Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR REMAJA MELALUI BIMBINGAN KARIR


BERBASIS LIFE SKILLS

Indah Lestari
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muria Kudus
e-mail: indah.lestari@umk.ac.id

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting dalam
Diterima April 2017 siklus perkembangan individu, Karena mengarah pada masa dewasa
Disetujui Mei 2017 yang sehat. Masa ini menunjukkan dengan jelas sifat masa transisi dari
status kanak-kanak menuju dewasa. Banyak masalah yang muncul
Dipublikasikan Juni
pada masa remaja ini, salah satunya masalah kesipana karir. Hal ini
2017
menjadi konsekuensi logis dari perkembangan remaja dimana terdapat
Kata Kunci: tuntutan bagi yang mempersiapkan karir. Permasalahan karir yang
Kematangan Karir, terjadi pada remaja biasanya berkaitan dengan pemilihan jenis
Bimbingan Karir pendidikan, yang mengarah pada pemilihan jenis pekerjaan dimasa
Berbasis Life Skill depan, permasalahan ini sangat penting untuk diperhatikan
Keywords: sehubungan dengan banyaknya kebinggungan yang dialami remaja
dalam menentukan arah karirnya,
Career Maturity,
Untuk memenuhi kebutuhan karir remaja, perlu dilakukan
Career Guidance Based
pemdampingan secara intensif dari tenaga professional seperti
Life Skill konselor dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, kajian
kebutuhan tersebut perlu dikaitkan dengan tuntutan masa kini,
utamanya kurikulum pendiidkan yang berbasis kecakapan hidup (life
skill) yang telah menjadi persoalan mendasar remaja. Untuk itu
diperlukan bimbingan karir berbasis life skill dalam upaya
meningkatkan kematanga karir remaja.
Abstract
Adolescence is a very important phase in the life cycle of individual
development, because lead to a healthy adulthood. This period shows clearly
the nature of the transition from the status of childhood to adulthood. Many of
the problems that arise at this stage, one problem of career. This becomes a
logical consequence of the development of adolescents where there are demands
for those preparing for a career. Career problems that occur in adolescents is
usually associated with the choice of education, which leads to the selection of
the type of work in the future, this problem is very important to note in
relation to the number of experienced by adolescents in determining the course
of his career,
To meet the career needs teenagers, needs to be done pemdampingan
intensively from professionals such as counselors in the provision of guidance
and counseling services, the needs assessment needs to be linked to the
demands of the present, the main curriculum pendiidkan based life skills (life
skills), which has become a fundamental issue teenagers, It is necessary for life
skills-based career guidance in an effort to improve career maturity.
DOI: http://dx.doi.org/10.24176/jkg.v3i1.859
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 17
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

PENDAHULUAN terganggunya kegiatan belajar karena


WHO (1974) menyatakan bahwa berpacaran atau kenakalan remaja lain,
remaja adalah suatu masa dimana individu penggunaan narkoba.
berkembang dari saat pertama kali Permasalahan lain dari remaja yang
menunjukkan tanda-tanda seksual tidak dapat dihindari berhubungan dengan
sekundernya sampai saat ia mencapai karir. Salah satunya masalah kesiapan karir.
kematangan seksual, individu mengalami Hal ini menjadi konsekuensi logis dari
perkembangan psikologis dan pola perkembangan remaja dimana terdapat
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa tuntutan bagi untuk mempersiapkan karir.
serta peralihan dari ketergantungan sosial Hal ini sejalan dengan pernyataan
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang Havighurst (Hurlock, 1980) yang
relatif lebih mandiri (Sarwono, 2004). mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan
Hurlock (dalam Maslihah, 2009) remaja yaitu: (1) Mencapai hubungan baru
membagi masa remaja menjadi dua bagian, dan lebih matang dengan teman sebaya baik
yaitu remaja awal dan akhir. Hurlock (1973) pria maupun wanita, (2) Mencapai peranan
memberi batasan masa remaja berdasarkan sosial pria dan wanita, (3) menerima keadaan
usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 fisik diri dan menggunakannya secara
tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan efektif, dan (4) Mencapai kemandirian
usia tersebut adalah batasan tradisional, emosional. Pada upaya untuk mencapai
sedangkan aliran kontemporer membatasi peranan sosial pria dan wanita dimana di
usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Secara dalamnya terkandung upaya pencapaian
lebih detail dipaparkan bahwa usia remaja karir.
memiliki batasan usia sekitar 11-12 sampai Permasalahan karir yang terjadi pada
dengan 15-16 tahun untuk remaja awal dan remaja biasanya berkaitan dengan pemilihan
remaja akhir sekitar 15-16 sampai dengan18- jenis pendidikan, yang mengarah pada
21 tahun. pemilihan jenis pekerjaan dimasa depan.
Perubahan sosial seperti adanya Permasalahan ini penting untuk
kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk diperhatikan sehubungan dengan banyaknya
berperilaku sebagaimana yang ditunjukan kebingungan yang dialami remaja dalam
remaja membuat penganut aliran menentukan arah karirnya. Tidak hanya itu
kontemporer memasukan mereka dalam kebimbangan karir pada remaja akan
kategori remaja. Banyak permasalahan yang berakibat pada tingkat kematangan
muncul pada masa remaja ini. Masalah yang perkembangan kepribadian.
umumnya dialami remaja muncul sebagai Berbagai strategi dalam upaya untuk
akibat dari adanya perubahan fisik, masalah meningkatkan kualitas individu di Sekolah
sosial, akademik, serta karir. Perubahan fisik Menengah telah dilakukan. Hasil dari usaha
yang terjadi menjadi sumber masalah yang dilakukan masih belum dapat
tersendiri bagi remaja, hal ini terkait dengan dirasakan secara langsung. Siswa di Sekolah
mulai munculnya hasrat seksual yang ingin Menengah Atas yang cenderung masih
terpuaskan seiring dengan matangnya mengalami berbagai masalah. Khususnya
organ-organ seksual. Permasalahan sosial yang berkaitan dengan masalah karir.
yang terjadi pada masa remaja berkaitan Syamsu Yusuf (2000: 195)
dengan hubungan yang lebih akrab dengan menyebutkan perkembangan berpikir pada
teman sebaya baik melalui pertemanan remaja antara lain “dapat memikirkan masa
maupun percintaan. Dalam bidang depan d engan membuat perencanaan dan
akademik, remaja juga kerap mengalami mengeksplorasi berbagai kemungkinan
berbagai permasalahan, misalnya untuk mencapainya”. Maka berdasar

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 18
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

pendapat ini, remaja mau tidak mau harus yaitu kebutuhaan untuk: (1) merencanakan
menyadari bahwa dia harus segera memilih pendidikan pasca sekolah menengah yang
dan mempersiapkan karir yang tepat dengan berorientasi karir, (2) memperoleh
potensi dan kondisinya. ketrampilan umum dalam cakap kerja,
Urgensi bimbingan karir dan adaptasi kerja, dan peningkatan kerja
tuntutan dalam pengembangan karir di sehingga mampu mengikuti perubahan
Indonesia dikarenakan adanya beberapa dunia kerja setelah dewasa, (3) penekanan
fenomena. Fenomena karir tersebut antara pentingnya nilai-nilai kerja, (4)
lain: (a) angka pengangguran masih tinggi, merencanakan cara-cara menyibukkan diri
(b) masih ada dikotomi di masyarakat antara dalam pekerjaan sebagai bagian dari
pekerjaan yang bergengsi dengan tidak, keseluruhan perkembangan karir.
misalnya, masih ada anggapan pekerjaan Untuk memenuhi tuntutan
bertani lebih rendah dari pegawai, (c) kebutuhan karir siswa, perlu dilakukan
muncul banyak SMK yang akan melahirkan pembaharuan layanan bimbingan dan
tenaga kerja menengah dengan keterampilan konseling, terutama dalam pelayanan
tertentu, tetapi masih banyak yang belum bimbingan karir pada tiga aspek penting
memiliki kompetensi standar, (d) lulusan yaitu; perencanaan, pelaksanaan dan
dunia pendidikan kebanyakan menguasai evaluasi. Dalam kehidupan kelak, para siswa
teori tapi minim dalam praktek-pengalaman, tidak hanya memerlukan bekal teori-teori
(e) lulusan dunia pendidikan lebih banyak semata, tetapi juga bekal kemampuan
dibekali dengan komptensi yang sifatnya praktik. Artinya pemenuhan kebutuhan para
hard skill (academic skill dan vocational skill siswa Sekolah menenggah terhadap
berupa pengetahuan dan keterampilan), tapi kecakapan hidup di berbagai bidang adalah
lemah dalam pembinaan kompetensi soft skill hal yang harus terpenuhi. Banyak problem-
(personal skill dan social skill antara lain: problem para siswa Sekolah menenggah
kecakapan dalam mengenal diri sendiri, yang berkaitan dengan persoalan kecakapan
percaya diri, berpikir rasional tanggung hidup yang dimiliki tertinggal dengan
jawab, disiplin, kemauan kerja prestatif, alumni-alumni lembaga pendidikan formal
jujur, keterampilan bekerjasama, nilai-nilai lainnya terutama persoalan dengan
yang harus dianut dalam bekerja, perencanaan karir, maka penting kiranya
kemampuan beradapatasi dengan Sekolah menenggah untuk mengembangkan
perubahan, dsb), (f) masih banyak orang layanan bimbingan dan konseling, terutama
yang bekerja sekedar memenuhi kebutuhan bimbingan karir terhadap siswa di SMK
hidup, belum untuk kebahagiaan dan yang berbasis kecakapan hidup (life skills).
kebermanfaatan bagi kehidupan diri dan
masyarakat serta lingkungan, (g) PEMBAHASAN
kebanyakan orang masih mengejar karir 1. Pengertian Karir
yang linier, (h) para siswa memilih Surya (1987, dalam Budiman 2004)
pendidikan lanjut, dan jurusan di Perguruan menyatakan bahwa karir dapat diperoleh
Tinggi belum didasarkan pada orientasi karir melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit;
yang jelas (Moh Surya: 2009). hobi seperti pebulutangkis; profesi seperti
Layanan atau program Bimbingan dokter atau guru; dan dapat diperoleh
karir di Indonesia seharusnya memahami melalui peran hidup seperti pemimpin
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa masyarakat. Menurutnya, bekerja sebagai
dalam perkembangan karir sehingga apapun yang terpenting ditandai oleh
memeiliki keterampilan karir pada saat adanya keberhasilan dan kemakmuran
meninggalkan bangku sekolah. Hoyt (2001) personal dan financial, maka apa yang
mengemukakan ada empat kebutuhan utama

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 19
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

individu kerjakan dapat disebut sebagai 7) memberikan definisi tentang bimbingan


karir. karir adalah:
Menurut Healy (1982) karir dapat “The process of helping a person to
terjadi pada sepanjang seseorag yang develop and acc ept an integrated and
mencakup sebelum bekerja (preoccupational), adequate picture of himself and of his
selama bekerja (occupational), dan akhir atau role in the world of work to test this
seusai bekerja bekerja (postoccupational). concept againt reality, and to convert it
Lebih lanjut ia menjelaskan posisi into a reality, with satisfaction to
preoccupational merupakan posisi yang sangat himself and to society. “
penting dalam perjalanan karir seseorang, Dari definisi diatas dapat diambil
sebab posisi ini dapat menjadi awal menuju dua intisari terpenting yaitu yang pertama
kesuksesan karir. Artinya, jika pada posisi in bahwa bimbingan karir merupakan proses
individu mengalami kegamangan karir, membantu individu dalam memahami dan
maka ia cenderung mengalami masalah menerima diri sendiri dan yang kedua
dalam menjalani karirnya. Posisi membantu memahami sekaligus
preoccupational yang dimaksud dimulai dari menyesuaikan diri dengan dunia kerja nyata.
orientasi karir, pengambilan keputusan karir Dengan demikian hal yang terpenting dalam
yang diwujudkan dengan adanya pilihan bimbingan karir adalah adanya pemahaman,
pekerjaan tertentu dan memulai karir dalam penerimaan, dan penyesuaian diri baik
bidang pekerjaan tertentu (Healy, 1982). terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
Berdasarkan uraian-uraian tadi, dunia kerja.
maka sesuatu disebut karir jika Yusuf (2008) menyatakan bahwa
mengimplikasi adanya (1) pendidikan yang bimbingan karir adalah bimbingan untuk
diwujudkan dengan keahlian tertentu, (2) membantu individu dalam perencanaan,
keberhasilan, (3) dedikasi atau komitmen, (4) pengembangan, dan pemecahan masalah-
kebermaknaan personal dan financial.Karir masalah karir seperti: pemahaman terhadap
terentang sejak sebelum bekerja, ketika jabatan dan tugas-tugas pekerjaan,
bekerja, dan masa-masa mengakhiri pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
pekerjaan.Karir dapat dipersiapkan pemahaman kondisi lingkungan,
sepanjang kehidupan seseorang (Budiman, perencanaan, dan pengembangan karir,
2004). penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi.
2. Pengertian Bimbingan Karir Dari uraian di atas, dapat
Winkel (2004) menyatakan disimpulkan bahwa bimbingan karir
bimbingan karir adalah bimbingan dalam merupakan upaya bantuan terhadap
mempersiapkan diri menghadapi dunia individu agar dapat mengenal dan
pekerjaan, dalam memilih lapangan memahami dirinya, mengenal dunia
pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta kerjanya, menembangkan masa depannya
membekali diri supaya siap memangku sesuai dengan bentuk kehidupannya yang
jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri diharapkan. Lebih lanjut diharapkan dengan
dengan berbagai tuntutan dari lapangan layanan bimbingan karir, individu mampu
perkerjaan yang telah dimasuki. Berdasarkan menentukan dan mengambil keputusan karir
pengertian tersebut, bimbingan karir bisa secara tepat dan bertanggung jawab atas
bermakna sebagai suatu bantuan yang keputusan yang diambilnya sehingga
diberikan pembimbing kepada yang mereka mampu mewujudkan dirinya secara
dibimbing (siswa) dalam menghadapi dan bermakna.
memecahkan masalah karir (Nugrahawati,
2009). Super dalam Herr & Cramer (1984: 6-

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 20
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

4. Tujuan Bimbingan Karir pendidikan pasca sekolah lanjutan.


Menurut Herr dalam Manhiru j. Mengidentifikasi langkah-langkah
(1992:163-164), tujuan bimbingan karir di yang diperlukan pasca sekolah
sekolah menengah adalah sebagai berikut: lanjutan, terutama waktu serta
a. Menunjukkan hubungan antara hasil prosedur yang dilakukan.
belajar, nilai-nilai, preferensi- k. Membuat suatu estimasi tentang
preferensi, aspirasi-aspirasi sifat-sifat pribadi, prestasi dalam
pendidikan dan karirnya. wawancara okupasional atau
b. Menganalisa kompetensi pribadi pendidikan.
sekarang dengan preferensi karir l. Mengembangkan rencana-rencana
dan mengembangkan rencana- khusus dalam implementasi tujuan
rencana yang akan dilakukan untuk dan rencana karir.
memperkuat keterampilan- Sementara itu, tujuan utama
keterampilan yang dibutuhkan. bimbingan karir menurut Surya (1992)
c. Memegang tanggung jawab dalam adalah membantu individu untuk
perencanaan karir dan konsekuesi- memperoleh kompetensi yng diperlukan
konsekuesinya. agar dapat menemukan perjalanan hidupnya
d. Memenuhi syarat dalam taraf dan mengembangkan karir ang dipilihnya
memasuki pekerjaan dengan secara optimal. Secara rinci tujuan bimbingan
mengambil mata pelajaran yang karir adalah agar individu:
relevan dengan pendidikan a. Memiliki kemampuan intelektual
kooperatif, atau dengan latihan yang diperlukan untuk keberhasilan
dalam jabatan. dalam berbagai aspek kehidupan,
e. Kesiapan memenuhi persyaratan b. Memiliki kemampuan dan
bagi pendidikan pasca sekolah pemahaman, pengelolaan,
lanjutan dengan mengambil mata pengendalian, penghargaan, dan
pelajaran yang diperlukan oleh tipe pengarahan diri,
program dan lembaga yang c. Memiliki pengetahuan atau
diinginkan (perguruan tinggi atau informasi tentang lingkungan
perusahaan). kehidupan,
f. Mengembangkan pengetahuan dan d. Mampu berinteraksi dengan orang
keterampilan- keterampilan yang lain secara efektif,
berhubungan dengan kehidupan e. Mampu mengatasi masalah-masalah
sebagai konsumen. Maksudnya kehidupan sehari-hari,
adalah keterampilan yang f. Memahami, menghayati, dan
berhubungan dengan penggunaan mengamalkan kaidah-kaidah ajaran
secara efektif waktu luang. agama yang berkaitan dengan karir.
g. Secara sistematis, realistis preferensi 5. Kematangan Karir
karir dengan menghubungkan Super (Ilfiandra, 1997:53)
antara hasil belajar dan aktivitas mendefinisikan kematangan karir sebagai
ekstrakulikuler. bentuk kongruensi antara perilaku
h. Mengidentifikasikan alternatif- vokasional individu dengan perilaku
alternatif serta upaya pencapaian vokasional yang diharapkan pada usianya.
tujuan-tujuan pendidikan dan Sedangkan Dillard (1985:32) memberikan
okupasional apabila yang diinginkan pendapat mengenai indikasi kematangan
tidak tersedia. karir, bahwa sikap individu dalam
i. Menggambarkan bentuk-bentuk pembuatan keputusan karir ditampilkan oleh
utama dalam meneruskan tingkat konsistensi pilihan karir dalam satu

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 21
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

periode tertentu. sifat-sifat dan kecenderungan-


Dalam Supraptono (1994:21), kecenderungan hipotesis seseorang
Westbrook menjelaskan bahwa konstruk yang berkaitan dengan keberhasilan
kematangan karir mencakup berbagai dan kepuasan karir; Informasi, yakni
dimensi perilaku baik dalam aspek afektif pengetahuan tentang syarat-syarat
maupun aspek kognitif. Lebih lanjut ia pekerjaan, pendidikan atau latihan,
menyatakan bahwa variabel-variabel seperti dan pengetahuan praktis tentang
kemampuan memecahkan masalah, pekerjaan; Seleksi Tujuan, yakni
perencanaan, kepemilikan informasi nilai-nilai pribadi yang dikejar dalam
pekerjaan, pemahaman diri, dan pekerjaan; Perencanaan, yakni
kemampuan menetapkan tujuan, pada langkah-langkah logis dalam
dasarnya akan mencakup pengetahuan dan pengambilan keputusan karir;
kemampuan dalam domain kognitif dari Pemecahan, yakni pemecahan
kematangan karir. Sedangkan variable lain masalah dalam proses pengambilan
seperti keterlibatan, orientasi, kemandirian, keputusan karir.
minat, ketepatan konsepsi, pada dasarnya Crites (Manrihu, 1986) menyatakan
dapat diklasifikasikan dalam domain afektif bahwa pengukuran kematangan karir
dari dimensi kematangan karir. mengandung dua manfaat yaitu (1) fungsi
Dari uraian diatas, dapat ditarik penelitian, dalam hal ini memungkinkan kita
kesimpulan bahwa kematangan karir pada “mengetes” aspek-asek teoretis da ri
hakikatnya merupakan gambaran kesesuaian perkembangan karir; dan (2) fungsi praktis,
antara individu dengan pekerjaannya serta yakni menyajikan suatu diagnosis tentang
dinamikanya dalam pembuatan keputusan laju dan kemajuan individu, dank arena itu
pilihan pekerjaan. Kematangan karir menyarankan strategi-strategi intervensi
mencakup dua domain yakni domain afektif guna peningkatan perkembangan tersebut.
dan kognitif, sehingga pada proses Menurut Super (Manrihu, 1986) pengukuran
pengukurannya dapat menggunakan kedua karir merupakan usaha menilai kesiapan
domain atau salah satunya, yang disesuaikan individu utuk mengambil keputusan-
dengan tujuan yang ingin dicapai. keputusan yang diperlukan pada saat
tertentu.
6. Indikator dan Model Kematangan Karir Crites dalam (Supraptono, 1994:19)
Dalam penelitian ini, kematangan juga mengembangkan suatu model
karir yang diteliti lebih difokuskan kepada komprehenstif yang ditujukan bagi remaja,
arah karir siswa dikaitkan dengan dimensi dengan merumuskan kematangan karir
sikap dan kompetensi dalam pemilihan karir kedalam empat dimensi, yaitu:
dengan latar belakang keilmuan (jurusan) 1. Dimensi Konsistensi Pemilihan Karir
yang sedang ditekuni.Faktor-faktor Dimensi ini mengandung aspek-
kematangan karir yang dikemukakan Crites aspek kemantapan individu untuk
(Manrihu, 1986) meliputi: mengambil keputusan dalam waktu
a. Sikap. Mengukur sikap-sikap klien yang berbeda; kemantapan dalam
terhadap pemilihan karir, mengambil keputusan atas pekerjaan
kecenderungan-kecenderungan yang dipilihnya; kemantapan dalam
disposisional yang dimanifestasikan mengambil keputusan yang
dalam: Keterlibatan, Independensi, berhubungan dengan tingkat pekerjaan,
Orientasi, Ketegasan, dan kemantapan di dalam memilih
Kompromi. pekerjaan dengan adanya pengaruh
b. Kompetensi. Aspek ini meliputi: keluarga.
Penilaian diri, yakni penilaian dari 2. Dimensi Realisme dalam Pemilihan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 22
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

Karir perencanaan karir, orientasi pilihan


Dimensi ini mengandung aspek karir berhubungan dengan factor
kesesuaian antara kemampuan individu bio-sosial seperti umur dan
dengan pekerjaan yang dipilihnya; kecerdasan.
kemampuan antara keinginan dengan 2) Faktor Lingkungan, yaitu indeks
pekerjaan yang dipilihnya; mampu kematangan karir individu
mengambil keputusan untuk memilih berkorelasi positif dengan tingkat
pekerjaan yang disesuaikan dengan pekerjaan orang tua, kurikulum
sifat kepribadiannya; dan dapat sekolah, stimulasi budaya, dan
menyesuaikan antara tingkat status kohesivitas keluarga.
sosial dengan pekerjaan yang 3) Faktor Kepribadian, meliputi konsep
dipilihnya. diri, focus kendali, bakat khusus,
3. Dimensi Kompetensi Pemilihan niali atau norma dan tujuan hidup.
Pekerjaan 4) Faktor Vokasional, kematangan karir
Dimensi ini memiliki aspek- individu berkorelasi positif dengan
aspek mengenai kemampuan individu aspirasi vokasional, tingkat
dalam memecahkan masalah yang kesesuaian aspirasi dengan ekspetasi
berhubungan dengan pemilihan karir.
pekerjaan, rencana yang berhubungan 5) Faktor Prestasi individu, meliputi
dengan pemilihan pekerjaan; memiliki prestasi akademik, kebebasan
pengetahuan mengenai pekerjaan yang partisipasi dalam kegiatan ko-
dipilihnya; mengevaluasi kemampuan kurikuler dan ekstrakulikuler.
diri dalam hubungannya dengan Dalam Osipow (1983:161), Super
pemilihan pekerjaan; dan menetapkan mengemukakan komponen- komponen
tujuan pekerjaan yang hendak kematangan karir sebagai berikut:
dipilihnya. 1) Orientasi pilihan karir, yaitu berkenaan
4. Dimensi Sikap dalam Pemilihan dengan tingkat kepedulian yang
Pekerjaan ditampakkan oleh individu dalam
Dimensi ini mengandung aspek- masalah karir dan keefektifannya dalam
aspek tentang keaktifan individu dalam menggunakan sumber informasi yang
proses pengambilan keputusan; akurat dalam kaitanna dengan
bersikap dan berorientasi positif pembuatan keputusan karir.
terhadap pekerjaan dan nilai-nilai kerja 2) Informasi dan perencanaan, yaitu
yang dipilihnya; tidak bergantung pada berhubungan dengan informasi yang
orang lain dalam memilih pekerjaan; dimiliki individu tentang pilihan karir,
mendasarkan factor-faktor tertentu tingkat kekhususan rencana pilihan karir
menurut kepentingannya di dalam dan tingkat keterlibatan dalam aktivitas
memilih pekerjaan; dan memiliki perencanaan karir.
ketepatan konsepsi dalam pengambilan 3) Konsistensi, yaitu konsistensi bidang
keputusan. pilihan karir, konsistensi tingkat pilihan
7. Faktor Kematangan Karir karir, dan tngkat konsistendi dengan
Super dalam Illfiandra (1997:56) pilihan karir keluarga.
mengkalsifikasikan faktor-faktor yang 4) Kristalisasi sifat, yang dalam hal ini
mempengaruhi kematangan karir kedalam memiliki beberapa indikator, yaitu minat
beberapa kelompok sebagai berikut: karir, kepedulian terhadap kompetensi
1) Faktor Bio-sosial, yaitu informasi karir, independensi karir, dan
yang lebih spesifik, perencanaan, penerimaan tanggung jawab
penerimaan, tanggung jawab dalam perencanaan karir.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 23
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

5) Kebijakan pilihan karir, yaitu hubungan a) Penghayatan diri sebagai mahluk


antara kemampuan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa, anggota
pilihan karir, minat dengan pilihan kair, masyarakat dan warga negara.
dan aktivitas dengan pilihan karir. b) Menyadari dan menyukuri
8. Bimbingan Karir Berbasis Kecakapan kelebihan dan kekurangan yang
Hidup (Life Skills) dimiliki.
Kecakapan hidup merupakan 2) Kecakapan berpikir rasional (thingking
orientasi pendidikan yang mensinergikan skills) antara lain :
bimbingan karir menjadi kecakapan hidup a) Kecakapan menggali dan
yang diperlukan seseorang, dimanapun ia menemukan informasi
berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun b) Kecakapan mengelola informasi
profesinya. Jadi penerapan bimbingan karir dan mengambil keputusan
berbasis kecakapan hidup (Life Skills) adalah c) Kecakapan memecahkan masalah
bagaimana menyampaikan layanan 3) Kecapan sosial (social skills)
bimbingan karir kepada peserta didik untuk a) Kecakapan komunikasi dengan
mendapatkan kecakapan hidup yang empati (communication skills)
setidaknya membuat para siswa mampu b) Kecakapan bekerjasama
menghadapi kompleksitas permasalahan (collaboration skills)
yang ada dalam lingkungannya kelak. Sedangkan kecakapan hidup yang
Penerapan Bimbingan Karir Berbasis bersifat spesifik atau specific life skills SLS
Kecakapan Hidup (Life Skills) di sekolah adalah kecakapan hidup yang harus dimiliki
merupakan suatu proses penerapan ide, seseorang secara khusus, atau disebut juga
konsep kebijakan, atau inovasi dalam suatu dengan kompetensi teknis. Kecakapan ini
tindakan praktis sehingga memberikan terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu:
dampak, baik berupa perubahan 1) Kecakapan akademik atau kemampuan
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berpikir ilmiah (academic skill). Pada
siswa. dasarnya kecakapan akademik
Secara garis besar penerapan merupakan pengembangan dari
kurikulum berbasis kecakapan hidup (life kecakapan berpikir pada general life skills
skills) dapat dikelompokan menjadi dua, (GLS). Jika kecakapan berpikir pada
yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum GLS masih bersifat umum, kecakapan
(General Life Skills/GLS) dan kecakapan hidup akademik sudah lebih mengarah pada
yang bersifat spesifik (Spesifik Life Skills/SLS). pemikiran bahwa bidang pekerjaan
Kecakapan hidup yang bersifat umum atau yang ditangani memang lebih
GLS adalah kacakapan yang perlu memerlukan berpikir ilmiah. Kecakapan
diperlukan oleh siapapun, baik yang bekerja, ini mencakup:
yang tidak bekerja dan yang sedang a) Kecakapan mengidentifikasi
menempuh pendidikan, kecakapan ini variable dan menjelaskan hubungan
terbagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu: antar variable tersebut.
1) Kecakapan mengenal diri (personal skills) b) Kecakapan merumuskan hipotesis
atau disebut dengan selfawreness. c) Kecakapan merancang dan
Kecakapan mengenal diri ialah suatu melaksanakan penelitian
kemampuan berdialog yang diperlukan 2) Kecakapan Vokasional/kemampuan
seseorang untuk mengaktualisasikan kejuruan (vocational skill). Kecakapan
jati diri dan menemukan kepribadian vokasional lebih cocok bagi siswa yang akan
dengan cara menguasai serta merawat menekuni pekerjaan yang akan
raga dan sukma atau jasmani dan mengandalkan ketrampilan psikomotor dari
rohani. Atau dengan kata lain : pada kecakapan berpikir ilmiah. Kecakapan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 24
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

vokasional mempunyai dua bagian, yaitu; tertentu, tetapi bermakna kecakapan hidup.
kecakapan vokasional dasar dan kecakapan Pengertian kecakapan hidup disini tidak
vokasional khusus yang sudah terkait semata-mata berarti memiliki kemampuan
dengan pekerjaan tertentu. Kecakapan tertentu saja. Namun siswa atau peserta
vokasional dasar meliputi beberapa hal, didik harus memiliki kompetensi dasar
antara lain : melakukan gerak, menggunakan pendukungnya seperti membaca, menulis,
alat sederhana yang diperlukan bagi semua menghitung, merumuskan dan memecahkan
orang menekuni pekerjaan manual (misalnya masalah, mengelola sumber-sumber daya,
palu, tang, obeng dan lain-lain). Sedangkan bekerja sama dalam tim atau kelompok,
kecakapan vokasional khusus yang mempergunakan teknologi dan sebagainya.
diperlukan bagi mereka yang akan menekuni Life skill menunjuk berbagai ragam
pekerjaan yang sesuai. Prinsipnya dalam kemampuan yang diperlukan seseorang
kecakapan ini menghasilkan barang atau untuk menempuh kehidupan dengan sukses,
jasa. bahagia dan bermartabat di masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan konsepsi dan
antara GLS dan SLS tidak berfungsi secara penggolongan kecakapan hidup, beberapa
terpisah, tetapi melebur menjadi satu hal perlu diperhatikan antara lain :
tindakan individu yang melibatkan aspek 1) Kecakapan hidup merupakan perluasan
pisik, mental, emosional dan intelektual. spectrum isi pendidikan bukan
Konsep life skill di lembaga pragmatisme baru guna
pendidikan merupakan wacana mengakomodasi dan mengantisipasi
pengembangan kurikulum yang telah sejak tuntutan, kebutuhan tantangan dan
lama menjadi perhatian para pakar. Oleh kebutuhan baru yang muncul sebagai
karena itu, dalam rangka pengembangan konsekuensi logis dari berbagai
silabus konsep life skill ini perlu perkembangan yang dihadapi oleh
mendapatkan perhatian khusus, terutama peserta didik atau siswa.
pada mata pelajaran yang menekankan pada 2) Kecakapan hidup bukan sekedar
kecakapan hidup atau bekerja. Dalam penjumlahan bermacam-macam
pengembangan silabus, life skill dimaknai kecakapan yang disebut di atas,
sebagai: melainkan satu kesatuan, kepaduan,
1) Kecakapan apa yang relevan dipelajari keutuhan dan kesenyawaan berbagai
siswa, dengan kata lain, kemampuan kecakapan hidup tersebut. Karena itu
apa yang harus mereka kuasai setelah kecakapan hidup tidak identik apalagi
menyelesaikan kompetensi dasar atau sama dengan kecakapan berpikir dan
standar kompetensi tertentu bernalar, kecakapan akademis,
2) Bahan belajar apa yang harus dipelajari kecakapan sosial, kecakapan personal
sebagai wahana untuk menguasai dan kecakapan vokasional atau
kemampuan tersebut penjumlahan kelima kecakapan
3) Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut. Ini menunjukan bahwa
seperti apa yang harus dilakukan dan di kecakapan hidup perlu dilihat secara
alami sendiri oleh siswa sehingga ia integrative dan holistic.
menguasai standar kompetensi tertentu. 3) Kecakapan hidup bukan berkenaan
4) Fasilitas alat sumber dan belajar dengan kecakapan pisikomotorik
bagaimana yang perlu disediakan untuk anggota tubuh semata, tetapi juga
mendukung ketercapaian standar berkenaan dengan kecakapan berpikir
kompetensi tertentu. dan sikap sosial humaniora yang
Dengan demikian life skill memiliki dibutuhkan masyarakat luas khususnya
makna yang lebih luas dari kecakapan kerja

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 25
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

peserta didik dalam berkiprah dalam merealisasikan bimbingan karir dalam


kehidupan sehari-hari. salah satu kegiatan pembelajaran.
4) Kecakapan hidup harus kontekstual,
antisipatif, prospektif dan relevan PENUTUP
secara sosio ekonomis, sosio cultural Bimbingan karir merupakan upaya
dan lain-lain. Dengan kata lain bantuan terhadap individu agar dapat
kecakapan hidup harus membumi dan mengenal dan memahami dirinya, mengenal
akrab dengan masyarakat luas. dunia kerjanya, mengembangkan masa
Oleh sebab itu, analisis kebutuhan depannya sesuai dengan bentuk
masyarakat akan kecakapan hidup akan kehidupannya yang diharapkan, lebih lanjut
sangat menentukan kecakapan hidup diharapkan dengan layanan bimbingan karir,
yang dikembangkan dan dibentuk pada individu mampu menentukan dan
suatu masyarakat lembaga pendidikan. mengambil keputusan karir secara tepat dan
5) Kecakapan hidup mengutamakan bertanggung jawab atas keputusan yang
kinerja dan praksis dari pengetahuan, diambilnya sehingga mereka mampu
kemampuan, sikap dan nilai. Sebagai mewujudkan dirinya secara bermakna.
contoh kecakapan personal Penerapan bimbingan karir berbasis
membutuhkan wujud dan praktik kecakapan hidup (life skill) setidaknya
semangat kerja keras, etos wira usaha, diperngaruhi oleh tiga factor yaitu pertama,
jiwa tahan banting dalam hidup nyata karakteristik bimbingan karir yaitu yang
daripada sekedar pengetahuan tentang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kerja keras, etos wira usaha dan jiwa bimbingan karir dan kejelasannya bagi
tahan banting saja. pengguna di lapangan. Kedua, strategi
Kelima hal tersebut implementasi yaitu strategi yang digunakan
mengimplikasikan bahwa kecakapan hidup dalam implementasi, seperti diskusi profesi,
merupakan kiat dan praksis yang membuat seminar, penataran, lokakarya, penyediaan
masyarakat luas dapat mandiri dan otonom buku bimbingan karir dan kegiatan-kegiatan
dalam menjalani dan mengembangkan yang dapat mendorong pengguna bimbingan
kehidupan sehari-hari yang berubah-ubah karir dilapangan. Ketiga, karakterisitk
dan tidak pasti. penggunakan bimbingan karir yang meliputi
Penerapan bimbingan karir pengetahuan, ketrampilan,nilai dan guru
berbasis kecakapan hidup setidaknya terhadap kurikulum serta kemampuannya
dipengaruhi oleh tiga faktor berikut: untuk merealisasikan bimbingan karir dalam
1) Karakteristik bimbingan karir, yaitu salah satu kegiatan pembelajaran.
yang mencakup ruang lingkup ide baru
suatu bimbingan karir dan kejelasannya
DAFTAR PUSTAKA
bagi pengguna di lapangan.
2) Strategi implementasi, yaitu strategi Creed, Peter A. dan Patton, Wendy A. (2003).
yang digunakan dalam implementasi, Predicting Two Components of Career
seperti diskusi profesi, seminar, Maturity in School Based Adolescents.
penataran, loka karya, penyediaan buku Journal of Career Development 29
bimbingan karir, dan kegiatan-kegiatan (4): pp 277-290.
yang dapat mendorong pengguna Crites, O. John. (1981). Career Conseling:
bimbingan karir di lapangan. Model, Method, and Materials. New
3) Karakteristik pennguanaan bimbingan York: Mc. Graw-Hill Inc.
karir, yang meliputi pengetahuan, Depdiknas. (2008). Rambu-rambu
ketrampilan,nilai, dan guru terhadap Penyelenggaraan Bimbingan dan
kurikulum, serta kemampuannya untuk

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 26
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSBN 2460-1187, Online ISSBN 2503-281X

Konseling Pada Pendidikan Formal. Education Grimes State Office


Jakarta: Depdiknas. Building.
Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Isaacson, L. (1993). Career Information, Career
Planning. Ohio: A Bell & Howell Counseling, and Career Development.
Company. Boston: Ally and Bacon.
Engels, Dennis W., Harris, Henry L. (1999). Kidd, J. M. (2006). Understanding Career
Career Development: A Vital Part Of Counseling Theory: Research and
Contemporary Education. National Practice. Sage Publication.
Association of Secondary Principals Nurihsan, J. dan Sudianto, A. (2005).
(NASSP) Bulletin. Academic Research Manajemen Bimbingan & Konseling di
Library. SMA (Kurikulim 2004). Jakarta: PT.
Healy, Ch. C. (1982). Career Guidance Through Grasindo.
the Life Stages. Los Angeles: Allyn Steven, D. B. and Robert W.L.(2005). Career
and Bacon, Inc. Development and Counseling: Putting
Herr, EL dan Cramer, SH. (1984). Career Theory and Research to Work. New
Guidance and Counseling Through the York: John Wiley & Sons Inc.
Life Span, Boston: Little Brown Super, D. E. (1975). The Psychology of Career:
Company. An Introduction to Vocational
Hodggets, Ivan. (2009). Rethinking Career Development. New York: Harper.
Education in Schools Foundations for Wu, M and Chang, CC. (2009). Relationship
a New Zealand Framework. Journal of Advisory Mentoring to MBA
Career Service. Wellington, New Career Maturity: An Anticipatory
Zealand. Socialization Perspective. Journal of
Hurlock, EB. (alih bahasa, Itiwidayanti dan Career Development 2009; 35; 248. Sage
Sudjarwo, 1980). Psikologi Publication.
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
IOWA Kindergarten Community College.
(2001). Comprehensive and Guidance
Program Development Guide. State of
IOWA. Des Moines; Department of

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 27

Anda mungkin juga menyukai