Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI BELAJAR NATIVISTIK

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Teori Belajar Bahasa

Dosen Pengampu : Mulasih, M.Pd.

Oleh :

Ismi Jabah NIM. 40418031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PERADABAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Teori Belajar Nativisme”. Dan tak lupa pula sholawat
berserta salam penyusun sanjungkan kepada pahlawan revolusi islam yakni nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Pada makalah ini menjelaskan bahwa aliran nativisme ini berpandangan


bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh
karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir.
Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh
individu itu sendiri. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca,


dengan harapan para pembaca dapat menambah wawasannya mengenai teori
belajar nativisme yang dapat dipraktekan pada anak atau peserta didik.

Bumiayu, 16 Maret 2019

Ismi Jabah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... iv

A. Latar belakang....................................................................................... iv

B. Rumusan masalah.................................................................................. iv

C. Tujuan penulisan..................................................................................... v

D. Manfaat penulisan................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 1

A. Pengertian Teori Nativistik..................................................................... 1

B. Sejarah Teori Nativistik.......................................................................... 2

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik........................................... 4

D. Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran................................. 5

E. Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan........ 6

BAB III PENUTUP....................................................................................... 8

Kesimpulan.............................................................................. ...................... 8

Saran............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aliran Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan


kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan dianggap
kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tokoh aliran
Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860) berpendapat
bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah
Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak
akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini
berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor
bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh
bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini,
keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Pendidikan
anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan anak itu sendiri.

Tetapi pembawaan bukanlah satu-satunya faktor yang


menentukan perkembangan, masih banyak faktor lain yang
mampengaruhinya. Pandangan konvergensi akan memberikan
penjelasan tentang kedua faktor yaitu pambawaan (hereditas) dan dan
lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat
aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu
terdapat suatu “inti“ pribadi (G.Leibnitz;Monad) yang mendorong
manusia untuk mewujudkan diri, menentukan pilihan kemauan sendiri,
dan menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai
kemauan bebas. Pandanga-pandangan tersebut tampak antara lain
humanistic psychologi (Carl R.Rogers) ataupun phenomenologi/
humanistik lainnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut, dappat dirumuskan
beberapa rumusan masalah, yaitu:

iv
1. Apakah pengertian Teori Nativistik itu?
2. Bagaimana sejarah Teori Nativistik?
3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik?
4. Apa saja bentuk-bentuk implementasinya dalam proses pembelajaran?
5. Apa Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Teori Nativistik.
2. Mengetahui sejarah Teori Nativistik.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Nativistik.
4. Mengetahui bentuk-bentuk implementasi Teori Nativistik dalam proses
pembelajaran.
5. Mengetahui Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek
Pendidikan?

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan paparan diatas maka manfaat yang diharapkan dari


penulisan makalah ini :

1. Bagi masyarakat umum makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan


bacaan untuk memberi informasi tentang bagaimana Teori
pemerolehan bahasa Nativistik dan bentuk-bentuk implementasi
dalam proses pembelajaran.

2. Bagi mahasiswa khususnya calon pendidik, makalah ini dapat


dijadikan sebagai referensi dalam mempelajari Teori Nativistik dan
bentuk-bentuk implementasi dalam proses

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Nativistik


Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori
ini muncul dari filsafat nativisma (terlahir) sebagai suatu bentuk dari
filsafat idealisme dan menghasilkan suatu pandangan bahwa
perkembangan anak ditentukan oleh hereditas, pembawaan sejak lahir, dan
faktor alam yang kodrati. Pelopor aliran ini adalah Arthur Schopenhauer
seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1860 dan Noam Chomsky
pada awal tahun 1960.
Ia berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat kodrati tidak
dapat diubah oleh alam sekitar dan pendidikan. Ia menyatakan dengan
tegas bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi
baik. Pandangan ini berlawanan dengan optimisme yaitu pandangan
bahwa pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan
ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri,
lingkungan tempat ia berada tidak akan berpengaruh padanya, artinya:
sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
seorang anak.
Contohnya bila sang ayah tidak pintar, maka kemungkinan besar
anaknya juga tidak pintar. Bagi orang-orang yang mempercayai aliran
Nativisme, mereka meyakini bahwa seorang bayi itu lahir, mereka telah
membawa pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil
dari akhir pendidikan yang telah ia jalani akan ditentukan pada
pembawaan yang telah ia bawa sejak lahir.
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori
behavioris. Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan
bahasa pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang
telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini,
lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa.
Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari
dalam waktu dekat melalui metode imitation. Sehingga ia menegaskan
bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, karena :

1
1. Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), pola
perkembangan bahasa berlaku universal, dan lingkungannya hanya
memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
2. Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, tidak bergantung pada
lamanya latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.
Melalui teori ini Arthur Schopenhauer juga menegaskan
bahwasannya yang buruk akan menjadi buruk dan yang baik akan menjadi
baik tanpa terpengaruh lingkungan yang ada.
Salah satu kontribusi praktis dari teori-teori nativis ini adalah
tentang sistem bahasa anak-anak bekerja. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa bahasa anak-anak pada tingkatan manapun adalah suatu sistem
yang diakui. Perkembangan linguistik anak-anak bukanlah proses semakin
berkurangnya struktur-struktur yang tidak tepat bukan sebuah bahasa
dimana tahap sebelumnya mengandung lebih banyak kekeliruan
ketimbang tahap selanjutnya. Justru, bahasa anak-anak disetiap tahap
adalah sistematis, dalam arti anak-anak secara bertahap membentuk
hipotesis-hipotesis itu dalam percakapan. Ketika bahasa mereka
berkembang maka hipotesis-hipotesis tersebut direvisi terus menerus,
dibentuk ulang atau ditinggalkan.

B. Sejarah Teori Nativistik

Dalam teori ini dinyatakan bahwa perkembangan dan kemampuan


berbahasa merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Teori ini muncul dari
filsafat nativisme (terlahir) sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan dan pemerolehan
bahasa anak ditentukan dan diperolah oleh hereditas, pembawaan sejak
lahir, dan factor alam yang kodrati.

Teori ini dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer


(1788-1860) yang beranggapan bahwa factor pembawaan yang bersifat
kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar atau pendidikan. Dengan
tegas Arthur Schaupenhaur menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan
yang baik akan menjadi baik. Teori ini sebagai lawan dari teori
behavioristik yaitu kemampuan berbahasa seorang anak diperoleh dari

2
lingkungan yang membentuk seorang anak tersebut. Teori ini memberikan
dasar bahwa suatu keberhasilan TIDAK ditentukan oleh faktor pendidikan
dan lingkungan yang ada pada anak tersebut kemampuan berbahasa
ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya
sebab lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak.

Kemampuan berbahasa seorang anak dapat dipengaruhi oleh


beberapa fator intern diantaranya:

1. Faktor genetic

Adalah factor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya


suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua
orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat
pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar.

2. Faktor Kemampuan Anak

Adalah factor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi


yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah
Ketika ada kegiatan ekstra kulikuler pidato anak tersebut tertarik untuk
mengikuti guna mengembangkan bakat yang ada pada dirinya.

3. Faktor pertumbuhan Anak

Adalah factor yang mendorong anak mengetahui bakat dan


minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga
jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif,
dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika
pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali
bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta


kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan
suatu pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan
ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori
nativisme, dimana dengan faktor-faktor yang telah disampaikan dapat

3
menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang
bagus.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Nativistik

1. Kelebihan

a) Mampu memunculkan bakat yang dimiliki

Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat


yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa
dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia
mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan
dirinya.

b) Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi

Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif
dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi
manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain
dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin
dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada
yang lain.

c) Mendorong manusia dalam menetukan pilihan

Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap


menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia
tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya
tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik
untuk dirinya.

d) Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam


diri seseorang.

Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif


dalam pengembangan potensi diri yang dimiliki agar manusia itu memiliki
ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.

4
e) Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali


bakat yang dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali bakat
yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan
bakatnya sehingga bisa lebih optimal.

2. Kekurangan

Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak


bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat turunannya. Bila dari
keturunan baik maka akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan
menjadi jahat. Jadi sifat manusia bersifat permanen tidak bisa diubah.
Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta
mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan
yang tidak baik.

D. Bentuk-bentuk Implementasi dalam Pembelajaran

Implikasi teori Nativisme terhadap pendidikan/pembelajaran yaitu


kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah
kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu peranan pendidikan atau
sekolah sedikit sekali dapat dipertimbangkan untuk dapat mengubah
perkembangan peserta didik. Akan tetapi hal yang demikian justru
bertentangan dengan kenyataan yang kita hadapi, karena sudah ternyata
sejak zaman dahulu hingga sekarang orang berusaha mendidik generasi
muda, karena pendidikan itu hal yang dapat, perlu, bahkan harus dilakukan.
Jadi konsepsi Nativisme ini tidak dapat dipertahankan dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir


sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu,
hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa
sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan
ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan
menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai
dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk
perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.

5
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak.
Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki
pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila
mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik.
Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari
kekuatan luar.

E. Pengaruh dan Konsep Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan

Telah cukup banyak dibicarakan hal-ikhwal tentang pendidikan,


baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya
dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat
manusia mengalami tahap perkembangan, baik secara fisik maupun
rohaninya dalam proses pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar
tentang faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan itu.
Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor
dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara bersama-sama. Dari
faktor pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori nativisme.
Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya pembawaan.

Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori


pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami
pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain
diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya.
Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya dan
tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu justru akan
merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu
diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak
terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.

Telah dibahas pada sebelumnya bahwa teori nativisme berpendapat


tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir,
serta faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang
dilahirkan dengan bawaan yang baik akan mempunyai bakat yang baik

6
juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang
lainnya seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan hal itu juga
tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang
diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori
tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan sendirinya
bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan
tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap
kembali kesifat atau bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor
lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi
perkembangan anak.

Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang


dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim
bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah
unsure genetic individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam
perkembangannya tersebut anak akan berkembang dalam cara yang terpola
sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada
masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa
remaja dan seterusnya.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Teori nativisme terbentuk sebagai bantahan terhadap teori
behavioris. Nativisme berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan
bahasa pertama, anak perlahan menggunakan kemampuan lingualnya yang
telah terprogram secara genetis. Sehingga menurut para pakar teori ini,
lingkungan tidak mempunyai pengaruh dalam proses pemerolehan bahasa.
Chomsky mengatakan bahwa bahasa terlalu kompleks untuk dipelajari
dalam waktu dekat melalui metode imitation.
Bahwa Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat
serta potensi yang ada pada setiap individu tanpa melihat dari faktor
apapun, termasuk pendidikan serta lingkungan sekitar. Potensi ini dapat
dilihat pada diri individu saat tahap tumbuh dan berkembangnya sedang
berlangsung. Apabila semasa ia kecil belum muncul atau terlihat, maka
dapat dipastikan potensi ini akan muncul saat ia menginjak remaja atau
saat ia menginjak menjadi manusia dewasa. Aliran Nativisme berasal dari
faktor genetik, faktor kemampuan anak, faktor pertumbuhan anak. Serta
tujuannya ialah untuk memunculkan bakat, mewujudkan diri yang
berkompetensi, mendorong dalam menentukan pilihan, mendorong untuk
mengembangkan potensi.

Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang
penjelasan Teori Belajar Bahasa. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang
sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang
berhubungan dengan materi Teori Belajar Bahasa. Khususnya mahasiswa
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, abdul. 2009 Psikolinguistik. Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai