Makalah Dok Fifi 2018
Makalah Dok Fifi 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Sasaran dari
Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya
pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem
kesehatan. (Buku Pedoman Umum Program Indonesia sehat dengan pendekatan
keluarga,2016)
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu:
1
kesehatan secara menyeluruh dan tidak dapat diabaikan terutama pada
tingkatsekolah dasar (Depkes RI, 2004,cit. Pahrurrazi, 2009).
Penyakit gigi dan mulut sangat mempengaruhi derajat kesehatan, proses
tumbuh kembang, bahkan masa depan anak. Anak-anak menjadi rawan
kekurangan gizi karena rasa sakit pada gigi dan mulut menurunkan selera makan
mereka. Kemampuan belajar anak pun akan menurun sehingga akan berpengaruh
pada prestasi belajar (Zatnika, 2009). Tingginya angka karies gigi dan rendahnya
status kebersihan mulut merupakan permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang
sering dijumpai pada kelompok usia anak. Karies gigi dapat menimbulkan
kesulitan makan pada anak karena karies gigi menyebabkan penurunan fungsi gigi
sebagai alat cerna. Seperti yang diungkapkan oleh Widyaningsih (2000,cit. Junaidi
dkk.,2007), kesulitan makan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
yaitu: faktor nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit yang mempengaruhi
antara lain adanya kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi,
stomatitisdan gingivitis
Hasil Riskesdas (2007) melaporkan bahwa prevalensi karies gigi diIndonesia
adalah sebesar 46,5 dengan penjabaran prevalensi karies untuk kelompok usia 12
tahun sebesar 36,1% dengan DMF-T 0,91, kelompok usia 35-44 tahun prevalensi
karies gigi mencapai 80,5 dengan DMF-T 4,46 sedangkan usia diatas 65 tahun
dengan prevalensi karies sebesar 94,4% dan DMF-T 18,33. Data tersebut
menunjukkan bahwa prevalensi karies cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya umur yang berarti adanya kecenderungan penurunan status
kesehatangigi dengan meningkatnya umur. Maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan dan perawatan sedini mungkin (Sriyono,2009).
Masa kanak-kanak adalah periode yang paling rentan terjadinya kerusakan
gigi. Dental karies merupakan masalah yang sangat sering dijumpai dan masih
menjadi persoalan utama dalam kesehatan gigi dan mulut pada anak (Tinanoff dan
Reisine, 2009; Sayegh et al., 2005). Tingginya angka kejadian karies pada anak
dipengaruhi oleh banyak faktor. Struktur gigi susu yang lebih lunak daripada gigi
permanen, adanya kebiasaan buruk balita seperti minum susu dari dot selama
tidur, makan makanan manis serta kurangnya kebersihan mulut membuat
kerusakan gigi lebih mudah terjadi. Selain itu, kurangnya pengetahuan orangtua
akan upaya kesehatan gigi dan mulut bagi anak, juga turut berperan pada
meluasnya kerusakan gigi anak karena karies (Selwitz et al., 2007). Kondisi
2
kesehatan gigi dan mulut balita yang buruk akan membawa dampak negatif bagi
tumbuh kembang anak, di antaranya pertumbuhan tulang rahang yang terganggu.
Barham dan Morris (1980) mengatakan bahwa pertumbuhan tulang maksila dan
mandibula berkaitan erat dengan kondisi gigi-geligi. Sepertiga bagian bawah
profil wajah dibentuk oleh tulang rahang ini, sehingga apabila pertumbuhan tulang
rahang terganggu akan dapat mengakibatkan profil wajah yang tidak proposional.
Angka kejadian karies pada siswa sd di wilayah kerja puskesmas cikundul cukup
tinggi hal ini dapat dilihat pada grafik 1.1 melihat data tersebut diatas maka
diperlukan suatu program preventif untuk menurunkan angka karies gigi pada
anak. Upaya kesehatan masyarakat dipuskesmas tentunya tidak bias dilakukan
oleh petugas gigi tetapi memerlukjan kerjasama lintas program, lintas sector peran
sertaq aktif masyarakat dengan menggunakan strategi pendekatan keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat. Peranan keluarga merupakan
tempat pendidikan dasar bagi anak. Tingkat pengetahuan keluarga tentang karies
dan karies perawatan gigi anak dapat mempengaruhi orangtua untuk
memeriksakan gigi anaknya ke fasilitas kesehatan dan sebagai contoh untuk
merawat gigi melalui gerakan sikat gigi bersama anak dan orang tua sehimgga
adanya kelompok masyarakat yang peduli akan cares gigi pada balita.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik membuat
penulisan makalah dengan judul pembentukan Kader peduli karies (KPK )
melaui Upaya Sikat Gigi Bersama Ayah Bunda (SGM ) di posyandu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah maka kami
tertarik membuat suatu program pencegahan karies gigi menggunakan
pendekatan keluarga sehat melalui pemberdayaan masyarakat yaitu:
“pembentukan Kader peduli karies (KPK ) melaui Upaya Sikat Gigi Bersama
Ayah Bunda (SGM ) di posyandu
C. Tujuan
1. Tujuan umum
3
2. Tujuan khusus
D. Kegunaan
1 Bagi penulis
2. Dinas Kesehatan
BAB II
KERANGKA PIKIR
4
Menurut Hendrik L Blum status kesehatan gigi dan mulut di pengaruhi oleh :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut,
karena sehat atau tidak sehatnya individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi
oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi,
dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contoh perilaku masyarakat
terhadap kesehatan gigi dan mulut masih di pengaruhi kebiasaan buruk misalnya
sikat gigi pada saat mandi. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model harus
diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku,
fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik
dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,
air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan,
ekonomi, dan sebagainya. Tingkat pengetahuan dan pendidikan yang kurang pada
masyarakat sehingga banyak masyarakat yang berobat ke dukun atau tukang gigi.
5
3. Pelayanan kesehatan
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat
besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang
membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Ketersediaaan sarana dan
prasaranan alat pemeriksaan gigi masih kurang lengkap.
BAB III
A. Inovasi
Masih tingginya kasus Karies gigi pada siswa SD di wilayah puskesmas cikundul
dapat di lihat dari laporan tahunan 2017
6
GRAFIK DATA CARIES HASIL PENJARINGAN TAHUN 2017
120
104104
100 90 90
81
75
80 69 69
61
60 52 52 48 48
45 45 42
33 33 37
40 25 28
18 18
13
20
UL
AN
DE
AH
AH
H
AS
RI
TA
SA
AD
ND
GE
NN
AL
NG
FA
G
C
GK
TU
KU
JA
NE
-
AN
CI
AL
AN
SI
UL
CI
PA
ND
IT
N
DL
SD
IP
N
CI
SD
SI
SD
SD
I YA
N
CB
IR
SD
M
N
SD
Karena banyaknya jumlah siswa yang memerlukan perawatan gigi, maka perlu
program usaha preventif untuk menurunkan angka karies gigi pada anak. Upanya
ini memerlukan kerjasama lintas program dan lintas sector serta peran aktif
masyarakan melaluai pendekatan keluarga. Yaitu dengan cara pemberntukan
kader masyarakat peduli karies gigi dengan pelatihan kader di puskesama dan
salalh satu upaya nya sikat gigi bersama ayah bunda di posyandu.
1. Pelatihan Kader
a. Melatih kader Memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sederhana
Dengan materi :
i. Waktu tumbuh gigi susu
Pada dasarnya erupsi atau keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6-8
bulan. Umumnya diawali oleh keluarnya gigi seri tengah bawah, lalu
secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas dan gigi seri
lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan geraham susu kedua.
Tapi erupsinya tak sekaligus, melainkan satu per satu dan kadang ada juga
yang sepasang-sepasang. Teknik Menggosok gigi bayi / balita dengan cara
yang benar
7
Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan:
1. Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali
sehari
2. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan
menggunakan botol susunya.
3. Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain
lembab
4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu
yang manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:
1. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat
cukup fluor
2. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab
( tidak basah sekali), sehabis menyusui.
3. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu
dari botol) kecuali air putih.
4. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu
5. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan
menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas
antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali
tertinggal di permukaan itu.
6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang
kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi
dengan air.
8. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi
pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan:
1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride
2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari
botol), kecuali air putih.
3. Pergunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau.
4. Sikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum
tidur di malam hari)
5. Gunakan sikat gigi yang lembut dari bahan nilon.
6. Ganti sikat gigi tiap tiga bulan atau bila bulu-bulu sikat sudah rusak.
7. Jadilah teladan dengan mempraktekkan kebiasaan menjaga kesehatan
mulut dan lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
8. Biasakan anak untuk memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah
segar dan sayuran segar.
9. Hindari makanan ringan yang mengandung gula.
8
ii. Penyakit gigi dan mulut anak
a. Kerusakan gigi
Awal kerusakan gigi dapat terlihat dengan adanya noda keputihan pada
permukaan email gigi yang menunjukkan adanya demineralisasi email.
Kerusakan gigi merupakan penyakit multifaktor dengan peran antara
permukaan gigi yang rentan, bakteri, air liur, faktor diet, serta fluor.
Faktor risiko pada anak-anak adalah kegiatan mengemil yang konstan dan
tingginya konsumsi gula serta tepung-tepungan (starch). Jika kebiasaan
diet dan pembersihan gigi dan mulut tidak diperhatikan, kerusakan awal
ini akan berlanjut menjadi karies.
b. Radang gusi
Radang gusi (gingivitis) terjadi karena adanya plak gigi yang terbentuk
karena kebersihan mulut yang buruk. Radang gusi ini dapat diperparah
dengan gizi buruk serta infeksi virus.
Radang gusi biasanya dapat membaik setelah pembuangan plak. Oleh
karena itu, kunci penanganannya adalah meningkatkan kebersihan gigi dan
mulut melalui gosok gigi rutin menggunakan sikat gigi yang tepat untuk
anak pasta gigi berfluorida. serta penggunaan benang gigi di bawah
pengawasan.
c. Nyeri karena tumbuh gigi
Tumbuh gigi (teething) pada anak sering kali menimbulkan keluhan
berupa nyeri, berliur, hilangnya nafsu makan, dan perilaku rewel. Ada
orangtua yang mengeluhkan anak demam, diare; dan gejala sistemik lain,
tetapi belum didapat cukup bukti yang mendukung gejala tersebut
disebabkan oleh teething.
Penanganan berupa mengurangi gejala dan pemberian obat antinyeri.
Kadang, kegiatan mengunyah dapat mengurangi gejala ketidaknyarnanan.
Saat ini, banyak dijual teether yang dapat mulai diberikan pada anak saat
menunjukkan gejala teething.
Orangtua diharapkan dapat mengurangi gejala dengan menggosok gusi
secara lembut menggunakan jari yang bersih. Pemberian buah dingin
sebagai cemilan juga dapat mengurangi gejala ketidaknyamanan.
d. Infeksi jamur
Infeksi jamur (oral thrush) sering terjadi pada bayi dan anak kecil karena
sistem imunitas belum matang. Bayi yang baru lahir biasanya mengindap
infeksi jamur setelah terpapar jamur dari jalan lahir ibu saat persalinan,
sedangkan bayi yang agak besar mengindap infeksi jamur setelah
9
penggunaan antibiotik atau obat-obatan inhalasi kortikosteroid (obat
asma).
Infeksi jamur terlihat sebagai lapisan tebal putih pada permukaan pipi
bagian dalam, langit-langit, lidah, dan kerongkongan. Jika lapisan tebal itu
diusap lepas akan menimbulkan permukaan kemerahan yang nyeri.
e. Gusi bengkak
Gusi bengkak karena abses gigi (gum boils) terlihat sebagai gusi
kemerahan yang membulat di bawah gigi yang berlubang besar.
Penanganannya adalah merawat gigi yang menyebabkan kebengkakan.
Jika gigi tidak dirawat, abses bisa terus berlanjut dan menjadi kelainan
lebih lanjut (fibroma). Selain itu, abses dapat mengganggu proses
pembentukan benih gigi tetap.
10
i. Siapkan peralatan gosok gigi. Sebelum balita mulai belajar gosok
gigi, sediakan sikat gigi anak yang kepalanya relatif kecil, yaitu 1,5 cm
dengan panjang bulu sikat sama, bulunya halus serta bergagang cukup
lebar dan tebal.
ii. Bubuhkan pasta gigi. Bila balita sudah berumur lebih dari 2 tahun,
pilih pasta gigi khusus untuk anak yang mengandung fluoride dan
aman bila tertelan (biasanya informasi ini tertera pada kemasan).
Bubuhkan odol pada sikat sebesar kacang polong (pea size), atau
selapis tipis sikat gigi. Bila balita masih berumur 1-2 tahun, belajar
gosok gigi bisa dilakukan tanpa menggunakan pasta gigi, untuk
menghindari menelan pasta gigi yang mengandung flouride terlalu
banyak.
iii. Beri contoh gerakan menggosok gigi. Berdirilah Anda bersama balita
di depan cermin yang terletak di atas wastafel. Minta balita memegang
sikat giginya dan memerhatikan contoh gerakan sederhana gosok gigi
yang Anda lakukan. Mengingat kemampuan motorik halus anak belum
berkembang optimal, biasanya anak mengalami kesulitan dalam
mengontrol gerakan sikat giginya secara benar. Karena itu, cukup
berikan contoh gerakan-gerakan dasar gosok gigi.
iv. Praktik bersama ayah dan bunda . Kini, dari belakang balita
peganglah tangannya dan arahkan sikat giginya ke gigi yang akan
digosok. Minta dia menirukan cara Anda memegang dan
menggerakkan sikat gigi. Untuk si kecil yang baru belajar gosok gigi,
gunakan metoda Bass, yaitu meletakkan bulu sikat pada sudut 45
derajat lalu gerakkan ke kiri dan ke kanan secara perlahan. Bila si kecil
sudah lebih besar, ajarkan gosok gigi dengan metoda Fone, yaitu
menyikat memutar, dan selanjutnya metoda Leonard berupa gerakan
menyikat gigi ke atas dan ke bawah. Lakukan gerakan menyikat gigi
bersama si kecil sesuai metoda yang paling mudah dan mampu ia
lakukan.
v. Berkumur. Setelah selesai gosok gigi, mintalah balita berkumur
dengan air matang agar terhindar dari risiko diare akibat kuman
penyakit dan kotoran yang mungkin terkandung di dalam air mentah
apabila tertelan.
11
vi. Terakhir, minta balita membersihkan sisa-sisa busa pasta gigi yang
menempel di sekitar mulutnya dengan air matang. Untuk memupuk
kebiasaan gosok gigi pada si kecil, setelah selesai, beri ia hadiah.
Misalnya, ciuman sayang, pelukan hangat, atau berupa benda-benda
kecil yang bermanfaat. Contohnya, tutup kepala sikat gigi berbentuk
kepala binatang lucu atau sikat gigi baru berbentuk lucu dan berwarna
menarik.
b. Memotivasi ibu balita melakukan kunjungan rutin setiap 6 bulan sekali untuk
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut anak balita ke dokter gigi . adapun
berkunjung ke dokter gigi antara lain.:
i. Melindungi diri dari penyakit
ii. Bakteri Pada rongga mulut dapat memicu terjadinya penyakit pada
tubuh seperti ; infeksi otak, penyakit jantung, Diabetes, bayi premature
dan BBLR, pneumoni, penyakit pencernaa, kanker usus dan prankreas
dan disfungsi ereksi.
iii. Menjaga kualitas hidup
BAB IV
A. Kesimpulan
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut
12
akanmempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Kesehatan gigi dan mulut pada
anak-anak merupakan faktor penting yang harus diperhatikan sedini mungkin, sebab
Kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak-anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan
gigi pada usia selanjutnya. Selain itu masa anak merupakan awal dari pembentukan
perilaku, oleh sebab itu diharapkan mendidik anak untuk berprilaku yang benar
terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. pemeliharaan kesehatan gigipada anak
semestinya melibatkan interaksi berbagai pihak, dalam hal ini anak itusendiri,
orangtua, dan dokter. Pengetahuan, sikap, dan perilaku dari seluruhkomponen tersebut
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut pada anak.
Saran
1. Meningkatkan kerja sama antar litas sektor dan lintas program akan kesadaran
pencegahan penyakit gigi dan mulut
2. Meningkatkan sarana dan prasarana di posyandu untuk menunjang kelancaran
kegiatan UKGM
DAFTAR PUSTAKA
3. Dorland, W.A. Nenman,kamus Kedok teran Dorland : ahli bahasa,Huriawati H. dkk ±Ed-29-
Jakarta ; EGC, 2002.2.
13
4. Pemandu Pengarang. (Online),http.Pondok Indah Healcare Group.html (Karies gigi)5.
14