Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR MATA KULIAH

HORTIKULTURA
Pertemuan ke II dan III
JENIS DAN PROSEDUR PERBANYAKAN TANAMAN
HORTIKULTURA

Oleh: Dr. Juhriah, M.Si

1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan Minggu ke II dan III:
Pokok bahasan pertemuan kedua dan ketiga tentang jenis dan prosedur
perbanyakan tanaman
Sasaran Pembelajaran/Learning objective:

Mahasiswa mampu mengaplkasikan jenis dan prosedur perbanyakan tanaman


hortikultura

c). Perilaku Awal/Entry behavior:

Mahasiswa mampu memahami cara perbanyakan pada tanaman

d). Manfaat Pokok Bahasan:

Setelah mengikuti dan memahami materi bahasan ini maka mahasiswa mampu
mengaplikasikan berbagai jenis dan prosedur perbanyakan tanaman baik tanaman
buah-buahan, sayur-sayuran maupun tanaman hias.

e). Urutan Pembahasan:

Materi secara berurutan akan meliputi:

- Perbanyakan tananaman (makna dan metode perbanyakan )


- Perbanyakan generatif (definisi, syarat benih, dll)
- Perbanyakan Vegetatif alami (umbi, tunas, anakan dll)
- Perbanyakan Vegetatif buatan metode stek, layering, cangkok, penyambungan)
- Penyambungan (grafting dan budding)
- Perbanyakan Tanaman Secara Mikro

11
f). Petunjuk Belajar/instructional orientation:

Pada materi bahasan pertemuan kedua dan ketiga ini mahasiswa memahami
tentang cara memperbanyak tanaman.
II. PENYAJIAN MATERI BAHASAN
a. Uraian Materi bahasan
A. PERBANYAKAN TANAMAN (MAKNA DAN METODE)
Perbanyakan tumbuhan berarti pengulangan dan penggandaan jenis yang
diwujudkan pada terciptanya generasi baru. Secara eksplisit mengandung makna agar
suatu tanaman terhindar dari kepunahan atau mencegah terjadinya erosi genetik.
Kepunahan suatu tanaman merupakan suatu masalah yang serius, karena hal ini akan
mengakibatkan pergeseran keseimbangan alam. Punahnya suatu individu menyebabkan
munculnya kekuatan baru yang mungkin sukar dicari penangkalnya. Kejadian ini sering
terlihat pada letupan populasi hama dan penyakit tanaman. Kelestarian genetik tanaman
harus dijaga dari kepunahan. Keragaman genetik merupakan modal dasar dalam
penciptaan jenis tanaman baru yang mempunyai nilai lebih, misalnya lebih toleran
terhadap lahan kering, lahan masam, lahan alkali, serta jenis lahan bermasalah lainnya.
Aspek perbanyakan/propagasi tanaman merupakan hal yang mendasar dalam
kehidupan manusia. Sebagaimana diketahui, peradaban manusia dimulai sejak manusia
belajar membudidayakan tanaman dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan, baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk hewan ternak piaraannya. Seiring dengan semakin
majunya peradaban, budidaya tanaman tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
pangan saja, namun juga termasuk untuk menjaga keseimbangan kesehatan jasmani dan
rohani, sehingga jenis tanaman yang dibudidayakan bukan hanya tanaman pangan namun
juga tanaman obat-obatan, penyegar, tanaman hias dan sebagainya. Tanaman budidaya
yang ada sekarang ini berasal dari hasil seleksi manusia pada zaman dulu kala, yaitu
dengan memilih jenis yang dapat dimakan, tidak beracun ataupun tidak membahayakan
bagi kesehatan. Seleksi dilakukan terhadap jenis tanaman liar yang pada saat ltu belum
mereka kenal sama sekali. Dengan demikian. ilmu seleksi atau pemuliaan sudah
dilaksanakan sejak berabad-abad tahun yang lalu. Jenis tanaman yang telah terseleksi
tersebut (jenis unggul) tidak akan banyak berfaedah tanpa disertai dengan metode yang
tepat untuk memperbanyaknya. Metode perbanyakan yang kurang benar akan
menghasilkan generasi baru dengan potensi hasil tidak se-perti yang diharapkan oleh
penanamnya. Perbanyakan tanaman bukan hanya mencakup penyediaan bahan tanaman

12
saja, namun juga upaya untuk mengkonservasi sumber genetik serta memantapkan
keturunan tanaman dengan potensi produksi yang tinggi.
Tanaman budidaya yang ada hingga sekarang ini merupakan rekayasa genetik,
yang tidak lain sumber awalnya berasal dari plasma nutfah yang sangat berharga. Pada
era sebelum tahun 1970-an padi yang ditanam di Indonesia berumur lama, sehingga
dalam satu tahun lahan sawah hanya dapat ditanami dua kali saja. Degan munculnya
revolusi hijau yang ditandai dengan perekayasaan genetik, umur padi tersebut dapat
diperpendek, hingga separuhnya. Dengan demikian dalam satu tahun lahan sawah dapat
ditanami padi hingga 3-4 kali.

Metode Perbanyakan Tanaman


Tumbuhan dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu generatif (seksual) dan
vegetative (aseksual). Perbedaan dua metode tersebut terletak pada bahan dipergunakan
untuk perbanyakan. Perbanyakan tumbuhan secara generatif menggunakan biji sebagai
bahan tanam. Biji dalam hal ini disebut benih, yaitu biji yang telah dipilih untuk
digunakan sebagai bahan tanam selanjutnya. Perbanyakan tumbuhan secara vegetatif
menggunakan bahan tanam selain biji (akar, batang, daun atau modifikasinya). ratang
dan daun dalam hal ini umum digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif. Dalam
perbanyakan tanaman untuk menghasilkan bibit bermutu, pada dasarnya tidak
diperkenankan menggunakan biji. Cara perbanyakan yang dianjurkan ialah
menggunakan bahan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dianjurkan hanya apabila
cara lain tidak dapat dilakukan, misalnya pada pepaya, melon, dan sayuran umumnya.
Pemilihan dua cara tersebut (seksual atau aseksual) sangat tergantung pada
beberapa hal: tersedianya bahan tanaman, sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil,
alat atau sarana, serta tujuannya.

B. PERBANYAKAN SECARA GENERATIF/SEKSUAL (DEFINISI,


SYARAT BENIH, DLL)

Pertumbuhan tanaman hingga mencapai saat berbunga terdiri dari tiga masa. Masa
embrio dimulai sejak terjadinya persatuan antara garnet jantan dan garnet betina yang
kemudian menghasilkan embrio (zigot). Masa juvenil diawali sejak perkecambahan biji
sampai menjelang berbunga (masa dewasa). Pada masa ini terlihat pertumbuhan vegetatif
yang sangat dominan. Masa juvenil ini disertai dengan beberapa perubahan bentuk

13
tanaman seperti bentuk daun, karakter pertumbuhan dan kadang-kadang tumbuhnya duri.
Pada masa juvenil tanaman masih belum menunjukkan respons terhadap rangsangan
pembungaan. Masa transisi menjembatani batas antara masa juvenil dengan masa
reproduksi atau masa dewasa (adult stage). Pada masa transisi ini tanaman mengalami
perubahan bentuk daun, kebiasaan tumbuh serta mulai menunjukkan respons terhadap
rangsangan pembungaan. Respons tanaman terhadap perubahan dalam masa transisi ini
berbeda, ada yang lambat dan ada pula yang cepat. Sekalipun masa pembungaan
dikontrol oleh gen, tetapi masa ini dapat pula dipengaruhi dengan perlakuan manipulasi
lingkungan atau dengan perlakuan tanaman khusus.
Tanaman hortikultura yang berasal dari biji akan bersifat:
1. Berakar baik dan berbatang tinggi
2. Bermur panjang dengan pembungaan yang lama.
3. Dapat terjadi penyimpangan dari sifat induk
Untuk menghasilkan biji-biji yang murni dikenal 3 perlakuan isolasi yaitu:
1. Isolasi waktu, yakni dengan mengatur waktu tanam sehingga didapat waktu
berbunga ysng berlainan ehingga tidak terjadi penyerbukan silang.
2. Isolasi tempat, yakni menanam dengan tempat yang berjauhan atau bisa juga di
rumah kaca.
3. Isolasi tanam atau bunga, yakni dengan membungkus bunga agar tidak terjadi
penyerbukan dari sumber serbuk sari yang tidak diinginkan.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi:
1. Biji dalam keadaan hidup (viable)
2. Biji tidak dorman
3. Persayaratan lingkungan untuk perkecambahan terpenuhi
Salah satu syarat lingkungan adalah media perkecambahan, harus memenuhi
syarat:
1. Cukup kompak (firm & dense)
2. Water holding capasity baik/ tinggi
3. Aerasi baik
4. Bebas dari benih gulma, nematoda, jamur, bakteri patogen dan musuh alami
tanaman yg lain
5. Menyediakan unsur hara esensial bagi tanaman.

14
C. PERBANYAKAN VEGETATIF
Perbanyakan vegetatif (aseksual) diperlakukan bagi jenis tanaman yang tidak
menghasilkan biji secara teratur atau sama sekali tidak menghasilkan biji. Perbanyakan
vegetatif menggunakan bagian vegetatif tanaman (akar, batang dan daun), sehingga dari
bagian tersebut akan berkembang menjadi individu baru. Perbanyakan tanaman secara
aseksual diawali dengan pemisahan bagian tanaman non-biji (vegetatif) dan selanjutnya,
penanaman bahan tersebut, misalnya anakan, stek, cangkok, okulasi, umbi dan lain
sebagainya. Tujuan perbanyakan vegetatif:
1. Memperoleh tanaman yang mempunyai sifat seperti induknya.
2. Memperbaiki sifat tanaman yang dikehendaki
3. Mempercepat tanaman untuk berbuah
4. Memperpendek tanaman
Perbanyakan vegetatif dilakukan karena berbagai alasan:
1. Tanaman tidak selalu menghasilkan biji atau sama sekali tidak berbiji
2. Tanaman yang kawin silang jik diperbanyak dengan biji tidak akan serupa
dengan induknya
3. Tanaman yang tidak tahan hama dan penyakit
4. Tanaman bertambah kokoh (jika disambung)
Perbanyakan vegetatif dibedakan atas perbanyakan vegetatif alami dan vegetatif
buatan, keduanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya campur tangan manusia dalam
pelaksanaannya.
1. PERBANYAKAN VEGETATIF ALAMI (UMBI, TUNAS, ANAKAN)

Perbanyakan vegetatif alami yakni peranyakan dengan menggunakan organ


vegetatif yang dapat terbentuk dan tumbuh menjadi atnaman baru meskipun tidak ada
bantuan/campur tangan manusia. Pada beberapa tanaman dapat menghasilkan umbi baik
umbi lapis maupun umbi batang yang dapat dijadikan bahan perbanyakan. Contoh umbi
lapis (bawang merah, kelompok tanaman Amaryllidaceae, Liliacea). Contoh umbi
batang (kentang, ubi jalar).
Tunas adalah Tanaman muda yang tumbuh dari organ bagian atas tanaman induk
dan belum mempunyai akar. Contoh Nenas( Tunas batang, tunas tangkai bunga dll).
Anakan adalah Tanaman muda tumbuh dari organ bawah tanah tanaman induknya
dan memiliki organ vegetatif. Contoh: pisang

15
2. PERBANYAKAN VEGETATIF BUATAN (STEK, LAYERING,
CANGKOK
Perbanyakan vegetatif buatan adalah perbanyakan menggunakan organ vegettif
tu,buhan dan pelaksanaanya dengan bantuan (manusia). Cara perbanyakan bermacam-
macam diantaranya yang disajikan dalam bahan ajar ini adalah stek,
layering/perundukan, garfting/sambung pucuk, budding/sambung tunas atau biasa
disebut okulasi, dan cangkok.

Stek
Stek adalah Potongan organ vegetatif tanaman (stek akar/ sukun, stek batang,
ujung/ ubi kayu, stek daun/ lidah mertua. Stek tanaman ada tiga macam, yaitu stek batang,
stek daun, dan stek akar. Stek batang merupakan bahan yang umum digunakan sampai
saat ini. Stek batang ini dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu ber-kayu keras (hardwood),
setengah keras (semi-hardwood), kayu lunak (softwood) dan golongan herba
(herbaceous).

a. Stek batang, dibedakan atas


Stek Batang Berkayu Keras
Stek batang ini mudah diperlakukan, dapat dikirimkan ke tempat yang jauh serta
tidak atau sedikit memerlukan perlakuan khusus. Bahan stek sebaiknya diambil dari
cabang yang sedang dalam keadaan dorman. Jenis tanaman yang dapat diperbanyak
dengan stek batang adalah anggur, mawar, duku dan sebagainya. Bagian tanaman yang
dapat digunakan untuk stek diambil dari cabang yang sehat, bagian tersebut terletak pada
sisi yang terkena sinar matahari, sehingga cukup mengandung bahan makanan
(karbohidrat) untuk menyediakan makanan pada stek. Bagian pucuk cabang tanaman
mengandung karbohidat rendah, oleh karenanya perlu dibuang. Bahan stek yang baik
diambil dari bagian tengah dan dasar cabang/ranting. Stek tersebut mempunyai
sedikitnya dua mata tunas (dua ruas).
Stek Batang Berkayu Setengah Keras
Stek batang berkayu setengah keras ini biasanya diperuntukkan bagi tanaman yang
berdaun lebar. Beberapa jenis tanaman hias yang biasa diperbanyak dengan macam stek
seperti ini antara lain azalea, camelia dan tanaman buah-buahan seperti jeruk, avokad,
jambu air dan sebagainya. Bagian ujung cabang sisa potongan stek ini dapat juga
dipergunakan sebagai bahan stek, namun harus diletakkan di bawah kondisi pengabutan
.

16
Stek Batang Berkayu Lunak
Stek batang berkayu lunak ini biasanya digunakan pada tanaman yang banyak
mengandung air (sukulen). Stek seperti ini pada umumnya mempunyai pertumbuhan akar
lebih cepat dengan persentase stek berakar lebih tinggi dibandingkan dengan stek dari
tanaman berkayu keras. Pada stek ini biasanya daun dibiarkan menempel pada stek.
Panjang ukuran stek bervariasi dapat 10-15 cm atau tergantung pada jenis tanamannya.
Stek BatangTanaman Herba
Stek tanaman herba atau semak biasa dilakukan pada tanaman yang banyak
mengandung air atau sukulen dan lunak, seperti tanaman coleus, krisan, dan kaktus pagar
(sesuru). Pada umumnya tanaman bunga-bungaan (hias) dapat diperbanyak dengan stek
batang.
b. Stek Daun
Bagian daun yang dapat dipergunakan untuk bahan perbanyakan tanaman ialah
berupa helaian daun atau helaian beserta tangkai daunnya. Akar dan batang tumbuh pada
bagian daun yang terpotong, sedangkan bagian daun itu sendiri tidak berkembang
menjadi tanaman baru. Contoh tanaman yang sangat mudah diperbanyak dengan stek
daun adalah tanaman Sansivieria, Begonia, dan Kalanchoe. Bagian daun tanaman
tersebut dipotong menjadi 2-4 bagian secara memanjang dan kemudian disemaikan
sepertiganya didalam media pasir. Tanaman baru akan muncul pada bagian dasar stek.
c. Stek Akar
Hal yang perlu diperhatikan dalam stek akar ini adalah jangan sampai
penanamannya terbalik. Bagian pangkal akar (dekat dengan batang) harus terletak di atas
dan bagian ujung akar di bawah atau lebih tinggi daripada bagian bawahnya. Biasanya
stek akar ini disemaikan sejajar permukaan tanah atau sedikit masuk ke dalam
tanah/media. Tanaman apel, sukun, albisia, dan beberapa jenis tanaman hias biasa
diperbanyak dengan stek akar ini.
Penggunaan hormon perakaran adalah untuk meningkatkan keberhasilan stek
berakar, mempercepat perakaran, serta untuk meningkatkan kualitas akar adventif,
termasuk keseragaman tumbuhnya akar. Stek tanaman yang mudah membentuk akar
tidak memerlukan bantuan hormon. Hormon perakaran sintetis yang sering digunakan
adalah asam indol-3 butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA). IBA kemungkinan
merupakan bahan yang terbaik, karena tidak menimbulkan keracunan sampai pada
konsentrasi tinggi, serta dapat mendorong perakaran pada kebanyakan stek tanaman.
Pemakaian hormon ini dapat berupa tepung, pasta atau dalam bentuk cairan/larutan.

17
Apabila hormon tersebut dipergunakan dalam bentuk tepung atau pasta, maka sesudah
dasar stek disentuhkan pada hormon tersebut harus segera ditanam. Untuk menghindari
hilangnya tempelan tepung tersebut dari dasar stek, maka stek ditanam ke dalam lubang
kecil yang dibuat pada media tanam dengan ujung jari atau tugal sebelum stek tersebut
disemaikan. Jika hormon dalam bentuk cair (larutan) maka dasar stek dicelup atau
direndam dalam larutan. Stek tanaman direndam ke dalam larutan hormon dengan dosis
tertentu selama kurang-lebih 30 menit hingga 24 jam sebelum disemaikan. Konsentrasi
larutan berkisar antara 20 ppm untuk stek yang mudah berakar hingga beberapa ribu ppm
bagi stek yang sukar membentuk akar.
Layering/Perundukan
Perundukan dilakukan pada tanaman yang sulit di stek, seperti jambu monyet, apel
dan tanaman hias. Perbanyakan ini dilakukan dngan cara merundukkan cabangnya
kemudian ditimbun tanah tipis-tipis. Setelah mata tunas pada tiap buku batnag tumbuh
dan tunasnya keluar, barulah cabang tersebut dipotong dan dijadikan bibit.
Perundukan merupakan metode propagasi tanaman dengan mendorong
pertumbuhan akar adventif pada bagian tanaman (cabang) yang belum
dipisahkan/dipotong dari pohonnya.. Dibandingkan dengan teknik propagasi lainnya,
teknik perundukan ini memberikan hasil yang tertinggi. Hal ini disebabkan karena suplai
air dan bahan mineral ke bagian tanaman masih tetap berlangsung. Akan tetapi tidak
semua jenis tanaman dapat diperbanyak dengan cara ini.
Terbentuknya akar pada perundukan ini tampaknya berkaitan dengan perlakuan
pengeratan pada bagian batang/cabang yang menyebabkan terganggunya translokasi
karbohidrat, zat tumbuh dan Iain-lain bahan kimia dari daun dan ujung tanaman ke bawah
seperti pada cangkokan. Material ini terakumulasi di dekat daerah cabang yang
diperlakukan/terlukai, sehingga merangsang pembentukan akar.
Keuntungan yang utama dari perundukan adalah pohon induk menyediakan bahan-
bahan penting seperti karbohidrat, hormon tumbuh, air dan lainnya kebagian yang
dirundukkan. Pengerjaannyapun mudah, tidak banyak membutuhkan tenaga dan
keberhasilannya tinggi.
Pembentukan akar adventif dalam perundukan ditentukan oleh beberapa faktor, di
antaranya kelembapan media, temperatur media, dan aerasi.
Cangkokan
Cangkok dibuat dengan mengerat melingkar cabang/dahan tanaman pada jarak 3-
4 cm, kemudian melepaskan kulit kayu antara keratan. Kemudian luka dibersihkan

18
lendirnya, lalu ditutup dengan media tanah dan selalu dijaga kelembapannya. Pekerjaan
mencangkok ini dilakukan pada musim hujan, mulai bulan November kemudian dipanen
setelah 3-4 bulan berikutnya.

D. PENYAMBUNGAN (GRAFTING DAN BUDDING)


Metode lain perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan adalah penyambungan.
Propagasi secara sambung merupakan salah satu upaya menggabungkan dua tanaman
atau lebih yang kemudian hasil sambungan tersebut tumbuh menjadi satu tanaman.
Tanaman yang sebelah atas disebut entris atau batang atas scion), sedangkan tanaman
bagian bawah disebut onderstam atau batang bawah (rootstock).
Perbedaan antara sambung pucuk (grafting) dengan sambung tunas/okulasi
(budding) terletak pada jumlah mata tunas yang digunakan. Pada sambung pucuk
biasanya batang atasnya mempunyai mata tunas dua atau lebih dan menyambungannya
dengan menyertakan bagian kayunya. Sedangkan pada okulasi, batang atasnya hanya
terdiri dari satu mata tunas dan cara penyambungannya tidak menyertakan bagian
kayunya atau kalau ada kayunya hanya sedikit saja.
Pertimbangan Propagasi Tanaman dengan Cara Sambung
Propagasi dengan cara sambung dilakukan pada tanaman yang sukar/tidak dapat
diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan atau dengan cara cangkok.
Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar/tidak dapat diperbanyak dengan
stek, rundukan, anakan dan cangkokan, tetapi mudah dilakukan penyambungan (enten)
misalnya pada manggis, blimbing dan lain sebagainya. Banyak jenis tanaman buah-
buahan seperti jeruk, mangga, durian dan sebagainya mempunyai perakaran yang kurang
dapat mendukung penampilannya, sehingga memerlukan pendukung yang berupa batang
bawah agar lebih produktif. Hingga saat ini telah tersedia beberapa jenis tanaman untuk
batang bawah yang toleran dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan. Ada jenis tanaman batang bawah yang dapat meningkatkan kualitas
panen, mengatur bentuk tanaman sehingga menjadi lebih pendek (kerdil) terhadap batang
atasnya. Tanaman yang kerdil memungkinkan untuk meningkatkan populasi per satuan
luas, sehingga hasilnya pun dapat ditingkatkan, misalnya pada apel, jeruk, mangga dan
sebagainya.
Jenis tanaman batang bawah ada dua macam, yaitu yang berasal dari semai
(generatif) dan dari tanaman vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) memang
lebih menguntungkan dalam hal jumiah, dan pada umumnya tidak membawa virus dari

19
pohon induknya, dan sistem perakarannya lebih bagus serta kuat, kelemahan batang
bawah asal biji yaitu ketidakseragaman genetiknya. Hal ini wajar mengingat biji gene-
ratif tersebut mengandung dua sumber genetik yang berbeda pewarisannya dari induk
jantan dan betina. Variasi genetik dari batang bawah ini dapat mempengaruhi penampilan
tanaman batang atas setelah ditanam di kebun, seperti keseragaman tumbuh,
keseragaman berbunga, ketahanan hama dan penyakit tanaman. Seleksi yang hati-hati
terhadap batang bawah asal biji harus dilakukan dengan secermat mungkin.
Pada tanaman yang bersifat poliembrioni seperti tanaman jeruk, bibit nuselar
mempunyai sumber genetik yang sama dengan induk betinanya, namun dibutuhkan
ketelitian setiap penangkar bibit untuk membedakan kedua jenis bibit tersebut secara
visual.Batang bawah asal klon atau nuselus (NS) sekarang mulai berkembang, hal ini
karena bibit tersebut seragam genetiknya, serupa dengan tetua betinanya sehingga
penampilan di lahan nantinya akan seragam.
Untuk memperoleh sifat yang lebih menguntungkan, yang tidak dimiiliki oleh dua
jenis tanaman yang disambung, dapat dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman
ketiga. Jenis tanaman ketiga ini disebut interstock (batang antara). Tanaman yang
digunakan sebagai batang antara tersebut diharapkan mempunyai peran khusus, misalnya
untuk ketahanan terhadap penyakit dan sebagainya
Tanaman yang sudah berproduksi ada kalanya kurang diminati, mungkin karena
rasa buah yang dihasilkan kurang enak, produksinya rendah dan sebagainya. Untuk
mengubah sifat tanaman itu harus disambung dengan jenis lain yang telah diketahui
kualitasya. Pekerjaan ini dinamakan sambung tajuk (topworking). Sambung tajuk dapat
juga diterapkan untuk mengatasi masalah polinasi, misalnya dalam kasus self-
incompatibility, tanaman berumah dua dan sebagainya. Dengan melakukan sambung
tajuk tadi berarti sistem polinasi tanaman dapat lebih diefisienkan dengan jalan
menyediakan jumlah bunga jantan dan bunga betina serta memberikan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk penyerbukan dan pembuahan. Aplikasi sambung tajuk juga
dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda.

Memperbaiki Sifat Tanaman dengan Persilangan


Dalam bidang pemuliaan tanaman buah-buahan tahunan, pemuliaan melalui
persilangan jarang dilakukan karena tanaman dari biji biasanya baru akan berbuah setelah
7-15 tahun berikutnya. Misalnya pada durian, duku, manggis, rambutan dan lain
sebagainya, sehingga program pemuliaan tanaman tahunan memakan waktu yang sangat

20
lama. Belum lagi bila hasil silangan tersebut memberikan nilai yang tidak lebih baik
dibandingkan dengan sifat bawaan kedua induknya, pekerjaan tersebut menjadi kurang
bermanfaat.

Proses Pertautan Sambungan


Pertautan antara batang atas dengan batang bawah melalui beberapa tahapan.
Apabila dua jenis tanaman disambung maka pada daerah potongan dari masing-masing
tanaman tersebut tumbuh sel-sel yang bersifat meristematis. Agar proses pertautan
tersebut dapat berlanjut, kegiatan sel/jaringan meristem antara daerah potongan harus
terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Hal ini hanya mungkin apabila
kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan
tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga terjadi kerusakan/kematian jaringan.
Pada tanaman jeruk proses pertautan antara batang atas dan batang bawah terjadi
selama beberapa hari sesudah sambungan dilakukan.
Kompatibilitas
Pengertian kompatibilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung
untuk tumbuh menjadi satu tanaman baru. Kebalikan dari kejadian ini adalah
inkompatibilitas.
Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase ompatibilitas
tinggi apabila tanaman tersebut masih dalam satu spesies atau satu klon. Bahkan ada
kalanya berbeda spesies pun dapat berhasil disambung asalkan masih dalam satu famili,
tentu sija hal ini tergantung pada jenis tanaman masing-masing. Pada tanaman mangga
dan jeruk terlihat kompatibilitas yang tinggi, misalnya jeruk rough lemon (RL)
disambung dengan jeruk siem, besar, jeruk nipis dan sebagainya. Demikian juga halnya
dengan mangga: mangga madu memberikan keberhasilan tinggi bila disambung dengan
batang atas jenis golek, lalijiwo, arumanis dan sebagainya.
Jika jenis tanaman yang disambung mempunyai kekerabaratan yang agak jauh,
misalnya berbeda dalam level ordo, biasanya kompatibiltasnya rendah. Contoh lain:
mundu sukar disambung dengan manggis, tetapi Bassia mudah disambung dengan
belimbhig.
Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung mulai terlihat pada beberapa
tahapan, dimulai sejak gagalnya sambungan hingga matinya tanaman sambungan secara
perlahan. Adapun kriteria inkompatibilitas menurut Hartmann dan Kester (1978) sebagai
berikut:

21
1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah.
2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning, rontok
dan mati tunas.
3. Mati muda pada bibit sambungan.
4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas.
5. Terjadinya pertumbuhan yang berlebihan baik batang bawah ataupun batang
atas.

Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas


Pengaruh batang bawah terhadap batang. atas perlu diketahui terutama ukuran dan
karakter tumbuh tanaman, pengawasan terhadap pembungaan, ukuran buah, dan
resistensi terhadap hama. Salah satu peran nyata batang bawah adalah melakukan kontrol
terhadap kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya. Hal ini terjadi karena laju
tumbuh batang atas telah berubah. Di Inggris batang bawah tanaman apel telah berhasil
dipilah-pilah sebagai kerdil (dwarf), semikerdil (semi-dwarf), kuat (vigorous), dan sangat
kuat (very vigorous). Hal yang sama dapat pula dilakukan di Indonesia misalnya untuk
tanaman mangga. Hal ini mengingat karena jenis mangga di sini sangat banyak dan
belum pernah dinilai kemampuannya dalam mengatur pertumbuhan batang atas.
Tanaman batang atas akan berbunga lebih cepat bila disambung dengan batang
bawah yang lambat pertumbuhannya, sebaliknya berbunganya akan tertunda apabila
disambung di atas batang bawah yang cepat tumbuhnya. Tanaman apel disambung di
atas batang bawah kerdil akan lebih cepat berbuah, karena batang atas mengandung
karbohidrat tinggi. Sebaliknya tanaman apel yang disambung di atas jenis batang bawah
kuat (vigorous stocks) akan berbunga lambat. Hal ini ternyata berkaitan dengan
rendahnya timbunan pati yang ada di dalam tunas batang atas tersebut

Metode Penyambungan
Terdapat dua metode penyambungan, yaitu sambung tunas, dan sambung. mata
tunas.
A. Sambung Tunas atau Enten (Grafting)
Agar persentase sambungan yang jadi dapat memuaskan maka beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
1. Batang atas dan batang bawah harus kompatibel; dua jenis tanaman tersebut
hendaknya mempunyai keeratan hubungan yang dekat. Misalnya, antara jeruk

22
keprok dengan jeruk lemon, antara mangga madu dengan mangga harum manis
dan sebagainya.
2. Jaringan kambium kedua jenis tanaman tersebut harus bersinggungan tidak
terlalu renggang dan tidak terlalu rapat yang dapat menimbulkan kerusakan.
Untuk itu pengikatan sekaligus pembungkusan daerah sambungan dengan tali
plastik lunak sangat cocok pada daerah sambungan.
3. Pekerjaan sambungan dilakukan pada saat kedua tanaman tersebut sedang
berada dalam kondisi fisiologis yang tepat, tunas dalam keadaan dorman atau
segera akan tumbuh.
4. Pekerjaan sambungan harus segera dilakukan sesudah entris (batang atas)
diambil dari pohon induk. Apabila membutuhkan waktu yang agak lama,
misalnya karena jarak yang cukup jauh, maka tunas-tunas tersebut hendaknya
dibungkus dengan kertas yang telah dibasahi dan dilapisi plastik agar kelembap-
an di dalamnya tetap terjaga.
5. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) setelah penyambungan
selesai harus dibuang agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas.
Adapun metode sambung tunas terdiri atas:
Sambung Lidah (Tongue Grafting)
Metode ini cukup baik bila dilihat dari luas areal kontak kambium antara batang
atas dengan batang bawah. Di samping itu lengan metode ini terjadi kontak yang kuat
antara kedua jenis tanaman yang disambung. Cara ini memerlukan waktu yang lebih lama
karena lebih banyak pekerjaan irisan/mengiris.
Sambung Samping (Side Grafting)
Sambung samping biasanya digunakan apabila diameter batang bawah lebih besar
dibandingkan dengan batang atas. Batang atas tersebut disayat pada dua sisi, kemudian
disisipkan ke dalam celah batang bawah yang telah diiris pada salah satu sisi batangnya
dengan pisau yang tajam. Keuntungan yang diperoleh dengan sambung samping ini
adalah ujung batang bawah tidak dipotong dan daunnya tidak dibuang, sehingga tanamar
masih tetap berfungsi, dan bila terjadi kegagalan sambungan masih dapat diulang secepat
mungkin tanpa menunggu tumbuhny tunas baru pada batang bawah.
Sambung Celah (Cleft Grafting)
Sambung celah merupakan cara sambung yang paling mudah dilakukan, sehingga
cara ini umum digunakan oleh penangkar bibit, terutama bibit tanaman buah-buahan.
Cara ini sangat muda dilakukan, ukuran diameter batang bawah dan batang atas tidak

23
perlu sama, tetapi sebaiknya diameter batang bawah sama besar dengan diameter batang
atas. Kerugian teknis ini adalah karena ujung batang bawah telah dipotong dan daunnya
sebagian atau seluruhnya dibuang, maka apabila terjadi kegagalan penyambungan maka
sambung ulang perlu menunggu batang bawah tumbuh tunas kembali. Tidak jarang
ditemui batang bawah yang gagal disambung mengalami kematian karena kehilangan
daun tersebut. Apabila ukuran batang atas lebih kecil, yang perlu diperhatikan ialah salah
satu sisi kambium kedua jenis tanaman tersebut harus saling bersentuhan.
Sambung Susu (Approach Grafting)
Sambung susu atau yang lebih dikenal dengan penyusuan (approach grafting)
adalah menyambung dua jenis tanaman, akar tanaman batang bawah masih tertanam
dalam pot terbungkus medium, sedangkan batang atas tetap menempel pada pohonnya
(tidak dipotong sebelum sambungan jadi). Dengan demikian kedua tanaman yang
disambung di samping akarnya masih utuh juga daunnya tidak terganggu. Pengertian ini
dapat pula diartikan, bahwa tanaman batang bawah disusukan pada pohon yang nantinya
akan menjadi batang atas.
Cara susuan ini biasa diterapkan pada jenis tanaman yang sukar disambung. Bagian
kulit dan sedikit kayu dari masing-masing batang atas dan batang bawah disayat,
selanjutnya ditempelkan pada lukanya, kemudian diikat dengan plastik rafia. Persentase
keberhasilan cara ini tinggi, namun jumlahnya terbatas karena keterbatasan batang atas.
Sambung Tunjang (Inarching)
Sambung tunjang atau inarching dimaksudkan untuk memperkuat batang pokok
suatu tanaman buah-buahan. Tanaman yang telah dewasa dan telah berbuah, kadang-
kadang mengalami kerusakan pada bagian pangkal bawahnya padahal kualitasnya tinggi,
misalnya karena dimakan rayap dan sebagainya. Agar tanaman tersebut tidak mati maka
dapat diperkuat kembali pertumbuhannya dengan mengadakan sambung tunjang. Prinsip
sambung tunjang sama dengan penyusuan, hanya pada sambung tunjang diameter calon
batang bawah lebih kecil dan jumlah batang bawah lebih banyak (2- 4 tanaman)
ergantung besarnya batang atas, serta akar-akarnya masih utuh.Caranya adalah batang
bawah yang telah disayat kulitnya sampai pada kayunya diselipkan/ditunjangkan ke
dalam celah batang. Kemudian diikat dan dibalut rapi. Sesudah batang atas dan batang
bawah menyatu kemudian batang bawah pohon lama boleh dipotong. Hasil akhir
sambungan tunjang ini tampak tanaman batang atasnya seperti diangkat oleh 2-4 batang
bawah. Selain cara-cara tersebut di atas masih banyak lagi yang telah dikenal masyarakat,
namun jarang dipergunakan, terutama dalam proses produksi bibit berskala besar.

24
Sebagaimana telah dijelaskan, keberhasilan sambung sangat ditentukan oleh
kondisi fisiologis kedua jenis tanaman yang akan digabungkan. Kedua jenis tanaman
harus dalam kondisi prima, sedang dorman atau hampir keluar tunasnya. Apabila
tanaman sedang dalam kondisi pertumbuhan aktif (sedang bertunas) keberhasilan
sambung sangat kecil.
Jenis mangga Golek lebih sukar disambung di atas batang bawah Madu
dibandingkan dengan jenis batang atas yang lain. Apabila cabang entris sebelum
dipotong dari pohon induk daun-daunnya dirempes/didefoliasi lebih dulu dan ditunggu
hingga siap trubus, yang ditandai dengan rontoknya tangkai daun, ternyata keberhasilan
sambungan bisa mencapai 100%.

B. Sambung Mata Tunas/Okulasi


Metode sambung mata tempel atau mata tunas (budding) yang sering disebut
okulasi telah banyak diterapkan untuk memperbanyak tanaman buah-buahan, terutama
dalam memproduksi tanaman secara komersial. Metode ini banyak diterapkan pada
tanaman jeruk. Pada tanaman mangga untuk batang atas diambilkan dari cabang yang
berukuran 1-1,5 cm, setiap mata tunas dapat digunakan untuk batang atas. Apabila
pelaksanaan sambung mata tunas digabungkan dengan sambung tunas, maka semua
bagian entris (batang atas) tidak ada yang terbuang. Bagian bawah hingga tengah cabang
digunakan untuk okulasi, sedangkan bagian pucuk untuk sambungan.
Adapun metode sambung mata tunas meliputi:
Sambung T
Istilah sambung T mempunyai pengertian karena dalam mengiris kulit kayu batang
bentuknya seperti huruf T. Setelah celah dibuat, mata tunas batang atas yang telah
diambil dari entris disiapkan di antara kulit kayu tersebut dan selanjutnya diikat cukup
kuat dengan plastik lunak. Masalah yang sesering timbul dalam pelaksanaan teknik ini
adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, namun hal ini berkaitan dengan kondisi
fisiologis tanaman. Apabila tanaman sedang berada dalam kon-disi pertumbuhan aktif,
yakni saat berpupus, atau daun-daunnya belum menua, maka kulit kayu batang bawah
sukar dikelupas. Dalam keadaan seperti ini kalau pembuatan celah dipaksakan biasanya
okulasi akan gagal.
Teknik sambung T kadang-kadang dimodifikasi dengan membalik irisan huruf T,
sehingga berbentuk T terbalik (inverted T-budding). Metode sambung T-terbalik ini
umumnya dilakukan oleh penangkar bibit jeruk di Australia. Di samping itu sambung T

25
terbalik dapat diterapkan pada musim hujan, dengan tujuan agar rembesan air hujan tidak
dapat memasuki kulit kayu batang bawah yang menyebabkan gagalnya okulasi.
Sambung Jendela atau Okulasi Tempel
Sambung jendela dikerjakan dengan membuka kulit kayu batang bawah yang
biasanya berbentuk segi empat dan membuangnya, kemudian diganti dengan kulit kayu
dari batang atas. Ukuran sayatan kulit kayu tersebut seyogianya sama, sehingga klop
untuk memudahkan pembalutan agar persentase keberhasilan tinggi.
Teknik sambung jendela ini sering digunakan oleh penangkar bibit di Indonesia
karena sesuai untuk kebanyakan tanaman buah-buahan.
Sambung Sisip atau Okulasi Sisip
Adakalanya kulit kayu batang bawah maupun mata tunas sulit dipisahkan dari
kayunya, sekalipun tanaman dalam kondisi dorman. Untuk itu digunakan cara chip-
budding. Teknik ini sebenarnya sama dengan sambung jendela hanya bagian kayu yang
melekat pada mata tunas tidak dilepas/dibuang, sedangkan kulit kayu ig bawah dibuang
secukupnya. Pada tanaman jeruk okulasi sisip biasa dilakukan dengan model T.
Banyak cara yang dipergunakan dalam sambung mata tunas ini, namun demikian,
pemilihan metode mana yang paling baik sangat tergantung pada beberapa
pertimbangan:
(1) jenis tanaman; (2) kondisi batang bawah dan batang atas; (3) sediaan bahan; (4)
tujuan propagasi; (5) peralatan; (6) serta keahlian pekerja sambung.

Perbanyakan Tanaman Secara Mikro


Propagasi/perbanyakan mikro atau yang biasa disebut kultur jaringan adalah upaya
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bahan tanam yang sangat kecil (mikro)
dalam media buatan dengan kondisi suci hama (asepuk). Bahan tanam mikro tersebut
dapat berupa embrio, ujung tunas, ujung akar, biji, kalus, sel tunggal atau tepung sari.
Keberhasilan teknik propagasi mikro ini tergantung pada beberapa hal di antaranya
potensi genetik tanaman, media tanam, hormon, vitamin serta kondisi lingkungan.
Manfaat teknik propagasi mikro terhadap perbanyakan tanaman adalah:
(1) menciptakan tanaman bebas penyakit;
(2) memisahkan bahan genetis tanaman berupa sel untuk mendapatkan varian baru;
(3) untuk mempercepat propagasi dan memperoleh tanaman baru bebas penyakit.
Propagasi mikro atau kultur jaringan ini telah banyak diterapkan pada perbanyakan
anggrek, kentang, pisang secara skala besar (komersial).

26
b). Pembahasan:

Setelah pemaparan materi bahasan minggu kedua dan ketiga tersebut di atas
kepada para mahasiswa diberi kesempatan membentukkelompok diskusi membahas hal
tersebut atau bertanya untuk hal-hal yang dianggapnya belum jelas atau masih butuh
pemahaman lebih jauh.
c). Penelitian:
Berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta yang memiliki prospektif
dari berbagai perbanyakan tumbuhan hortikultura baik untuk komoditi sayuran, buah
ataupun tanaman hias. Penelitan dan pengembangan teknik perbanyakan untuk jenis
tanaman tertentu misalnya untuk tanaman hias langka yaag eksotik sehingga memiliki
nilai ekonomi tinggi perlu terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pasar.
d). Penerapan:
Perbanyakan secara vegetatif banyak dimanfaatkan para penangkar benih terutama
benih buah-buahan dan tanaman hias. Perbanyakan secara mikro sekarang banyak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman karena tehnik terebut mampu
menyediakan benih yang seragam dengan jumlah banyak dalam waktu relatif singkat.

e). Latihan:

Untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai materi diatas, Mahasiswa


di dalam kelas melakukan kegiatan berupa diskusi tentang jenis-jenis tumbuhan dan
metode perbanyakan yang dapat dilakukan, mempraktekkan berbagai metode
perbanyakan pada beberpa tanaman.
f). Tugas Mandiri:
Mahasiswa membuat iktisar tentang jenis-jenis tumbuhan dan metode perbanyakan
yang sesuai
III. PENUTUP
a. Rangkuman
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan scara generatif (seksul) ataupun vegetatif
(aseksual). Perbanyak generaif menggunakan benih berupa biji yang meupakan hasil
fertiisasi sel gamet betina oleh sel gamet jantan. Perbanyakan secara vegetatif
menggunakan organ vegetatif tumbuhan dapat terjadi secara alami ataupun buatan.
Umbi, tunas dan anakan adalah contoh perbanyakan vegettaif alami sedangkan stek,
runduk sambung dan cangkok adalah contoh perbanyakan vegetatif buatan. Setiap jenis

27
tumbuhan membutuhkan cara dan tehnik perbanyakan tertentu. Pemilihan metode
tergantung beberapa hal diantaranya ketersediaan bahan dan keterampilan pekerja.
b. Tes Formatif:

Tes formatif diberikan untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan yang


diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan pertanyaan antara lain
sebagai berikut:

1. Jelaskan berbagai cara perbanyakan vegetative dan contoh tanamannya.


2. Jelaskan perbedaan antara grafting dan budding
c. Umpan Balik:

Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya
untuk memahami materi bahasan terkait perbanykan tanaman.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Arief, A. 1990. Hortikultur. Andi Offset. Jakarta.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura (Teori, Budidaya dan Pasca Panen). PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Zulkarnaen, 2014. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai