1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Indah Lestari
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muria Kudus
e-mail: indah.lestari@umk.ac.id
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 17
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 18
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
pendapat ini, remaja mau tidak mau harus yaitu kebutuhaan untuk: (1) merencanakan
menyadari bahwa dia harus segera memilih pendidikan pasca sekolah menengah yang
dan mempersiapkan karir yang tepat dengan berorientasi karir, (2) memperoleh
potensi dan kondisinya. ketrampilan umum dalam cakap kerja,
Urgensi bimbingan karir dan adaptasi kerja, dan peningkatan kerja
tuntutan dalam pengembangan karir di sehingga mampu mengikuti perubahan
Indonesia dikarenakan adanya beberapa dunia kerja setelah dewasa, (3) penekanan
fenomena. Fenomena karir tersebut antara pentingnya nilai-nilai kerja, (4)
lain: (a) angka pengangguran masih tinggi, merencanakan cara-cara menyibukkan diri
(b) masih ada dikotomi di masyarakat antara dalam pekerjaan sebagai bagian dari
pekerjaan yang bergengsi dengan tidak, keseluruhan perkembangan karir.
misalnya, masih ada anggapan pekerjaan Untuk memenuhi tuntutan
bertani lebih rendah dari pegawai, (c) kebutuhan karir siswa, perlu dilakukan
muncul banyak SMK yang akan melahirkan pembaharuan layanan bimbingan dan
tenaga kerja menengah dengan keterampilan konseling, terutama dalam pelayanan
tertentu, tetapi masih banyak yang belum bimbingan karir pada tiga aspek penting
memiliki kompetensi standar, (d) lulusan yaitu; perencanaan, pelaksanaan dan
dunia pendidikan kebanyakan menguasai evaluasi. Dalam kehidupan kelak, para siswa
teori tapi minim dalam praktek-pengalaman, tidak hanya memerlukan bekal teori-teori
(e) lulusan dunia pendidikan lebih banyak semata, tetapi juga bekal kemampuan
dibekali dengan komptensi yang sifatnya praktik. Artinya pemenuhan kebutuhan para
hard skill (academic skill dan vocational skill siswa Sekolah menenggah terhadap
berupa pengetahuan dan keterampilan), tapi kecakapan hidup di berbagai bidang adalah
lemah dalam pembinaan kompetensi soft skill hal yang harus terpenuhi. Banyak problem-
(personal skill dan social skill antara lain: problem para siswa Sekolah menenggah
kecakapan dalam mengenal diri sendiri, yang berkaitan dengan persoalan kecakapan
percaya diri, berpikir rasional tanggung hidup yang dimiliki tertinggal dengan
jawab, disiplin, kemauan kerja prestatif, alumni-alumni lembaga pendidikan formal
jujur, keterampilan bekerjasama, nilai-nilai lainnya terutama persoalan dengan
yang harus dianut dalam bekerja, perencanaan karir, maka penting kiranya
kemampuan beradapatasi dengan Sekolah menenggah untuk mengembangkan
perubahan, dsb), (f) masih banyak orang layanan bimbingan dan konseling, terutama
yang bekerja sekedar memenuhi kebutuhan bimbingan karir terhadap siswa di SMK
hidup, belum untuk kebahagiaan dan yang berbasis kecakapan hidup (life skills).
kebermanfaatan bagi kehidupan diri dan
masyarakat serta lingkungan, (g) PEMBAHASAN
kebanyakan orang masih mengejar karir 1. Pengertian Karir
yang linier, (h) para siswa memilih Surya (1987, dalam Budiman 2004)
pendidikan lanjut, dan jurusan di Perguruan menyatakan bahwa karir dapat diperoleh
Tinggi belum didasarkan pada orientasi karir melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit;
yang jelas (Moh Surya: 2009). hobi seperti pebulutangkis; profesi seperti
Layanan atau program Bimbingan dokter atau guru; dan dapat diperoleh
karir di Indonesia seharusnya memahami melalui peran hidup seperti pemimpin
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa masyarakat. Menurutnya, bekerja sebagai
dalam perkembangan karir sehingga apapun yang terpenting ditandai oleh
memeiliki keterampilan karir pada saat adanya keberhasilan dan kemakmuran
meninggalkan bangku sekolah. Hoyt (2001) personal dan financial, maka apa yang
mengemukakan ada empat kebutuhan utama
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 19
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 20
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 21
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 22
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 23
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 24
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
vokasional mempunyai dua bagian, yaitu; tertentu, tetapi bermakna kecakapan hidup.
kecakapan vokasional dasar dan kecakapan Pengertian kecakapan hidup disini tidak
vokasional khusus yang sudah terkait semata-mata berarti memiliki kemampuan
dengan pekerjaan tertentu. Kecakapan tertentu saja. Namun siswa atau peserta
vokasional dasar meliputi beberapa hal, didik harus memiliki kompetensi dasar
antara lain : melakukan gerak, menggunakan pendukungnya seperti membaca, menulis,
alat sederhana yang diperlukan bagi semua menghitung, merumuskan dan memecahkan
orang menekuni pekerjaan manual (misalnya masalah, mengelola sumber-sumber daya,
palu, tang, obeng dan lain-lain). Sedangkan bekerja sama dalam tim atau kelompok,
kecakapan vokasional khusus yang mempergunakan teknologi dan sebagainya.
diperlukan bagi mereka yang akan menekuni Life skill menunjuk berbagai ragam
pekerjaan yang sesuai. Prinsipnya dalam kemampuan yang diperlukan seseorang
kecakapan ini menghasilkan barang atau untuk menempuh kehidupan dengan sukses,
jasa. bahagia dan bermartabat di masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan konsepsi dan
antara GLS dan SLS tidak berfungsi secara penggolongan kecakapan hidup, beberapa
terpisah, tetapi melebur menjadi satu hal perlu diperhatikan antara lain :
tindakan individu yang melibatkan aspek 1) Kecakapan hidup merupakan perluasan
pisik, mental, emosional dan intelektual. spectrum isi pendidikan bukan
Konsep life skill di lembaga pragmatisme baru guna
pendidikan merupakan wacana mengakomodasi dan mengantisipasi
pengembangan kurikulum yang telah sejak tuntutan, kebutuhan tantangan dan
lama menjadi perhatian para pakar. Oleh kebutuhan baru yang muncul sebagai
karena itu, dalam rangka pengembangan konsekuensi logis dari berbagai
silabus konsep life skill ini perlu perkembangan yang dihadapi oleh
mendapatkan perhatian khusus, terutama peserta didik atau siswa.
pada mata pelajaran yang menekankan pada 2) Kecakapan hidup bukan sekedar
kecakapan hidup atau bekerja. Dalam penjumlahan bermacam-macam
pengembangan silabus, life skill dimaknai kecakapan yang disebut di atas,
sebagai: melainkan satu kesatuan, kepaduan,
1) Kecakapan apa yang relevan dipelajari keutuhan dan kesenyawaan berbagai
siswa, dengan kata lain, kemampuan kecakapan hidup tersebut. Karena itu
apa yang harus mereka kuasai setelah kecakapan hidup tidak identik apalagi
menyelesaikan kompetensi dasar atau sama dengan kecakapan berpikir dan
standar kompetensi tertentu bernalar, kecakapan akademis,
2) Bahan belajar apa yang harus dipelajari kecakapan sosial, kecakapan personal
sebagai wahana untuk menguasai dan kecakapan vokasional atau
kemampuan tersebut penjumlahan kelima kecakapan
3) Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut. Ini menunjukan bahwa
seperti apa yang harus dilakukan dan di kecakapan hidup perlu dilihat secara
alami sendiri oleh siswa sehingga ia integrative dan holistic.
menguasai standar kompetensi tertentu. 3) Kecakapan hidup bukan berkenaan
4) Fasilitas alat sumber dan belajar dengan kecakapan pisikomotorik
bagaimana yang perlu disediakan untuk anggota tubuh semata, tetapi juga
mendukung ketercapaian standar berkenaan dengan kecakapan berpikir
kompetensi tertentu. dan sikap sosial humaniora yang
Dengan demikian life skill memiliki dibutuhkan masyarakat luas khususnya
makna yang lebih luas dari kecakapan kerja
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 25
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 26
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X
Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 27