsi.
b. Infertilitas primer adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami
istri sama sekali belum pernah mamiliki anak.
3

c. Infertilitas Sekunder juka sebelumnya pasangan suami istri pernah


memiliki anak (minimal 1 kali kehamilan), tetapi kehamilan
berikutnya belum berhasil dicapai.

2. Penyebab
a. Faktor pria
1) Masalah pada sperma
Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di dalam testis
(buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut spermatogenesis.
Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72 – 74
hari untuk berkembang menjadi sel sperma yang matang. Dari
testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke daalam epidedemis (suatu
saluran berbentuk gulungan yeng terletak di puncak testis menuju
ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan dalam epidedemis
sampai saat terjadinya ejakulasi. Dari epidedemis sperma bergerak
ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam ductus
ejakulatorius, cairan dihasilkan oleh vesicular seminalis
ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang
kemudianmengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika
ejakulasi. Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya
untuk mengantarkan sejumlah sperma yang normal kedalam vagina
wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prose tersebut sehingga
bias terjadi kemandulan :
a) Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam
berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bias
menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya
pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal didalam semen. Pembentukan sperma yang efisien
adalah pada suhu 33,5 lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bias
tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam
skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
Factor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat – obatan (misalnya simetidin,
spironolakton dan nitrofurantoin)
4

b) Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya


vas deferens (kiri dan kanan) bias menyebabkan azospermia
(tidak terbentuk sperma sama sekali). Juka didalam semen
tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat
vesikula seminalis atau terdapat penyumbatan pada ductus
ejakulatorius.
c) Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering
ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises
(pelebaran Vena) di dalan skrotum. Varikokel bias
menghalangipengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d) Ejakulasi retrograde terjadi jika semen mengalir melawan
arusnya, yaitu semen mengalir kedalam kandung kemih dan
bukan ke penis. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria
yang telah menjalani pembedahan panggul (terutama
pengangkatan prostat) dan pria menderita diabetes. Ejakulasi
retrograde juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.
2) Impotensi
3) Kekurangan hormon
4) Polusi lingkungan
5) Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual

b. Faktor wanita
1) Jaringan parut akibat penyakit menular seksual dan endometriosis
2) Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh
ovarium/sel telur). Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari
ocvarium (indung telur). Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum
menstruasi hari pertama. Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuah
oleh sperma yang berasal dari pria. Jika seorang wanita mmemiliki
siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami
menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebab lalu
dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH
(Gonadotropin releasing hormone) oleh hipotalamus.
5

3) Kelainan hormon
4) Kekurangan gizi
5) Kista ovarium
6) Infeksi panggul
7) Tumor
8) Kelainan lendir servikal (lendir leher Rahim)
9) Kelainan pengangkutan dari leher Rahim ke tuba falopii (saluran
telur)
10) Kelainan pada tuba fallopii. Bias terjadi kelainan struktur maupun
fungsi tuba falopii. Penyebab utamanya adalah :
- Infeksi endometriosis
- Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi

3. Faktor – faktor yang meningkatkan risiko infertilitas


a. Bberganti – ganti pasangan seksual meningkatkan risiko terjadi
penyakit menular seksual)
b. Penyakit menular seksual
c. Pernah menderita penyakit peradangan panggul ( setelah menderita
penyakit ini, 10 – 15 % wanita menjadi mandul)
d. Pernah menderita orkitis atau epididymitis (pria)
e. Gondongan (pria)
f. Varikokel (pria)
g. Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
h. Siklus ovulasi anovulatoir
i. Endometriosis
j. Kelaianan pada Rahim (mioma) atau penyumbatan leher Rahim
k. Penyakit menahun (misalnya diabetes)

4. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari
suami dan istri.

5. Pemeriksaan
a. Analisa semen menilai volume dan kekentalan semen serta menilai
jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma. 2 –
3 hari sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh
melakukan ejakulasi.
b. Pengukuran suhu basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat
tidur, dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi
peningkatan sebesar 0,5 – 10C berarti sedang terjadi ovulasi
c. Memperhatikan perubahan pada lender servikal. Pada fase
ovulatoir, lender menjadi basah, elastis dan licin.
6

d. Post coital test (PCT) yaitu cara mmenganalisa lender servical


setelah melakukan hubungan seksual.
e. Kadar progesterone serum
f. Biopsi endometrium
g. Biopsi testis (jarang dilakukan)
h. Kadar LH (luteinizing hormone) untuk memperkirakan saat ovulasi
dan membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan
sksual
i. Progestin challenge
j. Kadar hormone pada suami dan istri
k. Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistim transfort dan
serviks melalui Rahim sampai ke tuba falopii
l. Histeroskopi
m. Laparoskopi untuk melihat rongga panggul
n. Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya
kiista atau tidak

6. Prognosis
Sekitar 85 – 90 % kasus, kemungkinan penyebab bias diketahui.
Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi
in vitro) memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50 – 60 %
pasangan yang sebelumnya didiagnosis mengalami kemandulan. Tanpa
pengobatan, 15 – 20 % kasus pada akhirnya akan mengalami
kehamilan.

7. Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual,
karena itu dianjurkan untuk menjalani prilaku seksual yang aman guna
meminimalkan risiko kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit
menular seksual yang paling sering menyebabkan kemandulan adalah
gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada awalnya tidak
menimbulkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadi penyakit
peradangan panggul dan salfingitis. Peradangan menyebabkan jaringan
parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan, kemandulan
absolut atau kehamilan di luar kandunga.
Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan
komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa
dicegah dengan menjalani imunisasi gondongan. Beberapa jenis
7

kontrasepsi memiliki risiko kemandulan yang lebih tinggi (misalkan


IUD). IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum
pernah memiliki anak.

8. Beberapa jenis teknik Reproduksi Buatan untuk mencegah


masalah infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup
tinggi
a. Inseminasi buatan
Inseminasi buatan dilakukan dengan memasukan cairan semen
yang mengandung sperma pria ke dalam organ reproduksi wanita
tanpa melalui hubungan seks attau bukan secara alami. Cairan
semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari
seorang suami kemudian disuntikan kedalam rahin istri sehingga
terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan
menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum
menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.
b. GIPT (Gamet Intrafallopian Transfer)
GIP merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984.
Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Proses dilakukan dengan
mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu
dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan.
Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan
sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukan ke dalam
tuba falopii atau tabung falopii wanita melalui irisan kecil
dibbagian perut melalui oprasi laparoskopik. Sehingga diharapkan
langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
c. IVF (In Vitro Fertilization)
IVF dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula – mula sel
telur wanita dan sel sperma pria di buahi di media pembuahan
diluar tubuh wanita. Lelu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang
sudah berupa embrio dimasukan kedalam Rahim melalui serviks.
d. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT merupakan teknik pemindahan zygot atau sel telur yang
sudah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi diluar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukan kembali
8

ke tuba falopii atau tanung falopii melalui pembedahan di bagian


perut dengan oprasi laparoskopik. Teknik ini merupakan
kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.
e. ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI dilakukan dengan memasukan sebuah sel sperma langsung ke
sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun
tidak matang ddapat digunakan untuk membuahi sel telur.

B. PELVIC INFLAMATORY DISEASES (PID)


1. Definisi
Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah suatu kumpulan radang
pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat
menyerang endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun myometrium
secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat
dari hubungan seksual (Widyastuti, dkk, 2010). PID disebut juga penyakit
radang panggul.

2. Etiologi
Menurut Widyastuti (2010) mekanisme infeksi menjalar saat,
menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi, disebab kan oleh
bakteri :
a. GO (Gonorhoeae)
b. Kuman-kuman lain streptococcus, aerob maupun yang anaerob
stapylococus.
c. Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada
saluran genital bagian bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim.
Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wania
menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
9

endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,


serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah
menstruasi).

3. Faktor Predisposisi
Menurut Widyastuti (2010) faktor predisposisi penyakit radang
panggul yaitu :
a. Wanita tanpa perlindungan kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktif
apalagi multi patner.
b. Pemakai IUD yang terlalu lama
c. Berbagai tindakan medis intra uterin
Menurut Kumalasari, dkk (2013) faktor risiko terjadinya penyakit
radang panggul yaitu :
a. Aktivitas seksual pada masa remaja
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Pernah menderita penyakit radang panggul sebelumnya
d. Pernah menderita penyakit menular seksual
e. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang

4. Tanda dan gejala


Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita
merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan
disertai oleh mual dan muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba
fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai
akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.
Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan
terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal dan
diantara organ-organ perut serta menyebabkn nyeri menahun. Di dalam
tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera
memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi
penyebaran infeksi kedalam darah sehingga terjadi sepsis. (Kumalasari,
dkk, 2013)
Menurut Kumalasari, dkk (2013) gejala lainnya yang mungkin
ditemukan pada penyakit radang panggul :
10

a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
abnormal.
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam)
d. Kram karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i. Nafsu makan berkurang
j. Sering berkemih
k. Nyeri ketika berkemih

5. Klasifikasi Penyakit Radang Panggul


Menurut Setiyaningrum (2013) berdasarkan rekomendasi
“Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology USA”, membagi
derajat radang panggul menjadi :
a. Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit, terbatas pada tuba
dan ovarium, dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
b. Derajat II : Radang panggul dengan penyulit, didapatkan masa radang,
atau abses pada kedua tuba ovarium dengan atau tanpa pelvio –
peritonitis.
c. Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ genitalia
interna, misal adanya abses tubo ovarial.
Menurut Kumalasari, dkk (2013) bentuk-bentuk penyakit radang
panggul yaitu :
a. Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis
paling sering ditemukan terutama :
1) Setelah seksio sesarea
2) Partus lama atau pecah ketuban yang lama.
Penatalaksanaan pada endomettritis :
1) Pemberian antibiotik dan drainase yang memadai.
2) Pemberian cairan intra vena dan cairan elektrolit
3) Penggantian darah
4) Tirah baring dan analgesia
5) Tindakan bedah
11

Endometritis terdapat dua jenis yakni endometritis


akut dan endometritis kronica.
1) Endometritis akut
Pada endometritis akut endometrium mengalami edema dan
hiperemi terutama terjadi pada post partum dan post abortus.
Penyebabnya adalah :
 Infeksi gonorhoeae dan infeksi pada abortus dan partus.
 Tindakan yang dilakukan didalam uterus seperti
pemasangan IUD dan kuretase.
Gejala endometritis akut yaitu :
 Demam
 Lochia berbau
 Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
 Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium
tidak nyeri.
Pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha
mencegah agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya
adalah :
 Uterotonik
 Istirahat, letak fowler
 Antibiotika
2) Endometritis kronica
Endometritis kronica tidak sering ditemukan. Pada pemeriksaan
microscopis ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit.
Gejalanya yaitu:
 Leukorea
 Kelainan haid seperti menorhagiedan metrorhagie.
Pengobatnnya terantung pada penyebabnya endomtritis kronika
ditemukan :
 Pada tuberculosis
 Pada sisa-sisa abortus atau partus yang tertinggal
 Terdapat corpus alineum di kavum uteri.
 Pada polip uterus denga infeksi
 Pada tumor ganas uterus.
 Pada salpingo ooforitis dan selulitis pelvic
3) Parametrisis (cellulitis pelvis) adalah radang dari jaringan longgar
di dalam ligament latum. Radang ini biasanya unslateral. Gejalanya
suhu tinggi dengan demam menggigil dan nyeri unilateral tanpa
12

gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah, defense dan lain-


lain. Pengobatan yang diberikan yaitu antibiotik
4) Salpingitis adalah peradangan tuba fallopi. Gejalanya :
 Demam tinggi dengan menggigil
 Nyeri perut kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan
 Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi
rangsangan peritoneum.
 Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat
pada rectum dan sigmoid
 Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri
dan kanan dari uterus, kadang-kadang ada penebalan pada tuba
Pengobatan untuk salpingitis yaitu :
 Istirahat
 Antibiotik broad spectrum
 Kortikosteroid
 Usus harus kosong
5) Ooforitis adalah peradangan pada salah satu atau kedua ovarium.
Peradangan ini biasanya terjadi dengan salpingitis. Gejalanya yaitu:
 Demam tinggi dan menggigil
 Tidak nafsu makan
 Sakit pada bagian perut
 Fisik lemah
 Cairan keputihan yang tidak biasa dan berbau tidak sedap
 Nyeri dan atau perdarahan saat berhubungan seksual
 Sensasi terbakar (pedih atau panas) ketika buang air kecil
 Perdarahan diantara periode menstruasi
Pengobatan pada ooforitis meliputi :
 Antibiotik
 Melepas alat kontrasepsi
 operasi
6) Myometrisis
Biasanya tidak bediri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis,
maka gejala-gejala dan terapinya sama dengan endometritis.
Diagnosa hanya dapat dibuat secara patologi anatomis.

7) Pelvioperitonitis (perimetritis)
Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-
kadang terjadi dari endometritis atau parametritis. Gejalanya nyeri
13

perut dibagian bawah, demam intermiten, pasien menggigil,


tanesmi ad anum.

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kumalasari, dkk (2013) diagnosa ditegakan berdasarkan
gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan
panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normal
5.000-15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya
b. Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c. Kuldosintesis untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi
diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari KET yag rupture atau
kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis,abses
pelvis ruptur, atau appendiks yang ruptur)
d. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan
kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secra
langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan.
e. USG panggul merupakan tindakan non invasif, untuk mengetahui
keadaan didalam panggul meleiputi keadaan rahim, adanya
pembesaran dan abses pada saluran tuba fallopi.

7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita penyakit
radang panggul derajat I. Obat yang diberikan ialah :
1) Antibiotik :
 Ampisilin 500 mg tiap 6 jam selama 7-10 hari
 Amoxisilin 500 mg tiap 8 jam selama 7 hari
 Doxiosiklin 100 mg tiap 12 jam selama 7-10 hari
 Clindamisin 300 mg tiap 12 jam selama 7-10 hari
2) Analgesik dan antipiretik.
 Parasetamol 500 mg tiap 8 jam
 Mefenamat acid 500 mg tiap 8 jam
b. Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang
panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan ialah :
1) Antibiotik
14

 Pilihan I. kombinasi beta lactam, aminoglikosida dan


metronidazole
o Ampisilin 1g/iv tiap 6 jam selama 5-7 hari
o Gentamisin 80 mg/iv tiap 12 jam selama 5-7 hari
o Metronidazol 1 g/ Supp tiap 12 jam selama 5-7 hari
 Pilihan II. Pemberian Sefalosporin generasi III
o Cefotaxime 1 gr/iv tiap tiap 8 jam selama 5-7 hari
o Cefriaxone 1 gr/iv tiap tiap 12 jam selama 5-7 hari
o Salah satu tersebut di atas dikombinasikan dengan
gentamisin 80 mg/iv tiap 12 jam dan metronidazol 1 g/supp
tiap 12 jam selama 5-7 hari.
2) Pemberian cairan parental disesuaikan dengan kebutuhan
3) Pemeriksaan laboratorium
4) Evaluasi, apabila setelah 3 hari pemberian antibiotik membaik
(nadi <90x/menit, nyeri (-), suhu tubuh <37,50C) maka antibiotik
dilanjutkan selama 5-7 hari. Apabila keadaan tetap suhu >380C,
nadi >90x/menit, nyeri (+), leukosit >12.000 mm 3 maka antibitik
diganti pilihan II.
5) Evaluasi setelah 3 hari penggantian antibiotik dilanjutkan sampai 5-
7 hari. Apabila keadaan memburuk tindakam pembedahan
diperlukan pada kasus ini (histerektomi).
6) Penderita dipulangkan apabila keluhan (-), keadaan klinis sudah
normal (nadi, suhu dan leukosit normal, nyeri daerah pelvik (-)).
8. Komplikasi
Peritonitis pelvic atau peritonitis merata, abses, strikur, obstruksi
tuba fallopi dapat terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik
dimasa mendatang jika telur yang dibuahi tidak dapat melewati tuba yang
mengalami trikur. Perlekatan umum sering menyebabkan nyeri pelvis
kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan
ovarium. Komplikasi lainnya termasuk bakterimia disertai syok septik
dan tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi.
Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera
ditangani atau penderita tidak menyelesaikan periode pengobatan yang
diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah sakit panggul jangka
panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada
penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik.
15

Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama


membuat kondisi organ reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah
kenapa penderita radang panggul harus menyelesaikan masa
pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas
dan sakit panggul yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang
khususnya pada tuba fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan
ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan menyempitnya tuba fallopi
hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di dalam tuba
fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi pendarahan dalam yang
mengancam nyawa penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera
dilakukan.

9. Pencegahan Penyakit Radang Panggul


Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual,
seperti penyakit chlamydia yang kasusnya umum menimpa kalangan pria
muda serta memiliki gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat dihindari
dengan menerapkan kebiasaan yang aman saat berhubungan seksual.
Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual
dan menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida
tiap berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam
rahim jika Anda melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu
pasangan. Selain memulai kebiasaan seksual yang sehat, Anda juga dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti berikut:
a. Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan
pemeriksaan ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk
mendeteksi gejala penyakit radang panggul atau penyakit lainnya.
Makin cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar pula
tingkat kesuksesan pengobatan.
b. Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau
infeksi menular yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau
perdarahan di antara periode menstruasi.
16

c. Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan


pasangan Anda adalah salah satu tindakan pencegahan yang dapat
menyelamatkan kesehatan bersama.
d. Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina
(vaginal douching) dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke
belakang seusai buang air untuk mencegah bakteri masuk melalui
vagina.
e. Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya
setelah persalinan, keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur
ginekologi lain untuk menjaga agar kondisi rahim tetap aman dari
infeksi bakteri.
Pencegahan penyakit radang panggul akan lebih mudah dilakukan
bersama pasangan. Saling mengetahui sejarah infeksi menular seksual,
informasi penyakit menular seksual terkini, dan saling mendukung selama
proses pengobatan dapat memperlancar proses penyembuhan. Pemeriksaan
dan konsultasi dokter yang rutin sangat disarankan jika Anda sedang
mengidap penyakit lain di saat bersamaan.

C. UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI


1. UNWANTED PREGNANCY
a. Definisi
Unwanted pregnancy atau yang dikenal dengan kehamilan yang
tidak diinginkan adalah suatu kondisi dimana pasangan tidak
menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu kehamilan yang
merupakan akibat dari suatu prilaku seksual/ hubungan seksual
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

b. Faktor-faktor penyebab unwanted pregnancy


1) Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin
dininya usia mentruasi pertama (menarche).
2) Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuaan tentang perilaku
seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
3) Kehamilan yang disebabkan oleh pemerkosaan.
17

4) Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan


anak)
5) Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan
konsekuensi lainnya yang dianggap dapat menghambat karir
kegiatan belajar).
6) Kehamilan karena incest.

c. Pencegahan unwanted pregnancy


1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2) Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif
serta berolahraga, seni dan keagamaan.
3) Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan
dorongan seksual, seperti meraba-raba tubuh pasangannya dan
menonton video porno.

d. Penanganan kasus unwanted pregnancy pada remaja


1) Bersikap bersahabat dengan remaja
2) Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya
3) Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar
yang terbaik dan apabila belum bisa terselesaikan supaya
dikonsulkan ke dokter ahli
4) Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi
kehamilan pada remaja yaitu :
 Diselesaikan secara kekeluargaan
 Segera menikah
 Konseling kehamilan, persalinan dan keluargaberencana
 Pemeriksaan kehamilan sesuai standar
 Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater
 Bilaadaresikotinggikehamilan , rujukkeSpOG
 Bila tidak terselesaikan dengan menikah anjurkan pada
keluarga supaya menerima denganbaik
 Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling resiko
aborsi

2. ABORSI
a. Definisi
Aborsi atau pengguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan
dengan dikeluarkannya janin (fetus) sebelum memiliki kemampuan
hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematian.

b. Jenis-jenis aborsi
18

1) Abortus spontan
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak di dahului factor-faktor
mekanis atau medical.
Macam-macam aborsis pontan:
 Abortus complit adalah semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rongga rahim kosong
 Abortus incomplit adalah hanya ada sebagian hasil konsepsi
yang dikeluarkan yang tertinggal adalah decidua dan placenta
 Abortus iminen adalah pengeluaran hasil konsepsi masih dapat
dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antispasmodica
 Missed abortus adalah hasil konsep sisudah meninggal dan
masih ada dirahim lebih dari 2 bulan
 Abortus habitualis adalah abortus yang berulang berturut-turut
lebih dari 3 kali
 Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi genetalia
2) Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja baik dengan menggunakan obat-
obatan maupun alat-alat, di bagi :
 Abortus provokatus medicanalis adalah aborsi yang dilakukan
oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan
aborsi tidak dilakukan akan membahayakan jiwa ibu.
 Abortus provokatus kriminalis adalah aborsi yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis, sebaga contoh aborsi yang
dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat
hubungan seksual di luar nikah.

c. Alasan terjadinya aborsi


1) Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal karena tidak
ikut ber-KB atau gagal KB, membatasi jumlah anak, jarak
kehamilan yang terlalu pendek
2) Keluarga yang mempunyai ekonomi pas-pasan sehingga cenderung
menolak kehadiran anak
3) Wanita hamil di luar nikah, sehingga mendapat reaksi yang negatif
dari keluarga dan masyarakat
19

4) Karena aturan tempat kerja yang tidak memperbolehkan hamill


dalam waktu tertentu
5) Pergaulan remaja yang sangat bebas terutama yang masih duduk
di bangku sekolah, sehingga terjadi kehamilan
6) Pasangan usia subur yang istri sudah memesuki usia resiko untuk
hamil tapi ternyata hamil lagi hingga timbul rasa takut untuk
melanjutkan kehamilannya
7) Wanita yang mempunyai masalah cenderung untuk mengakhiri
kehamilannya, apalagi ada pandangan yang beranggapan bahwa
janin kehamilan 3 bulan belum ada denyut jantungnya.

D. GANGGUAN PRA HAID


1. Definisi
Sindrom pra-haid adalah sejumlah perubahan mental maupun
fisikyang terjadi sntsrs hari pertama haid hingga hari keempat belas
sebelummasa haid dimulai dan diikuti dengan tahap bebas gejala jika
masa ini telah lewat.
Sekitar lima persen dari perempuan yang mengalami PMS
disarankan untuk mengurangi kegiatan sehari-hari mereka karena
mereka sangat terganggu. Meskipun penyebabnya belum diketahui,
sejumlah teori sedang diteliti. PMS mungkin berkaitan dengan
meningkatkanyakadar hormon setiap bulan, rendahnya kadar gula,
kekurangan vitamin, perubahan yang tetap dalam bichemicals di
dalam otak yang mempengaruhi mood, kombinasi dari factor-faktor
itu, atau bukan salah satunya.
Gejala-gejala ataau perubahan-perubahan fisik dan mental yang
sering dikeluhkan oleh para penderita sindrom pra-haid diantaranya
yaitu :
a. Gejala Fisik
 Kenaikan berat badan
 Perasaan bengkak dan pembengkakan (perut, jari, tungkai,
pergelangan kaki dan lain-lain).
 Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa
berat, terasa kaku)
 Sakit kepala dan serangan migren.
 Pegal dan nyeri pada otot.
20

 Disminore kongesif, yaitu sakit perut atau sakit pinggang


bagian bawah.
 Berkurangnya air kencing
 Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan
pembengkakan-pembengkakan lain.
 Perubahan nafsu makan (kehilangan nafsu makan atau
keinginan makan makanan yang berlemak).
 Perubahan tidur (kurang tidur atau tidur berlebihan).
 Tidak ada gairah untuk aktif serta badan terasa lelah.
 Mata terasa sakit, hidung tersumbat, dan timbul reaksi alergi
 Mual, pingsan, asma dan epilepsi
 Kejang, terjadi karena dinding-dinding otot uterus dengan
perlahan akan mengkerut untuk membantu mengeluarkan
lapisan.
b. Gejala Mental (Psikis)
 Ketegangan dan cepat marah (emosional)
 Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak
berharga
 Berkurangnya daya konsentrasi dan daya ingat berkurang.
 Kecenderungan kearah keagresifan dan/atau kekerasan fisik.
 Kontrol emosi yang rendah dan reaksi emosi yang tidak logis.
 Penurunan efisiensi, terutama dalam memecahkan masalah
mental.
 Kurang atau tidak ada dorongan seks.
 Dorongan ysng kust untuk benyak makan, tidak ada hubungan
dengan nafsu makan.
 Bertambahnya kecenderungan minum obat, tablet, dsb.
Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejala-gejala
lebih buruk termasuk stress, jumlah jumlah kegiatan fisik luar yang
tidak memadai, dan diet yang mengandung gula, karbohidrat yang
diolah, garam, lemak, alcohol dan kafein yang tinggi. Empat
kelompok gejala utama sindrom pra-haid telah diidentifikasi. Setiap
perempuan dapat mengalami gejala-gejala dalam satu atau
beberapa kelompok, antara lain:
1) Ketegangan Pra-haid berciri khas ketegangan saraf, Perubahan
suasana hati, rasa terganggu dan kecemasan.
2) Hiperhidrasi, atau sindrom hiperhidrasi, ditandai oleh
penambahan berat badan, pembengkakan ditangan dan kaki,
kelunakan buah dada, dan kembungnya perut.
21

3) Hasrat yang berarti bertambahnya selera dengan hasrat makan


makanan-makanan manis atau asin. Gejala-gejala pun
mencakup sakit kepala, kelelahan, pusing, dan jantung yang
berdebar.
4) Depresi pun umum dan mencakup mudah lupa, menangis,
kebingungan dan sukar tidur.
Para perempuan yang diganggu oleh sindrom pra-haid dapat
memperbaiki gejala-gejala mereka dengan melakukan perubahan-
perubahan diet sebagai berikut:
 Mengurangi jumlah gula yang dimakan.
 Menambah serat.
 Makan makanan yang berprotein tinggi karena dapat menyebabkan
lebih banyak air yang keluar tubuh, sehingga mengurangi rasa
penuh diperut bagian bawah.
 Mengurangi jumlah lemak yang dimakan.
 Mengurangi jumlah garam yang dimakan jika retensi cairan
merupakan masalah, karena garam menyebabkan tubuh berusaha
menyimpan air dalam tubuh, sehingga menyebabkan rasa penuh
diperut bagian bawah.
 Menghindari kafein dan beberapa minuman ringan berkarbonasi.
 Mencakup kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari, dan
 Mempraktekkan teknik-teknik pengurangan stress secara teratur.

E. HORMONE REPLACEMENT THERAPY (HRT)


1. Definisi
dr. Bambang Supriyono, Sp. OG (2014) menulis bahwa
Hormone replacement therapy (HRT) dalam biasa disebut juga terapi
sulih hormon (TSH) atau Terapi Hormon Pengganti (THP). Pemberian
hormon estrogen alamiah telah terbukti bermanfaat untuk mengatasi
masalah yang timbul pada perempuan menopause akibat menurunnya
kadar hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur, caranya
memberikan sediaan estrogen dari luar (eksogen), untuk menggantikan
peran estrogen endogen yang telah berkurang produksinya. Menopause
22

adalah kejadian fisiologis yang normal yang terjadi pada perempuan


yang terjadi pada usia rata rata 51 tahun (Permadi, SP.OG, 2013).
Menurut Widyastuti dkk (2010) HRT adalah perawatan medis
yang menghilangkan gejala-gejala pada wanita selama dan setelah
menopause untuk menggantikan hormon yang kurang kadarnya karena
tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-
organ endokrin hormon.
Departement of Health and Social Care (DHSC) melalui
www.nhs.uk pada tanggal 20 Juli 2019 menyebutkan bahwa HRT
adalah sebuah upaya yang bertujuan untuk mengurangi gejala
menopause dengan cara mengganti hormon-hormon yang mengalami
penurunan jumlah karena menopause.
Wikipedia mencatat bahwa HRT juga dikenal sebagai
menopausal hormone therapy (MHT) atau Pascamenopausal hormone
therapy (PHT/ PMHT), didefinisikan sebagai bentuk terapi hormon
yang digunakan untuk mengobati gejala yang berhubungan dengan
menopause pada wanita
Kato, J., dkk (2013) menuliskan bahwa penggunaan HRT secara
luas di dunia adalah salah satu upaya pencegahan dan upaya mitigasi
komplikasi yang muncul bersama masa menopause.Pada masa
menopause masalah utamanya adalah defisiensi ovarium. Pada usia tua
terjadi perubahan jumlah androgen dan perubahan jumlah estrogen. Hal
ini berdampak pada peningkatan atherosclerosis coroner dan
osteoporosis. Koreksi atas kekurangan hormon ini adalah upaya yang
direkomendasikan.
Menurut Widyastuti, dkk (2010), HRT secara parsial
mengembalikan keseimbangan estrogen ditubuh wanita untuk
mengurangi atau mengeliminasi gejala dan keluhan menopause. HRT
dapat meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang
mengalami menopause alami, tetepi juga di wanita muda yang mungkin
mengalami menopaus prematur untuk alasan medis, seperti kanker atau
sebab lain ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.
23

2. Manfaat
Terapi sulih hormon merupakan pilihan untuk mengurangi
keluhan pada wanita dengan keluhan sindroma menopause. Terapi sulih
hormon juga dapat mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat
menopause, vagina kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah perkembangan
penyakit akibat dari penurunan hormon estrogen seperti osteoporosis
dan jantung koroner. Dengan demikian pemberian terapi sulih hormon,
kualitas hidup dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan
untuk hidup nyaman secara fisiologis maupun psikologis (Mulyani,
2013).
Menurut Wikipedia, TSH dapat mengatasi gejala yang
dikeluhkan pada masa menopause yang bisa berupa hot flash, atropi dan
kekeringan vagina, osteoporosis yang disebabkan berkurangnya kadar
hormon seks.

3. Indikasi dan Kontra Indikasi


a. Indikasi
Widyastuti, dkk (2010), wanita yang direkomendasikan untuk
diberi HRT adalah:
1) Semua wanita klimakterik, tanpa kecuali yang ingin
menggunakan HRT untuk pencegahan (meskipun tanpa
keluhan).
2) Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular
dan osteoporosis
3) Semua wanita dengan keluhan klimakterik.
b. Kontra Indikasi
Widyastuti, dkk (2010), kontraindikasi TSH sebagai berikut:
1) Mutlak; tromboembolisme (thrombosis), anemia sel sabit,
penyakit serebro, hipertensi berat, uji fungsi hati setelah
hepatitis abnormal, gangguan enzim.
2) Relatif; penyakit kardiovaskular, DM, penyakit ginjal, TBC,
Kanker Payudara, fibroadenosis, Ca. endometrium, migrain,
dan epilepi.

4. Efektifitas
24

Ditulis Oleh Dr. Wiryawan Permadi, dr. Sp.OG (K) pada 2013,
terapi hormon saat ini merupakan pengobatan paling efektif menangani
masalah vasomotorik. Penelitian secara sistematis menunjukkan
pengurangan secara signifikan frekuensi dari gejala vasomotor hingga
87 % dibandingkan dengan plasebo. Uji acak yang besar dilakukan dan
menunjukkan bahwa terapi hormon menurunkan kemungkinan
insidensi fraktur, mengurangi gejala vagina yang kering, dan
memperbaiki juga fungsi seksual. Selain itu didapatkan juga perbaikan
kualitas tidur, mengurangi nyeri otot, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Dari penelitian menunjukkan keunggulan dari pemberian terapi
hormon pada wanita pasca menopause usia 50-59 tahun atau < 10 tahun
setelah menopause setelah menopause, berdasarkan latar belakang
risiko pada wanita di Amerika, dengan menggunakan data dari hasil Uji
acak terbesar pada penelitian pemberian terapi hormon dibandingkan
dengan pemberian plasebo hingga saat ini (penelitian Women’s
Initiative Study). Terapi hormon (baik estrogen maupun gabungan)
menunjukkan manfaat yang sangat besar untuk pengobatan gejala
vasomotor, vagina kering, dan pengurangan risiko fraktur serta
pencegahan diabetes. Kemanjuran relatif Tibolone dibandingkan
dengan konvensional terapi hormon tidak begitu jelas terlihat.
Dalam satu penelitian besar didapatkan bahwa Tibolone
mengurangi gejala muka kemerahan sama baiknya dengan dosis rendah
(1 mg) estradiol peroral pada wanita menopause berusia 45-65 tahun.
Tibolone mengurangi jumlah pendarahan pada tiga bulan pertama
pengobatan, mengurangi nyeri payudara dan juga dapat meningkatkan
fungsi seksual.

5. Keamanan Penggunaan Terapi Hormon


Bagi sebagian besar wanita dengan gejala menopause,
penggunaan terapi hormon selama ≤ 5 tahun aman dan efektif.
penelitian menunjukan estimasi risiko yang terkait dengan penggunaan
terapi hormon pada wanita menopause berusia 50-59 tahun atau setelah
25

penggunaan 10 tahun, namun hal tsb terkait dengan peningkatan usia,


dan status kesehatan pasien. Penelitian Womens Health Initiative (WHI)
menggunakan rejimen conjugated estrogen oral (Premarin) (dengan
atau tanpa medroxyprogesterone acetate) dibandingkan dengan plasebo,
tidak meberikan jelas. Risiko utama terapi hormon yang perlu
dipertimbangkan adalah penyakit tromboemboli (tromboemboli vena
dan emboli paru), stroke, penyakit jantung, kanker payudara, kanker
endometrium, dan penyakit kandung empedu (Permadi, Sp. OG (K),
2013).

6. Efek Samping Umum


Mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri
tekan payudara, perut kembung, siklus menstruasi yang
berkepanjangan, kegagalan untuk mengurangi gejala-gejala. Efek
Samping HRT estrogen adalah kanker payudara, kanker endometrium,
tromboplebitis, perdarahan bercak.
Jika sediaan progesterone digunakan bersama dengan sediaan
estrogen, sebagain besar akan mengalami perdarahan bulanan
sebagaimana layaknya siklus menstruasi. Efek sampingan yang dialami
para wanita pengguna terapi hormone diantaranya mual, payudara jadi
lebih besar dan lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih
gemuk. Efek itu mungkin akan makin berkurang seiring dengan
lamanya masa terapi. Sedangkan efek samping yang agak jarang
dijumpai, antara lain kekurangan dorongan untuk berhubungan intim,
depresi, perdarahan ditengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada
dan persendian (kaki).

7. Petunjuk Praktis Penggunaan HRT


Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami
mempunyai kadar hormone estrogen tinggi dalam darahnya, ada pula
yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi masalah ini.
Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan HRT harus
memahami dan mengerti bahwa pemberian HRT bukan untuk
memperlambat menopaus melainkan untuk mengurangi atau mencegah
26

keluhan atau mencegah keluhan atau penyakit akibat kekurangan


estrogen.
Penggunaan HRT sebagai pencegahan baru akan memiliki
khasiat setelah 5 (lima) tahun. Anamnesis yang baik dapat
mempermudah dalam menegakkan diagnosis, indikasi, serta dapat
memberikan informasi tentang risiko dan adanya kontraindikasi .untuk
dapat menilai keluhan klimakterik dapat digunakan Menopause Rating
Scale (MRS) dari Green yang biasa dikenal dengan skala klimakterik
green. Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu:
a. Keluhan Psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang
atau tekanan, sulit tidur, mudah tersinggung, mudah panik, sulit
berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat pada banyak hal,
perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan,
sebagian tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau
persendian tangan atau kaki terasa gatal, dan kesulitan
bernafas.
c. Keluhan vasomotor berupa gejolak panas (hot flushes) dan
berkeringat di malam hari.
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya
keluhan dengan memakai 4 (empat) tolok ukur skala nilai yaitu:
a. Nilai 0 (tidak ada). Bila tidak ada keluhan sama sekali
b. Nilai 1 (sedikit). Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak
menganggu aktivitas sehari-hari
c. Nilai 2 (sedang). Bila keluhan sering timbul tetapi belum
mengganggu aktivitas sehari-hari.
d. Nilai 3 (berat). Bila Keluhan sering timbul dan sudah
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Adapun strategi yang dilakukan menurut Widyastuti, dkk (2010)
sebagai berikut:
a. Terapi selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudah
itu dihentikan. Bila gejala kembali kambuh terapi diulang dan
diteruskan sampai tidak berulang lagi dibawah pengawasan dokter.
b. Terapi jangka pendek paling sedikit 5 tahun mungkin sampai 10-15
tahun ditujukan untuk mencegah gejala menahun menopause
seperti osteoporosis dan penyakit jantung koroner.
27

c. Untuk menghindari timbul kembali symptom akut, penghentian


terapi dilakukan secara bertahap yaitu dengan menurunkan dosis

Tabel 1. Jenis Program Pengobatan atau Resep Umum Program HRT


PROGRA HORMON DIBERIKAN KEUNTUNGAN KERUGIAN
M
Estrogen Estrogen Tiap bulan Digunakan secaraSiklus
dan Progestin hari Ke-25 luas di Amerika perdarahan
progestin MPA Tiap bulan (terutama untuk
tertunda,
pada hari 14- estrogen progestin
25 atau 16-25 terkonjugasi dan
mungkin sulit
MPA) untuk
ditoleransi
Estrogen Estrogen Setiap hari Tidak ada Perdarahan
dan Progestin Setiap hari perdarahan tertunda eratik pada
progestin MPA Program mudah awal terapi
yang terus diikuti
menerus Dosis progestin
yang rendah dapat
meningkatkan
toleransi
Estrogen Estrogen Setiap hari Program mudah
dan Progestin Tiap Bulan diikuti
Progestin MPA pada hari 1- Terapi tidak pernah
siklus yang 10 atau 1-12 berhenti
berlanjut Lebih mudah dalam
terus mengkaji
perdarahan
abnormal
Sumber: Setiyaningrum (2015)

Prinsip dasar HRT menurut dr. Bambang Supriyono, Sp. OG (2014)


adalah:
a. Tujuan HRT adalah untuk menghilangkan keluhan, pencegahan
atau pengobatan
b. Lebih diutamakan penggunaan estrogen dan progesteron alamiah
c. Bila sudah tidak memiliki rahim dapat digunakan estrogen saja
d. Dimulai dengan dosis estrogen paling rendah, namun cukup
mencegah osteoporosis dan jantung koroner
e. Estrogen sebagai hormon pengganti harus diberikan secara
kontinyu
28

f. Bila masih memiliki rahim harus diberikan kombinasi antara


estrogen dan progesteron
g. Lama pemberian progesteron minimal 12-14 hari perbulan
h. Dosis progesteron dimulai dari yang terendah namun masih cukup
untuk mencegah kelainan endometrium
i. Terapi sekuensial terutama ditujukan kepada perempuan yang
masih menginginkan terjadinya siklus haid (pra menopause)
j. Terapi kontinyu terutama ditujukan kepada perempuan yang sudah
tidak menginginkan haid kembali (pasca menopause)
k. Estrogen yang dapat dikombinasikan dengan androgen seperti
dehidro- epiendosteron sulfat (DHEAS), terutama bgi perempuan
dengan penurunan libido
Beberapa cara pemberian HRT menurut dr. Bambang Supriyono, Sp.
OG (2014):
a. Regimen I (mengandung estrogen saja)
Regimen ini bermanfaat untuk perempuan yang telah diangkat
rahimnya, estrogen diberikan tiap hari tanpa terputus (kontinyu)
b. Regimen II (estrogen dan progestogen)
1) Kombinasi sekuensial; estrogen diberikan kontinyu, dengan
progestogen diberikan sekuensial hanya 10-14 hari setiap 1
siklus, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya hiperplasia
endometrium, lebih baik diberikan kepada perempuan di usia
pra atau peri menopause karena mereka masih menginginkan
siklus haid yang teratur
2) Estrogen dan progestogen diberikan bersamaan secara kontinyu
tanpa terputus. Cara ini akan menimbulkan keluhan tidak haid
(amenorhea), pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi
perdarahan bercak. Tepat diberikan pada perempuan pasca
menopause, karena tidak menginginkan datangnya haid

Tabel 2. Cara Terapi Hormon Penggant


REGIMEN ESTROGEN PROGESTERON CATATAN
I. Estrogen Saja Kontinyu Tidak perlu Wanita Tanpa
rahim
29

II. Kombinasi Standar


Estrogen dan perempuan yang
Progesteron memilik rahim
a. Kombinasi Kontinyu Sekuensial (10-14 Perdarahan lucut
Sekuensial hari persiklus)
b. Estrogen dan kontinyu Kontinyu Tidak haid atau
Progesteron perdarahan
kontinyu bercak
Sumber: dr. Bambang Supriyono, Sp. OG (2014)

Tabel 3. Jenis Estrogen yang dianjurkan

JENIS CARA (KONTINYU) DOSIS PER HARI


Estrogen Oral 0,3 - 0,625 mg
Konyugasi
Oral 1 - 2 mg

17 β Estradiol Transdermal 50 - 100 mg


Subkutan 25 mg
Estradiol Valerat Oral 1 - 2 mg
Estradiol (etron
Oral 0,625 mg - 1,25 mg
sulfat piperasin)
Sumber: dr. Bambang Supriyono, Sp. OG (2014)

Tabel 4. Jenis Progesteron yang dianjurkan

TERAPI SEKUENSIAL TERAPI KONTINYU


JENIS
(per hari) (per hari)
Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksi
Progesteron 10 mg 2,5 – 5 mg
Asetat (MPA)
Siproteron asetat 1 mg 1 mg
Disrogesteron 10- 20 mg 10 mg
Sumber: dr. Bambang Supriyono, Sp. OG (2014)
Tabel 5. Jenis Obat HRT/THP/TSH yang Ada di Indonesia

Cara Kandungan Nama Dagang


Oral
17 β Estradiol 1-2 mg Estrofem
30

Estrogen saja Estrogen konyugasi 0,3 mg Premarin


0,625 mg ; 1,25 mg

Estropipat 0,625 - 1,25 mg Ogen


Estradiol Valerat 1 -2 mg Proginova
17 β Estradiol Femseven
Medroksi Progesteron asetat Provera
(MPA) 5 - 10 mg

Progesteron saja
Didrogesteron 10 mg Duphaston
Noretisteron 5 mg Primolut N
Norelut
Linesterenol 5 mg Endometril
Alilestrenol 5 mg Premaston
Pregnolin
Estradiol Valerat 2 mg + Dilena
Medroksi Progesteron asetat
(MPA) 10 mg
Kombinasi E +P
Sekuensial
Estradiol Valerat 2 mg + Climent
Siproteron asetat 2 mg

17 β Estradiol 1 - 2 mg + Trisequens
Noretisteron asetat 1 mg

Kombinasi E +P 17 β Estradiol 2 mg + Kliogest


Kontinyu Noretisteron asetat 1 mg

Tibolon Livial
E + P +A
(Khusus
kontinyu)
Testosteron andekonoat 40 mg Andriol
Androgen saja
Mesterolon 25 mg Proviron
Fluoksimestron 5 mg Halotestin
31

Krim vagina
Estrogen Saja Estriol Ovestin

8. Keputusan Untuk Menggunakan HRT


Dalam meminta atau ingin mendapatkan hormon tambahan/
pengganti perlu sekali melakukan konsultasi dengan dokter yang
mempunyai simpati masalah klimakterium, menopause, dan senium.
Dalam memilih hormon mana dan berapa yang diperlukan sangat
bergantung pada pengalaman dan pengetahuan dokter sendiri.
Dikemukakan bahwa banyak macam hormon pengganti yang dapat
dipakai sehingga keluhan pasien dapat teratasi. Makanya perlu nasihat
dan pengawasan dokter (Manuaba, 2009).

9. Asuhan Kebidanan pada Pasien HRT


a. Kewenangan Bidan dalam HRT
Sesuai Permenkes No 28 tahun 2017, pada Pasal 18
disebutkan bahwa bidan memilik kewenangan untuk memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. Kemudian di pasa 21 ditulis, dalam memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempaun dan keluarga berencana
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 huruf (c) bidan
berwenang memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Jadi kewenangan
bidan berdasarkan PMK ini adalah sebatas dalam penyuluhan dan
konseling kesehatan reproduksi perempuan.
Pada Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No 369 tahun
2007 tentang Standar Profesi Bidan yang didalamnya
mencantumkan Standar Kompetensi Bidan, mencantumkan bahwa
Standar Kompetensi Bidan ke-9 adalah melaksanakan asuhan
kebidanan pada wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
Pengetahuan dasar yang wajib dimiliki bidan sesuai bunyi
standar kompetensi itu adalah;
1) Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi,
Penyakit Menular Seksual (PMS), HIVAIDS
32

2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual


yang lazim terjadi
3) Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi
meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan
haid.
Dan bidan juga harus memiliki keterampilan dasar;
1) Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan
sistem reproduksi
2) Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan
abortus spontan (bila belum sempurna)
3) Melakukan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada
wanita/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi
4) Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan
kewenangan pada gangguan sistem reproduksi meliputi;
keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
5) Mikroskop dan penggunaannya
6) Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear

Ketermpilan tambahan yang harus dikuasai bidan yaitu;


1) Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina
2) Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear
Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi sulih hormon bukanlah
kompetensi bidan untuk melakukan.

b. Konseling yang Efektif pada Penggunaan HRT


Hubungan antara bidan dan klien dalam pemberian
informasi tentang HRT sangatlah penting, karena sampai saat ini
masalah menopause masih kontroversi, dimana klien masih merasa
takut menggunakan pengobatan hormon. Klien mendapatkan
informasi tentang menopause dan pengobatan hormon kebanyakan
dari teman, keluarga, dan media. Informasi tersebut kebanyak
justru menambah kebingungan mereka. Informasi dari tenaga
kesehatan sangatlah mereka butuhkan dan bagi tenaga kesehatan
hendaknya meluangkan waktu untuk dapat memberikan informasi
tersebut dengan benar.
Adapun tujuan dari konseling secara objektif yaitu:
1) HRT dapat membantu mengurangi atau mengatasi keluhan
pada saat menopause
33

2) Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka


waktu yang panjang
3) Dapat meningkatkan kualitas hidup
Di negara maju seperti di Amerika, klien yang
mendapatkan informasi yang baik dan komprehensif akan lebih
patuh terhadap instruksi dari tenaga kesehatan dari pada klien yang
mendapat informasi dari teman, keluarga atau media.
Menurut North American Menopause Society
(NAMS),mereka yang mau meneruskan HRT adalah:
1) Wanita dengan penghasilan tinggi
2) Wanita yang memiliki pola hidup sehat
3) Wanita yang telah diangkat rahimmya
4) Wanita yang memiliki risiko terhadap osteoporosis
5) Wanita yang telah mendapatkan banyak informasi tentang
kerugian serta keuntungan dari HRT
6) Wanita yang mempunyai hubungan yang baik dan dekat
dengan tenaga kesehatan
7) Wanita yang mengerti tentang dampak positif dari HRT
8) Wanita yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan
tentang menopause
Kunci keberhasilan konseling pada HRT adalah bagaimana
konseling tersebut dapat berkesinambungan dan tidak hanya sekali
pertemuan saja. Apabila klien telah menggunakan HRT konseling
dapat dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta efek samping
yang dialami oleh klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam konseling berkesinambungan, yaitu:
1) Menanyakan keluhan dapat teratasi atau tidak
2) Memperhatikan tentang efek samping yang dialami oleh klien
3) Melakukan evaluasi terhadap klien
4) Bila perlu ganti pengobatan
5) Mendiskusikan lamanya pengobatan
6) Memberikan materi pendidikan yang mudah dimengerti
7) Tunjukan informasi yang baru, bila ada
Untuk meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka
perlu dijelaskan tentang untung dan ruginya, serta diberikan waktu
pada wanita tersebut untuk megambil keputusan dalam penggunaan
34

HRT. Ada beberapa hal yang harus dijelaskan dan harus dipantau
kepada wanita sebelum diberika HRT yaitu:
1) Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping
anamnesis umumdan khusus mengenai organ reproduksi
2) Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan,
peningkatan berat badan, dan kemungkinan terjadinya kanker
payudara
3) Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet,
krem, plaster, injeksi serta susuk
4) Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat> 6 bulan, dan
apabila belum terlihat khasiat yang diinginkan maka dosis obat
perlu dinaikkan
5) Pada tahap awal HRT diberikan 5 (lima) tahun dulu dan jika
dianggap perlu pengobatan dapat dilanjutkan
6) Pemeriksaan rutin setiap 6 (enam) bulan, dan setiap 1-2 tahun
perlu dilakukan mamografi serta pap smear setiap 6 bulan
Selama THP perlu kontrol dengan Jadual:
1) Setelah 1 Bulan
 Amati adanya keluhan yang biasanya berhubungan dengan
dosis dan cara pemberian THP
 Bila tak ada keluhan maka dosis, cara dan jenis terapi dapat
diteruskan
2) Setelah 3 Bulan
 Ukur tekanan darah, bila tinggi dapat diberikan obat anti
hipertensi dan bila tetap sukar dikendalikan ganti dengan
cara lain sep; plester
 Bila terdapat bercak perdarahan pervaginam, ganti cara
pemberian obat, ganti jenis laiannya
 Bila ada efek samping berupa mual, sakit kepala, bertambah
BB, payudara kencang, keputihan, rasa gatal pada vagina,
turunkan dosis estrogen atau pilih cara lain seperti krim atau
plester
3) Setelah Itu, untuk setiap 6-12 bulan
 Periksa organ ginekologi; lihat serviks, atau lakukan
papsmir, bila memungkinkan
 Amati efek samping yang timbul
 Amati keberhasilan terapi
 Lakukan perabaan payudara
35

4) Setelah 12 bulan
 Lakukan perabaan payudara, mammografi bila ada
 Ulangi mammografi setiap 1 tahun kalau ada risiko kanker
payudara kalau tidak dilakukan setiap

F. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


1. Gonorrhoe
a. Definisi
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
doplococcus gram-negatif Neisseria gonorrhoe. Bakteri ini melekat
dan menghancurkan membrane sel epitel yang melapisi selaput lendir
terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi
ekstra genital di faring,anus, dan rectum dapat dijumpai pada laki- laki
dan perempuan.
Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke
mukosa. Penularan dari laki- laki ke perempuan lebih sering terjadi
daripada perempuan ke laki- laki karena lebih luasnya selaput lender
yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina. Setelah
terokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostrate, vas deferens, vesikula
seminalis. Epydydymis, dan testis pada pria, sedangkan pada
perempuan biasa terjadi di uretra, tuba fallopi, endometrim dan rongga
peritoneum. Masa inkubasi dari gonorrhoe adalah 3- 5 hari setelah
terinfeksi.

b. Tanda dan Gejala


Respon peradangan yang cepat disertai dekstruksi sel
menyebabkan secret purulent kuning kehijauan khas dari uretra pada
laki- laki dan perempuan
1) Laki – laki
 Gejala dan tanda dapat muncul 2 hari setelah pajanan
 Rasa nyeri pada saat kencing
 Keluarnya nanah kental kuning kehijauan
 Ujung penis agak merah dan agak bengkak
 Sering berkemih dan malaise
 Gatal- gatal pada anus
2) Perempuan
 Tanda dan gejala timbul dalam 7- 21 hari
 Keputihan kental berwarna kekuningan
36

 Rasa nyeri di rongga panggul


 Nyeri pada rectum, gatal dan tenesmus
 Pada pemeriksaan serviks tampak edematous dan rapuh
 Drainase mukopurulen dari ostium
 Dapat juga asimtomatik/ tanpa gejala

c. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari gonorrhoe yaitu:
 Radang panggul
 Kemandulan/ infertilitas
 Infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat
menimbulkan kebutaan
 Rentan terhadap penyakit HIV

d. Penatalaksanaan
Gonorrhoe dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun
1940-an, namun sekarang banyak berkembang galur- galur gonorrhoe
yang resisten penisilin. Terapi yang rekomendasikan saat ini adalah
sefalosporin dan fluorokuinolon. Semua kontak seksual pasien yang
terinfeksi harus di evaluasi dan ditawarkan terapi profilaksis.
Berdasarkan pedoman penatalaksanaan infeksi menular oleh
Departemen kesehatan Indonesian tahun 2011 anjuran pengobatan
gonorrhoe tanpa komplikasi adalah cefiksim 400 mg peroral atau
lefovloksasin 500 mg per oral, atau kanamisin 2 g IM, atau
tiamfenikol 3,5 g oral, atau seftriakson 250 mg IM yang semuanya
diberikan dalam dosis tunggal.
Berdasarkan centers for disease control and prevention (CDC)
2010 merekomendasikan pemberian terapi dengan seftriakson 250 mg
IM atau sefiksim 400 mg diberikan dalam dosis tunggal.

2. Sifilis
a. Definisi
Sifilis atau sering disebut “ raja singa” merupakan infeksi
sistemik yang disebabkan oleh spirochaete, triponema palladium
( T. palladium) dan merupakan bentuk infeksi menular seksual.
Yang diserang adalah seluruh organ tubuh yang mengandung
triponema palladium, stadium lanjut akan mneyerang pembuluh
darah, jantung , otak dan susunan saraf. Masa inkubasi dari sifilis
cukup panjang 10- 90 hari dan rat- rata 3 minggu.
37

Sifilis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sifilis


kongenital ( ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan ) dan
sifilis yang didapat / acquired ( ditulaskan mealui hubungan seks
atau jarum suntik dan produk darah yang tercemar.

b. Tanda dan Gejala


Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1- 13 minggu
setelah terinfeksi, rata- rata 3- 4 minggu. Infeksi bisa menetap
selama bertahun- tahun dab jarang menyebabkan kerusakan
jantung, otak maupun kematian. Berikut tanda dan gejala sifilis
pada dewasa.

Tabel 6. Tanda dan Gejala Sifilis pada Dewasa


STADIUM MANISFESTASI KLINIK DURASI
Primer Ulkus/ luka/tukak , biasanya soliter, 3 minggu
tidak nyeri, batasnya tegas, ada
indurasi dengan pembesaran
kelenjar getah bening regional
(limfadenopati)
Sekunder Bercak merahpolimorfik biasanya 2 – 12 minggu
di telapak tangan dan kaki, lesi
kulit papuloskuamosadan mukosa,
demam, malaise, limfadenopati,
generalisata, condiloma nata,
patchyalopecia, meningitis, uveitis,
dan etinitis
Laten Asimtomatik Dini < 1 tahun
Lanjut > 1 tahun
Tersier Gumma Destruksi jaringan di organ dan 1 – 46 tahun
lokasi yang terinfeksi
Aneurisma aorta, regurgitasi aorta,
Sifilis 10 – 30 tahun
38

kardiovaskuler stenosis osteum


Bervariasi dari asimtomatik sampai
nyeri kepala, vertigo, perubahan >2 tahun – 20
Neurosifilis
kepribadian, demensia, ataksia, tahun
pupil Argyll Robertson

c. Komplikasi
Komplikasi yang timbul bila terjangkit sifilis yaitu:
 Jika sifilis tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan
berat pada otak dan jantung
 Bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir
cacat
 Memudahkan penularan HIV
d. Penatalaksanaan
1) Skrining sifilis
Skrining sifilis biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan HIV dan hepatitis B yang biasa ddisebut dengan
pemeriksaan triple test (rapid test). Banyaknya infeksi sifilis
yang tidak bergejala dan tingginya prevalensi sifilis, maka
diperlukan skirining sifilis secara rutin untuk mengendalikan
sifilis di masyarakat. Skirining sifilis dilakukan dengan
pemeriksaan fisik dan tes serologis sifilis. Skrining sifilis
ditunjukan bagi:
a) Semua ibu hamil. Dilakukan sedini mungkin pada
kunjungan antenatal yang pertama. Skrining diulang pad
trimester ketiga dan saat persalinan. Skrining dan terapi
sifilis dapat mengurangi angka kematian bayi dan
kecacatan bayi.
b) Ibu melahirkan harus diskining sifilis, terutama apabila
selama kehamilanbelum pernah diskrining sifilis.
Skirining pada saat persalinan dapat mendeteksi infeksi
sehingga dapat dilakukan penanganan dini terhadap ibu
dan bayinya.
c) Semua penjaja seks ( perempuan, laki – laki dan waria),
karena resiko pekerjaannya harus di skrining sifilis tiap 3
– 6 bulan sekali.
d) Semua LSL yang memiliki banyak pasangan seks
39

e) Semua pasien IMS


f) Perempuan yang mengalami riwayat keguguran atau bayi
lahir mati.
2) Pemakaian rapid test
Penggunaan rapid test sifilis dianggap dapat meningkatkan
akses skrining sifilis, selain mudah dikerjakan, hasil rapid
testdiperoleh dalam waktu yang lebih singkat sehingga
mengurangi waktu tunggu pasien.
3) Sifilis pad ibu hamil
Infeksi sifilis pada populasi ibu hamil, bila tidak diobati
dengan adekuat, dapat menyebabkan lahir mati dan abortus (40
%), kematian perinatal ( 20 %), berat badan lahir rendah
(BBLR) atau infeksi neonates (20%).
Untuk melindungi janin dalam kandungan, perlu dilakukan
skrining dan penanganan sifilis pada ibu hamil. Secara global/
internasional telah ditetapkan target untuk mengeliminasi
sifilis kongenital. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
diperlukan:
 Integrasi layanan IMS terutama skrining dengan PPIA
( program pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak) dan
kesehatan ibu dan anak
 Skrining sifilis pada semua ibu hamil
 Skrining pad ibu melahirkan, terutama mereka yang belum
pernah diskrining sifilis sebelumnya
 Mengobati semua ibu hamil yang positif sifilis pada saat itu
juga
 Mengobati semua pasangan tiap ibu hamil yang positif
sifilis
 Edukasi, konseling aktif, dan promosi kondom untuk
mencegah infeksi ulang
 Mengobati semua bayi yang lahir dari ibu yang positif sifilis
 Memeriksa dengan seksama dan membuat rencana
perawatan bagi bayi yang lahir dari ibu yang positif sifilis

e. Penatalaksanaan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan
penyakitnya ke orang lain., karena itu sebaiknya menghindari
40

hubungan seksual sampai penderita dan mitra seksualnya telah


selesai menjalani pengobatan.
Pada penderita sifilis primer, semua mitra seksualnya dalam
3 bulan terakhir terancam tertular, pada penderita sifilis sekunder,
semua mitra seksualnya dala m 1 tahun terakhir terancam tertular,
sehingga mereka harus menjalani tes penyaringan antibody dan
jika hasilnya positif, maka perlu dilakukan pengobatan. Antibiotic
terbaik untuk semua fase sifilis adalah penisilin. Berikut
pengobatan sifilis yang dapat dilakukan di puskesmas:

Tabel 7. Terapi Sifilis di Puskesmas


STADIUM TERAPI Alternatif untuk yang
alergi penisilin
Tidak hamil Hamil
Sifilis primer Benzathine Doksisiklin Eritromisin
dan sekunder benzylpenicillin 100 mg per 500 mg per
2,4 juta IU, injeksi oral, 2 x/ oral, 4x/
IM dosis tunggal hari selama hari selama
30 hari 14 hari
Sifilis laten Benzathine Doksisiklin Eritromisin
benzylpenicillin 100 mg per 500 mg per
2,4 juta IU, injeksi oral, 2 x/ oral, 4x/
IM, 1x/ minggu hari selama hari
selama 3 minggu 30 hari minimal 30
ATAU
berturut - turut hari
Seftriakson1
gr, injeksi
IM 1x/ hari
selama 10
hari

3. Chlamydia
a. Definisi
41

Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang


biasanya disebabkan oleh chlamydia trachomatis atau ureaplasma
urealyticum (pada laki- laki). Tetapi kadang- kadang disebabkan
oleh trhomonas vaginalis atau virus herpes simpleks.

b. Faktor Predisposisi
Chlamydia thracomatos menyebabkan sekitar 50 % infeksi
uretra yang bukan disebabkan oleh gonorrhoe pada laki- laki dan
infeksi leher rahim (serviks) penghasil nanah yang bukan
disebabkan oleh gonorrhoe pada perempuan. Chlamydia
merupakan bakteri kecil yang hanya bisa berkembangbiak di dalam
sel. Anda sangat berisiko chlamydia bila:
 Anda dibawah 25 tahun
 Anda berganti pasangan dalam 12 bulan terakhir
 Anda mempunyai lebih dari satu pasangan seks dalam 12
bulan terakhir
 Anda tidak menggunakan kondom atau dam gigi
 Anda atau pasangan seks Anda mengidap IMS yang lain

c. Tanda dan gejala


 Biasanya antara 4- 28 hari setelah berhubungan itim dengan
penderita, seorang laki- laki akan mengalami perasaan terbakar
yang ringan saat berkemih.
 Keluar nanah/ pus dari penis (nanahnya bisa berwarna jernih
atau keruh tetapi lebih encer daripada nanah gonorrhoe)
 Timbul rasa sakit waktu berkemih
 Frekuensi berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar
nanah/ pus
 Nyeri perut bagian bawah
 Nyeri pada saat berhubungan intim dan keluarnya lender
kekuningan dan nanah dari vagina
 Perdarahan setelah hubungan seksual

d. Komplikasi
1) Pada laki- laki
 Epididymitis, yaitu infeksi pada epididymis yang bisa
menyebabkan nyeri pada buah zakar
 Struktur uretra, penyempitan uretra yang bisa menyebabkan
penyumbatan aliran air kemih
42

 Konjungtivitis, yaitu infeksi pada bagian putih mata, bisa


menyebabkan nyeri mata dan belekan
2) Pada perempuan
 Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan
ektopik ( diluar kandungan), penyakit radang panggul, dan
kemandulan
 Infeksi pembungkus hati dan di daerah di sekeliling hati,
bisa menyebabkan nyeri perut bagian atas
 Konjungtivitis, yaitu infeksi pada bagian putih mata, bisa
menyebabkan nyeri mata dan belekan
3) Pada bayi baru lahir
 Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan
belekan
 Pneumonia, bisa menyebabkan demam dan batuk

e. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, infeksi chlamydia trachomatis bisa
di diagnosis berdasarkan hasil pmeriksaan cairan dari penis atau
leher rahim di laboratorium. Akan tetapi mahlanya pemeriksaan
chlamydia mahal, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
yang khas disertai bukti yang menunjukkan tidak adanya
gonorrhoe.

f. Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau
doksisiklin per oral minimal 7 hari atau di beriakn azitromisin
dosis tunggal. Tetrasiklin tidak boleh diberiakn pada ibu hamil.
Cara yang paling aman untuk terlindung dari chlamydia dan IMS
yang lain adalah:
 Selalu memakai kondom atau dam gigi dan pelumas berdasar
air. Kondom adalah cara terbaik untuk melindungi anda dari
chlamydia dan IMS yang lain. Selalu pakai kondom sewaktu
melakukan seks vagina atau dubur, dan dam gigi sewaktu seks
mulut., sampai anda sangat yakin bahwa anda dan pasangan
anda tidak menderita IMS.
43

 Bina hubungan berjangka waktu lama di mana tak satupun


anda telah tertular, dan tak satupun anda mempunyai pasangan
yang lain.
 Batasi pasangan seks anda. Makin sedikit orang bersama anda
melakukan seks, makin kurang kesempatan anda untuk
melakukan seks dengan orang yang menderita chlamydia.
 Melakukan pemeriksaan IMS yang teratur.

g. Prognosis
Pada sekitar 60- 70 % penderita tidak diobati infeksi chlamidia
trachomatis akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pad sekitar 20
% penderita, infeksi kembali kambuh setelah penderita menjalani
pengobatan.

4. TRICOMONIASIS
a. Definisi
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh protozoa parasit Trichomonas vaginalis yang
motil. Ia adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling
umum di seluruh dunia.

b. Etiologi
Risiko tertular infeksi T vaginalis didasarkan pada jenis
aktivitas seksual. Wanita yang terlibat dalam aktivitas seksual
berisiko tinggi berisiko yang lebih besar untuk terinfeksi. Faktor
risiko untuk infeksi T vaginalis termasuk:
• Pasangan baru atau beberapa pasangan
• Riwayat infeksi menular seksual
• IMS saat ini
• Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
• Bertukar seks untuk uang atau obat-obatan
• Menggunakan obat injeksi
• Tidak menggunakan kontrasepsi
Trichomonas vaginalis adalah protozoa parasit berflagel,
biasanya berbentuk piriformis tapi kadang-kadang amoeboid,
44

ekstraseluler dari epitel traktus genitourinari terutama dengan gaya


hidup anaerob. Organisme ini memiliki panjang 10-20 μm dan
lebar 2-14 μm. Empat flagella terproyeksi dari bagian anterior sel
dan satu flagela memanjang ke belakang ke bagian tengah
organisme, yang membentuk membran yang bergelombang.
Sebuah axostyle meluas dari aspek posterior organisme.TV
memiliki genom yang besar (strain G3, 176.441.227 bp) dengan
~60.000 gen protein coding yang tersusun dalam enam kromosom.6
TV adalah parasit obligat yang sangat predator yang menfagositosis
bakteri, sel epitel vagina dan eritrosit dan tertelan sendirinya oleh
makrofag. TV menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi
utama melalui metabolisme fermentatif dalam kondisi aerobik dan
anaerobik. Waktu inkubasi umumnya antara 4 dan 28 hari.

5. Condiloma Accuminata
a. Definisi
Condiloma adalah kutil yang berlokasi di area
genetal( uretra, genetal dan rectum). Condiloma merupakan
penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi tejadi sampai beberapa bulan tanpa tanda
dan gejala penyakit. Biasanya lebih banyak selam kehamilan dan
ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina.
kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya
adalah akumulasi bahan- bahan purulent pada belahan- belahan,
biasanya berbau tidak sedap warnanya abu- abu, kuning pucat atau
merah muda.
Condiloma akimunata merupakan tonjolan- tonjolan yang
berbentuk bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang
bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual.penyebab condiloma
oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human Papiloma Virus yang
45

spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11
yang dijumpai
b. Tanda gejala
 Sering muncul di daerah yang lembab, biasanya penis, vulva,
dinding vagina dan dinding serviks dan dapat memyebar sampai
daerah perianal
 Berbau busuk
 Warts/ kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga
kol
 Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal.
 Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab
dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa
simpton
 Ukuran tiap kutil biasanya 1- 2 mm, namun bila berkumpul sampai
berdiameter 10,2 cm dan bertangkai. Terkadang muncul lebih dari
satu daerah.
 Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih
jika virus mencapai saluran uretra
 Memeiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak
pasangan
 Condiloma ukuran besar dan ukuran kecil
 Condiloma pada penis dan dinding vagina

c. Penatalaksaan
1) Kemoterapi
 Podophlin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan
dengan kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang
rasionya tidak dapat berubah. Jenis ini mungkin terdiri atas
berbagai konsentrasi 10- 25 % denagn senyawa benzoin
tinoture, spirit dan paraffin cair yang digunakan adalah
tingtur podofilin 25 %, kulit disekitarnya dilindungi dengan
vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4- 6 jam
dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah
3 hari, setiap pemberian tidak lebih daro 0,3 cc karena
bersifat toksik.
 Podofilytocin
46

Merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia


sebanyak 0,5 % dalam larutan eatnol. Tidak disarankan
pada masa kehamilan dan menyusui
 Asam triklorasetik (TCA)
Agent topical alternative dan seringkali digunakan pada
kutil dengan konsentrasi 30- 50 % dioleskan setiap minggu
dan pemberian harus sangat hati- hati karena dapat
menimbulakan ulkus yang dalam, bahan ini dapat
digunakan pada masa kehamilan
 Topikal 5- flurourasil (5FU)
Cream 5FU dapat digunakan khususnya untuk perawatan
kulit uretra dan vulva vagina, konsentrasi 1-5 % pemberian
dilakukan setiap hari sampai lesi hilang dan tidak miksi
selam pemberian.
 Interferon
Terapi parental dan intra lesional terhadap kutil kelamin
dengan persiapan interferon alami dan rekombinasi telah
menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 70- 80%
pada laporan awal. Efek samping dari perlakuan interferon
sistemik meliputi penyakit seperti flu dan neurtropenia
transien.
2) Terapi pembedahan
 Kuret atau kauter (elektrokauterisasi)
Dengan indikasi anastesi local dapat digunakan untuk
pengobatan kutil yang resisten terhadap perlakuan topical
munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan
metode ini.
 Bedah beku (N2, N2O cair)
3) Laser
Laser karbondioksida efektif digunakan untuk memusnahkan
beberapa kutil- kutil yang sulit dan meninggalkan jaringan
parut
4) Terapi kombinasi
Contoh terapi kombinasi TCAA dengan podophlylin,
pembedahan dengan podophlylin.
47

6. Herpes Genitalis
a. Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual
didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum atau daerah
disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Ada dua
jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2
biasanya ditularkan memalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks
tersebut bias menginfeksi kelamin, kulit disekeliling rectum atau
tangan (terutama bantalan kuku) dan bissa ditularkan kebagian
tubuh lainnya (permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak
terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara
seksual (misal sipilis atau chancroid).

b. Gejala
Gejala awal mulai timbul hari keempat atau ketujuh setelah
terinfeksi. Berupa gatal, kesemutan dan sakit lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil, diikiuti oleh sekumpulan lepuhan
kecil yang terasa nyeri. Lepuhan itu pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang bebrbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk kropeng. Penderita bisa
mengalami kesulitan berkemih ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam 10 hari, tetapi bias meninggalkan
jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan biasanya akan
membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri lebih lama dan lebih
meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai
dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria lepuhan dan luka
bias terbentuk disetiap bagian penis, termasuk kulit depan pada
48

penis yang todak disunat. Pada wanita lepuhan dan luka bias
terbentuk divulva dan leher Rahim. Jika penderita melakukan
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bias
terbentuk disekitar anus atau didalam rectum. Pada penderita
sistem kekebalan (missal infeksi HIV luka herpes bisa sangat berat,
menyebar kebagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa
minggu atau lebih dan resisten terhadapa pengobatan dengan
acyclovir).
Gejala cenderung kambuh kembali didaerah yang sama
atau sekitarnya karena virus menetap disarap panggul terdekat dan
kembali aktif menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami mpengaktifan
kembali dalam sarap panggul, HSV-1 disarap wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus
ini bisa menimbulkan penyakit kedua daerah tersebut.

c. Diagnosa
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk
memperkuat diagnose diambil apusan dari luka dan dibiakan
dilaboratorium. Pemerikasaan darah bisa menunjukan adanya anti
bodi terhadap virus.

d. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes
genitalis tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus
mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah. Pengobtana akan
efektif jika dimulai sedini mungkin biasanya dua hari setelah
timbulnya gejala. Asiklovir atau obat anti virus lainnya bisa
dibeikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan
langsung ke luka herpes. Obat ini mengurangi jumlah virus yang
hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat
ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan
49

dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya


penyakit ini.
7. HIV/AIDS
a. Definisi
HIV singkatan dari human immunodefisiency virus adalah
virus yang menurunkan sisem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS
singkatan dari Acquired Immuno Defisiency virus adalah kumpulan
berbagai penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh.
Kejadian HIV/AIDS dapat diibaratkan sebagai fenomena
gunung es, yaitu diantara yang terinfeksi, banyak yang tidak
terdeteksi. AIDS adalah sindroma yang menunjukka defisiensi
imun elular pada seseorang tanpa adanya penyebab yang dietahui
untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat-obat supresi imun,penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya.

b. Etiologi
Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodefisiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan
pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun
1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama
HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan kedua
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari 5 fase yaitu:
 Periode jendela
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
 Fase infeksi HIV primer akut
Lamanya 1-2 minggu degan gejala flu likes illnes
 Infeksi asimptomatik
Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada
 Supresi imun simtomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
menurun, diare neuropathy, lemas, rash, limfadenopati, lesi mulut
 AIDS
50

Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama


kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dn tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologis.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi,
pria, maupun wanita. Kelompo berrisiko tinggi adalah:
 Lelaki homoseksual atau biseksual
 orang yang ketagihan obat intravena
 partner seks dari penderita AIDS
 penerima darah atau produk darah (transfusi)
 bayi dari ibu/ bapak terinfeksi

c. Patofisiologi
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel system
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages
komponen utama system kekebalan sel), menghancurkan dan mengganngu
fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan system
kekebalan yang terus menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekeblan tubuh.

d. Gejala
1) Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi
2) Penampilan umum : pucat, kelaparan
3) Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil,
keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB
menurun, nyeri, sulit tidur.
4) Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, prubahan pola
hidup, ungkapan perasaan takut, cemas, meringis.
5) Status mental : marah dan pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdraw, hilang interes pada lingkungan sekitar, gangguan prooses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi.
6) HEENT : nyeri periorbital, fotophopia, sakit kepala, edem muka,
tinnitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah,
disfagia, epsitaksis
51

7) Neurologis : gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,


ketidakseimbangan, kaku kunduk, kejang, paraplegia.
8) Muskuluskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan
ADL
9) Kardiovaskuler : takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
10) Pernafasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot
bantu pernafasan, batuk produktif atau non produktif
11) GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
12) Gu : lesi atau eksudat pada genital
13) Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

e. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik :
 Tes untuk diagnose infeksi HIV : ELISA, Western bolt, P2A4, antigen
test, kultur HIV
 Tes untuk deteksi gangguan system imun : hematocrit, LED, CD4
limfosit, rasio CD4/ Cd limfosit, serum macroglobulin B2,
hemoglobulin
Syarat tes untuk pemeriksaan diagnostik harus:
 Bersifat rahasia (privasi)
 Disertai konseling yang jelas
 Bersifat sukarela, tanpa ada paksaan

f. Penatalaksanaan
 Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang 14-
28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukan bahwa hal ini
menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek
dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50%
penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan
sekitar 38%. Beberapa studi telah mneyelidiki pengguanaan dari
ziduvidine (AZT) dalam kombinas dengan Lamivudine (3TC).
52

 Nepiravine diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa


persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2-3 hari.
Diperkirakan bahwa dosisi tersebut dapat menurunkan penularan HIV
sekitar 47%. Nepiravine hanya digunakan pada ibu dengan membawa
1 tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut
harus diberikan 1 dosis dalam 3 hari.

g. Pencegahan
 Untuk Umum
- A. : Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual
pra nikah)
- B : Befaithful (setia pada satu pasangan)
- C : Condom (gunakan kondom)
- D : Drugs (jangan gunakan narkoba)
- E : Education (sosialisasi mengenai HIV/AIDS)
 Untuk Remaja
- Tidak melakukan sex pra nikah
- Mencari info tentang HIV/AIDS
- Mendiskusikan HIV/AIDS
- Tidak menggunakan NAPZA ( khususnya metode suntik)
 Untuk Penggunan NAPZA
- Berhenti menggunakan sebelum tertular
- Tidak memakai jarum suntik
- Memakai jarum suntik sekali pakai dan buang jarum suntik yang
telah dipakai
- Memakai jarum suntik berulang tetapi perseorangan (diri sendiri)
- Memakai jarum suntik bergantian tetapi disterilisasikan terlebih
dahulu.

G. KELAINAN SISTEM REPRODUKSI (MIOMA UTERI)


1. Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim disertai jaringan
ikatnya. Sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya
dominan dan lunak serta karena otot rahimnya dominan. Kejadian mioma
uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri menimbulkan
keluhan dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma iteri
tidak menunjukan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat
pemeriksaan.
53

Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi,


karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak
dijumpai sebelum datang haid (menarke) dan akan mengalami pengecilan
setelah mati haid (menopause). Bila pada masa menopause tumor yang
berasal dari mioma uteri masih tetap besar atau bertambah besar,
kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila dijumpai
pembesaran abdomen sebelum menarke, hal itu pasti bukan mioma uteri
tetapi kista ovarium dan kemungkinan besar menjadi ganas.
Berdasarkan teori Genitoblast (sel nest), rangsangan terus menerus
setiap bulan dari estrogen, membuat pertumbuhan mioma uteri menajdi
berlapis seperti berambang dan lokasi bervariasi.

2. Klasifikasi Mioma
a. Subserosa : di bawah lapisan peritonium, dan dapat bertangkai dan
melayang dalam kavum (ruangan) abdomen.
b. Intramunal : di dalam otot rahum dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c. Submukosa : di bawah lapisan dalam rahim, memperluas permukaan
ruangan rahim, bertangkai dan dapat di keluarkan melalui kanalis
servikalis

3. Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya,
maka mioma dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif
sebagai berikut :
a. Degenerasi Jinak
b. Atrofi ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi
setelah persalinan atau menopause
c. Hialin : Terjadi pada mioma yang telah matang atau “tua” dimana
bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak
atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya
degenerasi hialin.
54

d. Kistik : Setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan


cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik.
Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat
menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum
peritoneum atau retroperitoneum.
e. Klasifikasi disebut juga sebagai degenerasi kalkareus yang umumnya
mengenai mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit
sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan
fosfat di dalam tumor.
f. Septik : Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami
nekrosis di bagian tengah tumor ynag berlanjut dengan infeksi yang
ditandai dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.
g. Kaneus : Disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh
trombosis yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan
perdarahan sehingga menyebabkan perubahan warna mioma.
Degenerasi jenis ini seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan
karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi bagi miometrium
lebih di prioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan
terjadin degenerasi aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai rasa
nyeri tetapi akan menghilang sendiri (self Limited). Terhadap
kehamilannnya sendiri dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi
diseminata intravaskuler.
h. Miksomatosa L Disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah
proses degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan
umumnya asimtomatik.
i. Degenerasi Ganas
j. Transformasi kearah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada
0,1 % - 0,5% penderita mioma uteri.

4. Gambaran Klinik
Gejala klinik hanya terjadi pada 35%- 50% penderita mioms.
Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa twrdapat
kelainan di dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita obesitas.
Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma
yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa :
a. Perdarahan Abdominal Uterus
55

Peradarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan


hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka
dapat terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan
sdalam jumlah yang besar maka sulit dikoreksi dengan suplementasi
zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan
oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan
pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor.
Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan
nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum
uteri terhubung oleh tangkai yang keluar di ostium serviks).
Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi hipoksia
lokal miometrium.
b. Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalamn pada uterus kecuali
apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak
terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah,
infeksi, torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk
mengeluarkan mioma subserosa dan kavum uteri. Mioma yang besar
dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk
mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
menekan persyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.
c. Efek penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,
tetapi tidaklah mudah dengan menghubungkan adanya penekanan
organ dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan
penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat
menyebsbakan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan
omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat
menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia
dan infertilitas.

5. Terapi
Terapi harus memperhatiak usia, paritas, kehamilan, konservasi
fungsi reproduksi, keadaan umumdan gejala yang ditimbulkan. Bila
56

kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan


tremasuk nutrisi, suplementasi zat esensial, asupan transfusi. Pada keadaan
gawat darurat akibat infeksi atau egjala abdominal akut, siapkan
tindakakan bedah terkait dengwan mioma uteri adalah miomektomi atau
histerektomi.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Angka penduduk dalam masa menopause cukup besar hingga mencapai
4,3 juta jiwa, dan 18% nya mengalami keluhan dan dampak dari
menopause.
2. Sesuai dengan Standak Profesi Bidan, standar kompetensi bidan dan
penyelengaraan prkatek bidan, dalam hal gangguan reproduksi, bidan
berwenang hanya sebatas upaya promotif dan preventif pada sasaran.
Selebihnya bekerja tetap dalam rnah kolaboratif dan rujukan

B. Saran
Mengoptimalkan peran fungsi bidan sebagai pendidik, bidan dituntut
mampu menganalisis dan mengkritisi setiap keadaan demi meningkatkan
kompetensi dan keahlian, selain juga dapat menjadi sarana melakukan double
check dan crossc check asuhan terhadap pasien dengan gangguan
reproduksinya.
Dalam peran fungsinya sebagai penyelenggara dan pengelola, bidan
harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu
menyelenggarakan asuhan kebidanan terhadap wanita dengan gangguan
reproduksi sesuai kewenangannya. Selain memiliki peran pelaksana/
pengelola dan peran rujukan, bidan juga memiliki fungsi kolaborasi, sehingga
walaupun kasus diagnosis kedokteran, tetapi bidan juga mampu melaksanakan
asuhan kebidanan dengan arahan dari dokter dan mampu bekerja sama dengan
perawat maternitas. Selain berperan sebagai pendidik, penyelenggara, dan
57

pengelola, bidan juga memiliki peran fungsi sebagai peneliti. Harapannya,


laporan kasus ini dapat memberikan inspirasi dan dapat dijadikan sumber
referensi dalam penelitian-penelitian atau penyusunan laporan asuhan
selanjutnya, sehingga ilmu kebidanan dapat terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai