Anda di halaman 1dari 92

LATAR BELAKANG REMAJA

BERGABUNG DALAM KELOMPOK


INDONESIAN MITSUBISHI OWNERS CLUB (IdMOC)
YOGYA

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Progaram Studi Psikologi

Disusun oleh :
Yulius Eko Hartanto
NIM : 029114001

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk


1. Yesus Kristus yang maha dasyat atas berkat, serta bimbingan-Nya setiap saat
2. Papa, mama, adik ku yang kucintai selama-lamanya
3. Saudara-saudara dari keluarga besar ku yang aku cintai
4. Seseorang yang aku kasihi dan aku sayangi
5. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)
Jogja
6. Teman-teman dan sahabat-sahabatku

iv
HALAMAN MOTTO

Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali dengan lebih cerdik


( Henry Ford )

Hidup kita akan menarik dan penuh warna jika ada


banyak orang yang mau menjadi warna dan dapat
mewarnai kehidupan kita di setiap hari.

Janganlah merasa diri orang yang paling.....karena di sekitarmu banyak orang


yang lebih paling.....dari pada kamu, sebab diatas langit masih ada langit dan
perhatikanlah bahwa diatas kesombongan masih ada kesombongan.

Pada waktu itu engkau akan berkata “Aku mau


bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, karena sesungguh pun
Engkau telah murka terhadap aku: tetapi murka-Mu
telah surut dan Engkau mengibur aku.
Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan
tidak gementar, sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan
mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku.” (Yesaya
12, 1-2)

v
vi
ABSTRAK

Latar Belakang Remaja Bergabung dalam Kelompok

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Yulius Eko Hartanto

Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007

Desain penelitian ini studi diskriptif dan bertujuan untuk


mendiskripsikan latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian
Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Peneliti tertarik pada hal ini karena
remaja ingin selalu diakui keberadaannya dalam kelompok, oleh karena itu
banyak alasan yang mendasari remaja bergabung dalam kelompok tersebut.
Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya merupakan salah satu
organisasi yang dinilai sesuai karena memang organisasi ini masih eksis, dan
mayoritas anggotanya adalah remaja.
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja sebanyak 7 orang anggota
Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya yang dinilai aktif dalam
organisasi. Dari segi usia subjek yang dipilih antara umur !9-20 tahun yang
termasuk dalam masa remaja akhir. Data yang diperoleh dikumpulkan dengan
teknik wawancara non terstruktur, analisis data dengan membuat abstraksi
selanjutnya kategorisasi satuan dan pengkodean. Verivikasi data dilakukan dengan
proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan
pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang remaja
bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya
adalah mencari informasi tentang mobil seluk beluk mobil Mitsubishi. Selain itu
keaktifan anggota juga sangat diperlukan, hal ini dipengaruhi oleh norma-norma
kelompok yang sudah disepakati oleh kelompok, salah satunya yaitu setiap
anggota diharapkan datang pada setiap pertemuan-pertemuan yang ada.

vii
ABSTRACT

Teenagers’ Background to Join

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Yulius Eko Hartanto

Psychology Faculty
Universitas of Sanata Dharma
Yogyakarta
2007

The design of this research was descriptive study and was aimed to
describe teenagers conformity behavior in Indonesian Mitsubishi Owners Club
(IdMOC) Yogya. Researcher was interested in this case because teenagers need
their essence were being acknowledged in the group, that’s why there were many
based reasons for teenagers to join the club. Indonesian Mitsubishi Owners Club
(IdMOC) Jogja was one of organization that estimatedly suitable because this
group was still exist and the majority of it’s members were teenagers.
The subjects of this research were seven Indonesian Mitsubishi Owners
Club (IdMOC) Yogya teenage members who were being estimatedly active in this
organization. From the age side subjects who were being selected were between
19 until 20 years old, who were included in late teenage era. Datas that had been
obtained were being collected by non-structured interview technique, data
analysis by made abstraction then unit categorise and coding. Data verivication
was did by intersubjective validity that retest researchers experience with subjects
experience by mutual interaction.
The result of this research showed that teenagers’ background to join
Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya was to find details about
Mitsubishi car. Besides, the members’ activities also needed, it was influenced by
the club’s norm that had been agreed by the members and one of them was each
member was expected to present the exist meetings.
.

viii
ix
KATA PENGANTAR

Sembah sujudku kepada Bapa, para malaikat, dan para kudus di surga
yang maha dasyat atas rahmat, berkat dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis sehingga pada akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya
penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi, dan Sylvia
Carolina Maria Yuniati Murtisari S. Psi., M. Si selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi, atas kesempatan yang telah diberikan selama menjalani
proses studi.
2. Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti D S, S. Psi selaku dosen pembimbing
skripsi yang dengan sangat sabar memberikan dorongan, bimbingan, dan saran
selama penulisan skripsi ini.
3. Maria Laksmi Anantasari, S. Psi., M. Si. yang bersedia membimbing pada saat
penulisan seminar.
4. V. Didik Suryo Hantoko, S Psi., M Si. yang bersedia meluangkan waktu untuk
berdiskusi pada penulisan skripsi ini.
5. Dosen-dosen psikologi yang berkenan membagikan ilmu psikologi selama
menjalani perkuliahan.
6. Mas Gandung, dan Mbak Nanik yang dengan sabar melayani untuk urusan
kesekretariatan. Matur nuwun sanget Mas Gandung, dan Mbak Nanik.
7. Mas Muji yang selalu mau direpotkan untuk urusan test dan test, “sing sabar
yo mas ngadepi mahasiswa-mahasiswa sing cerewet-cerewet iki. Pokoke
hidup Beckham, God Bless never die”. Matur nuwun sanget Mas Muji.
8. Mas Doni yang selalu sabar walaupun buku-bukunya selalu diberantakin
mahasiswa. Matur nuwun sanget Mas Doni.
9. Pak Gie yang selalu semangat dan pantang merasa lelah, matur nuwun sanget
atas pelayanannya selama kuliah di psikologi.

x
10. Papa, mama, adikku serta semua saudara-saudara dari keluarga besarku yang
sangat aku kasihi makasih banyak atas dukungan, dan pengarahannya, serta
doanya yang tak terkira. Maaf lulusnya telat lama, tapi aku selalu ingin
menjadi anak yang bisa membagakan dan dibanggakan oleh keluarga.
11. Martinus “she-sex” Karo-karo Sinulingga yang mau aku ganggu untuk bantuin
ngerjain abstract. Thank’s berat jasamu tak kan kulupakan sepanjang hayat.
12. B 8800 PK dan AB 124 NU terima kasih yang tak terkira untuk kalian karena
sudah mengenalkan Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja dan
seluk beluknya, berkat kalian skripsi ini selesai. Ga ketinggalan juga teman-
teman anggota dari Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja, yang
telah membantu.
13. Teman-teman seangkatan 2002, “gak terasa kita dah punya 5 adik angkatan
lho...” makasih banyak aku boleh berdinamika bareng ma kalian dan boleh
mengenal kalian selama ini.
14. Cah-cah psikologi dari angkatan berapa aja terima kasih atas kebersamaannya,
aku senang kenal kalian semua.
15. Seseorang yang bernama Agustina Ika Rustyanti. Aku mungkin orang yang
paling beruntung bisa mengenal kamu, dan boleh mengukir kenangan bersama
kamu. Thank’s for everything my babe, aku sayang kamu.
16. Cah-cah Tumindak Ngiwo “woi kapan meh do lulus, wis tuo cah”. Thank’s
berat, aku boleh parasit di kontrakan Tumindak Ngiwo selama 2 tahun dan
kekeluargaan yang terjalin selama ini. Aku ga mungkin lupa ma kalian semua.
17. Anak-anak kost Tasura 50c makasih berat atas kenangan dan warna-warni
kehidupan sehari-hari.
18. Terima kasih yang tidak terkira buat Bagus’ 05 yang telah meminjamkan
recordernya. Sory kalo terlalu lama minjemnya.
19. Buat teman-teman dan sahabat-sahabatku yang tidak bisa aku sebutkan satu
per satu karena keterbatasan halaman ini, terima kasih karena kalian telah
menerimaku dalam diri dan kehidupan kalian.

xi
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………….. I

Halaman Persetujuan Pembimbing…………………………………............................... ii

HalamanPengesahan......................................................................................................... iii

Halaman Persembahaan……………………………………………………………….... iv

Halaman Motto………………………………………………………………….……… v

Pernyataan Keaslian Karya…………………………………………………….……….. vi

Abstrak………………………………………………………………………………….. vii

Abstrack……………………………………………………………………………….... viii

Lembar Persetujuan Publikasi.......................................................................................... ix

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. x

Daftar Isi………………………………………………………………………….……... xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

BAB II. DASAR TEORI .............................................................................................. 8

A. Remaja....................................................................................................... 8

1. Pengertian remaja.............................................................................. 8

2. Batasan usia remaja.......................................................................... 10

3. Ciri-ciri masa remaja......................................................................... 11

4. Tugas-tugas perkembangan remaja................................................... 12

xii
5. Perkembangan sosial dan perubahan-perubahan sosial serta psikologis

pada masa remaja............................................................................... 14

B. Kelompok.................................................................................................. 17

1. Definisi kelompok.............................................................................. 17

2. Faktor-faktor terjadinya kelompok..................................................... 17

3. Fungsi kelompok................................................................................ 18

4. Konformitas........................................................................................ 19

a. Definisi konformitas...................................................................... 19

b. Aspek-aspek konformitas............................................................... 21

c. Tipe-tipe konformitas..................................................................... 23

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas............................ 24

C. Pertanyaan Penelitian................................................................................ 27

1. Pertanyaan utama................................................................................ 27

2. Sub pertanyaan.................................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 29

A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 29

B. Variabel Penelitian.................................................................................... 29
C. Subjek Penelitian....................................................................................... 30
D. Metode Pengumpulan Data....................................................................... 31
E. Analisa Data..............................................................................................
32
F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data........................................................
33

BAB IV. PERSIAPAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN……...……. 34

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian................................................ 34

xiii
1. Sejarah................................................................................................ 34

2. Persiapan penelitian............................................................................ 37

B. Pelaksanaan Wawancara...........................................................................
39
1. Wawancara...........................................................................................
39
C. Deskripsi Subjek........................................................................................
40
1. Subjek I: Al..........................................................................................
40
2. Subjek II: To........................................................................................
40
3. Subjek III: Ra......................................................................................
41
4. Subjek IV: Tm.....................................................................................
42
5. Subjek V: Ne........................................................................................
43
6. Subjek VI: On......................................................................................
44
7. Subjek VII: Ma....................................................................................
45
D. Analisis Data..............................................................................................
46
1. Latar belakang menjadi anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya.................................................................................
46
2. Pandangan tentang kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC)Yogya..................................................................................
49
3. Relasi dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya....................................................................................................
50
4. Perilaku dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya...................................................................................
53
E. Pembahasan................................................................................................
56

xiv
BAB V. PENUTUP………............................................................................................ 62

A. Kesimpulan................................................................................................. 62

B. Saran............................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 64

LAMPIRAN………….……………………………………………………………….... 67

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang penuh “badai” dan tekanan, hal

ini dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju

dewasa. Masa remaja belum bisa dikatakan sebagai masa dewasa, dan juga

bukan masa anak-anak. Individu pada masa remaja sudah tidak mau lagi

disebut dan diperlakukan sama dengan anak-anak, karena secara fisik fungsi

fisiologis mereka sudah sama dengan manusia dewasa yang ditandai dengan

ciri utamanya yaitu sudah matangnya fungsi reproduksi. Remaja juga tidak

bisa dimasukkan dalam perkembangan manusia dewasa, karena remaja belum

matang dalam hal emosional dan belum mampu mandiri secara sosial (Hartini,

1999). Kondisi yang tidak pasti ini, yaitu kondisi di mana remaja berada

dalam posisi antara tahap perkembangan anak dengan tahap perkembangan

dewasa, menimbulkan kecemasan dan ketegangan tersendiri dalam dunia

remaja. Mereka berusaha mencari identitas dirinya untuk menegaskan siapa

dirinya dan apa perannya dalam masyarakat yang sesuai dengan tuntutan

masyarakat tersebut.

Tugas perkembangan remaja dapat dikatakan tahap perkembangan

yang terpenting karena berhubungan dengan penyesuaian sosial ditengah

masyarakat. Hal ini berhubungan dengan penyesuaian dengan perilaku sosial,

pengelompokan sosial baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan


2

maupun nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial. Remaja mulai

dituntut untuk bisa mencapai pula sosialisasi dewasa, sehingga remaja harus

membuat banyak penyesuaian baru dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

menyangkut hubungan atau relasi dengan orang banyak secara otomatis.

Remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya,

salah satunya melalui bentuk sosialisasi dan menjalin relasi. Ini terjadi ketika

dalam perkembangan sosialnya, remaja melakukan dua macam gerak yaitu

gerak memisahkan diri dari orang tua dan bergerak menuju teman-temannya.

Dinamika keseharian dalam kehidupan remaja ini, nantinya membentuk

hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi hubungan yang kurang

harmonis (Monks, 2001).

Berdasarkan tugas-tugas perkembangan, tahap ini disebut sebagai

tahap memperoleh kebebasan emosional, dan diikuti dengan tahap

perkembangan berikutnya yaitu kemampuan bergaul. Pada kedua tahap ini

akan muncul suatu gerakan dimana remaja akan cenderung melepaskan diri

dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebayanya (Monks, 2001).

Mereka, dalam hal ini orang tua dan remaja sama-sama berusaha untuk

mencapai kebebasan dan mereka juga memiliki kecenderungan yang sama

untuk menghayati kebebasan tersebut sesuai dengan usia dan jenis kelamin

mereka (Monks, 2001), bahkan remaja akan mengorbankan hubungan emosi

dengan orang tuanya untuk memperoleh kebebasan tersebut (Monks, 2001).

Teman akan menjadi lebih penting artinya dan lebih menonjol

perannya daripada orang tua mereka, dan akan cenderung memiliki sikap yang
3

konformis atau searah dengan teman-temannya (Azwar, 1995), dan pengaruh

dari teman terhadap masa remaja sangat kuat. Hal tersebut dapat terlihat dari

adanya jumlah penurunan waktu untuk berinteraksi antara remaja dengan

orang tua dan menunjukkan adanya peningkatan waktu untuk berhubungan

dengan teman-temannya (Monks, 2001). Keterlibatan remaja pada teman-

temannya akan memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak informasi

serta melakukan evaluasi dan perbandingan diri dengan kelompok.

Biasanya budaya teman sebaya atau peer culture sangat berpengaruh

sehingga nilai-nilai kelompok sebaya jadi sangat mempengaruhi (HIDUP,

1999). Pada akhirnya dalam perkembangan kehidupan sosial remaja tersebut,

remaja cenderung tidak mau berbeda dengan teman-teman dalam

kelompoknya. Remaja selalu ingin sama dengan apa yang dilakukan oleh

anggota kelompok yang lain, seperti dalam hal penampilan, minat, prestasi,

berpacaran, dan masih banyak lagi. Kesamaan untuk cenderung mengikuti

kelompok ini dilakukan agar mereka tidak dianggap rendah sehingga dapat

diterima dan diakui oleh kelompoknya (Zulkifli, 2002).

Sisi lain dari remaja adalah perkembangan sosial remaja itu sendiri.

Hal ini terlihat dari seringnya remaja berada di luar rumah bersama dengan

teman-temannya dalam satu kelompok, maka dapat dimengerti bahwa

pengaruh teman pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, perilaku lebih

besar dari pada pengaruh keluarga, sehingga hal ini menimbulkan sebuah

konformitas kelompok. Dalam perkembangan sosial remaja, salah satu bentuk

sosial yang sangat dikenal dalam masa ini adalah konformitas kelompok
4

remaja. Walgito (1993) mengemukakan bahwa kepercayaan diri terbentuk dari

interaksi individu dengan lingkungan, yang mana di lingkungan tersebut

remaja mempunyai kesempatan mengenal dirinya melalui pembelajaran-

pembelajaran sosial dengan melalui relasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Menurut Palmer (Mappiare, 1982), keinginan remaja untuk diterima

dalam kelompok tersebut akan mengakibatkan remaja bersikap konform

terhadap kelompok termasuk dalam hal nilai yang meliputi aturan dan norma,

kebiasaan, minat, dan budaya teman kelompoknya. Pusat perhatian individu

dalam kelompok sebenarnya bukan pada kebutuhan-kebutuhannya sendiri,

tetapi lebih kepada usaha individu tersebut supaya diakui keberadaannya di

dalam kelompok. Oleh karena itu apa yang dibutuhkan kelompok pun akan

diidentifikasikan ke dalam diri individu dalam kelompok-kelompok dengan

kohesi yang kuat atau tingkat konformitas tinggi dan berkembanglah suatu

iklim kelompok dan norma-norma kelompok tertentu. Norma-norma atau

dengan kata lain moral kelompok tadi dapat berbeda sekali dengan moral yang

dibawa remaja dari keluarga meskipun sejak kecil diajarkan oleh orang tuanya

(Monks, dkk, 2001)

Seorang remaja sudah merasa konform dengan kelompok sebayanya,

ketika remaja tersebut sudah mampu menyesuaikan diri dalam kelompok dan

pengaruh kelompok semakin kuat terhadap kegiatan anggotanya. Pada

akhirnya akan timbul perasaan saling memiliki, sehingga kepercayaan antar

anggotapun terjalin dengan baik serta didalamnya ada perasaan tanggung

jawab terhadap kelompoknya. Hal tersebut dapat menciptakan suatu identitas


5

kelompok yang sangat kuat dan dapat membuat batas antara kelompok

tersebut dengan kelompok yang lain.

Kelompok-kelompok remaja sangat bermacam-macam dari nama

maupun dari asal-asul terbentuknya kelompok-kelompok tersebut. Sebagai

contoh, ada kelompok yang terbentuk karena mempunyai hobi yang sama, ada

juga karena merasa senasib sepenanggungan karena sering dihukum di

sekolah dan akhirnya membentuk kelompok sendiri yang disitu terdiri dari

para siswa yang selalu bermasalah, dan masih banyak lagi yang lain. Salah

satunya kelompok yang terbentuk dari kesamaan hobi adalah para remaja yang

bergabung dalam sebuah klub yang bernama Indonesian Mitsubishi Owner

Club (IdMOC). Klub mobil ini mempunyai banyak anggota, yang didalamnya

para pecinta dan fanatik pada merk mobil Mitsubishi dari berbagai jenis.

Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) merupakan salah satu

club yang mengumpulkan pecinta mobil mitsubishi dari segala jenis di seluruh

Indonesia. Awal mula terbentuk Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC)

Yogya sendiri dari kesamaan penyuka mobil merk Mitsubishi, yang

berkomunikasi melalui media internet melalui chating. Pada akhirnya para

penyuka mobil Mitsubishi ini berkumpul dan langsung membentuk Indonesian

Mitsubishi Owner Club (IdMOC) Yogya dengan seizin Indonesian Mitsubishi

Owner Club (IdMOC) pusat di Jakarta. Visi dan misi yang dijalankan di

Indonesian Mitsubishi Owner Club (IdMOC) antara lain mengumpulkan

informasi dan inspirasi-inspirasi tentang Mitsubishi, dan menyalurkan hobi


6

antar sesama penyuka mobil Mitsubishi. Selain itu bertukar pikiran tentang

spare part dan kebutuhan-kebutuhan mobil merk Mitsubishi.

Anggota-anggota dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya mayoritas adalah remaja. Kegiatan-kegiatan pada klub ini

sangat bermacam-macam antara lain kumpul bersama yang terus diadakan

setiap minggunya, bertukar informasi tentang Mitsubishi, dan bakti sosial.

Selain itu acara tahunan yang selalu dilaksanakan oleh Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) adalah acara memperingati hari ulang tahun

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC), antara lain menyelenggarakan

kontes modification mobil dan kejuaraan rally nasional. Hubungan yang

tercipta dalam klub ini sangat dekat seperti layaknya saudara, dan saling bisa

membantu satu sama lain.

Berdasarkan teori-teori yang telah terurai diatas dan berdasarkan

fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti terdorong untuk mengetahui apakah

yang menjadi latar belakang remaja bergabung dalam kelompok Indonesian

Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah terurai di atas, maka rumusan

masalah dalam penilitian ini adalah “Apakah yang menjadi latar belakang

remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya?”
7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang

apakah yang mendasari remaja untuk bergabung dalam kelompok Indonesian

Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan

psikologi perkembangan menyangkut tahapan perkembangan remaja.

2. Manfaat praktis

Bagi remaja, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

atau wacana yang berhubungan dengan kehidupan remaja dalam

berperilaku sehari-hari.
8

BAB II

DASAR TEORI

A. Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja ditinjau dari sudut kematangan fisik adalah suatu tahap

perkembangan dimana organ-organ manusia mencapai kematangan dan

dapat berfungsi menuju sempurna (Sarwono, 1989). Hal lain yang

berhubungan dengan pandangan sosial ekonomi remaja, diungkapkan oleh

Maugman (Sarwono, 1989) mendefinisikan ini sebagai masa peralihan

dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang

relatif lebih mandiri.

Agustiani (2006) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa

yang dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia

yang memiliki keunikan sendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-

kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara masa anak-

anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat

biologis atau bersifat fisiologis juga bersifat psikologis, dan pada masa

remaja mengalami perubahan yang sangat besar dalam aspek-aspek

tersebut.

Hartini (1999) mengungkapkan bahwa masa remaja atau masa

adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam


9

proses pertumbuhannya terutama fisik, telah mencapai kematangan.

Periode ini menunjukkan suatu masa kehidupan, dimana kita sulit untuk

memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tetapi tidak juga sebagai

orang dewasa. Mereka tidak mau dan tidak dapat dikatakan atau

diperlakukan sebagai kanak-kanak, sementara itu mereka belum mencapai

kematangan yang penuh dan tidak dapat dimasukkan dalam kategori orang

dewasa. Kata lain dari periode ini merupakan periode transisi atau

peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak atau childhood ke masa

dewasa atau adulthood. Secara negatif periode ini disebut juga periode

“serba tidak” atau the “un” stage, yaitu unbalanced yang berarti tidak atau

belum seimbang, unstable yang berarti tidak atau belum stabil, dan

unpredictable yang berarti tidak dapat diramalkan. Pada periode ini terjadi

perubahan-perubahan yang sangat berarti dalam segi-segi phisiologis,

emosional, sosial, dan intelektual.

Menurut E.H. Erickson, remaja merupakan masa dimana

terbentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara

hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Secara

hakiki, remaja tetap aman walaupun telah mengalami berbagai macam

perubahan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986).

Remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dimana manusia

mengalami perkembangan psikologis, selain perkembangan fisik yang

ditandai dengan perkembangan organ-organ, dan juga berkembangannya

aspek-aspek biologis dalam diri manusia tersebut.


10

2. Batasan usia untuk remaja

Para psikolog menyetujui bahwa masa remaja dimulai dari masa

puber (Pettijohn, 1992). Masa puber pria dimulai kira-kira pada usia 12

tahun sedangkan pada wanita dimulai pada usia kira-kira 11 tahun. Masa

puber tersebut ditandai terjadinya perubahan fisik diantaranya, yakni pada

wanita terjadi menstruasi pertama, sedangkan pada anak laki-laki

mengalami perubahan suara menjadi lebih besar dari pada wanita dan

selain itu terjadinya mimpi basah. Hal ini tidak berarti ketika masa remaja

berakhir, kemjudian masa dewasa mulai, tetapi biasanya masa dewasa

mulai kira-kira usia 18 sampai dengan 21 tahun. Pada kenyataannya, masa

remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa

dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa yaitu dari sifat yang tergantung menjadi sifat yang

mandiri.

Batasan usia remaja menurut WHO (Sarwono, 1989) adalah

antara usia 10 sampai 20 tahun dengan pembagian usia 10 sampai 14 tahun

sebagai masa remaja awal, sedangkan masa remaja akhir 15 sampai

dengan 20 tahun. Batasan usia tersebut hampir sama seperti yang

dikemukakan dalam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menetapkan

usia 15 sampai 24 tahun sebagai usia pemuda dan di Indonesia batasan

remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda yaitu antara 14 sampai 24

tahun (Sarwono, 1989).


11

Monks (2001) mengemukakan bahwa masa remaja secara global

berlangsung antara umur 12 sampai dengan umur 21 tahun dengan

pembagian sebagai berikut:

a. 12 sampai umur 15 tahun, termasuk sebagai remaja awal.

b. 15 sampai dengan umur 18 tahun, termasuk sebagai remaja

pertengahan.

c. 18 sampai dengan umur 21 tahun, termasuk masa remaja akhir.

Dari berbagai pendapat dan teori dari berbagai hal tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-

anak ke masa dewasa, dengan segala perubahan-perubahan fisik yang

dialaminya. Oleh karena itu dari batasan-batasan yang telah terurai di atas,

peneliti membatasi penelitian ini dengan mengambil remaja berusia 18

sampai dengan 21 tahun. Diasumsikan sudah berada pada tahap remaja

akhir sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa pada usia

tersebut pada umumnya berstatus mahasiswa tingkat awal. Selain itu, jika

ditinjau dari latar belakang penelitian pada usia tersebut sudah mempunyai

hak untuk memperoleh dan mempergunakan SIM A sebagai syarat atau

legalisasi yang harus ditaati oleh pengendara mobil.

3. Ciri-ciri masa remaja

Clarke-Stewart dan Friedman (1987), Ingersol (1989) dalam

Agustiani (2006) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

transisi atau peralihan dari masa anak menuju dewasa. Pada masa ini

individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.


12

Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh

berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang

disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi. Selain itu

remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak

seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri

secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran

sosialnya yan baru sebagai orang dewasa.

Selain perubahan dalam diri remaja, terdapat pula perubahan

dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,

teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan

reaksi terhadap pertumbuhan remaja, remaja dituntut untuk menampilkan

tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai dengan orang-orang

seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luat dirinya itu

membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial

dan kebutuhan psikologisnya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut

remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga,

seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain

(Agustiani, 2006).

4. Tugas-tugas perkembangan remaja

Penyesuaian-penyesuaian ini menyangkut apa yang diharapkan

masyarakat terhadap remaja. Oleh Havinghurst (Agustiani, 2006) disebut

sebagai tugas perkembangan. meliputi :


13

a. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia

dari kedua jenis kelamin.

b. Mencapai maskulinitas dan feminitas dari peran sosial.

c. Mampu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya

secara efektif.

d. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

berperilaku dan mengembangkan ideologi.

Secara umum masa remaja dikatakan sebagai periode peralihan,

perubahan, tetapi merupakan masa yang penting karena pada masa remaja

individu mengalami perkembangan baik fisik dan mental secara pesat.

Perbedaan masa kanak-kanak dan remaja yang cukup besar menjadikan

masa remaja menjadi masa yang bermasalah dan menimbulkan ketakutan.

Proses perkembangan yang belum optimal menjadikan individu menjadi

tidak realistik dalam memandang kehidupan dan pada ambang masa

dewasa ini individu masih dalam proses pencarian identitas.


14

5. Perkembangan Sosial dan Perubahan-perubahan Sosial serta Psikologis

Pada Masa Remaja

Salah satu hal yang baru dan sulit bagi remaja adalah

penyesuaian sosial, karena lingkungan pergaulan remaja semakin luas dan

beragam, nilai-nilai sosial yang baru, pengelompokan sosial yang baru dan

lain-lain. Hal itu menjadi sulit karena remaja masih sangat dipengaruhi

oleh teman-teman sebayanya. Menurut Cole dan Hall (1967), kelompok

teman sebaya mempunyai peran yang sangat penting bagi remaja. Satu hal

yang seharusnya diingat adalah bahwa remaja baik laki-laki maupun

perempuan mengalami ketidakpastian karena perubahan-perubahan yang

terjadi dalam diri mereka berlangsung dengan sangat cepat. Maka salah

satu fungsi dari kelompok teman sebaya adalah untuk mempertahankan

diri dari ketidakpastian tersebut, karena dengan bergabung dalam

kelompok teman sebaya mereka akan terasa lebih aman. Dalam kelompok

teman sebaya, remaja mempunyai kesempatan untuk mencapai status dari

kebaikan diri mereka sendiri, bukan dari keluarga mereka. Kelompok

teman sebaya juga memberikan kesempatan untuk membangun kualitas-

kualitas yang dibutuhkan dalam kehidupan masa dewasa.

Pada bagian lain, Cole dan Hall (1967) juga mengemukakan

bahwa salah satu fenomena yang menarik yang terjadi dalam kehidupan

sosial remaja adalah adanya remaja yang populer dan tidak populer yang

mengindikasikan adanya penerimaan dan penolakan terhadap remaja.

Remaja yang populer adalah mereka yang banyak dikenal teman-


15

temannya, banyak disebut-sebut dalam berbagai situasi, tidak termasuk

dalam daftar anak yang tidak disukai, mudah mendapatkan partner dalam

beberapa kelompok yang diikuti, sering menjadi pusat dalam kelompok

dan dipilih oleh teman-temannya untuk mendapat berbagai posisi

kehormatan. Remaja yang tidak populer adalah kebalikan dari mereka

yang populer. Dalam hal ini penampilan dan sikap yang dimiliki remaja

akan menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan penerimaan

sosial.

Penerimaan dan popularitas secara sosial akan didapatkan oleh

remaja yang ramah dan baik hati, kooperatif, tidak egois, remaja yang

biasanya ceria, tenang, simpatik, bertanggung jawab, setia, jujur,

mempunyai cita-cita yang tinggi, mempunyai rasa humor yang baik,

matang dan mempunyai ketrampilan sosial yang memadai. Remaja yang

tidak mempunyai hal-hal tersebut akan sulit diterima secara sosial dan

menjadi tidak populer. Moonks (2001) mengemukakan fenomena yang

kehidupan sosial serupa dan menyebut dengan sindroma penerimaan

(acceptance syndrome) dan sindroma penolakan sosial (alienated

syndrome).

Perubahan sosial terjadi karena pergaulan remaja semakin luas

dan beragam serta nilai-nilai sosial yang baru. Kelompok teman sebaya

menjadi kelompok sosial yang penting bagi remaja karena banyak

memberi rasa aman dan kesempatan untuk mengembangkan berbagai

kualitas yang dibutuhkan pada masa dewasa. Remaja untuk bisa diterima
16

dalam kelompok teman sebaya remaja dituntut untuk mempunyai

kompetensi interpersonal dan sosial. Remaja, baik laki-laki ataupun

perempuan mengalami perubahan fisik yang secara pesat. Hampir semua

organ tubuh remaja, baik organ dalam maupun organ luar telah tumbuh

dan berkembang serta berfungsi seperti orang dewasa, misalnya

pertumbuhan tinggi dan berat badan, fungsi jantung, paru-paru dan lain-

lain hampir sempurna.

Perubahan psikologis lebih diakibatkan karena perubahan fisik

dan sosial yang sangat hebat. Pada masa remaja individu sudah mencari

identitas diri yang paling sesuai dengan dirinya. Dalam rangka mencari

identitas diri ini, remaja harus menentukan idola yang harus ia tiru secara

sempurna dan ideal. Pada masa remaja, individu diharapkan mampu

mengintegrasi dirinya dalam kehidupan dewasa, sehingga pada masa ini

biasanya muncul pertanyaan “Siapa saya?”, “Akan menjadi apa saya

nanti?”, walaupun masyarakat dapat membantu tetapi masyarakat

mewajibkan remaja mampu menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan

tersebut. Maka ketika remaja mengalami kekaburan dalam hal ini dan

masyarakat kurang berfungsi remaja akan mengalami kebingungan peran

dan akhirnya akan terbentuk identitas yang kabur atau bahkan negatif.
17

B. Kelompok

1. Definisi Kelompok

Hamalik (1995) mengungkapkan bahwa perkembangan kearah

masa remaja diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal

appearance atau penampilan diri. Peer group serta kegiatan-kegiatan

kelompok sosial lainnya yang anggota-anggotanya terdiri atas jenis

kelamin yang sama maupun berlainan. Proses perkembangan sebelumnya,

di samping faktor-faktor lainnya, ikut menentukan sampai sejauh manakah

sukses yang seseorang dalam menyesuaikan dirinya dalam kegiatan sosial.

Dalam hubungan ini Conradi (Hamalik, 1995) mengemukakan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan ini sangat penting kepada para remaja

diberikan kesempatan untuk melakukan partisipasi sosial dalam setiap

taraf kehidupan yang beraneka ragam itu.

Kelompok atau crowd ialah kelompok-kelompok remaja yang

terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota-anggota kelompok bertemu

karena kepentingan atau minat mereka yang sama dalam berbagai

kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik (Santrock, 1998).

2. Faktor-faktor terjadinya kelompok

Dalam perkembangan sosialnya remaja cenderung memisahkan

diri dari orang tuanya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama

teman sebayanya (Monks, dkk, 2001). Hal ini disebabkan karena pada

masa remaja mulai muncul keinginan untuk mandiri sehingga membuat

pengaruh orang tua melemah. Dalam perkembangan sosialnya dapat


18

dilihat dua macam pergerakan, yaitu gerak memisahkan diri dari orang tua

dan gerak menuju teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan suatu

reaksi terhadap status intern anak muda (Monks, 2001).

Pada awal masa remaja kebutuhan akan bimbingan dan

dukungan orang tua akan bergeser pada teman sebaya (Fuligni, dkk,

2001). Remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk

berinteraksi dengan kelompoknya daripada berinteraksi dengan orang

dewasa (Fuhrman, 1990). Maka tidak dapat dipungkiri bahwa teman

sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja.

Remaja menjadi lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya

juga dikarenakan remaja merasa bahwa hubungan dengan kelompok teman

sebaya mampu memenuhi sejumlah kebutuhan seperti perasaan aman, ikut

memiliki, dan kesempatan membangun status. Remaja merasa lebih

dimengerti oleh kelompok teman sebaya karena mereka merasa “senasib

sepenanggungan”.

3. Fungsi kelompok

Hubungan dengan kelompok merupakan hal yang penting dalam

kehidupan remaja karena kelompok sebaya mempunyai fungsi-fungsi yang

penting bagi remaja. Fungsi kelompok sebaya menurut Fuhrman (1990)

adalah:

a. Mewujudkan suasana belajar

Disini mereka belajar mengenai apa yang diharapkan oleh

orang lain, orang lain disini adalah teman. Selain itu membangun
19

identitas unik dengan membandingkan terhadap kelompok

membandingkan nilai-nilai dan keyakinan dengan orang lain.

b. Memberi dukungan psikologis

Hawari (1991) menyatakan bahwa bentuk pengaruh teman

sebaya dapat dilihat dari konformitas terhadap kelompok sebagai

akibat adanya tekanan kelompok, kelekatan terhadap kelompok, dan

keinginan untuk meniru apa yang dilakukan oleh sebagian besar

anggota kelompok.

4. Konformitas

a. Definisi konformitas

Menurut Klopt (1985), konformitas merupakan tindakan yang

sesuai dengan norma kelompok, dan dapat dikatakan menjadi

harmonis dan sepakat dengan para anggota kelompok tersebut. Senada

dengan pendapat tersebut, Bhrem dan Kassin (1996) mengatakan

bahwa konformitas merupakan suatu tendensi manusia untuk

mengubah persepsi, opini, atau perilaku dengan cara konsisten dengan

norma kelompok. Furhman (1990) berpendapat bahwa konformitas

adalah kecenderungan untuk menerima dan melakukan standar norma

yang dimiliki kelompok, sedangkan menurut Baron dan Byrne (1997)

konformitas merupakan suatu penyesuaian terhadap kelompok sosial

karena ada tuntutan dari kelompok sosial tersebut untuk menyesuaikan

meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka.


20

Konformitas merupakan salah satu akibat pengaruh sosial

yang terjadi ketika penilaian, opini maupun sikap seseorang berubah

karena dihadapkan penilaian, opini, sikap seseorang, atau kelompok

lain (Kimmel dan Weiner, 1995). Berbicara tentang konformitas,

Kimmel dan Weiner (1995) juga mengungkapkan pendapatnya dengan

mengatakan bahwa konformitas adalah mengerjakan apa yang

dikerjakan orang-orang di sekitar atau apa yang orang-orang harap dan

inginkan untuk mendapat kesan dapat diterima. Perilaku konformitas

itu sendiri adalah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah

laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku.

Selain itu perilaku konformitas juga dapat dikatakan sebagai ciri

pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan

pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 1981).

Kiesler dan Kiesler mengungkapkan bahwa konformitas

merupakan perubahan perilaku atau keyakinan ke arah kelompok

sebagai akibat dari tekanan atau tuntutan kelompok, baik itu tuntutan

nyata maupun tuntutan yang dibayangkan (Rakhmat, 1996). Seorang

individu akan menampilkan konformitas karena mereka menggunakan

informasi yang mereka terima dari orang lain, mereka percaya orang

lain, juga karena takut menjadi orang yang menyimpang.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

konformitas adalah segala tindakan yang dilakukan oleh individu

untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai atau


21

standar kelompok agar individu tersebut dapat diterima dalam

kelompok tersebut.

b. Aspek-aspek konformitas

Menurut Cole and Hall (1967) aspek konformitas adalah:

1. Penyamanan perilaku dengan perilaku kelompok

Individu mengubah perilaku sebelumnya agar sama

dengan perilaku kelompok dengan mengambil standar kelompok.

2. Perilaku standar kelompok (tekanan kelompok)

Perilaku standar kelompok adalah perilaku yang sesuai

dengan tuntutan dalam kelompok ketika mengetahui informasi dan

atau norma yang berasal dari kelompok tersebut. Tuntutan ini dapat

menjadi tekanan yang sifatnya imajiner atau nyata bagi individu.

Dikatakan imajiner apabila tekanan dari kelompok sebenarnya

merupakan interpretasi dari aturan-aturan tak tertulis yang berlaku

dalam kelompok.

Deutch dan Gerard (dalam Myers, 1999) mengemukakan

bahwa pada dasarnya konformitas terdiri atas dua aspek yaitu aspek

normatif dan aspek informasional.

1. Aspek Normatif

Aspek ini mendorong individu untuk menyesuaikan diri

dengan norma kelompok sebagai keinginan untuk memenuhi

harapan kelompok dan mendapat penerimaan. Individu merasa


22

tidak nyaman jika berbeda dengan kelompok sehingga berusaha

untuk tetap membina hubungan yang menyenangkan.

2. Aspek Informasional

Aspek ini mendorong individu menyesuaikan diri dengan

norma kelompok sebagai akibat dari penerimaan bukti-bukti

realitas yang ditawarkan kelompok. Biasanya individu-individu

memiliki informasi yang kurang jelas terhadap suatu objek atau

informasinya cukup tetapi ingin membuktikan kebenaran sehingga

menjadi terpengaruh oleh cara penyelesaian yang dilakukan

kelompok.

Turner (1991) berpendapat bahwa penyebab konformitas

yang paling mendasar yang dapat terjadi pada tingkat yang sama

adalah adanya aspek normatif dan informasional. Aspek normatif

mendorong terjadinya penyesuaian sebagai akibat dari pemenuhan

pengharapan positif kelompok untuk mendapat persetujuan dan

penerimaan, agar disukai dan terhindar dari penolakan. Aspek

informasional diartikan sebagai adanya penyesuaian individu sebagai

akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat kelompok sebagai

bukti realitas objektif yang dimotivasi oleh keinginan untuk mendapat

pandangan yang akurat tentang realitas sehingga mengurangi

ketidakpastian.
23

c. Tipe-tipe konformitas

Moonks (2001) memberi penjelasan mengenai dua tipe

konformitas, yaitu:

1. Acquiescene

Acquiescene berarti adanya persetujuan terhadap

pendapat-pendapat kelompok dalam suatu situasi yang melibatkan

tekanan. Individu akan mengikuti pendapat kelompok meski

pendapatnya sendiri sebenarnya berbeda.

2. Conventionally

Conventionally berarti adanya persetujuan terhadap moral

dan sosial dalam budaya kelompok yang diterima oleh individu.

Individu setuju dengan apa yang ada dalam kelompok sehingga

mau menyesuaikan perilakunya dengan perilaku kelompok.

Berndt (dalam Santrock, 1998; Fuhrman, 1990) membagi

konformitas menjadi tiga tipe:

1. Konformitas Prososial

Merupakan perilaku konformitas yang diwujudkan dalam

tindakan-tindakan pro sosial, misalnya menolong orang lain, bakti

sosial, dll.

2. Konformitas Netral

Merupakan perilaku konformitas dalam situasi-situasi

netral tertentu, misalnya pergi ke restoran.


24

3. Konformitas Anti Sosial

Terjadi ketika individu konform terhadap perilaku yang

bersifat anti sosial, misalnya minum-minuman keras, tindak

kejahatan.

Allen dkk (dalam Brehm & Kassin, 1996) menemukan dua

tipe konformitas:

1. Private Conformity (Acceptance)

Merupakan perilaku konformitas yang dilakukan dengan

tidak hanya merubah perilaku luar tetapi juga dengan mengubah

pola pikir konformitas. Tipe ini merupakan hasil dari adanya

pengaruh informatif.

2. Public Conformity (Compliance)

Dilakukan dengan mengubah perilaku luar tanpa terjadi

perubahan pola pikir. Disebabkan karena adanya pengaruh

normatif .

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas

Menurut Rakhmat (1996) konformitas adalah produk

interaksi antara faktor situasional dan personal.

1. Faktor situasional

1.1. Kejelasan situasi

Menurut Asch (dalam Sears dkk, 1994), makin tidak

jelas dan makin tidak berstruktur situasi yang kita hadapi,

makin besar kecenderungan untuk mengikuti kelompok.


25

1.2. Konteks situasi

Kecenderungan untuk konform akan terjadi lebih

besar pada situasi yang mendorong terjadinya konformitas

daripada di situasi yang mendorong kemandirian.

1.3. Cara menyampaikan penilaian dan perilaku

Umumnya bila individu harus menyatakan

responnya secara terbuka, ia cenderung konform dari pada

kalau ia mengungkap secara rahasia.

1.4. Karakteristik yang berpengaruh

Karekteristik kelompok sangat menentukan perilaku

para anggotanya, dengan kata lain karakteristik kelompok

nantinya menjadi sebuah norma kelompok yang diikuti oleh

anggota kelompok.

1.5. Ukuran kelompok

Pengaruh norma kelompok pada konformitas

anggota-anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas

anggota kelompok yang menyatakan penilaian. Sampai pada

tingkat tertentu, makin besar ukuran kelompok, makin tinggi

tingkat konformitas. Ada ukuran tertentu yang memadai

untuk mempengaruhi konformitas, yaitu tiga sampai dengan

empat orang (Asch dalam Sears dkk, 1994), lebih dari itu

orang tidak terpengaruh lagi.


26

1.6. Tingkat kesepakatan kelompok

Menurut Asch dkk (dalam Sears dkk, 1994) orang

yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat

akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan

pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu, akan

nampak adanya penurunan tingkat konformitas meski hanya

satu orang yang tidak sependapat. Gejala ini tidak bergantung

pada siapa orang yang tidak sependapat dengan kelompok.

2. Faktor Personal

2.1. Usia

Pada umumnya, makin tinggi usia anak, makin

mandiri ia, makin tinggi bergantung pada orang tua, dan

makin kurang kecenderungan untuk konform.

2.2. Jenis kelamin

Wanita cenderung untuk lebih conform daripada

pria. Hal ini disebabkan karena latar belakang budaya yang

pada umunya menutut wanita untuk lebih konform. Pada

masalah yang sifatnya netral, tingkat konformitas pada pria

dan wanita adalah sama.

2.3. Stabilitas emosi

Orang yang emosinya kurang stabil lebih mudah

mengikuti kelompok daripada orang yang emosinya stabil.


27

2.4. Kecerdasan

Walaupun hasil penelitian tidak konsisten,

kecerdasan berkorelasi negatif dengan konformitas. Artinya

makin tinggi tingkat kecerdasan makin kurang

kecenderungan kearah konformitas.

2.5. Harga diri

Harga diri merupakan persepsi individu yang

memiliki taraf harga diri tinggi akan menyukai dirinya dan

melihat bahwa dirinya mampu menghadapi linkungan secara

individu dengan taraf harga diri rendah mudah dihinggapi

rasa takut. Makin tinggi harga diri maka makin berkurang

konformitasnya.

2.6. Motivasi

Beberapa motif yang menghambat konformitas

antara lain motif berprestasi, motif aktualisasi diri, dan

konsep diri positif.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Pertanyaan Utama

Alasan apakah yang mendasari remaja untuk bergabung dalam

kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya?”


28

2. Sub Pertanyaan

Empat pokok pertanyaan yang nantinya diajukan kepada subjek

untuk mengungkap perilaku konformitas pada kelompok Indonesian

Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja yaitu:

a. Apakah alasan anda mengikuti atau tergabung dalam kelompok

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja?

b. Bagaimana pendapat atau pandangan anda tentang kelompok?

c. Bagaimana relasi anda dengan anggota kelompok yang lain?

d. Apa perilaku atau tindakan yang anda lakukan ketika berkumpul?


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Salah satu unsur terpenting dalam penelitian ilmiah adalah adanya

metode penelitian. Ketepatan penggunaan metode penelitian memberikan

pengaruh yang cukup besar pada dasar pemecahan sebuah permasalahan yang

muncul dalam sebuah penelitian. Adanya ketepatan metode penelitian akan

diperoleh suatu hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga

dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode studi diskriptif

dengan pendekatan kualitatif.

Metode kualitatif deskriptif yakni suatu prosedur penelitian yang

menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati (Azwar, 1995). Pada metode kualitatif ini

peneliti berusaha untuk mengungkapkan dengan menggambarkan suatu

peristiwa dari sudut pandang subjek yang pernah ataupun sedang mengalami

dan menghayati kejadian tersebut yang diperoleh melalui pengamatan peneliti

yang bersifat partisipatif.

B. Variabel Penelitian

Manusia ketika masuk dalam sebuah kelompok tertentu pasti ada

sesuatu yang mendasari. Hal yang sama terjadi pada remaja ketika masuk

dalam sebuah komunitas. Hal yang mendasari inilah yang menjadi alasan atau
30

latar belakang seseorang masuk dalam sebuah kelompok tertentu yang

membuat seseorang tersebut nyaman didalamnya

C. Subjek Penelitian

Menurut pendapat Poerwandari (1998) bahwa karakteristik subjek

tidak mengarah pada jumlah sampel yang besar tetapi lebih pada kasus-kasus

tipikal yang sesuai dengan kekhususan masalah penelitian. Pemilihan subjek

penelitian dalam penelitian kualitatif adalah merinci kekhususan yang ada

dalam konteks yang unik untuk menggali informasi (Azwar, 1995). Subjek

dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kesesuaian dengan tipikal masalah

yang hendak diteliti, karena penelitian ini berkaitan dengan alasan bergabung

dalam sebuah kelompok, maka subjek penelitian adalah individu-individu

yang terlibat dalam sebuah kelompok tersebut, yang mana kelompok tersebut

sudah ditentukan oleh peneliti.

Subjek yang akan diteliti adalah para remaja berusia 18 sampai

dengan 21 tahun yang tergabung dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya. Para anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya yang akan menjadi subjek dalam penelitan ini, yakni para anggota yang

masih aktif. Dalam arti bahwa anggota-anggota tersebut masih sering kumpul-

kumpul dan masih menggunakan identitas sebagai anggota, serta masih

mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya.
31

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan metode wawancara untuk

mendapatkan data yang diinginkan. Wawancara adalah percakapan atau tanya

jawab yang dilakukan oleh dua orang dengan melibatkan satu orang untuk

mencari informasi tertentu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2001). Wawancara yang akan

dilakukan mempunyai suatu topik tertentu yang akan dibahas, dalam hal ini

“Alasan Remaja Bergabung dalam Kelompok Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) Yogya”.

Pendapat senada dinyatakan oleh Kerlinger (1990) bahwa

wawancara adalah situasi pesan antar pribadi yang bertemu muka yaitu ketika

seorang pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang

dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian

kepada subjek penelitian.

Wawancara yang akan dilakukan sifatnya mendalam, agar dapat

diperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam mengenai berbagai alasan

yang mendasari remaja bergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya. Wawancara mendalam kepada subjek,

dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari

respon subjek tentang keputusan tersebut (Mantra, 2004). Maka diharapkan

hasil dari penelitian ini akan ditemui berbagai macam alasan remaja yang

tergabung dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya, dalam bentuk cerita-cerita yang sifatnya pribadi dan individual.


32

Penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Ciri-

ciri wawancara semi terstruktur antara lain: adanya pertanyaan yang telah

disusun berdasarkan teori yang diambil, adanya kebebasan yang dimiliki

peneliti dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang

dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata maupun urutan

pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan (Kerleinger, 1990).

E. Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga data yang

diperoleh tidak berupa angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, diskripsi,

cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis termasuk di dalamnya gambar dan

foto, ataupun bentuk-bentuk non angka yang lain (Poerwandari, 1998).

Proses pengolahan data, dari data yang telah diperoleh melalui

wawancara yakni (Poerwandari, 1998) :

1. Memindahkan hasil wawancara dari tape recorder ke buku kosong. Saat

melakukan proses pemindahan hasil rekaman, peneliti mendengar dengan

seksama dan mencatatnya di buku yang telah disediakan. Semua hasil

wawancara dalam bentuk kata-kata apapun atau kalimat apapun disalin

kembali ke dalam buku. Metode kualitatif menyebutnya dengan istilah

transkrip verbatim.

2. Membaca, mempelajari, dan menelaah data dengan seksama.


33

3. Mereduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu usaha untuk

membuat rangkuman inti atau tema yang berkaitan dengan topik

penelitian.

4. Menyusun hasil reduksi data ke dalam satuan-satuan.

5. Membuat kategorisasi satuan dan pengkodean.

6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.

F. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

Setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi

data yaitu dengan membagikan salinan deskripsi kepada subjek agar subjek

dapat memberikan masukan atau member checking, kemudian dari hal tersebut

peneliti dapat merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai,

maka peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini disebut

intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman

peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi sosial timbal balik (back-

and-forth) (Creswell, 1998)


34

BAB IV

PERSIAPAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi kancah dan Persiapan Penelitian

1. Sejarah Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

Sejarah perkembangan Indonesian Mitsubishi Owners Club

(http:\\www.idmoc.com) dimulai pada kisaran akhir tahun 2000 dua orang

sahabat yang merupakan pengguna dan pecinta Mobil Mitsubishi

berbincang-bincang tentang kepuasan dan kebanggaannya dalam

mengendarai Mitsubishi. Firmansjah Saftari yang mengendarai Mitsubishi

Eterna GTi 1993 dengan Mohamad Riza Ishar yang mengendarai

Mitsubishi Lancer SEi 1997. Dari perbincangan tersebut akhirnya

tercetuslah gagasan untuk mendirikan sebuah wadah bagi pengguna

Mitsubishi di Indonesia.

Pemilihan nama wadah tersebut sendiri sudah merupakan sebuah

diskusi yang cukup panjang, hingga akhirnya muncul dua nama, yaitu

Mitsubishi Indonesia Club dan Indonesian Mitsubishi Owners Club. Pada

akhirnya dipilih nama Indonesian Mitsubishi Owners Club disingkat

menjadi IdMOC sebagai nama wadah tersebut. Hal ini dikarenakan nama

tersebut bisa menggambarkan secara tepat bagaimana fungsi dari

organisasi tersebut, yaitu sebagai Klub Pengguna Mitsubishi di Indonesia

yang menjadi partner membangun bagi Mitsubishi Motors di Indonesia.


35

Perjalanan berikut dalam merealisasikan organisasi tersebut penuh dengan

segala keterbatasan waktu dan tempat antara Jakarta dan Semarang, lokasi

para penggagas wadah penguna mitsubishi tersebut, membuat kesulitan

untuk mengumpulkan para pengguna menjadi nyata. Akhirnya diputuskan

untuk memanfaatkan internet sebagai media para pengguna Mitsubishi di

Indonesia agar bisa berkumpul di dalam IdMOC.

Pada 6 Desember 2000, IdMOC berdiri dengan ditandai

beroperasinya domain idmoc.com diikuti dengan pembangunan

websitenya. Berikutnya, pada tanggal 13 Desember 2000 dibentuk pula

mailing list di eGroups.com bagi para anggota IdMOC untuk saling

berdiskusi dan berkenalan secara virtual. Seiring dengan perjalanan waktu,

perkembangan keanggotaan IdMOC semakin pesat. Jumlah anggota yang

mendaftar di website IdMOC semakin banyak, dan jumlah anggota yang

mengikuti diskusi di mailing list IdMOC pun semakin ramai. Hingga

akhirnya tercetuslah untuk membentuk kepengurusan bagi IdMOC sebagai

organisasi yang mulai tumbuh dan mampu menjalankan aspirasi para

anggota. Kepengurusan dibentuk pada tahun 2001 dengan mendudukkan

Firmansjah Saftari sebagai ketua.

Selama periode ini, setelah terbentuknya kepengurusan yang

solid dan lengkap, kegiatan yang dilakukan oleh para anggota IdMOC

semakin banyak. Selain kegiatan kumpul bersama setiap minggu di Parkir

Timur Senayan, Jakarta untuk saling berkenalan dan mendekatkan diri

dalam persahabatan dan ikatan yang kuat sesama anggota, para pengurus
36

dan anggota telah sukses mengadakan beberapa kegiatan workshop dengan

tema sharing knowledge di antara para anggota. Dengan banyaknya tips-

tips yang ada di website IdMOC perlu diikuti pula dengan praktek nyata

bagi para anggota untuk mengetahui secara jelas “how to” dari tips-tips

yang ada.

Pada awal tahun 2002 tercetuslah keinginan para anggota untuk

mengadakan Gathering Akbar. Melalui perencanaan dan persiapan yang

matang akhirnya di laksanakanlah Midyear Gathering pada 4 Mei 2002

dengan di hadiri para anggota dari penjuru pulau, dari Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta. Gathering ini merupakan salah satu

puncak kesuksesan mengumpulkan anggota yang pertama kali dilakukan

oleh IdMOC. Bertempat di Bukit Sentul, dengan dihadiri kurang lebih 100

anggota dengan kendaraan Mitsubishi kebanggaannya masing-masing

berkumpul bersama betukar pikiran dan semakin mendekatkan diri dalam

persahabatan di IdMOC. Hadir pula team dari PT. Krama Yudha Tiga

Berlian di dalam Midyear Gathering tersebut untuk berdiskusi bersama

tentang hal-hal yang berkaitan dengan Mitsubishi yang digunakan oleh

para anggota IdMOC.

Para anggota menginginkan IdMOC menjadi sebuah organisasi

yang nyata dan bukan hanya semata-mata sebuah organisasi virtual yang

berbasiskan pada fasilitas internet. IdMOC (baca: Ai-Di-Mok) adalah

Indonesia Mitsubishi Owners Club-Online, yang merupakan komunitas

pemilik mobil merek Mitsubishi di Indonesia yang dibatasi pada jenis


37

kendaraan non niaga: Lancer, Eterna, Galant, Kuda, L200 Strada dan

Pajero. Saat ini jumlah anggota adalah lebih dari 1800 orang, yang

tersebar di beberapa kota besar sebagai cabang Indonesian Mitsubishi

Owners Club di Jakarta.

Sekitaran awal tahun 2003, Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya berdiri dengan dipelopori oleh beberapa orang yang

sebelumnya sudah aktif dalam menjalin komunikasi via internet dengan

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) pusat. Indonesian

Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, memang termasuk organisasi

yang baru terbentuk, walaupun demikian Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) beranggotakan lebih dari 23 pemilik mobil merk

Mitsubishi dari berbagai macam tipe, ditambah lagi anggota yang tidak

bermobil, ada lebih dari 30 orang anggota Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) saat ini.

2. Persiapan penelitian

Persiapan yang dilakukan dalam usaha untuk mencari data

antara lain:

a. Membuat interview guide yang disesuaikan dengan apa yang akan

diteliti berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang ada, tidak

dilupakan juga disesuaikan dengan kondisi atau lapangan penelitian

yang ada.
38

b. Menyiapkan recorder beserta kaset kosong sebanyak 3 buah masing-

masing berdurasi 60 menit, dan baterai ukuran A3 sebanyak 8 buah

sebagai sarana penunjang atau alat yang digunakan dalam wawancara.

Alat tulis beserta kertas juga tidak lupa disiapkan tempat mencatat hal-

hal yang mungkin terpikirkan atau muncul untuk dinyatakan pada saat

wawancara.

c. Menghubungi salah satu anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya untuk menghubungkan dengan ketua umum

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya.

d. Menemui ketua umum Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya untuk memberitahukan bahwa akan mengadakan penelitian

sekaligus meminta ijin, dan mengumpulkan informasi tentang

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya guna mengenal

lebih lanjut organisasi tersebut. Selain itu juga sebagai perantara untuk

lebih mengenal anggota-anggotanya beserta dinamika-dinamika yang

ada dalam organisasi ini.

e. Menghubungi anggota-anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini

untuk menjadi subjek.

f. Membuat rapport kepada anggota-anggota Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya yang memenuhi kriteria penelitian ini

dan bersedia menjadi subjek penelitian. Peneliti menyadari bahwa

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja merupakan


39

organisasi yang baru bagi peneliti, oleh karena itu rapport sangat

diperlukan untuk bisa mendapatkan data yang akurat.

g. Merencanakan untuk pelaksanaan wawancara dengan subjek guna

menyesuaikan dengan hari, tanggal, jam, beserta tempatnya.

B. Pelaksanaan Wawancara

1. Wawancara

NO Subjek Rapport Tanggal Waktu Tempat

Wawancara Wawancara Wawancara

1 Al 11 Februari 2007 19 Februari 2007 16.00-17.15 Rumah subjek

2 To 23 Februari 2007 28 Februari 2007 13.30-15.30 Rumah

kontrakan

Subjek

3 Ra 25 Februari 2007 1 Maret 2007 20.30-23.00 Rumah subjek

4 Tm 26 Februari 2007 6 Maret 2007 14.00-15.20 Rumah subjek

5 Ne 20 Maret 2007 29 Maret 2007 20.00-23.00 Kost subjek

6 On 6 April 2007 12 April 2007 19.25-21.40 Kost subjek

7 Ma 20 April 2007 30 April 2007 20.45-22.35 Kost subjek


40

C. Deskripsi Subjek

1. Subjek I: Al

Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara, saat ini

subjek tinggal bersama saudara kandungnya di sebuah rumah dengan dua

pembantu yang selalu setia menemani subjek dengan saudara kandungnya.

Asal subjek dari Kalimantan Timur tepatnya Balikpapan, dan baru tinggal

di Yogyakarta saat kuliah ini, sedangkan orang tua dari subjek masih

tinggal di Balikpapan. Subjek saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa

semester awal Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

sedangkan saudara kandungnya masih duduk di bangku Sekolah

Menengah Umum kelas XI di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta.

Subjek termasuk orang yang mudah bergaul, hal ini dapat dilihat

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bergaul, subjek tidak memilih-milih

orang dengan arti lain bahwa subjek dapat berteman dengan siapa saja.

Bagi subjek semakin banyak teman semakin kita berhasil dalam

kehidupan, sebab dalam kehidupan kita tidak bisa selalu bersikap individu

karena dalam kehidupan, manusia selalu hidup berdampingan serta selalu

membutuhkan keberadaan orang lain.

2. Subjek II: To

Subjek merupakan anak tunggal di keluarganya, asal subjek dari

salah satu kota di Jawa Barat yaitu Bandung. Orang tua beserta keluarga

besar subjek sampai saat ini masih berdomisili di Bandung. Tiga tahun

kemudian subjek berhasil menyelesaikan studinya di Sekolah Menengah


41

Atas dan memutuskan untuk kuliah di kota Yogyakarta. Saat ini subjek

terdaftar sebagai mahasiswa tingkat awal Universitas Atma Jaya

Yogyakarta Fakultas Ekonomi.

Aktivitas keseharian subjek selalu bersama dengan teman-teman

dan sahabat-sahabatnya. Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

relasi sosialnya subjek sangat mudah bergaul dan mempunyai banyak

teman. Subjek termasuk orang yang tidak suka memilih-milih orang untuk

menjadi teman dan mudah untuk kenal serta dekat dengan orang lain.

Selain bisa dan cepat dekat dengan orang lain, subjek juga dikenal orang

yang suka membantu teman-temannya yang sekiranya membutuhkan

bantuan.

3. Subjek III: Ra

Subjek berasal dari kota Yogyakarta, dilahirkan dan dibesarkan

di kota Yogyakarta. Subjek tinggal di daerah perbatasan antara kota madya

Yogyakarta dengan kabupaten Bantul. Dilahirkan dari keluarga terpandang

dan masih ada keturunan darah biru dari kraton Yogyakarta. Subjek adalah

anak pertama dari dua bersaudara, saudara kandung subjek seorang

wanita. Saudara kandung subjek menempuh pendidikan di salah satu

Sekolah Menengah Umum favorit di Yogyakarta duduk di kelas XI. Saat

ini subjek menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

mengambil Fakultas Hukum.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari subjek tidak mengalami

kesulitan terutama dalam menjalani relasi sosial. Subjek mempunyai


42

banyak teman entah itu di kampus maupun di luar kampus. Tidak hanya

itu saja dengan tetangga atau dengan orang-orang yang tinggal berdekatan

dengan subjek, hubungan mereka sangat baik. Subjek juga aktif dalam

kegiatan-kegiatan warga, terutama kegiatan yang melibatkan orang muda.

Selain itu juga subjek suka bergelut atau mengikuti organisasi-organisasi,

dengan kata lain subjek sangat menyukai kegiatan yang banyak

berhubungan dengan orang lain.

4. Subjek IV: Tm

Saat ini subjek tinggal bersama orang tuanya, keadaan keluarga

subjek berjalan dengan sangat harmonis. Subjek sejak kecil hidup dengan

orang tuanya dan dalam menempuh studi pun selalu ditempuh di kota

Yogyakarta dan tinggal sekota dengan keluarga. Hubungan antar pribadi di

dalam keluarga berlangsung secara akrab dan akur, baik itu antar anak

yaitu hubungan subjek dengan saudara kandungnya maupun kepada

orangtua yaitu hubungan subjek dengan orangtua. Dalam hubungan

dengan saudara kandungnya, subjek sangat mempunyai kedekatan emosi

walaupun perbedaan usia yang lumayan jauh. Subjek adalah anak pertama

laki-laki yang saat ini memilih kuliah di Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia dan mempunyai adik laki-laki yang masih duduk di

bangku Sekolah Menengah Pertama kelas IX.

Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan lingkungan

disekitarnya, subjek cenderung tidak memiliki kesulitan sama sekali.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, subjek mengakui bahwa


43

subjek mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan. Bahkan di

lingkungan yang belum dikenalnya dan sangat asing sekalipun, subjek

mampu melebur dalam kebiasaan di lingkungan baru tersebut.

Berhubungan dengan adaptasi, subjek juga mudah dalam menjalin

sosialisasi atau menjalin relasi dengan orang-orang baru di lingkungan

yang notabene asing untuknya. Tidak jarang juga subjek meluangkan

waktu untuk pergi bersama dengan teman-temannya.

5. Subjek V: Ne

Subjek adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan merupakan

satu-satunya anak laki-laki. Sedangkan kakak-kakaknya bekerja, dan

sekaligus tinggal di luar kota, dan belum menikah. Saat ini subjek tinggal

di Yogyakarta untuk belajar disebuah perguruan tinggi swasta, perguruan

tinggi yang dipilih yaitu Universitas Kristen Duta Wacana Fakultas Teknik

Informatika. Kedua orang tuanya tinggal di Magetan, ayah subjek bekerja

di sebuah perusahaan swasta dan ibu subjek adalah seorang ibu rumah

tangga yang mempunyai sambilan yaitu membuka toko kelontong.

Sebelum menjalani pendidikan di Yogyakarta, subjek pernah menjalani

pendidikan di salah satu universitas swasta di kota Malang.

Subjek juga aktif terlihat dalam organisasi-organisasi yang

berkembang dikampusnya, termasuk juga subjek juga mempunyai rasa

antusias yang tinggi dalam mengikuti organisasi tersebut. Hal ini juga

dilakukan di Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, subjek

termasuk salah satu anggota yang aktif, dan sering kelihatan dalam
44

kehidupan organisasi, sebab subjek hampir tidak pernah absen dari acara

atau program-program kegiatan yang ada. Pergaulan keseharian subjek

cukup luas, hal ini nampak dalam subjek membina hubungan pertemanan

yang sudah ada. Dalam pergaulannya subjek dikenal sebagai orang yang

tidak banyak omong dan bisa dikatakan subjek termasuk orang yang

pendiam dan terkesan terlalu serius.

6. Subjek VI: On

Subjek adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dan merupakan

satu-satunya anak laki-laki. Sebelum menjalani pendidikan di Yogyakarta,

subjek menjalani pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak sampai

dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum di kota Pontianak.

Saat ini subjek tinggal di Yogyakarta untuk belajar disebuah perguruan

tinggi negeri, sedangkan kedua orang tuanya tetap tinggal di Pontianak.

Saat ini subjek menempuh jenjang pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, mengambil jurusan komunikasi Universitas Gadjah Mada.

Ayah subjek bekerja sebagai pegawai negeri sipil di salah satu instansi

pemerintah, begitu pula ibunya juga seorang pegawai negeri sipil di salah

satu instansi pemerintah yang berbeda dengan ayah subjek.

Saat ini subjek hanya mengikuti organisasi Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya, meskipun demikian subjek termasuk

anggota yang aktif. Pergaulan keseharian subjek tidak begitu luas, hal ini

mungkin dikarenakan bahwa subjek termasuk orang yang tertutup dan

cendrung tidak biasa dekat dengan semua orang. Subjek mempunyai


45

teman-teman dekat dari angkatan yang sama dengan subjek di kampusnya,

dan mempunyai teman dekat juga di Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya.

7. Subjek VII: Ma

Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara. Keluarga

subjek saat ini berdomisili di salah satu kota di Jawa Barat yaitu kota

Bogor. Ayah subjek berasal dari Yogyakarta, dan saat ini bekerja di salah

satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang komunikasi

yaitu P.T. Telkom, sedangkan ibunya berasal dari Kalimantan Tengah

tepatnya Palangkaraya dan saat ini bekerja sebagai pegawai negeri pada

salah satu kantor pemerintahan daerah di kota Bogor. Subjek memiliki

satu adik perempuan, jarak umur mereka tidak terlalu jauh hanya beda dua

tahun. Hubungan subjek dengan kedua orang tua bisa dikatakan

mempunyai hubungan yang sangat baik, meskipun tinggal di kota yang

berbeda, subjek tetap menjaga komunikasi dengan keluarganya.

Saat ini subjek menjalani studi sebagai salah satu mahasiswa

Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, dan saat ini

subjek duduk di semester tiga. Pada dasarnya subjek termasuk orang yang

mudah bergaul dan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang

baru serta terbuka terhadap orang lain. Dengan kata lain dalam

pergaulannya sehari-hari, subjek tidak memilih-milih dalam berteman dan

tidak menutup diri dengan lingkungan sosial. Subjek menganggap dirinya

sebagai orang yang mudah bergaul, periang, dan ceria.


46

D. Analisis Data

1. Latar belakang menjadi anggota Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya

Dunia luar mengenal mobil ber-merk, buatan pabrikan dari

Jepang ini karena memang lumayan diminati, untuk menemani aktivitas

sehari-hari. Hasil wawancara dengan para anggota Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya, secara keseluruhan para anggota

mengungkapkan atau menyatakan bahwa latar belakang menjadi anggota

adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang mobil Mitsubishi. Hal-

hal yang ingin diketahui mengenai mobil Mitsubishi, salah satunya adalah

tentang spare part yang dikenal mahal harganya, dibandingkan dengan

spare part merk mobil Jepang yang lain.

“Yang utama nambah pengetahuan. Nambah pengetahuannya


lebih kepada pengetahuan tentang Mitsubishi itu sendiri, tentang
spare part dari luar ampe dalam, dari yang keliatan ampe ga
keliatan. Soalnya di luar spare part Mitsubishi dikenal mahal dan
termasuk onderdil yang susah nyarinya. Sebelum masuk IdMOC
kan aku nanya dulu ma temenku yang lebih duluan masuk ke
IdMOC, katanya temenku tuh di IdMOC nantinya akan tau seluk
beluk tentang Mitsubishi. Dari sini saya tertarik ikut IdMOC
Jogja, aku mikir ga ada salahnya juga.”
(wawancara: Ma, baris 3-12)

Berkaitan dengan spare part, mobil membutuhkan perawatan

ekstra, berkaitan dengan bagaimana merawat mesin dan

penanggulangannya ketika macet di jalan. Hal ini berhubungan dengan

pengetahuan tentang mesin mobil pada umunya dan lebih spesifik lagi

tentang mesin mobil Mitsubishi.


47

“Tentang mesin, tentang spare part, dan banyak lagi. Sebelum


masuk IdMOC aku buta banget tentang mobil, bisa dikatakan aku
ga tau tentang mesin sama sekali tau nya cuman ganti ban dan
ketika saya masuk IdMOC sedikit banyak sekarang lebih tau
tentang mesin. Paling ga seandainya rusak di bagian ini tau dan
yang jelas bisa paling ga, tau mengantisipasinya. Misalnya lagi
perjalanan jauh, kita ga mengharapkan tapi seandainya terjadi
kerusakan di tengah jalan tau sedikit banyak tau cara
ngantisipasinya, walaupun cuma dikit dan tidak semahir montir.
Yang jelas nambah pengetahuan tentang Mitsubishi pada
umumnya. Maksudnya ya aku lebih banyak tau tentang spare
part ini itu dari yang sepele ampe yang rumit contohnya tentang
mesin Mitsubishi itu sendiri. Selain itu juga banyak tau tentang
bengkel yang bagus dimana, semisal rusak ini bengkel yang
bagus dimana gitu. Apalagi mobil Misubishi kan agak susah
maksudnya spare part-nya tergolong mahal, kalo ga jeli kan bisa
miskin karena Mitsubishi. Bagi aku nambah pengetahuanya itu,
lain dari itu aku nambah pengetahuan juga diluar yang aku
pelajari di kampus. Kebetulan kan aku anak ekonomi dan disana
pasti ga belajar masalah mesin ya aku belajar laen disini.”
(wawancara: Tm, baris 15-37)

Mayoritas orang yang menggunakan mobil adalah orang-orang

strata sosial menegah keatas. Bagi orang tua yang mempercayai anaknya

untuk menggunakan mobil untuk rutinitas sehari-hari, pastinya orang tua

mempunyai mobil lebih dari satu, dan hal ini berhubungan langsung

dengan ekonomi keluarga yang mendukungnya. Remaja yang

menggunakan mobil akan sangat mempengaruhi gaya hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

“Aku ngarasa juga tambah pengetahuan dalam artian begini


orang punya mobil kan pasti ekonominya lancar paling gak
menengah keatas, kalo aku ekonomi menengah tapi kebetulan
punya mobil. Gini, aku dapat pengetahuan tentang gaya hidup
orang bermobil.
Maksudnya gini temen di IdMOC itu punya gaya idup yang
berbeda, walaupun sama-sama punya mobil. Ada temen IdMOC
itu yang ga bisa idup kalo ga pake mobil, mungkin karena dari
kecil naek mobil terus, tetapi ada juga yang lebih seneng pake
motor, dia cuman pake mobil kalo lagi ngumpul bareng IdMOC
48

ma kendala cuaca misalnya mo kuliah ujan. Menurutku itu


sebuah gaya idup atau life style orang pake mobil. Selain itu juga
ada temen-temen yang modif mobilnya yang semunya di modif
luar dalam pokoknya. Ada juga yang puas dengan performa
standard dari Mitsubishinya juga.” (wawancara: Ra, baris 15-30)

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa dipisahkan dari

orang lain, itu pun terjadi dalam kehidupan berorganisasi atau dalam

sebuah komunitas. Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya,

mempunyai anggota yang mayoritas remaja dan dapat menjadi tempat atau

sarana untuk memperluas relasi dalam mencari teman. Organisasi menjadi

tempat untuk berkumpul dan bertemu dengan orang-orang yang

sebelumnya belum dikenal.

“Yang utama, kalo yang laen tambah temen soalnya yang aku
cari di IdMOC sebenarnya informasi yang berhubungan dengan
mobil tapi kalo organisasi kaya gitu kan pasti banyak anggotanya
otomatis disitu aku akan kenal banyak orang dan aku selama
menjadi anggota aku banyak mengenal orang-orang yang bener
baru dengan berbagai latar belakang budaya, latar belakang
pendidikan, dari yang muda ampe yang tua pokoknya banyak.”
(wawancara: On, baris 23-30)

Latar belakang menjadi anggota lebih kepada mencari informasi

tentang mobil Mitsubishi. Informasi dalam hal ini berkaitan dengan

pemeliharaan mobil yang berhubungan dengan spare part, selain itu juga

menambah informasi tentang mesin Mitsubishi itu sendiri. Selain

berhubungan dengan spare part dan mesin, hal lain yang mendasari adalah

keinginan untuk menambah teman sehingga dapat memperluas relasi

sosialnya.
49

2. Pandangan tentang kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club

(IdMOC) Yogya

Wawancara ini mengungkapkan adanya pengaruh kelompok di

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Kelompok sedikit

banyak memberikan pengaruh kepada anggota, pengaruh ini lebih kepada

keinginan untuk memodifikasi mobil. Pengaruh ini muncul karena melihat

mobil teman yang lain yang sudah di modifikasi, oleh karena itu

memunculkan keinginan teman yang lain untuk memodifikasi mobilnya.

“Itu pasti aku pribadi merasa terpengaruh, itu kalo menurut aku
segi emosional. Segi emosional pasti ada akan terpengaruh
kebawa pasti. Dari ngumpul-ngumpul bincang-bincang mobil,
buka kap mobil, buka ini itu, pasti kebawa kesitu ingin modif
pasti itu secara ga langsung keinginan kearah itu pasti ada. Ada
juga ketika pas ngeliat misalnya tapemu bagus, jadi pengen, bisa
dikatakan untuk urusan modifikasi 80%-90% dari temen.”
(wawancara: To, baris 112-119)

Kelompok memberikan dampak positif yang bermacam-macam

kepada anggota. Dampak positif yang sangat dirasakan oleh para anggota

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, yang anggotanya

mayoritas remaja ini. Hal positif yang dominan lebih kepada mendapat

informasi tentang Mitsubishi, dan bertemu lebih banyak orang sehingga

dapat memperbanyak teman dan relasi.

“Kalo saya seh lebih banyak positifnya. Positifnya lebih kepada


saya dapat teman banyak, yang lain banyak dapat informasi
tentang mobil itu sendiri khususnya mobil Mitsubishi, mungkin
lebih ke itu untuk dampak positifnya.”
(wawancara: Ne, baris 186-189)

Selain memberikan dampak positif kelompok juga memberikan

arti yang negatif bagi anggota. Ketika pertemuan susah untuk izin, dan
50

harus mengikuti acara malam tersebut sampai selesai, sehingga hal ini

menyebabkan kurangnya jam istirahat dan kurangnya berkumpul dengan

teman-teman lain.

“Kalo negatifnya mungkin badan capek ya, kalo udah ngumpul


susah untuk pulang pasti ngikut, pergi ke hiburan malem,
clubbing juga harus ikut ya itulah efek negatifnya kebawa kesitu.
Ya. Siang aku gunain untuk kerja ato kuliah, kalo pas malem
kumpul ma mereka, yang dulunya pergi kesana-kesini ma temen-
temenku pa istirahat, sekarang kumpul ma IdMOC. Ya pasti ada
beberapa temen akrab yang ga pernah ketemu.”
(wawancara: To, baris 137-145)

Sedikit banyak kelompok memberikan pengaruh kepada anggota,

pengaruh ini bisa dilihat dari berbagai macam sisi dan bisa menjadi

pengaruh yang positif atau pun negatif. Sejauh ini pengaruh yang ada

dalam Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya bisa

dikatakan positif karena hanya sebatas ingin memodifikasi karena melihat

mobil teman yang telah di modif. Dalam kehidupan berorganisasi atau

berkelompok selain ada sikap saling mempengaruhi, juga terdapat dampak

positif dan negatif dari kehidupan organisasi tersebut. Hal ini sangat

bersifat subjektif karena setiap manusia bisa berpendapat dan bisa saling

bertolak belakang. Orang bisa berpendapat bahwa hal tersebut merupakan

dampak positif, tetapi tidak menutup kemungkinan orang lain bisa

berpendapat bahwa itu adalah dampak negatif.

3. Relasi dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya

Sifat kekeluargaan dan saling memiliki antara anggota satu

dengan anggota yang lain terjalin antar anggota. Kedekatan-kedekatan


51

antar anggota ini tidak hanya sekedar kenal dan pada akhirnya menjalin

relasi, tetapi lebih kepada kedekatan yang sifatnya afeksi yang berupa

saling memperhatikan satu dengan yang lain dan sharing tentang masalah-

masalah yang sifatnya pribadi. Perasaan saling mengenal itu membuat

individu merasa nyaman karena mereka merasa tidak berbeda dengan

anggota lain, dalam artian para anggota merasa memiliki organisasi ini,

dan membuat hubungan antar satu dengan yang lain merasa baik sehingga

merasa nyaman dan diterima dalam organisasi. Hal ini juga menjadi sarana

untuk semakin mengenal pribadi satu dengan yang lain.

“Kebersamaan karna kita mungkin dalam hari biasa itu jarang


ketemu satu sama lain, sama IdMOC pun kita jarang ketemu
karena kesibukan masing-masing seperti yang sudah aku katakan
tadi. Karna itu adanya acara semacam ini ada wadah untuk
mempertemukan sekaligus refresing dari kesibukan ato masalah
mereka yang dihadapi selama hari-hari kerja itu. Ya dari itu bisa
dibilang setiap berangkat harus kumpul semua, selain kita
memang telah tergabung sebagai keluarga besar IdMOC. Ya saya
merasa sekali. Bagi saya ngumpul ma temen-temen saat
bepergian jauh bareng bisa sharing, bisa ngobrol-ngobrol lebih
mendalam lagi karena kan sambil nginep biasanya. Dari situ bisa
kumpul dan ngobrol tentang berbagai macam hal, bisa nanya
gimana kabar dan dari situ kita bisa lebih tau tentang karakter
orang juga.” (wawancara: Ra, baris 98-112)

Pergaulan menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam

kehidupan remaja kesehariannya. Mayoritas dari anggota Indonesian

Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya belum mengenal satu dengan

yang lain sebelum mereka bertemu di organisasi ini. Hubungan saling

mengenal dan saling membantu merupakan cara untuk menciptakan

hubungan yang baik dan seakan–akan tidak ada batasan antara anggota
52

satu dengan yang lain. Hubungan relasi yang terjalin antar sesama anggota

membuat para anggota merasa nyaman berada dalam organisasi.

“IdMOC anggotanya banyak dari situ paling ga aku mengenal


baik mereka. Ya nambah temennya lebih kesitu ga hanya temen
kampus ato temen main yang lain, yang jelas di IdMOC banyak
ketemu orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah ketemu
apalagi kenal. Ditambah lagi hubungan antar anggota bagus
jadinya nyaman jalin relasi antar aku ma mereka sehingga hal ini
kalo aku semakin mendukung hubungan relasi antar anggota
IdMOC.” (wawancara: Tm, baris 38-46)

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya menjadi

tempat bertemu para remaja yang mempunyai mobil Mitsubishi. Dari

kebersamaan, tersebut muncul kedekatan-kedekatan, sehingga terbentuk

relasi yang erat. Berdasarkan hal tersebut pada akhirnya membentuk

sebuah rasa percaya satu dengan yang lain, dan membentuk relasi yang

menghasilkan. Pergaulan remaja tidak hanya untuk bersenang-senang,

tidak jarang juga mereka berniat untuk menjalin relasi bisnis untuk

kemudian hari.

“Paling berbincang-bincang. Kalo yang menghasilkan paling


kalo ada yang berbisnis ketemu ngobrol besoknya jadi. Misalnya
ada yang berbisnis bengkel trus ada yang berbisnis show room
mobil, akhirnya gara-gara di IdMOC kenal, sampai sekarang itu
bisnisnya masih jalan. Kalo ada mobil-mobil yang perlu
diperbaikin atau perlu direkondisi masuknya bengkel sama temen
itu. Dari pembicaraan bercanda-bercanda itu ada kaitannya.
Kelanjutan dari itu yang aku tahu situ punya duit aku punya duit,
kalo ga situ modal aku punya keahlian, punya pengetahuan,
punya teman yang bisa bantu. Jadi permodalan itu turun ke dia,
dan dia yang menjalankan, sebatas yang aku tahu itu yang lain
aku ga tau.” (wawancara: To, baris 77-89)

Dalam kehidupan berorganisasi atau berkelompok pasti akan

bertemu dan mengenal banyak orang. Relasi antar anggota bisa dikatakan
53

menjadi sesuatu hal penting, saling mengenal antar anggota satu dengan

anggota yang lain seperti menjadi sebuah keharusan. Saling mengenal

antar anggota bisa dikatakan menjadi salah satu faktor untuk membentuk

kekompakan yang nantinya melahirkan sebuah organisasi yang solid.

Hubungan kedekatan yang berawal dari saling mengenal tersebut tidak

hanya sebatas mengenal tetapi menjadi hubungan yang saling

memperhatikan satu dengan yang lain.

4. Perilaku dalam kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya

Keaktifan dari semua anggota Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) Yogya dapat dilihat dari kegiatan yang mereka lakukan,

dan dapat menggambarkan kehidupan berkelompok atau konformitas yang

sangat kental. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan rutin mingguan yang diisi

dengan berbincang-bincang, putar-putar kota, membicarakan masalah

organisasi, dan lain-lain, semua kegiatan tersebut dilakukan secara

berkelompok.

“Ya yang sering kami lakukan itu ngobrol trus selingannya


minum kopi, nonton band, menikmati lalu lintas kota malam hari,
udara dingin kota jogja, dan laen laen. Intinya komunikasi antar
anggota.
Yang diobrolin umum, dalam artian tentang berbagai macam hal.
Yang pasti ngobrolin mobil itu pasti ada, ada juga yang ngobrolin
masalah kuliah, trus ada juga yang ngobrolin tentang kerjaan,
kebetulan anak IdMOC ada juga yang udah bekerja jadinya
mereka ngomongin kerjaan. Kalo ada yang diobrolin kita semua
kumpul di suatu tempat kaya kita ngadain rapat gitu.”
(wawancara: Ra, baris 56-66)
54

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya selalu

mempunyai agenda kegiatan. Peran aktif anggota dalam agenda kegiatan

tersebut sangat diperlukan, karena kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan

seluruh anggota. Agenda kegiatan yang tidak pernah dilupakan adalah

touring dan menjalin relasi yang lebih luas lagi dengan club-club lain. Hal

lain yang tidak dilupakan adalah mengadakan kegiatan sosial untuk

membantu pihak-pihak yang kekurangan.

“Banyak sekali kegiatan-kegitan yang pernah diadain ma IdMOC


yang paling sering touring, kegiatan itu gunanya untuk saling
mengakrabkan diri antar anggota satu dengan anggota yang lain,
trus refresing maklumlah kalo di Jogja trus bosen juga, selain itu
juga bisa jalin silahturahmi dengan IdMOC di kota lain dan jalin
kerja sama antar organisasi IdMOC sendiri serta club-club lain
yang ada di luar kota, untuk nambah temen juga. Trus kegiatan
lain itu baksos untuk korban gempa Jogja- Jateng yang terjadi
taon kemaren, yang lainnya tuh baksos di panti-panti asuhan
yang ada di sekitar kota Jogja. Selain kegiatan yang udah aku
ceritain tadi pernah juga IdMOC tuh ngadain kegiatan arung
jeram di daerah Magelang ma Wonosobo, kegiatan fun rally
untuk ngarayain ultah-nya IdMOC.”
(wawancara: Ma, baris 43-56)

Keaktifan anggota selalu menjadi masalah mendasar dalam

kehidupan oraganisasi, meskipun organisasi selalu mengharapkan

keaktifan dari setiap anggota. Berbagai macam benturan selalu ada dalam

membahas keaktifan setiap anggota. Hal ini sangat berhubungan dengan

kesibukan dan berbagai tanggung jawab yang ada dalam diri setiap

anggota, walaupun begitu kekompakan dalam organisasi masih tetap

terjaga. Sebagai manusia pasti ada berbagai macam kesibukan dan

rutinitas yang menjadi tanggung jawab dalam hidup sehari-hari.


55

“Biasanya juga ga semua anggota ikut, soalnya karena kesibukan


ato rutinitas sehari-hari temen-temen, ada yang kuliah, ada juga
yang kerja, dan laen-laen. Tapi kami biasanya mengusahakan ato
disarankan untuk semua anggota ikut, maksudnya kan kita satu
organisasi kalo banyak yang ga ikut gimana. Apalagi kalo
melibatkan orang-orang ato organisasi ato club mobil laen.
Diusahakan banyak yang ikut lah, walaupun satu mobil diisi 5
orang ato berapa gitu, masalahnya juga ga semua mobil temen-
temen itu stand by, ada juga yang dipakai or-tu kerja. Paling ga
memperlihatkan kalo kita organisasi solid yang anggotanya
kompak.” (wawancara: Ra, baris 86-97)

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, tidak

memberi batasan kepada anggota-anggotanya untuk mencari teman

sebanyak-banyaknya. Anggota diperbolehkan mengembangkan diri

dibanyak tempat termasuk menjadi anggota dari club-club mobil lain.

Dengan kata lain Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

tidak mengekang anggotannya dalam menjalin relasi dengan orang lain,

melalui keikusertaannya ke kelompok lain.

“Tidak, banyak kok yang ngrangkep. Ikut di Mitsubishi ikut lagi


di tim lain, ikut lagi di tim lain, bebas tidak ada peraturan
semacam itu kok di IdMOC. Aturannya cuman mobilnya harus
Mitsubishi segala merk, segala model tapi merknya harus
Mitsubishi.” (wawancara: To, baris 72-76)

Agenda kegiatan organisasi sangat bervariasi dan bermacam-

macam, hal ini mempengaruhi perilaku-perilaku anggota. Kehadiran

anggota selalu diharapkan dalam kegiatan tersebut, sebagai wujud

keaktifan anggota secara langsung. Kebebasan individu juga sangat

dihormati dalam kelompok, dengan tetap memperbolehkan beraktivitas

dan mengembangkan diri dalam organisasi lain atau tempat lain dimana

individu tersebut dapat dan mampu mengembangkan diri.


56

E. Pembahasan

Kelompok menurut Santrock (1998) adalah kelompok-kelompok

remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota-anggota kelompok

bertemu karena minat dan kesenangan yang sama. Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya merupakan salah satu kelompok atau

organisasi otomotif yang mencoba menyatukan para pecinta mobil Mitsubishi

dari berbagai macam tipe untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Kelompok ini dipertemukan karena minat, dan kesenangan, serta kecintaan

terhadap salah satu merk mobil hasil pabrikan Jepang yaitu Mitsubishi.

Remaja adalah tahap perkembangan yang bisa dikatakan tahap

terpenting dalam hidup manusia, yang mana tahap ini merupakan masa

peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik

yang sangat mencolok. Dapat dikatakan juga bahwa masa remaja atau masa

adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses

pertumbuhannya terutama fisik, dan telah mencapai kematangan (Hartini,

1999). Pada masa ini sering terjadi benturan-benturan dengan teman

sebayanya dan tidak menutupi juga terdapat benturan juga dengan orang tua.

Benturan-benturan tersebut merupakan salah satu cara mencari suatu perasaan

baru yang berupa identitas, mencakup cara hidup pribadi yang dialaminya

sendiri (E.H. Erickson, dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1986).

Pada tahap perkembangan ini sedikit demi sedikit remaja mulai

memisahkan diri dari keluarga, dapat dikatakan juga mulai menjauh dari

keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sering keluar rumah untuk
57

berkumpul dengan kelompoknya. Perkembangan kearah masa remaja diiringi

dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal appearance atau

penampilan diri. Peer group serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya

yang anggota-anggotanya terdiri atas jenis kelamin yang sama maupun

berlainan (Hamalik, 1995). Remaja dalam peer group bisa disatukan karena

hobi yang sama, frekuensi bertemu remaja-remaja tersebut, dll, karena

disatukan faktor-faktor tersebut remaja merasa diterima dan mempunyai

teman dekat.

Banyak hal yang mendasari remaja masuk dan bergabung di

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Salah satunya karena

ingin mendapat informasi tentang seluk beluk mesin Mitsubishi, yang

berhubungan dengan spare part. Hal ini karena spare part Mitsubishi dikenal

mahal dan susah mencarinya, oleh karena itu Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) Yogya sebagai tempat atau wadah yang digunakan untuk

sarana bertukar pikiran para pecinta mobil Mitsubishi. Selain tempat bertukar

pikiran mengenai spare part, Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC)

Yogya juga menjadi tempat menambah pengetahuan tentang mesin Mitsubishi

dan bagaimana menanggulangi kerusakan-kerusakan mesin yang mungkin

terjadi.

Remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk

berinteraksi dengan kelompoknya daripada berinteraksi dengan orang dewasa

(Fuhrman, 1990). Frekuensi pertemuan yang sering tersebut memunculkan

berbagai pandangan atau pendapat tentang kelompok. Indonesian Mitsubishi


58

Owners Club (IdMOC) Yogya memberikan inspirasi anggota untuk

mempercantik dengan memodifikasi mobil. Pendapat yang lain tentang

kelompok adalah kelompok memberikan dampak positif dan negatif kepada

setiap anggota, dampak ini lebih kepada subjektif para anggotanya.

Berdasarkan hal tersebut kelompok teman sebaya memberikan pengaruh

dalam kehidupan remaja itu sendiri.

Kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya

menjadi tempat bertemu orang-orang pecinta mobil Mitsubishi. Oleh karena

itu, dalam kelompok ini menjadi tempat untuk menambah teman dan

memperluas relasi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan

Konopka (Agustiani, 2006), masa remaja akhir merupakan masa persiapan

untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Pada masa ini memiliki keinginan

yang kuat untuk diterima dalam kelompok teman sebaya. Keberadaan anggota

ketika berkumpul juga bisa menentukan ada tidaknya keaktifan setiap anggota

dalam organisasi tersebut. Hal ini menjadi salah satu faktor kedekatan remaja

yang sangat kental dalam organisasi ini. Fuligni, dkk (2001) berpendapat

bahwa remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk

berinteraksi dengan kelompoknya daripada berinteraksi dengan orang dewasa.

Remaja sering terlihat berkumpul dengan anggota yang masih

berumur remaja saja dan jarang sekali terlihat berkumpul dengan anggota-

anggota yang mayoritas berumuran dewasa, hal ini berhubungan dengan

faktor teman sebaya. Jika dilihat dari aspek-aspek perkembangan sosial pada

remaja, Czikszentmilhayi (Fuhrman, 1990) mengemukakan pendapatnya


59

bahwa remaja menghabiskan waktunya tiga kali lebih banyak untuk

berinteraksi dengan kelompoknya dari pada berinteraksi dengan orang

dewasa. Berdasarkan pada hal tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa

teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan remaja, salah

satunya remaja merasa lebih dimengerti oleh kelompok teman sebaya dari

pada oleh kelompok orang dewasa.

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya merupakan

salah satu peer group yang disatukan oleh satu faktor yaitu mempunyai

kesamaan hobi yang sama. Kedekatan yang sangat kuat terjadi di organisasi

ini, tercermin dari adanya norma-norma yang harus diikuti bagi semua

anggota, misalnya kehadiran para anggota dalam pertemuan mingguan. Norma

lain yang menyelaraskan hubungan antar para anggota yakni proses

pemecahan masalah yang terjadi dalam organisasi, yang selalu mencoba

diselesaikan secara terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa kedekatan

merupakan tindakan yang sesuai dengan norma kelompok, dan dapat

dikatakan menjadi harmonis ketika ada kesepakatan dengan para anggota

kelompok tersebut (Klopt, 1985).

Program kegiatan yang ada dalam Indonesian Mitsubishi Owners

Club (IdMOC) Yogya sangat beragam, yang tercatat dalam agenda dan

program-program kegiatan tahunan. Kegiatan ini diluar kegiatan mingguan

yang rutin diadakan seminggu sekali pada setiap hari jumat. Salah satunya

kegiatan bakti sosial, pernah diadakan untuk meringankan beban anak yatim

piatu, dilaksanakan pada sebuah panti asuhan. Selain itu juga program
60

kegiatan bakti sosial diadakan untuk meringankan korban gempa bumi di Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Keaktifan setiap anggota sangat

diharapkan, entah dalam pertemuan mingguan atau pun keikutsertaan dalam

program-program kegiatan.

Peraturan yang sudah menjadi norma kelompok ini pada prakteknya

membuat perasaan tidak enak atau pekewuh pada diri anggota yang saat

pertemuan kebetulan berhalangan hadir. Perasaan semacam ini sesuai dengan

salah satu aspek penyebab konformitas yang paling mendasar yaitu aspek

normatif (Deutch dan Gerard, dalam Myers, 1999) yang mana mendorong

terjadinya penyesuaian yang merupakan akibat dari pemenuhan pengharapan

positif kelompok untuk mendapat persetujuan dan penerimaan, supaya disukai

dan terhindar dari penolakan oleh kelompoknya.

Perasaan tidak enak ketika tidak hadir atau tidak kelihatan dalam

pertemuan mingguan atau pertemuan yang lain, juga terdapat aspek

informasional (Turner, 1991) yang mendorong individu menyesuaikan diri

dengan norma kelompok sebagai bukti realitas yang ditawarkan kelompok.

Realitas yang ada bahwa ada penerimaan sebagai anggota kelompok

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya. Selain itu juga

keaktifan anggota juga sangat diperlukan dalam sebuah organisasi. Banyaknya

anggota yang mengikuti pertemuan, kumpulan, dan kegiatan-kegiatan yang

diadakan akan memberikan semangat ber-organisasi yang lebih. Hal positif

lain yang muncul yaitu adanya hubungan mendalam antara anggota, karena

rutinitas dan keseringan bertemu.


61

Faktor-faktor yang menjadi salah satu aspek konformitas yaitu

norma-norma dalam kelompok itu sendiri yang mengharuskan saling

mengenal satu dengan yang lain. Norma tersebut yang akhirnya juga menjadi

aspek konformitas, dari saling mengenal tersebut akhirnya membentuk

perilaku konformitas. Perasaan saling mengenal itu membuat individu merasa

nyaman karena mereka merasa tidak berbeda dengan anggota lain, dalam

artian para anggota merasa memiliki organisasi ini, dan membuat hubungan

antar satu dengan yang lain merasa baik sehingga merasa nyaman dan

diterima dalam organisasi.

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya dapat

dikatakan sebuah organisasi yang mengutamakan kebersamaan. Hal ini dapat

muncul ketika pengambilan keputusan, segala keputusan mengharapkan

adanya peran serta anggota untuk mencapai kata mufakat dan pada akhirnya

ditetapkan oleh ketua. Menurut Asch dkk (dalam Sears dkk, 1994) orang yang

dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat

tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Bila kelompok tidak

bersatu, akan nampak adanya penurunan tingkat konformitas meski hanya satu

orang yang tidak sependapat.


62

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya, merupakan

salah satu perkumpulan otomotif yang masih eksis di Yogyakarta. Diantara

sekian banyak anggota, remaja yang paling dominan dan mayoritas dalam

organisasi ini. Latar belakang remaja bergabung dalam Indonesian Mitsubishi

Owners Club (IdMOC) Yogya lebih kepada mencari informasi tentang seluk

beluk mobil Mitsubishi. Hal lain yang mendasari remaja bergabung adalah

keaktifan anggota untuk mengikuti agenda-agenda kegiatan dalam organisasi

itu sendiri, sebagai wujud perilaku yang dilakukan secara berkelompok

dilandaskan pada norma yang telah disepakati oleh kelompok tersebut.

Kelompok merupakan tempat dimana remaja dapat bertemu dengan teman-

teman dan diakui keberadaannya dalam kelompok.

B. Saran

1. Bagi subjek:

Remaja dalam mencari teman diharapkan dapat memilih teman

atau kelompok yang mempunyai kegiatan yang positif, dengan kata lain

remaja dapat selalu mengembangkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang

positif.
63

2. Bagi penelitian selanjutnya

a. Penelitian ini hanya menggambarkan alasan remaja bergabung dalam

kelompok Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Yogya,

alangkah lebih baik jika penelitian ini dilanjutkan dengan meneliti

apakah alasan remaja bergabung dalam kelompok ini berguna bagi

perkembangan atau kemajuan kelompok.

b. Penelitian ini juga diharapkan dikembangkan dengan menambah

jumlah subjek dengan pembatasan kriteria yang lebih khusus agar

faktor-faktor lain di luar penelitian dapat terkontrol.

c. Perlu persiapan matang sebelum melakukan penelitian kualitatif studi

diskriptif, terutama mempelajari dan mempersiapkan keahlian dalam

menjalankan proses penelitian, sehingga dapat meminimalkan

kekurangan yang berkaitan dengan proses penelitian tersebut.


64

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati, (2006), Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi


Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja,
Bandung: PT Refiika Aditama.

Azwar, S., (1995), Sikap Manusia: Teori dan Pengkurannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Baron, R.A., Byrne, D., (1997), Social Psychology 8th ed, Massachusetts: Allyn
and Bacon.

Bhrem, S.S., Kassin, S.M., (1996), Social Psychology 2nd ed, Boston: Houghton
Mifflin Company.

Chaplin, C.P., (1981), Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan, Jakarta: Rajawali


Press.

Cole and Hall, (1967), Psychology of Adolesence, New York: Holt, Rinehart and
Winston, Inc.

Creswell, John W., (1998), Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Tradition, Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.

Fuhrman, B.S., (1990), Adolescence Adolescent 2nd ed, Glenview Illnois: Scott,
Forresman. Co.

Fuligni, A.J., Barber, B.L., Eccles, J.J., Clements, P., (2001), Early Adolescent
Peer Orientation and Adjusment During High School, Development
Psychology.

Gunarsa, S.D.Dr., Gunarsa, Y.S.D.Dra., (1983), Psikologi Remaja, Jakarta: P.T.


BPK Gunung Mulia.

Hamalik, Oemar, Dr, Prof, (1995), Psikologi Remaja: Dimensi-dimensi


Perkembangan, Bandung: CV. Mandar Maju

Hartini, N, (1999), Remaja dan Lingkungan Sosialnya, Jurnal, Fakultas Psikologi,


Universitas Airlangga.

Hawari, D., (1991), Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidup, (1999), Edisi Juni.


65

Indonesian Mitsubishi Owners Club (IdMOC) Jogja, 23 November 2006, http:


\\www. idmoc. com

Kerlinger, F.N., (1990), Asas-Asas Penelitian Behavior, Terjemahan Bandung R.


S, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kimmel, D.C., Wiener, I.B., (1995), Adolescence: A developmental Transition


2nd ed, New York: John Wiley and Sons, Inc.
Klopt, D.W., (1985), Introducing In Groups, Theory and Practice 2nd ed,
Englewood: Morton Publishing Company.

Mantra, Bagoes, (2004), Filsafat Penelitian Metode Penelitian Sosial,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mappiare, A., (1982), Psikologi Perkembangan Remaja, Surabaya: Penerbit


Usaha Nasional.

Moleong, L.J., (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake


Sarasih.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S. R, (2001), Psikologi


Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Mulyana, Deddy, (2001), Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu


Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.

Myers, D.G., (1999), Social Psycology, International Edition, New York: Mc


Graw Hill, Inc.

Pettijohn, T.F., (1992), Psychology a Concise Introduction 3rd ed, The Dushkin
Publishing Group, Inc.

Poerwandari, E.K., (1998), Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,


Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengkuran dan Pendidikan
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Rakhmat, J., (1996), Psikologi Komunikasi, Bandung: CV Remaja Karya.

Santosa Jaka, S., (1999), Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Asertivitas Pada
Remaja, Jurnal, Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala.

Santrock, J.W., (1998), Life-Span Development. Sixth Edition, Texas: Brown &
Benchmark Publishers.

Sarwono, S.W., (1989), Psikologi Remaja, Jakarta : CV Rajawali.


66

Sears, David O.J.L., (1994), Psikologi Sosial Jilid II, Alih Bahasa: Michael
Ardyanto dan Savitri Soekrisno, Jakarta: Erlangga.

Thornburg, H.D., (1982), Development In Adolescence 2nd ed, California: Brooks


and Cole Publishing Company.

Turner, J.C., (1991), Social Influence 1st ed, California: Brooks and Cole
Publishing Company.

Walgito, B., (1993), Peran Orang Tua dalam Pembentukan Kepercayaan Diri:
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalm Ilmu Psikologi, tidak
diterbitkan, Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM.

Zulkifli, L., (2002), Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


67

DATA WAWANCARA

Verbatim Subjek III Nama : Ra


Umur : 20 tahun

1) Selamat siang?
2) Selamat siang
3) Kapan anda pertama kali bergabung di IdMOC?
4) Kurang lebih akhir 2005.
5) Alasan anda ikut atau tergabung di Id MOC?
6) Kan disitu ketemu banyak orang kan jadinya ya…kalo saya pribadi lebih
kepada menambah pengetahuan, menambah teman, menambah saudara.
7) Tadi anda mengatakan tambah pengetahuan, maksudnya bagaimana?
8) Pengetahuan tuh…lebih kepada pengetahuan tentang mobil Mitsubishi, bisa
tentang spare part ini itu…, nyarinya dimana, bengkel yang bagus dimana.
Semisal ada yang rusak ini…e...e…kebetulan kemaren mobilku abis ada
kerusakan di boss rem cakramnya gara-gara aku bawa ke sarangan ma
temen-temen IdMOC juga. Aku nanya ke mereka dimana bengkel yang
bagus tuk kerusakan ini, yang terjangkau pula harganya. Dari situ kan aku
dapat pengetahuan tentang mobil termasuk juga e…e…spare part, dan
bengkel yang cocok. Aku ngarasa juga tambah pengetahuan dalam artian
begini e…e…orang punya mobil kan pasti ekonominya lancar paling gak
menengah keatas, kalo aku seh…ekonomi menengah tapi kebetulan punya
mobil he…he… Gini…e…e…aku dapat pengetahuan tentang gaya hidup
orang bermobil.
9) Maksudnya?
10) Maksudnya gini e…temen di IdMOC itu punya gaya idup yang berbeda,
walaupun sama-sama punya mobil. Ada temen IdMOC itu yang ga bisa idup
kalo ga pake mobil ya…mungkin karena dari kecil naek mobil terus kali
ya…tetapi ada juga yang lebih seneng pake motor, dia tuh ya…cuman pake
mobil kalo lagi ngumpul bareng IdMOC ma kendala cuaca ya…misalnya
68

mo kuliah ujan. Menurutku itu sebuah apa ya…seperti gaya idup atau life
style orang pake mobil. Selain itu juga ada temen-temen tu…yang modif
mobilnya yang e…e…semunya di modif ya…luar dalam dah pokoknya.
Ada juga yang puas dengan performa standard dari Mitsubishinya juga
seh…
11) Kalo menambah temen, menambah saudara maksudnya gimana?
12) Ya…dari yang sebelumnya belum kenal jadi kenal, maksudnya gini di
IdMOC tuh kan bebas semua orang bisa ikut asalkan dia pake mobil merk
Mitsubishi segala tipe…jadinya disitu kan…banyak kemungkinan
e…e…besar kemungkinan lah…ketemu orang-orang baru disitu.
E…e…karena sering ketemu ya…jadinya akrab.
13) Apakah anda akrab dengan semuanya?
14) Kalo dibilang akrab seh ga juga…kalo bagi aku akrab tuh dah
sahabatan…Akrab seh cuman dengan beberapa orang, tetapi kalo kenal aku
semua kenal. Kebetulan e…e…aku seneng ketemu banyak orang
e…e…seneng juga kenal ma banyak orang. Dari situ kan dapat menambah
temen, menambah saudara.
15) Sejauh manakah anda mengenal mereka, mereka dalam artian anggota
IdMOC?
16) Ya…saya mengenal mereka dengan baek, yang jelas…saya modelnya orang
yang e…e…pengen akrab dengan semua orang ya…paling tidak aku kenal
dia ato aku tau dia, dan dia juga tau ya…sekaligus kenal aku. Kalo untuk
sejauh mananya seh...kalo yang e…e…dah akrab ya…curhat-curhatan kalo
ga akrab cuman kenal ato tau aja seh...ya…paling say hallo aja. Masa dalam
sebuah organisasi ga saling tau ato ga saling kenal gitu…ya…ga enak lah…
17) Apakah anda hanya akrab dengan anak-anak IdMOC hanya pas kumpul
aja, ato diluar jam kumpul juga akrab?
18) Kalo saya pribadi ya…akrab dalam segala situasi. E…e…maksudnya
gini…kalo aku seh…diluar ato ma di IdMOC sama akrabnya ya…namanya
juga teman. Dimanapun kita akrab, kalo pas kumpul jumat malam itu ya pas
jadwal kumpul ma IdMOC itu kan cuma kumpul yang didasarkan kepada
69

e…e…istilahnya kita tuh disatukan oleh keluarga besar IdMOC. Kalo di luar
itu kan kita sebagai person atau pribadi, yang kebetulan kenal di IdMOC
gitu...
19) Apa yang sering anda lakukan ketika berkumpul di IdMOC?
20) Ya…yang sering kami lakukan itu ya…ngobrol trus selingannya minum
kopi, nonton band, menikmati e…e…lalu lintas kota malam hari, udara
dingin kota jogja, dll ya…intinya komunikasi antar anggota lah…
21) Biasanya yang diobrolin itu tentang apa?
22) Yang diobrolin e…e…umum ya…dalam artian tentang berbagai macam hal.
E…e…yang pasti ngobrolin mobil itu pasti ada, ada juga yang ngobrolin
masalah kuliah, trus ada juga yang ngobrolin tentang kerjaan
e…e…kebetulan anak IdMOC ada juga yang udah bekerja jadinya
ya…mereka ngomongin kerjaan. Kalo ada yang diobrolin ya…kita semua
kumpul di suatu tempat gitu ya…kaya kita ngadain rapat gitu lah.
23) Biasanya yang perlu diobrolin itu apa aja?
24) Yang jelas e…e…yang biasanya kita rapatin itu berkaitan dengan kegiatan
atau agenda IdMOC, kan harus disiapin tuh…segalanya. E…e…misalnya
pas e…e...o…ya kita pas mo nyambangi temen-temen IdMOC Semarang itu
kita rapat, waktu itu kita juga mo ngadain gathering sebagai sarana
pengakraban. Ya…kita harus cari hari lah…, nyiapin ini itu ya…banyak
lah…
25) Biasanya kalo gathering itu pergi kemana?
26) Biasanya kami tuh…cari tempat yang bisa dekat dengan alam, ya…ke
Kaliurang kadang juga pergi ke Tawang mangu. Kadang juga kalo ga ke
gunung ke pantai cari suasana baru. Ya…pantai sekitar Jogja dan sekitarnya
seperti e…e…pantai di daerah Wonosari gitu.
27) Selain ngobrol yang dilakuin apa aja?
28) Ya…banyak seh…ya…tadi yang sedikit udah aku critain ya pergi ke kota
tetangga maen ke IdMOC Semarang. Selain itu ya…kegiatan have fun
bareng entah itu cuman IdMOC Jogja aja ato nglibatin temen-temen dari
klub mobil lain, ato IdMOC kota tetangga. Ya…kaya touring pergi kemana
70

gitu…, pernah juga rafting, trus e…e…bakti sosial ke panti asuhan ke


korban gempa juga ya…paling itu. O…ya pernah juga IdMOC ngadain rally
memperingati ultah-nya IdMOC.
29) Kalo ada kegiatan gitu semua anggota ikut?
30) Ga seh...biasanya juga ga semua anggota ikut, soalnya ya…karena
kesibukan ato rutinitas sehari-hari temen-temen, ada yang kuliah lah…ada
juga yang kerja, dan laen-laen. Tapi kami biasanya mengusahakan ato
disarankan untuk semua anggota ikut, ya…gimana ya…maksudnya kan kita
satu organisasi kalo banyak yang ga ikut gimana… Apalagi kalo melibatkan
orang-orang ato organisasi ato club mobil laen gitu... Diusahakan banyak
yang ikut lah…walaupun satu mobil diisi 5 orang ato berapa
gitu…masalahnya juga ga semua mobil temen-temen itu stand by,
e…e…ada juga yang dipakai or-tu kerja. Ya…paling ga memperlihatkan
kalo kita tuh…organisasi solid yang anggotanya kompak gitu…he…he…
31) Tadi anda mengatakan kalo sebaiknya disarankan ato diusahakan untuk
semua anggota ikut itu sebenarnya yang dicari apa?
32) Kebersamaan karna kita kan…mungkin…dalam hari biasa itu jarang ketemu
satu sama lain, sama IdMOC pun tuh kita jarang ketemu karena kesibukan
masing-masing seperti yang sudah aku katakan tadi. Lha…karna itu adanya
acara semacam ini ada wadah untuk mempertemukan sekaligus
ya…refresing dari kesibukan ato masalah mereka yang dihadapi selama
hari-hari kerja itu. Ya dari itu bisa dibilang setiap berangkat harus kumpul
semua, selain ya…kita memang telah tergabung sebagai keluarga besar
IdMOC.
33) Tadi anda mengatakan refresing, sejauh ini setiap bepergian dengan
teman-teman IdMOC anda merasakan ga kalo pergi tuh…bisa buat
refresing?
34) Ya saya merasa sekali. Bagi saya ngumpul ma temen-temen saat bepergian
jauh bareng bisa sharing, bisa ngobrol-ngobrol lebih mendalam lagi karena
kan sambil nginep biasanya. Ya…dari situ bisa kumpul dan ngobrol tentang
71

berbagai macam hal, bisa nanya gimana kabar dan dari situ kita bisa lebih
tau tentang karakter orang juga.
35) Sejauh mana kelompok mempengaruhi anda?
36) Kalo mempengaruhi secara ekstrim seh…ga ada, maksudnya ya…ga sampe
saya terpengaruh sampe aku jadi pribadi yang beda gitu ga… Kalo aku
seh…lebih ngerasa kalo aku tuh independen. Kalo saya bilang saya tidak
terpengaruh oleh kelompok, dan kelompok tidak terpengaruh oleh saya.
37) Maksudnya independen bagaimana?
38) Jadi e…e…tidak ada yang mempengaruhi saya, dalam arti tidak kok terus
yang significant, begitu saya masuk tim tidak kok terus saya jadi seolah-olah
orang yang beda ato merasa lebih wah juga ga. Saya tetap seperti apa adanya
saya, cuma mungkin yang ada perubahan ato berpengaruh waktu kumpul
aja. Ya…mungkin setiap jumat malam kita biasa kemana pergi kemana gitu,
sekarang kita ada jadwal kumpul harus kumpul, mungkin yang
mempengaruhi cuman itu. Setiap bulan mungkin kalo week end mungkin
kita biasa sama keluarga ato ma temen-temen yang lain, saat ini mungkin
kalo ada gathering kita harus menyediakan waktu untuk ikut gathering
IdMOC juga, seperti itu pada intinya kita independen. Hanya dalam hal-hal
tertentu seperti… mungkin yang berpengaruh dalam hal waktu aja,
kebiasaan…dalam arti kebiasaan aja. Ya intinya seh… berubah lebih kepada
rutinitas aja.
39) Untuk pengaruh seperti modifikasi mobil?
40) Kalo pengaruhnya tidak kami semua independent, jadi kami seandainya
ingin memodifikasi mobil berdasarkan apa yang kita mau, apa yang kita
inginkan. Cuman mereka e…e…maksudnya temen-temen IdMOC itu
cuman ngasih masukan, mungkin ini penempatannya kurang tepat sebaiknya
ditempatkan disini aja misalnya. Seperti dulu waktu aku masang knalpot,
saya diberi tau kalo knalpot yang saya pasang kebalik, ya…semacam itu
lah…tapi tidak mempengaruhi hasil modifikasi hanya membenarkan yang
salah aja dalam modifikasi masing-masing orang. Ya…intinya saling
72

memberi masukan aja, ya saling bertukar pikiran masalahnya juga


modifikasi mobil juga ga membutuhkan biaya yang murah juga.
41) Selama menjadi anggota IdMOC apakah anda merasakan dampak positif
ato negatif?
42) Kalo saya seh lebih banyak positifnya. Dalam arti begini kalo aku
seh...sebetulnya negatif itu tergantung orang itu sendiri kita ga bisa nyalahin
team itu. Kita ga bisa nyalahin kumpulan itu negatif yang harus kita salahin
ya…diri kita sendiri, tergantung orangnya sendiri jadi kita ga bisa nyalahin
team itu. Kalo saya manganggapnya seh… ya…seperti saya bilang tadi
dampak positifnya punya banyak temen, pengetahuan lebih luas, wawasan
lebih banyak, pengetahuan juga lebih banyak adanya perkumpulan terebut
dan e…e…umpamanya kita ada event apa trus kita diikut sertakan
merupakan suatu yang positif buat saya kegiatannya, dari pada menyentuh
barang-barang yang tidak diperbolehan oleh pemerintah. Kalo saya merasa
selama ini aku ga merasa mempunyai dampak negatif, yang aku rasakan
saya merasa kalo saya merasa punya banyak keuntungan ikut IdMOC.
73

Penemaan Subjek III

No. Jawaban Subjek Tema


1 Selamat siang.
2 Kurang lebih akhir 2005.
3 Kan disitu ketemu banyak orang kan jadinya, kalo saya Alasan menjadi
4 pribadi lebih kepada menambah pengetahuan, anggota (3-5)
5 menambah teman, menambah saudara.
6 Pengetahuan lebih kepada pengetahuan tentang mobil Pengetahuan
7 Mitsubishi, bisa tentang spare part ini itu, nyarinya tentang spare part
8 dimana, bengkel yang bagus dimana. Semisal ada yang (6-15)
9 rusak ini, kebetulan kemaren mobilku abis ada
10 kerusakan di boss rem cakramnya gara-gara aku bawa
11 ke sarangan ma temen-temen IdMOC juga. Aku nanya
12 ke mereka dimana bengkel yang bagus tuk kerusakan
13 ini, yang terjangkau pula harganya. Dari situ kan aku
14 dapat pengetahuan tentang mobil termasuk juga spare
15 part, dan bengkel yang cocok. Aku ngarasa juga Pengetahuan gaya
16 tambah pengetahuan dalam artian begini orang punya hidup orang
17 mobil kan pasti ekonominya lancar paling gak bermobil
18 menengah keatas, kalo aku ekonomi menengah tapi (15-32)
19 kebetulan punya mobil. Gini, aku dapat pengetahuan
20 tentang gaya hidup orang bermobil.
21 Maksudnya gini temen di IdMOC itu punya gaya idup
22 yang berbeda, walaupun sama-sama punya mobil. Ada
23 temen IdMOC itu yang ga bisa idup kalo ga pake
24 mobil, mungkin karena dari kecil naek mobil terus,
25 tetapi ada juga yang lebih seneng pake motor, dia
26 cuman pake mobil kalo lagi ngumpul bareng IdMOC
27 ma kendala cuaca misalnya mo kuliah ujan. Menurutku
28 itu sebuah gaya idup atau life style orang pake mobil.
29 Selain itu juga ada temen-temen yang modif mobilnya
30 yang semunya di modif luar dalam pokoknya. Ada juga
31 yang puas dengan performa standard dari
32 Mitsubishinya juga.
33 Dari yang sebelumnya belum kenal jadi kenal, Keakraban antar
34 maksudnya gini di IdMOC tuh kan bebas semua orang anggota
35 bisa ikut asalkan dia pake mobil merk Mitsubishi (33-60)
36 segala tipe, jadinya disitu banyak kemungkinan ketemu
37 orang-orang baru disitu, karena sering ketemu jadinya
38 akrab.
39 Kalo dibilang akrab ga juga, kalo bagi aku akrab tuh
40 dah sahabatan. Akrab cuman dengan beberapa orang,
41 tetapi kalo kenal, aku semua kenal. Kebetulan aku
42 seneng ketemu banyak orang, seneng juga kenal
74

43 banyak orang. Dari situ kan dapat menambah temen,


44 menambah saudara.
45 Ya saya mengenal mereka dengan baek, yang jelas
46 saya modelnya orang yang pengen akrab dengan semua
47 orang, paling tidak aku kenal dia ato aku tau dia, dan
48 dia juga tau, sekaligus kenal aku. Kalo untuk sejauh
49 mananya, kalo yang dah akrab curhat-curhatan kalo ga
50 akrab cuman kenal ato tau aja paling say hallo aja.
51 Masa dalam sebuah organisasi ga saling tau ato ga
52 saling kenal ga enak.
53 Kalo saya pribadi akrab dalam segala situasi,
54 maksudnya kalo aku diluar ato ma di IdMOC sama
55 akrabnya namanya juga teman. Dimanapun kita akrab,
56 kalo kumpul jumat malam pas jadwal kumpul ma
57 IdMOC itu kan cuma kumpul yang didasarkan kepada,
58 istilahnya kita tuh disatukan oleh keluarga besar
59 IdMOC. Kalo di luar itu kan kita sebagai person atau
60 pribadi, yang kebetulan kenal di IdMOC.
61 Ya yang sering kami lakukan itu ngobrol trus Aktivitas rutin
62 selingannya minum kopi, nonton band, menikmati lalu (61-72)
63 lintas kota malam hari, udara dingin kota jogja, dan
64 laen laen. Intinya komunikasi antar anggota.
65 Yang diobrolin umum, dalam artian tentang berbagai
66 macam hal. Yang pasti ngobrolin mobil itu pasti ada,
67 ada juga yang ngobrolin masalah kuliah, trus ada juga
68 yang ngobrolin tentang kerjaan, kebetulan anak
69 IdMOC ada juga yang udah bekerja jadinya mereka
70 ngomongin kerjaan. Kalo ada yang diobrolin kita
71 semua kumpul di suatu tempat kaya kita ngadain rapat
72 gitu.
73 Yang jelas biasanya kita rapatin itu berkaitan dengan Program kegiatan
74 kegiatan atau agenda IdMOC, kan harus disiapin tahunan
75 segalanya. Misalnya pas mo nyambangi temen-temen (73-91).
76 IdMOC Semarang itu kita rapat, waktu itu kita juga mo
77 ngadain gathering sebagai sarana pengakraban. Ya kita
78 harus cari hari , nyiapin ini itu.
79 Biasanya kami cari tempat yang bisa dekat dengan
80 alam, ke Kaliurang kadang juga pergi ke Tawang
81 mangu. Kadang juga kalo ga ke gunung ke pantai cari
82 suasana baru. Pantai sekitar Jogja dan sekitarnya
83 seperti pantai di daerah Wonosari.
84 Banyak, tadi yang sedikit udah aku critain, pergi ke
85 kota tetangga maen ke IdMOC Semarang. Selain itu,
86 kegiatan have fun bareng entah itu cuman IdMOC
87 Jogja aja ato nglibatin temen-temen dari klub mobil
88 lain, ato IdMOC kota tetangga. Ya, kaya touring pergi
75

89 kemana, pernah juga rafting, trus bakti sosial ke panti


90 asuhan ke korban gempa juga. Pernah juga IdMOC
91 ngadain rally memperingati ultah-nya IdMOC.
92 Biasanya juga ga semua anggota ikut, soalnya karena Keikutsertaan
93 kesibukan ato rutinitas sehari-hari temen-temen, ada anggota dalam
94 yang kuliah, ada juga yang kerja, dan laen-laen. Tapi kegiatan (92-104)
95 kami biasanya mengusahakan ato disarankan untuk
96 semua anggota ikut, maksudnya kan kita satu
97 organisasi kalo banyak yang ga ikut gimana. Apalagi
98 kalo melibatkan orang-orang ato organisasi ato club
99 mobil laen. Diusahakan banyak yang ikut lah,
100 walaupun satu mobil diisi 5 orang ato berapa gitu,
101 masalahnya juga ga semua mobil temen-temen itu
102 stand by, ada juga yang dipakai or-tu kerja. Paling ga
103 memperlihatkan kalo kita organisasi solid yang
104 anggotanya kompak.
105 Kebersamaan karna kita mungkin dalam hari biasa itu Kebersamaan
106 jarang ketemu satu sama lain, sama IdMOC pun kita antar anggota
107 jarang ketemu karena kesibukan masing-masing seperti (105-120)
108 yang sudah aku katakan tadi. Karna itu adanya acara
109 semacam ini ada wadah untuk mempertemukan
110 sekaligus refresing dari kesibukan ato masalah mereka
111 yang dihadapi selama hari-hari kerja itu. Ya dari itu
112 bisa dibilang setiap berangkat harus kumpul semua,
113 selain kita memang telah tergabung sebagai keluarga
114 besar IdMOC. Ya saya merasa sekali. Bagi saya
115 ngumpul ma temen-temen saat bepergian jauh bareng
116 bisa sharing, bisa ngobrol-ngobrol lebih mendalam lagi
117 karena kan sambil nginep biasanya. Dari situ bisa
118 kumpul dan ngobrol tentang berbagai macam hal, bisa
119 nanya gimana kabar dan dari situ kita bisa lebih tau
120 tentang karakter orang juga.
121 Kalo mempengaruhi secara ekstrim ga ada, maksudnya Pengaruh
122 ga sampe saya terpengaruh sampe aku jadi pribadi kelompok
123 yang beda Kalo aku lebih ngerasa kalo aku tuh (121-157)
124 independen. Kalo saya bilang saya tidak terpengaruh
125 oleh kelompok, dan kelompok tidak terpengaruh oleh
126 saya.
127 Jadi, tidak ada yang mempengaruhi saya, dalam arti
128 tidak kok terus yang significant, begitu saya masuk tim
129 tidak kok terus saya jadi seolah-olah orang yang beda
130 ato merasa lebih wah juga ga. Saya tetap seperti apa
131 adanya saya, cuma mungkin yang ada perubahan ato
132 berpengaruh waktu kumpul aja. Mungkin setiap jumat
133 malam kita biasa kemana pergi kemana gitu, sekarang
134 kita ada jadwal kumpul harus kumpul, mungkin yang
76

135 mempengaruhi cuman itu. Setiap bulan mungkin kalo


136 week end mungkin kita biasa sama keluarga ato ma
137 temen-temen yang lain, saat ini mungkin kalo ada
138 gathering kita harus menyediakan waktu untuk ikut
139 gathering IdMOC juga, seperti itu pada intinya kita
140 independen. Hanya dalam hal-hal tertentu, mungkin
141 yang berpengaruh dalam hal waktu aja, kebiasaan
142 dalam arti kebiasaan aja. Ya intinya berubah lebih
143 kepada rutinitas aja.
144 Kalo pengaruhnya, tidak kami semua independent, jadi
145 kami seandainya ingin memodifikasi mobil
146 berdasarkan apa yang kita mau, apa yang kita inginkan.
147 Cuman mereka, maksudnya temen-temen IdMOC itu
148 cuman ngasih masukan, mungkin ini penempatannya
149 kurang tepat sebaiknya ditempatkan disini aja
150 misalnya. Seperti dulu waktu aku masang knalpot, saya
151 diberi tau kalo knalpot yang saya pasang kebalik,
152 semacam itu, tapi tidak mempengaruhi hasil modifikasi
153 hanya membenarkan yang salah aja dalam modifikasi
154 masing-masing orang. Intinya saling memberi masukan
155 aja, ya saling bertukar pikiran masalahnya juga
156 modifikasi mobil juga ga membutuhkan biaya yang
157 murah juga.
158 Kalo saya lebih banyak positifnya. Dalam arti begini Dampak positif
159 kalo aku sebetulnya negatif itu tergantung orang itu (158-174)
160 sendiri kita ga bisa nyalahin team itu. Kita ga bisa
161 nyalahin kumpulan itu negatif yang harus kita salahin
162 diri kita sendiri, tergantung orangnya sendiri jadi kita
163 ga bisa nyalahin team itu. Kalo saya manganggapnya
164 seperti saya bilang tadi dampak positifnya punya
165 banyak temen, pengetahuan lebih luas, wawasan lebih
166 banyak, pengetahuan juga lebih banyak adanya
167 perkumpulan terebut dan umpamanya kita ada event
168 apa trus kita diikutsertakan merupakan suatu yang
169 positif buat saya kegiatannya, dari pada menyentuh
170 barang-barang yang tidak diperbolehan oleh
171 pemerintah. Kalo saya merasa selama ini aku ga
172 merasa mempunyai dampak negatif, yang aku rasakan
173 saya merasa kalo saya merasa punya banyak
174 keuntungan ikut IdMOC.
77

CODING TEMA

Subjek Tema Kelompok Tema


1 s/d 7 Pengetahuan tentang spare Latar belakang
part
Pengetahuan tentang gaya
hidup orang bermobil
Tambah teman

Pengaruh kelompok Arti kelompok


Dampak positif
Dampak negatif

Kebersamaan antar anggota Relasi


Keakraban antar anggota
Kelanjutan relasi

Aktivitas rutin Perilaku


Program kegiatan tahunan
Keikutsertaan anggota
dalam kegiatan
Keterikatan anggota dalam
kelompok

Anda mungkin juga menyukai