Anda di halaman 1dari 12

“MUSYARAKAH “

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester
Mata Kuliah: Fikih Muamalah (3 SKS)
Dosen Pengampu: Junaidi Abdullah, S.Ag., M. Hum

Disusun Oleh :
1. Eza Rizky Octavia (1720310207)
2. Isyna Nailis Sa’adah (1720310225)
3. Samsul Ma’arif (1720310227)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


TAHUN 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang banyak masalah-masalah yangmelibatkan angggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari adal masalah muamalah
(akad,transaksi,) dalam berbagai bidang. Karena masalah muamalah ini
langsung melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari sekian banyak
transaksi atau akad yang ada,di antaranya akad al-musyarakah.
Al-musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana
seharunya menjalankan syirkah atau perkongsian dalam memenuhi
kebutuhanhidup di dunia ini yang sesuai dengan tuntunan syariat. Islam
sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk melakukan aktifitas bisnis,
untuk memperoleh penghasilan guna mencukupi kebutuhan sehari baik
untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya, serta sebagai bekal dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.
Berbagai macam jenis usaha dapat dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan, seperti bekerja sebagai buruh, sebagai pengusaha atau sebagai
investor yang kesemuanya itu dibolehkan dilakukan selama tidak melanggar
ketentuan agama yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadist.Salah satu
bentukaktifitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha yaitu
musyarakah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih dalam usaha
untuk memperoleh keuntungan dengan hasil ditanggung bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Musyarakah?
2. Bagaimana landasan hukum musyarakah?
3. Bagaimana rukun dan syarat musyarakah?
4. Bagaimana macam-macam musyarakah?
5. Bagaimana berakhirnya musyarakah?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu musyarakah
2. Menjelaskan landasan hukum musyarakah
3. Menjelaskan rukun dan syarat musyarakah
4. Menjelaskan macam-macam musyarakah
5. Menjelaskan berakhirnya musyarakah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Musyarakah

Menurut bahasa, musyarakah adalah bercampurnya suatu harta dengan


harta yang lain sehingga keduanya tidak bisa dibedakan lagi. Sedangkan
menurut istilah para ulama fiqh berbeda pendapat dalam mengartikan istilah
musyarakah.

Menurut ulama Malikiyah, musyarakah adalah pemberian izin kepada


kedua mitra kerja untuk mengatur harta atau modal bersama. Maksudnya,
setiap mitra memberikan izin kepada mitranya yang lain untuk mengatur harta
keduanya tanpa kehilangan hak untuk melakukan hal itu.1

Menurut ulama Hambali, musyarakah adalah persekutuan hak atau


pengaturan harta. Menurut ulama Syafii, musyarakah adalah tetapnya hak
kepemilikan bagi dua orang atau lebih sehingga tidak terbedakan antara hak
pihak yang satu dengan pihak yang lain. Menurut ulama Hanafi, musyarakah
adalah transaksi antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan
1
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2007),
hlm 204.
keuntungan. Ini adalah definisi yang paling tepat bila dibandingkan dengan
definisi-definisi yang lain, karena definisi ini menjelaskan hakikat musyarakah,
yaitu sebuah transaksi. Adapun definisi-definisi yang lain, semuanya hanya
mejelaskan musyarakah dari sisi tujuan dan dampak atau konsekuensinya.

Sayyid Sabiq mengatakan bahwa syirkah adalah akad antara orang


Arab yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan (Sabiq, 1987: 193). M.
Ali Hasan mengatakan bahwa syirkah adalah suatu perkumpulan atau
organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja
sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas
dasar sukarela secara kekeluargaan (Hasan, 2003: 161). Jadi, syirkah adalah
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu usaha perjanjian guna
melakukan usaha secara bersama-sama serta keuntungan dan kerugian juga
ditentukan sesuai dengan perjanjian.2

B. Landasan Hukum Musyarakah

Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan, musyarakah juga


memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab keberadaannya
diperkuat oleh Al-Quran, hadits serta ijma ulama. Dalam Al-Quran terdapat
ayat-ayat yang mengisyaratkan pentingnya musyarakah diantaranya adalah
dalam QS.Saad ayat 24 yang artinya “Dan sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dhalim kepada
sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
sholeh”.3

T.M. Hasbi Ash Shidieqy menafsirkan bahwa kebanyakan orang yang


bekerjasama itu selalu ingin merugikan mitra usahanya, kecuali mereka yang
beriman dan melakukan amalan yang sholeh karena merekalah yang tidak mau

2
Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm 218.

3
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: teras, 2011),hlm 100.
mendhalimi orang lain. Tetapi alangkah sedikitnya jumlah orangorang seperti
itu. Dan juga dalam surat An-Nisa ayat 12 yang artinya: “Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang di buat olehnya atau sesudah
dibayarutangnya dengan tidak memberi madhorot (Allah menetapkan yang
demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha
Mengetahui Lagi Maha Penyantun.”

Adapun dalam hadis, Rasulullah bersabda yang artinya; “Aku adalah


orang ketiga dari dua hamba-Ku yang bekerjasama selama keduanya
tidakberkhianat. Jika salah satunya berkhianat, maka aku akan keluar dari
keduanya dan penggantinya adalah syetan”. (HR. Abu Daud)3 Berdasarkan
sumber hukum di atas maka secara ijma para ulama sepakat bahwa hukum
musyarakah yaitu boleh.

C. Rukun dan Syarat Musyarakah

1. Rukun Musyarakah

Rukun musyarakah adalah sesuatu yang harus ada ketika musyarakah itu

berlangsung.

a. Sighat (Ijab dan Qabul).

Adapun syarat sah dan tidaknya akad syirkah tergantung pada


sesuatu yang di transaksikan dan juga kalimat akad hendaklah
mengandung arti izin buat membelanjakan barang syirkah dari
peseronya.

b. Al-Aqidain (subjek perikatan). Syarat menjadi anggota perserikatan


yaitu: orang yang berakal, balig, merdeka atau tidak dalam paksaan.
Disyaratkan pula bahwa seorang mitra diharuskan berkompeten dalam
memberikan atau memberikan kekuasaan perwakilan, dikarenakan
dalam musyarakah mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk
diusahakan (Tim Pengembangan Perbankan Syariah, 2001: 182

c. Mahallul Aqd (objek perikatan). Objek perikatan bisa dilihat meliputi


modal maupun kerjanya. Mengenai modal yang disertakan dalam suatu
perserikatan hendaklah berupa:

1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau yang
nilainya sama

2) Modal yang dapat terdiri dari aset perdagangan

3) Modal yang disertakan oleh masing-masing pesero dijadikan satu,


yaitu menjadi harta perseroan, dan tidak dipersoalkan lagi dari
mana asal-usul modal itu (Pasaribu 1996: 74).4

2. Syarat Musyarakah.

Secara umum, akad musyarakahakan dikatakan sah jika memenuhi


beberapa syarat, yaitu;

a. Akad musyarakah harus bisa menerima perwakilan, setiap patner


merupakan wakil dari yang lain karena masing-masing mendapatkan
izin dari pihak lain untuk menjalankan transaksi bisnis, masing- masing
patner merupakan wakil dari pihak lain.

b. Keuntungan bisa dikuantifikasikan, artinya masing-masing patner


mendapatkan bagian yang jelas dari hasil keuntungan bisnis, bisadalam
bentuk nisbah atau persentase, misalnya 20% untuk masing- masing
patner.

c. Penentuan bagi hasil tidak bisa disebutkan dalam jumlah nominalyang


pasti, misalnya Rp. 500.000, untuk masing-masing patner,karena hal ini

4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta:
Gema Insani, 2001) hlm 90.
bertentangan dengan konsep musyarakah untuk berbagidalam
keuntungan dan resiko atas usaha yang dijalankan.5

D. Macam-macam Musyarakah

1. Musyarakah kepemilikan atau syirkah al amlak

adalah musyarakah yang terjadi akibat adanya warisan, wasiat atau


kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang
atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi
dalam sebuah asetnya, dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan
dari asset tersebut.

a. Syirkah Ikhtiari, ialah terjadinya suatu perkongsian secara otomatis


tetapi bebas untuk menerima atau menolak. Otomatis berarti tidak
memerlukan kontrak untuk membentuknya. Hal ini dapat terjadi apabila
dua orang atau lebih mendapatkan hadiah atau wasiat bersama dari
pihak ketiga

b. Syirkah Jabari, ialah terjadinya suatu perkongsian secara otomatis dan


paksa, tidak ada alternatif untuk menolaknya. Hal ini terjadi dalam
proses waris mewaris, manakala dua saudara atau lebih menerima
warisan dari orang tua mereka.6

2. Syirkah al aqd adalah musyarakah yang terjadi karena adanya kesepakatan,


dimana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang dari mereka
memberikan konstribusi modal musyarakah, musyarakah akad terbagi
menjadi 4 bagian.

a. Syirkah al Inan

adalah akad antara dua orang atau lebih, setiap pihak


memberikan suatu porsi dari keseluruhan modal dan berpartisipasi
5
Ibid., hlm 91.

6
Ardiawan A Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo,2007), hlm 95.
dalam kerja. Semua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sebagaimana disepakati diantara mereka, namun porsi dari masing-
masing pihak baik dalam kontribusi modal, kerja ataupun bagi hasil
tidaklah harus sama dan identik, tapi sesuai dengan kesepakatan
mereka.

b. Syirkah al Mufawadlah

adalah akad kerjasama antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara bersama.
Dengan demikian, syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban
hutang dibagi oleh masing-masing pihak secara sama.

c. Syirkah al Amaal

adalah perjanjian antara dua orang atau lebih untuk menerima


pekerjaan dari pihak ketiga yang akan dikerjakan secara berasam-sama,
dengan ketentuan bahwa upahnya dibagi antara para anggota. Misalnya,
dua orang atau lebih bersekutu untuk membangun rumah, dengan
ketentuan upah dibagi bersama di antara anggota. 7

d. Syirkah al Wujuh

adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang tidak memiliki
modal sama sekali, tetapi mempunyai keahlian dalam bisnis. Mereka
membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan, dan menjual
barang tersebut secara tunai.Mereka berbagi dalam keuntungan dan
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh
setiap mitra

7
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2013), hlm 52.
E. Berakhirnya Musyarakah

1. Salah satu pihak membatalkan kesepakatannya meskipun tanpa persetujuan


dari pihak yang lainnya.

2. Salah satu pihak kehilangan kemampuan dalam bertasharruf (keahlian


mengelola harta).

3. Salah satu pihak meninggal dunia, namun bila yang bersyirkah lebih dari
dua orang, maka yang berakhir hanya yang meninggal saja.

4. Salah satupihak berada dalam pengampuan.

5. Salah satu pihak mengalami kebangrutan yang mengakibatkan tidak lagi


menguasai harta yang menjadi saham syirkah.

6. Modal para pihak yang bersyirkah hilang sebelum terjadi percampuran


harta hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi.8

8
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keungan Syariah,
(Yogyakarta:P3EI,2004) hlm 67.
BAB III

PENUTUP

Menurut bahasa Musyarakah yang artinya campur atau


percampuran. Yakni percampuran harta antara dua orang sehingga tidak
tidak mungkin lagi dapat dibedakan. Sedang secara istilah, dimaksud
dengan syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam
berusaha, yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama sesuia
dengan kesepakatan diantara yang berserikat.

Terlepas dari perbedaan pendapat diantara para ulama, secara umum


ulama berpendapat bahwa syirkah terbagi menjadi empat macan yakni:
syirkah inan, syirkah mufawidhah, syirkah abdan, dan syirkah wujuh.

Adapun rukun Musyarakah yakni pihak yang berserikat, shighat


dan objek akad syirkah baik harta maupun kerja. Sedangkan syarat syirkah
yaitu: 1) berkaitan dengan bentuk syirkah yakni benda yang yang diadakan
harus dapat diterimakan sebagai perwakilan dan keuntungan harus jelas
pembagiannya serta diketahui kedua pihak, 2) berkaitan dengan syirkah
harta yakni objek yang dapat dijadikan akad syirkah adalah alat pembayaran
dan ada ketika akad dilakukan 3) berkaitan dengan syarikat mufawadhah
yakni modal harus sama, bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah, dan objek
akad disyaratkan syirkah umum, 4) berkaitan dengan syirkah inan sama
dengan syarat-syarat syirkah mufawadah.
DAFTAR PUSTAKA

Suhendi, Hendi.2007, Fiqih Muamalah, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Syafe’i Rahmat . 2006 , Fiqih Muamalah,Bandung: Pustaka Setia.

Huda Qomarul .2011, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Teras.

Antonio Muhammad Syafi’i . 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,


Jakarta: Gema Insani.

Karim Ardiawan A .2007, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja


Grafindo.

Ascarya.2013, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sudarsono, Heri. 2004, Bank dan Lembaga Keungan Syariah,


Yogyakarta:P3EI.

Anda mungkin juga menyukai