BAB 1 PENDAHULUAN
Ulkus dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
sembuh dengan urutan waktu yang biasa. Gangguan ini dapat terjadi pada semua
kelompok usia, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lanjut usia.
Biasanya terdapat warna kemerahan pada daerah bagian tulang yang menonjol, atau
bagian kulit yang mengelupas, terkoyak, timbulnya blister dan nekrosis.1
Ulkus dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Di negara – negara maju,
prosentase terjadinya decubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua
minggu pertama perawatan. Sensus sehari pada sebuah rumah sakit daerah di
London; yang melibatkan kasus bedah orthopedi, geriatri dan psikiatri, didapatkan
25 % dari seluruh kasus adalah penderita dengan dekubitus, dimana 10% nya adalah
penderita dengan usia kurang dari 70 tahun sedangkan 40 % nya adalah usia lanjut
di daerah predisposisi untuk terjadinya dekubitus adalah 40% pada sacrum, 20 %
pada tumit, 15% pada tuberositas os ischia dan 10% sendi panggul.2
Adanya ulkus dekubitus mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin
juga diikuti komplikasi dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang lama
perawatan. Ulkus dekubitus dapat menjadi sangat progresif dan sulit untuk
disembuhkan. Komplikasi ulkus dekubitus sangat sering dan mengancam
kehidupan. Komplikasi ulkus dekubitus serius dan tersering adalah infeksi. Pada
kelompok pasien geriatri dengan multipatologi dan daya cadangan faali yang
menurun, infeksi dapat pula menjadi sepsis, yaitu suatu respons sistemik terhadap
infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga
terjadi aktivitas proses inflamasi.1
Ulkus dekubitus dan sepsis termasuk dalam daftar masalah kesehatan dan
daftar penyakit individu yang harus dikuasai dokter menurut SKDI 2012. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami akan membahas lebih dalam mengenai ulkus
dekubitus beserta penatalaksanaan dari komplikasi tersering ulkus dekubitus, yaitu
sepsis, sehingga akan menambah pengetahuan dan memudahkan dokter dalam
mengenali dan menatalaksana permasalahan ini sesuai kompetensinya.
2
alirah darah ke kapiler yang akhirnya jaringan menjadi hipoksia. Teori yang kedua
menjelaskan bahwa ulkus dekubitus dapat disebabkan karena tegangan geser.
Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang lebih parah dan secara signifikan
mempercepat timbulnya ulkus dekubitus. Teori yang terakhir ditujukan pada
interstitium diantara sel dan kapiler terminal. Tekanan mekanis dari luar akan
mengubah tekanan interstitial, aliran cairan interstitial, dan konsentrasi dari
molekul dan ion. Tekanan ini juga mempengaruhi transport nutrisi ke dalam sel
yang dimana sel berfungsi sebagai drainase limfatik produk buangan metabolisme
tubuh.4 Daerah yang paling sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, tumit,
tuberosita ischial, trochanter major dan malleolus lateral. Berikut gambar 2.2.1
lokasi yang paling sering terjadi ulkus dekubitus
Gambar 2.1 Lokasi dan Persentase Ulkus Dekubitus. 1: studi Yeoman dan Hardy,
2: studi Dansereaou
2.1.3 Epidemiologi
Epidemiologi ulkus decubitus bervariasi di beberapa tempat, insiden
berkisar antara 0,4% - 38% di unit perawatan akut, 2,2 % - 23,9% di unit long term
care (perawatan) jangka panjang, 0% - 7% di home care (perawatan di rumah)
4
tidak cukupnya aliran darah ke kulit, demam, inkontinesia, keadaan umum yang
lemah, dan penuaan fisiologis pada kulit.10
Berikut tabel pembagianfactor resiko dari ulkus decubitus.
baik. Ulkus dekubitus tipe arteriosklerotik, mempunyai beda temperatur kurang dari
1℃ antara daerah ulkus dengan kullit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan
gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterosklerotik) ikut
berperan untuk terjadinya decubitus disamping faktor tekanan. Dengan perawatan,
ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.Sedangkan untuk ulkus dekubitus
tipe terminal terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat
menyembuh.3
- Pada penderita usia lanjut yang cachectis atau sangat kurus, kulit pada
daerah yang terkena yang terkena tekanan dapat terlipat oleh karena gesekan
dengan alas tempat tidur sehingga kulit seakan akan tertinggal dari bagian
tubuh yang lain.12
- Berikut bagan alur terjadinya ulkus dekubitus.
10
TEKANAN
Hipoksia jaringan
Pallor
ULKUS DEKUBITUS
Perfusi buruk
Kondisi Fisik
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran
Kompos mentis 4
Apatis 3
Sopor 2
Stupor/koma 1
Aktivitas
Ambulan 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak 1
Inkontinensia
Tidak 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensi urin 2
Inkontinensia urin dan alvi 1
Keterangan :
Skor ≥ 14: resiko sangat kecil, Skor 12-13 : resiko sedang, Skor ≤ 12 : resiko 50
kali lebih besar
penilaian awal pasien dan mungkin akan berdampak pada rencana terapi. Adanya
ulkus dekubitus dapat menunjukkan pasien tidak dapat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan. Pasien tersebut mungkin memerlukan pelayanan perawatan
atau tenaga kesehatan perlu pelatihan. Pasien dengan gangguan komunikasi dan
sensorik lebih rentan terjadi ulkus dekubitus karena meraka tidak merasakan nyeri
atau mereka menyatakan tidak merasa nyaman dengan cara tidak khas.2
Penilainya ulkus dekubitus juga melihat jumlah, lokasi dan ukuran
(panjang, lebar dan kedalaman) dan menilai adanya eksudat, bau, saluran sinus,
nekrosis, eskar formation, tunneling, undermining, infeksi, penyembuhan
(granulation and epithelialization) dan tepi luka. Stadium tersebut bisa sulit
ditentukan sampai pengelupasan kulit dan eschar di lepaskan dari dasar luka. Paling
penting adalah menentukan stadium ulkus dekubitus, menurut National Pressure
Ulcer Advisory Panel’s staging system (NPUAP) ada 6 stadium ulkus dekubitus
seperti terlihat pada tabel 2.4
Stadium 2
Reaksi lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis
hingga lapisan lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang
dangkal, tepi jelas dan perubahan warna pigmen kulit
Stadium 3
Ulkus lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan,
menggaung dan berbatasan dengan fascia otot
Stadium 4
Perluasan ulkus menembus otot sehingga tampak tulang di
dasar ulkus serta dapat mengakibatkan infeksi pada tulang
dan sendi
14
Unstageable
Dasar ulkus tertutup lapisan berwarna kuning, coklat, abu-
abu atau hijau
Keberatan cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang –
kadang sudah sangat kurang, dan dapat mengganggu istrahat penderita bahkan
menyakitkan.
o Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
penderita, misalnya :
o Kasur dengan gelombang tekanan udara yang naik turun
o Kasur air yang temperature airnya dapat diatur
Keberatan perlengkapan canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya
sendiri harus baik dan dapat rusak.
Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain:
Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau
sudah memungkinkan untuk duduk di kursi. Bantuan dari balok penyangga kedua
kaki, bantal – bantal kecil untuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit,
dapat mendukung usaha pencegahan dan pengobatan decubitus. Di luar negeri
sering dimanfaatkan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai alas
tubuh penderita.3
Begitu tampak darah yang hiperemis pada tubuh penderita, khususnya pada
tempat tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha – usaha di atas harus
dikerjakan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi. Sebab,
sekali terjadi kerusakan jaringan upaya penyembuhan akan lebih rumit.12
dan penguapan secara optimal.Kelembapan luka dijaga tetap bersih, hal ini
untuk mempermudah regenerasi sel – sel kulit.Luka yang kotor dapat
dibersihkan dengan cadiran NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik juga dapat
diberikan
o Dekubitus stadium IV
Penatalaksanaan seperti derajat III.Dilakukan nekrotomi, agar jaringan –
jaringan dapat timbul dan tidak terhalang jaringan nekrotik. Beberapa usaha
untuk mempercepat penyembuhan luka antara lain adalah preparat enzim,
fototerapi dengan infra merah monokromatik, obat anti-agregaai platelet untuk
maksud preventif dan preparat topical yang mengandung kolagenase.
o Pada dekubitus yang unstageable harus dilakukan debridemen sebelum
dilakukan terapi selanjutnya.12
Debridement adalah membersihkan jaringan nekrotik dan debris yang
memicu infeksi, menghambat granula dan penyembuhan.Penentuan stadium ulkus
juga tidak dapat dilakukan dengan tepat jika jaringan nekrotik belum
dibersihkan.Terdapat tiga prosedur debridemen yang umum digunakan yaitu
debridemen enzimatis, debridemen mekanik, dan debridemen tajam.Sedangkan
untuk dressing luka, bertujuan untuk memelihara kelembapan luka. Kelembapan
luka yang baik akan meningkatkan kecepatan penyembuhan dibandingkan apabila
luka dibiarkan terpapar udara. Pemilihan jenis dressing tergantung pada kondisi
ulkus dan karakteristik dressing.Berikut adalah tabel pilihan berbagai jenis dressing
untuk ulkus dekibitus.12
19
gauze to potential
dressing toxicity
fibroblasts
Pemberian antibiotika pada penderita ulkus dekubitus stadium tertentu juga
diperlukan.Khususnya antibiotika topikal jika didapatkan koloni bakteri sangat
banyak namun penggunaan rutin secara umum tidak direkomendasikan.Pemberian
antibiotika sistemik hanya diindiksikan pada pasien dengan sepsis, selulitis dan
osteomyelitis. Pemberian antibiotika awal berspektrum luas untuk kuman gram –
positif dan negative serta anaerob dapat diberikan sambil menunggu hasil kultur.
Ampicilin-sulbactam, imipenem, meropenem, tikarsilin klavunat, piperasilin
tazobactan, serta kombinasi klindamisin dengan siprofloksasin atau aminoglikosida
merupakan pilihan yang sesuai untuk terapi inisial.12
karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004, FDA
menyetujui maggot sebagai live medical devic untuk ulkus dekubitus.
Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode ini
menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis.
Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang
jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalu
membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya. Teknik ini
kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut terbuang.
Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat memicu
terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen.
Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa
untuk membuang jaringan yang sudah mati.
Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah
dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri.
Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan jaringan
nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik.
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat
diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi
harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan
H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama
UVB) mempunyai efek bakterisidal.
Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus
karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan
meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides,
fluoroquinolones, dan sulfonamides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan
adalah clindamycin, metronidazole dan trimethoprim.
4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi.
Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada
ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan:
Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO,
ZnSO4).
24
DAFTAR PUSTAKA
13. Moore, Z.E.H and Cowman,S. 2007. Risk assessment tools for prevention of
pressure ulcers. The Cochrane Database of Systematic Reviews, 3.
14. Mukti, E.N. 1998. Penelusuran hasil penelitian tentang intervensi keperawatan
dalam pencegahan terjadinya luka decubitus pada orang dewasa. JKI Vol 2 No 1,
Jakarta : FIK-UI.
15. Potter, P.A. Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses, dan
Praktik. Edisi 4, Volume 2 Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta:EGC.
2005.
16. Rappl, Laurie.Rose, Hamm. 2009. Pathophysiology, Prevention, and Treatment of
Pressure Ulcers. Combine Section Meeting;Las Vegas, NV, February,9-12.
17. Setiati, Siti. Roosheroe, Arya Govinda. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ;
Edisi V. Interna Publishing;Jakarta.