BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan masuk ke dalam area
kewenangan bidan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No 28 Tahun
2017 tentang izin dan penyelengaraan praktik Bidan. Oleh karenanya, seornag
bidan sudah selayaknya mengetahui standar pelayanan kebidanan dan upaya
kesehatan reproduksi.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 ada
4,3 juta orang Indonesia berada pada masa menopause dari total penduduk
250 juta jiwa. Pada rentang usia diatas 46-49 tahun, 18% dari mereka sudah
mengalami menopause dengan dampak juga keluhan penyerta menopause
(Depkes RI, 2012).
Oleh karena itu, penyusun bermaksud membuat kajian tentang
“Asuhan Kebidanan dalam Gangguan Kesehatan Reproduksi dan Upaya
Penanggulangannya”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. INFERTILITAS
1. Definisi
a. Infertilitas adalah ketidak mampuan suami istri untuk mencapai
kahamilan setelah 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara
teratur dan tidak menggunakan alat kontrassepsi.
b. Infertilitas primer adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami
istri sama sekali belum pernah mamiliki anak.
3
2. Penyebab
a. Faktor pria
1) Masalah pada sperma
Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di dalam testis
(buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut spermatogenesis.
Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72 – 74
hari untuk berkembang menjadi sel sperma yang matang. Dari
testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke daalam epidedemis (suatu
saluran berbentuk gulungan yeng terletak di puncak testis menuju
ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan dalam epidedemis
sampai saat terjadinya ejakulasi. Dari epidedemis sperma bergerak
ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam ductus
ejakulatorius, cairan dihasilkan oleh vesicular seminalis
ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang
kemudianmengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika
ejakulasi. Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya
untuk mengantarkan sejumlah sperma yang normal kedalam vagina
wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prose tersebut sehingga
bias terjadi kemandulan :
a) Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam
berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bias
menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya
pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal didalam semen. Pembentukan sperma yang efisien
adalah pada suhu 33,5 lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bias
tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam
skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
Factor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah
pemakaian marijuana atau obat – obatan (misalnya simetidin,
spironolakton dan nitrofurantoin)
4
b. Faktor wanita
1) Jaringan parut akibat penyakit menular seksual dan endometriosis
2) Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh
ovarium/sel telur). Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari
ocvarium (indung telur). Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum
menstruasi hari pertama. Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuah
oleh sperma yang berasal dari pria. Jika seorang wanita mmemiliki
siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami
menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebab lalu
dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH
(Gonadotropin releasing hormone) oleh hipotalamus.
5
3) Kelainan hormon
4) Kekurangan gizi
5) Kista ovarium
6) Infeksi panggul
7) Tumor
8) Kelainan lendir servikal (lendir leher Rahim)
9) Kelainan pengangkutan dari leher Rahim ke tuba falopii (saluran
telur)
10) Kelainan pada tuba fallopii. Bias terjadi kelainan struktur maupun
fungsi tuba falopii. Penyebab utamanya adalah :
- Infeksi endometriosis
- Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi
4. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari
suami dan istri.
5. Pemeriksaan
a. Analisa semen menilai volume dan kekentalan semen serta menilai
jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma. 2 –
3 hari sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh
melakukan ejakulasi.
b. Pengukuran suhu basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat
tidur, dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi
peningkatan sebesar 0,5 – 10C berarti sedang terjadi ovulasi
c. Memperhatikan perubahan pada lender servikal. Pada fase
ovulatoir, lender menjadi basah, elastis dan licin.
6
6. Prognosis
Sekitar 85 – 90 % kasus, kemungkinan penyebab bias diketahui.
Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi
in vitro) memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50 – 60 %
pasangan yang sebelumnya didiagnosis mengalami kemandulan. Tanpa
pengobatan, 15 – 20 % kasus pada akhirnya akan mengalami
kehamilan.
7. Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual,
karena itu dianjurkan untuk menjalani prilaku seksual yang aman guna
meminimalkan risiko kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit
menular seksual yang paling sering menyebabkan kemandulan adalah
gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada awalnya tidak
menimbulkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadi penyakit
peradangan panggul dan salfingitis. Peradangan menyebabkan jaringan
parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan, kemandulan
absolut atau kehamilan di luar kandunga.
Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan
komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa
dicegah dengan menjalani imunisasi gondongan. Beberapa jenis
7
2. Etiologi
Menurut Widyastuti (2010) mekanisme infeksi menjalar saat,
menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi, disebab kan oleh
bakteri :
a. GO (Gonorhoeae)
b. Kuman-kuman lain streptococcus, aerob maupun yang anaerob
stapylococus.
c. Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada
saluran genital bagian bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim.
Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wania
menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering
adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah
tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
9
3. Faktor Predisposisi
Menurut Widyastuti (2010) faktor predisposisi penyakit radang
panggul yaitu :
a. Wanita tanpa perlindungan kontrasepsi (kondom) dengan seksual aktif
apalagi multi patner.
b. Pemakai IUD yang terlalu lama
c. Berbagai tindakan medis intra uterin
Menurut Kumalasari, dkk (2013) faktor risiko terjadinya penyakit
radang panggul yaitu :
a. Aktivitas seksual pada masa remaja
b. Berganti-ganti pasangan seksual
c. Pernah menderita penyakit radang panggul sebelumnya
d. Pernah menderita penyakit menular seksual
e. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang
a. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
abnormal.
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam)
d. Kram karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i. Nafsu makan berkurang
j. Sering berkemih
k. Nyeri ketika berkemih
7) Pelvioperitonitis (perimetritis)
Biasanya terjadi sbagai lanjutan dari salpingoophoritis. Kadang-
kadang terjadi dari endometritis atau parametritis. Gejalanya nyeri
13
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kumalasari, dkk (2013) diagnosa ditegakan berdasarkan
gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan
panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainya dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit darah yang merupakan indikator dari infeksi. Leukosit normal
5.000-15.000/mm3, mengetahui Hb, Ht, dan jenisnya
b. Pemeriksaan cairan dari serviks untuk
c. Kuldosintesis untuk mengetahui bahwa perdarahan yang terjadi
diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari KET yag rupture atau
kista hemoragik) dapat menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis,abses
pelvis ruptur, atau appendiks yang ruptur)
d. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan
kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secra
langsung organ didalam panggul apabila terdapat kelainan.
e. USG panggul merupakan tindakan non invasif, untuk mengetahui
keadaan didalam panggul meleiputi keadaan rahim, adanya
pembesaran dan abses pada saluran tuba fallopi.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita penyakit
radang panggul derajat I. Obat yang diberikan ialah :
1) Antibiotik :
Ampisilin 500 mg tiap 6 jam selama 7-10 hari
Amoxisilin 500 mg tiap 8 jam selama 7 hari
Doxiosiklin 100 mg tiap 12 jam selama 7-10 hari
Clindamisin 300 mg tiap 12 jam selama 7-10 hari
2) Analgesik dan antipiretik.
Parasetamol 500 mg tiap 8 jam
Mefenamat acid 500 mg tiap 8 jam
b. Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang
panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan ialah :
1) Antibiotik
14
2. ABORSI
a. Definisi
Aborsi atau pengguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan
dengan dikeluarkannya janin (fetus) sebelum memiliki kemampuan
hidup di luar rahim, sehingga mengakibatkan kematian.
b. Jenis-jenis aborsi
18
1) Abortus spontan
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak di dahului factor-faktor
mekanis atau medical.
Macam-macam aborsis pontan:
Abortus complit adalah semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rongga rahim kosong
Abortus incomplit adalah hanya ada sebagian hasil konsepsi
yang dikeluarkan yang tertinggal adalah decidua dan placenta
Abortus iminen adalah pengeluaran hasil konsepsi masih dapat
dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antispasmodica
Missed abortus adalah hasil konsep sisudah meninggal dan
masih ada dirahim lebih dari 2 bulan
Abortus habitualis adalah abortus yang berulang berturut-turut
lebih dari 3 kali
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi genetalia
2) Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja baik dengan menggunakan obat-
obatan maupun alat-alat, di bagi :
Abortus provokatus medicanalis adalah aborsi yang dilakukan
oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan
aborsi tidak dilakukan akan membahayakan jiwa ibu.
Abortus provokatus kriminalis adalah aborsi yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis, sebaga contoh aborsi yang
dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat
hubungan seksual di luar nikah.
2. Manfaat
Terapi sulih hormon merupakan pilihan untuk mengurangi
keluhan pada wanita dengan keluhan sindroma menopause. Terapi sulih
hormon juga dapat mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat
menopause, vagina kering, dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah perkembangan
penyakit akibat dari penurunan hormon estrogen seperti osteoporosis
dan jantung koroner. Dengan demikian pemberian terapi sulih hormon,
kualitas hidup dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan
untuk hidup nyaman secara fisiologis maupun psikologis (Mulyani,
2013).
Menurut Wikipedia, TSH dapat mengatasi gejala yang
dikeluhkan pada masa menopause yang bisa berupa hot flash, atropi dan
kekeringan vagina, osteoporosis yang disebabkan berkurangnya kadar
hormon seks.
4. Efektifitas
24
Ditulis Oleh Dr. Wiryawan Permadi, dr. Sp.OG (K) pada 2013,
terapi hormon saat ini merupakan pengobatan paling efektif menangani
masalah vasomotorik. Penelitian secara sistematis menunjukkan
pengurangan secara signifikan frekuensi dari gejala vasomotor hingga
87 % dibandingkan dengan plasebo. Uji acak yang besar dilakukan dan
menunjukkan bahwa terapi hormon menurunkan kemungkinan
insidensi fraktur, mengurangi gejala vagina yang kering, dan
memperbaiki juga fungsi seksual. Selain itu didapatkan juga perbaikan
kualitas tidur, mengurangi nyeri otot, dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Dari penelitian menunjukkan keunggulan dari pemberian terapi
hormon pada wanita pasca menopause usia 50-59 tahun atau < 10 tahun
setelah menopause setelah menopause, berdasarkan latar belakang
risiko pada wanita di Amerika, dengan menggunakan data dari hasil Uji
acak terbesar pada penelitian pemberian terapi hormon dibandingkan
dengan pemberian plasebo hingga saat ini (penelitian Women’s
Initiative Study). Terapi hormon (baik estrogen maupun gabungan)
menunjukkan manfaat yang sangat besar untuk pengobatan gejala
vasomotor, vagina kering, dan pengurangan risiko fraktur serta
pencegahan diabetes. Kemanjuran relatif Tibolone dibandingkan
dengan konvensional terapi hormon tidak begitu jelas terlihat.
Dalam satu penelitian besar didapatkan bahwa Tibolone
mengurangi gejala muka kemerahan sama baiknya dengan dosis rendah
(1 mg) estradiol peroral pada wanita menopause berusia 45-65 tahun.
Tibolone mengurangi jumlah pendarahan pada tiga bulan pertama
pengobatan, mengurangi nyeri payudara dan juga dapat meningkatkan
fungsi seksual.
Progesteron saja
Didrogesteron 10 mg Duphaston
Noretisteron 5 mg Primolut N
Norelut
Linesterenol 5 mg Endometril
Alilestrenol 5 mg Premaston
Pregnolin
Estradiol Valerat 2 mg + Dilena
Medroksi Progesteron asetat
(MPA) 10 mg
Kombinasi E +P
Sekuensial
Estradiol Valerat 2 mg + Climent
Siproteron asetat 2 mg
17 β Estradiol 1 - 2 mg + Trisequens
Noretisteron asetat 1 mg
Tibolon Livial
E + P +A
(Khusus
kontinyu)
Testosteron andekonoat 40 mg Andriol
Androgen saja
Mesterolon 25 mg Proviron
Fluoksimestron 5 mg Halotestin
31
Krim vagina
Estrogen Saja Estriol Ovestin
HRT. Ada beberapa hal yang harus dijelaskan dan harus dipantau
kepada wanita sebelum diberika HRT yaitu:
1) Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping
anamnesis umumdan khusus mengenai organ reproduksi
2) Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan,
peningkatan berat badan, dan kemungkinan terjadinya kanker
payudara
3) Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet,
krem, plaster, injeksi serta susuk
4) Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat> 6 bulan, dan
apabila belum terlihat khasiat yang diinginkan maka dosis obat
perlu dinaikkan
5) Pada tahap awal HRT diberikan 5 (lima) tahun dulu dan jika
dianggap perlu pengobatan dapat dilanjutkan
6) Pemeriksaan rutin setiap 6 (enam) bulan, dan setiap 1-2 tahun
perlu dilakukan mamografi serta pap smear setiap 6 bulan
Selama THP perlu kontrol dengan Jadual:
1) Setelah 1 Bulan
Amati adanya keluhan yang biasanya berhubungan dengan
dosis dan cara pemberian THP
Bila tak ada keluhan maka dosis, cara dan jenis terapi dapat
diteruskan
2) Setelah 3 Bulan
Ukur tekanan darah, bila tinggi dapat diberikan obat anti
hipertensi dan bila tetap sukar dikendalikan ganti dengan
cara lain sep; plester
Bila terdapat bercak perdarahan pervaginam, ganti cara
pemberian obat, ganti jenis laiannya
Bila ada efek samping berupa mual, sakit kepala, bertambah
BB, payudara kencang, keputihan, rasa gatal pada vagina,
turunkan dosis estrogen atau pilih cara lain seperti krim atau
plester
3) Setelah Itu, untuk setiap 6-12 bulan
Periksa organ ginekologi; lihat serviks, atau lakukan
papsmir, bila memungkinkan
Amati efek samping yang timbul
Amati keberhasilan terapi
Lakukan perabaan payudara
35
4) Setelah 12 bulan
Lakukan perabaan payudara, mammografi bila ada
Ulangi mammografi setiap 1 tahun kalau ada risiko kanker
payudara kalau tidak dilakukan setiap
c. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari gonorrhoe yaitu:
Radang panggul
Kemandulan/ infertilitas
Infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat
menimbulkan kebutaan
Rentan terhadap penyakit HIV
d. Penatalaksanaan
Gonorrhoe dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun
1940-an, namun sekarang banyak berkembang galur- galur gonorrhoe
yang resisten penisilin. Terapi yang rekomendasikan saat ini adalah
sefalosporin dan fluorokuinolon. Semua kontak seksual pasien yang
terinfeksi harus di evaluasi dan ditawarkan terapi profilaksis.
Berdasarkan pedoman penatalaksanaan infeksi menular oleh
Departemen kesehatan Indonesian tahun 2011 anjuran pengobatan
gonorrhoe tanpa komplikasi adalah cefiksim 400 mg peroral atau
lefovloksasin 500 mg per oral, atau kanamisin 2 g IM, atau
tiamfenikol 3,5 g oral, atau seftriakson 250 mg IM yang semuanya
diberikan dalam dosis tunggal.
Berdasarkan centers for disease control and prevention (CDC)
2010 merekomendasikan pemberian terapi dengan seftriakson 250 mg
IM atau sefiksim 400 mg diberikan dalam dosis tunggal.
2. Sifilis
a. Definisi
Sifilis atau sering disebut “ raja singa” merupakan infeksi
sistemik yang disebabkan oleh spirochaete, triponema palladium
( T. palladium) dan merupakan bentuk infeksi menular seksual.
Yang diserang adalah seluruh organ tubuh yang mengandung
triponema palladium, stadium lanjut akan mneyerang pembuluh
darah, jantung , otak dan susunan saraf. Masa inkubasi dari sifilis
cukup panjang 10- 90 hari dan rat- rata 3 minggu.
37
c. Komplikasi
Komplikasi yang timbul bila terjangkit sifilis yaitu:
Jika sifilis tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan
berat pada otak dan jantung
Bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir
cacat
Memudahkan penularan HIV
d. Penatalaksanaan
1) Skrining sifilis
Skrining sifilis biasanya dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan HIV dan hepatitis B yang biasa ddisebut dengan
pemeriksaan triple test (rapid test). Banyaknya infeksi sifilis
yang tidak bergejala dan tingginya prevalensi sifilis, maka
diperlukan skirining sifilis secara rutin untuk mengendalikan
sifilis di masyarakat. Skirining sifilis dilakukan dengan
pemeriksaan fisik dan tes serologis sifilis. Skrining sifilis
ditunjukan bagi:
a) Semua ibu hamil. Dilakukan sedini mungkin pada
kunjungan antenatal yang pertama. Skrining diulang pad
trimester ketiga dan saat persalinan. Skrining dan terapi
sifilis dapat mengurangi angka kematian bayi dan
kecacatan bayi.
b) Ibu melahirkan harus diskining sifilis, terutama apabila
selama kehamilanbelum pernah diskrining sifilis.
Skirining pada saat persalinan dapat mendeteksi infeksi
sehingga dapat dilakukan penanganan dini terhadap ibu
dan bayinya.
c) Semua penjaja seks ( perempuan, laki – laki dan waria),
karena resiko pekerjaannya harus di skrining sifilis tiap 3
– 6 bulan sekali.
d) Semua LSL yang memiliki banyak pasangan seks
39
e. Penatalaksanaan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan
penyakitnya ke orang lain., karena itu sebaiknya menghindari
40
3. Chlamydia
a. Definisi
41
b. Faktor Predisposisi
Chlamydia thracomatos menyebabkan sekitar 50 % infeksi
uretra yang bukan disebabkan oleh gonorrhoe pada laki- laki dan
infeksi leher rahim (serviks) penghasil nanah yang bukan
disebabkan oleh gonorrhoe pada perempuan. Chlamydia
merupakan bakteri kecil yang hanya bisa berkembangbiak di dalam
sel. Anda sangat berisiko chlamydia bila:
Anda dibawah 25 tahun
Anda berganti pasangan dalam 12 bulan terakhir
Anda mempunyai lebih dari satu pasangan seks dalam 12
bulan terakhir
Anda tidak menggunakan kondom atau dam gigi
Anda atau pasangan seks Anda mengidap IMS yang lain
d. Komplikasi
1) Pada laki- laki
Epididymitis, yaitu infeksi pada epididymis yang bisa
menyebabkan nyeri pada buah zakar
Struktur uretra, penyempitan uretra yang bisa menyebabkan
penyumbatan aliran air kemih
42
e. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, infeksi chlamydia trachomatis bisa
di diagnosis berdasarkan hasil pmeriksaan cairan dari penis atau
leher rahim di laboratorium. Akan tetapi mahlanya pemeriksaan
chlamydia mahal, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
yang khas disertai bukti yang menunjukkan tidak adanya
gonorrhoe.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau
doksisiklin per oral minimal 7 hari atau di beriakn azitromisin
dosis tunggal. Tetrasiklin tidak boleh diberiakn pada ibu hamil.
Cara yang paling aman untuk terlindung dari chlamydia dan IMS
yang lain adalah:
Selalu memakai kondom atau dam gigi dan pelumas berdasar
air. Kondom adalah cara terbaik untuk melindungi anda dari
chlamydia dan IMS yang lain. Selalu pakai kondom sewaktu
melakukan seks vagina atau dubur, dan dam gigi sewaktu seks
mulut., sampai anda sangat yakin bahwa anda dan pasangan
anda tidak menderita IMS.
43
g. Prognosis
Pada sekitar 60- 70 % penderita tidak diobati infeksi chlamidia
trachomatis akan membaik dalam waktu 4 minggu. Pad sekitar 20
% penderita, infeksi kembali kambuh setelah penderita menjalani
pengobatan.
4. TRICOMONIASIS
a. Definisi
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh protozoa parasit Trichomonas vaginalis yang
motil. Ia adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling
umum di seluruh dunia.
b. Etiologi
Risiko tertular infeksi T vaginalis didasarkan pada jenis
aktivitas seksual. Wanita yang terlibat dalam aktivitas seksual
berisiko tinggi berisiko yang lebih besar untuk terinfeksi. Faktor
risiko untuk infeksi T vaginalis termasuk:
• Pasangan baru atau beberapa pasangan
• Riwayat infeksi menular seksual
• IMS saat ini
• Kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
• Bertukar seks untuk uang atau obat-obatan
• Menggunakan obat injeksi
• Tidak menggunakan kontrasepsi
Trichomonas vaginalis adalah protozoa parasit berflagel,
biasanya berbentuk piriformis tapi kadang-kadang amoeboid,
44
5. Condiloma Accuminata
a. Definisi
Condiloma adalah kutil yang berlokasi di area
genetal( uretra, genetal dan rectum). Condiloma merupakan
penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi tejadi sampai beberapa bulan tanpa tanda
dan gejala penyakit. Biasanya lebih banyak selam kehamilan dan
ketika terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan dari vagina.
kumpulan bunga kol bisa berkembang dan sebagai akibatnya
adalah akumulasi bahan- bahan purulent pada belahan- belahan,
biasanya berbau tidak sedap warnanya abu- abu, kuning pucat atau
merah muda.
Condiloma akimunata merupakan tonjolan- tonjolan yang
berbentuk bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang
bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual.penyebab condiloma
oleh infeksi pada epidermis oleh jenis Human Papiloma Virus yang
45
spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV 6 dan 11
yang dijumpai
b. Tanda gejala
Sering muncul di daerah yang lembab, biasanya penis, vulva,
dinding vagina dan dinding serviks dan dapat memyebar sampai
daerah perianal
Berbau busuk
Warts/ kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga
kol
Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal.
Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab
dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa
simpton
Ukuran tiap kutil biasanya 1- 2 mm, namun bila berkumpul sampai
berdiameter 10,2 cm dan bertangkai. Terkadang muncul lebih dari
satu daerah.
Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih
jika virus mencapai saluran uretra
Memeiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak
pasangan
Condiloma ukuran besar dan ukuran kecil
Condiloma pada penis dan dinding vagina
c. Penatalaksaan
1) Kemoterapi
Podophlin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan
dengan kandungan beberapa senyawa sitotoksik yang
rasionya tidak dapat berubah. Jenis ini mungkin terdiri atas
berbagai konsentrasi 10- 25 % denagn senyawa benzoin
tinoture, spirit dan paraffin cair yang digunakan adalah
tingtur podofilin 25 %, kulit disekitarnya dilindungi dengan
vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4- 6 jam
dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah
3 hari, setiap pemberian tidak lebih daro 0,3 cc karena
bersifat toksik.
Podofilytocin
46
6. Herpes Genitalis
a. Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual
didaerah kelamin, kulit disekeliling rectum atau daerah
disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Ada dua
jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2
biasanya ditularkan memalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks
tersebut bias menginfeksi kelamin, kulit disekeliling rectum atau
tangan (terutama bantalan kuku) dan bissa ditularkan kebagian
tubuh lainnya (permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak
terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara
seksual (misal sipilis atau chancroid).
b. Gejala
Gejala awal mulai timbul hari keempat atau ketujuh setelah
terinfeksi. Berupa gatal, kesemutan dan sakit lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil, diikiuti oleh sekumpulan lepuhan
kecil yang terasa nyeri. Lepuhan itu pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang bebrbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk kropeng. Penderita bisa
mengalami kesulitan berkemih ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam 10 hari, tetapi bias meninggalkan
jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan biasanya akan
membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri lebih lama dan lebih
meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai
dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria lepuhan dan luka
bias terbentuk disetiap bagian penis, termasuk kulit depan pada
48
penis yang todak disunat. Pada wanita lepuhan dan luka bias
terbentuk divulva dan leher Rahim. Jika penderita melakukan
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bias
terbentuk disekitar anus atau didalam rectum. Pada penderita
sistem kekebalan (missal infeksi HIV luka herpes bisa sangat berat,
menyebar kebagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa
minggu atau lebih dan resisten terhadapa pengobatan dengan
acyclovir).
Gejala cenderung kambuh kembali didaerah yang sama
atau sekitarnya karena virus menetap disarap panggul terdekat dan
kembali aktif menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami mpengaktifan
kembali dalam sarap panggul, HSV-1 disarap wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus
ini bisa menimbulkan penyakit kedua daerah tersebut.
c. Diagnosa
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk
memperkuat diagnose diambil apusan dari luka dan dibiakan
dilaboratorium. Pemerikasaan darah bisa menunjukan adanya anti
bodi terhadap virus.
d. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes
genitalis tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus
mengkonsumsi obat anti virus dosis rendah. Pengobtana akan
efektif jika dimulai sedini mungkin biasanya dua hari setelah
timbulnya gejala. Asiklovir atau obat anti virus lainnya bisa
dibeikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan
langsung ke luka herpes. Obat ini mengurangi jumlah virus yang
hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat
ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan
49
b. Etiologi
Penyebabnya adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodefisiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan
pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun
1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama
HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan kedua
disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari 5 fase yaitu:
Periode jendela
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala
Fase infeksi HIV primer akut
Lamanya 1-2 minggu degan gejala flu likes illnes
Infeksi asimptomatik
Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada
Supresi imun simtomatik
Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
menurun, diare neuropathy, lemas, rash, limfadenopati, lesi mulut
AIDS
50
c. Patofisiologi
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel system
kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages
komponen utama system kekebalan sel), menghancurkan dan mengganngu
fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan system
kekebalan yang terus menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekeblan tubuh.
d. Gejala
1) Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi
2) Penampilan umum : pucat, kelaparan
3) Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil,
keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB
menurun, nyeri, sulit tidur.
4) Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, prubahan pola
hidup, ungkapan perasaan takut, cemas, meringis.
5) Status mental : marah dan pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdraw, hilang interes pada lingkungan sekitar, gangguan prooses
piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan
delusi.
6) HEENT : nyeri periorbital, fotophopia, sakit kepala, edem muka,
tinnitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah,
disfagia, epsitaksis
51
e. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik :
Tes untuk diagnose infeksi HIV : ELISA, Western bolt, P2A4, antigen
test, kultur HIV
Tes untuk deteksi gangguan system imun : hematocrit, LED, CD4
limfosit, rasio CD4/ Cd limfosit, serum macroglobulin B2,
hemoglobulin
Syarat tes untuk pemeriksaan diagnostik harus:
Bersifat rahasia (privasi)
Disertai konseling yang jelas
Bersifat sukarela, tanpa ada paksaan
f. Penatalaksanaan
Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang 14-
28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukan bahwa hal ini
menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek
dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50%
penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan
sekitar 38%. Beberapa studi telah mneyelidiki pengguanaan dari
ziduvidine (AZT) dalam kombinas dengan Lamivudine (3TC).
52
g. Pencegahan
Untuk Umum
- A. : Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual
pra nikah)
- B : Befaithful (setia pada satu pasangan)
- C : Condom (gunakan kondom)
- D : Drugs (jangan gunakan narkoba)
- E : Education (sosialisasi mengenai HIV/AIDS)
Untuk Remaja
- Tidak melakukan sex pra nikah
- Mencari info tentang HIV/AIDS
- Mendiskusikan HIV/AIDS
- Tidak menggunakan NAPZA ( khususnya metode suntik)
Untuk Penggunan NAPZA
- Berhenti menggunakan sebelum tertular
- Tidak memakai jarum suntik
- Memakai jarum suntik sekali pakai dan buang jarum suntik yang
telah dipakai
- Memakai jarum suntik berulang tetapi perseorangan (diri sendiri)
- Memakai jarum suntik bergantian tetapi disterilisasikan terlebih
dahulu.
2. Klasifikasi Mioma
a. Subserosa : di bawah lapisan peritonium, dan dapat bertangkai dan
melayang dalam kavum (ruangan) abdomen.
b. Intramunal : di dalam otot rahum dapat besar, padat (jaringan ikat
dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan)
c. Submukosa : di bawah lapisan dalam rahim, memperluas permukaan
ruangan rahim, bertangkai dan dapat di keluarkan melalui kanalis
servikalis
3. Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya,
maka mioma dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif
sebagai berikut :
a. Degenerasi Jinak
b. Atrofi ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi
setelah persalinan atau menopause
c. Hialin : Terjadi pada mioma yang telah matang atau “tua” dimana
bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan
pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak
atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya
degenerasi hialin.
54
4. Gambaran Klinik
Gejala klinik hanya terjadi pada 35%- 50% penderita mioms.
Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa twrdapat
kelainan di dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita obesitas.
Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma
yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa :
a. Perdarahan Abdominal Uterus
55
5. Terapi
Terapi harus memperhatiak usia, paritas, kehamilan, konservasi
fungsi reproduksi, keadaan umumdan gejala yang ditimbulkan. Bila
56
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Angka penduduk dalam masa menopause cukup besar hingga mencapai
4,3 juta jiwa, dan 18% nya mengalami keluhan dan dampak dari
menopause.
2. Sesuai dengan Standak Profesi Bidan, standar kompetensi bidan dan
penyelengaraan prkatek bidan, dalam hal gangguan reproduksi, bidan
berwenang hanya sebatas upaya promotif dan preventif pada sasaran.
Selebihnya bekerja tetap dalam rnah kolaboratif dan rujukan
B. Saran
Mengoptimalkan peran fungsi bidan sebagai pendidik, bidan dituntut
mampu menganalisis dan mengkritisi setiap keadaan demi meningkatkan
kompetensi dan keahlian, selain juga dapat menjadi sarana melakukan double
check dan crossc check asuhan terhadap pasien dengan gangguan
reproduksinya.
Dalam peran fungsinya sebagai penyelenggara dan pengelola, bidan
harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu
menyelenggarakan asuhan kebidanan terhadap wanita dengan gangguan
reproduksi sesuai kewenangannya. Selain memiliki peran pelaksana/
pengelola dan peran rujukan, bidan juga memiliki fungsi kolaborasi, sehingga
walaupun kasus diagnosis kedokteran, tetapi bidan juga mampu melaksanakan
asuhan kebidanan dengan arahan dari dokter dan mampu bekerja sama dengan
perawat maternitas. Selain berperan sebagai pendidik, penyelenggara, dan
57