PENELITI UTAMA
1
KATA PENGANTAR
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
seluruh Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang
ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
2
RINGKASAN
3
SUMMARY
1. Title : Field School Assistance Program of Integrated Crop
Management (SL-PTT) Rice, seven Location Achieving
Production Increase 15% in the Province of NAD
5. Status : New
4
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 3
1.3. Keluaran yang diharapkan .................................................................. 3
1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 4
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
III. PROSEDUR................................................................................................ 10
3.1. Ruang Lingkup Kegiatan .................................................................... 10
3.2. Pendekatan ...................................................................................... 10
3.3. Pola Pendampingan ........................................................................... 10
3.4. Komponen Teknologi PTT Jagung ....................................................... 11
3.5. Bahan .............................................................................................. 12
3.6. Teknik Diseminasi ............................................................................. 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1. Hasil ................................................................................................. 13
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 22
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 22
5.2. Saran ................................................................................................. 22
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 23
5
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Komoditi padi berperan
untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat masyarakat, sedangkan jagung,
kedelai dan kacang tanah terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri
pangan olahan dan pakan.
Sasaran produksi padi nasional tahun 2011 adalah 70,59 juta ton GKG atau
meningkat 5,54% dibandingkan sasaran produksi sebelumnya, sasaran tanam
13,41 juta ha, sasaran panen 13,13 juta ha dengan sasaran produktivitas 53,77
ku/ha. Upaya peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai yang terfokus pada
penerapan SL-PTT tahun 2010 telah berhasil menjadi pemicu dalam meningkatkan
produksi padi 5,91%, jagung 11,34% kedelai 26,97% dan kacang tanah 1,92%
(ARAM 2009). (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Guna merealisasikan tiga keluaran tersebut, sebelas rencana aksi telah
disiapkan dalam pencapaiannya, diantaranya: (1) Pendampingan SL-PTT
mendukung P2BN melalui penyediaan benih sumber dan teknologi pupuk organik,
10 varietas sangat genjah, benih sumber (padi, jagung, kedelai) kelas BS 60 ton
dari 100 varietas, dan FS 100 ton dari 100 varietas; (2) Pendampingan PSDS,
penyediaan jantan unggul, twinning technology, dan aplikasi teknologi pakan murah
mendukung swasembada daging sapi; penyediaan 5 bangsa ternak baru, 3 varietas
tanaman pakan unggul spesifik lokasi dan 14 teknologi veteriner berupa teknologi
diagnosis, vaksin, epidomiologi, dan strategi pengendalian penyakit hewan
strategis; (3) Pendampingan dan penyediaan benih sumber hortikultura mendukung
pengembangan kawasan hortikultura, tersedianya 27 varietas unggul baru buah dan
60 varietas unggul baru tanaman hias (Badan Litbang, 2009).
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah menginisiasi aplikasi SL-PTT
lahan sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi, peningkatan hasil padi yang diperoleh
dengan penerapan SL-PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha. Pada
tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (1,0-2,5 ha) melalui model
6
SL-PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37% (Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi, 2009).
Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan (padi) dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang setiap tahunnya
terus meningkat. Sekitar 16,6% kebutuhan beras nasional dipenuhi dari Provinsi
Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6 ton/ha (Dinas Pertanian TPH Prov. Aceh,
2009). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami peningkatan dari 4,26 ton per
hektar pada 2008, meningkat jadi 4,32 ton per hektar pada 2009 atau meningkat
sebesar 1,37 persen, sedangkan target peningkatan pada tahun 2012 sebesar
6,08% atau 4,6 ton per hektar (BPS, 2011).
Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi produksi
dan pekembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan lahan sawah
potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan benih padi
12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2011).
Peningkatan produktivitas tanaman padi antara lainnya disebabkan antara
lain curah hujan dan persediaan pupuk yang cukup serta penggunaan bibit semakin
berkualitas. Luas panen meningkat sebesar 5,87 persen dibandingkan tahun 2011.
Ini disebabkan sudah berfungsinya irigasi secara baik di beberapa daerah seperti
Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Barat. Dengan
berfungsinya irigasi tersebut, dan didukung curah hujan yang cukup, maka
pemanfaatan lahan dapat lebih optimal, khususnya lahan yang sebelumnya tidak
terairi. Selain itu peningkatan indeks penanaman (IP) di beberapa daerah, telah
melakukan penanaman 2-3 kali setahun juga memberikan kontribusi bagi
peningkatan produktivitas padi di Aceh (BPS, 2009).
BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah
BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus
berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada pengguna
melalui kegiatan desiminasi. Penelitian/pengkajian yang diimplementasikan dalam
bentuk ”Sekolah Lapang (demplot)” akan lebih bersifat lokal spesifik, dinamis dan
partisipatif dimana petani terlibat langsung sejak perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan pengembangannya. Petani dapat mengadopsi secara parsial atau
paket spesifik tergantung kemampuan petani. Dengan pendekatan seperti ini
7
teknologi hasil penelitian akan cepat sampai dan diadopsi petani karena paket
tersebut sudah teruji langsung di lapangan.
Salah satu kegiatan diseminasi yang akan dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan adopsi teknologi yaitu kegiatan SL-PTT. Sekolah Lapang ini
diharapkan dapat memberi suatu daya tarik tesendiri terhadap petani dalam
memecahkan masalah. Dengan pendekatan SL-PTT juga diharapkan petani dapat
berpartisipasi aktif sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan menentukan
paket yang terbaik. SL-PTT yang nantinya diharapkan dapat ditiru dan diadopsi oleh
pengguna secara berkelanjutan.
Pendampingan SL-PTT dilakukan BPTP Aceh bertujuan agar teknologi
Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam SL-PTT, sehingga
pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran peningkatan produksi padi. Sasaran pendampingan teknologi pada 7 lokasi
di Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Barat
dengan total unit SL-PTT 1.800 unit.
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Aceh dalam bentuk: Juknis PTT dan SL-
PTT; Sebagai narasumber pada pelatihan SL-PTT untuk 1.789 pemandu lapang
(PL) II di setiap kabupaten/kota; Demonstrasi Plot PTT dilakukan pada lahan seluas
0,25 ha di luar Laboratorium Lapangan (LL) dalam Sekolah Lapangan (SL) pada
dua titik per kabupaten untuk menguji paket teknologi lengkap PTT. Lahan SL yang
luasnya 24 ha dijadikan lahan perluasan inovasi teknologi yang dikembangkan
dalam LL dan lahan demplot. Penyelenggaraan pendampingan di SL dilakukan oleh
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Penyebarluasan inovasi dilakukan melalui
Display VUB seluas 2,00 ha dengan intoduksi masing-masing tiga varietas unggul
baru (VUB) padi yang berproduksi tinggi dan satu varietas pembanding yang telah
digunakan petani secara luas. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan/areal
yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan, temu
lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan
diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Koordinasi tim stuktural pendamping di tingkat provinsi terdiri dari Kadistan
sebagai ketua, BPTP Aceh sebagai sekretaris dan Bakoorluh sebagai wakil ketua
serta anggotanya Dinas/instansi terkait. Penunjukkan Liason Officer (LO) di 18
kabupaten dilakukan berdasarkan keputusan kepala BPTP Aceh sebanyak 18 orang
LO. Pelaporan pelaksanaan pendampingan oleh tim BPTP Aceh dilakukan secara
berjenjang oleh LO melalui pengumpulan data di tingkat desa, kecamatan dan
8
kabupaten, ditembuskan kepada tim teknis di provinsi dan kabupaten. BPTP Aceh
juga menyampaikan laporan berkala kepada BBP2TP. Pendekatan ini diharapkan
akan berhasil meningkatkan pendapatan petani yang didukung oleh semua pihak
terkait. Koordinasi antara tim teknis, LO dengan unsur lainnya menjadi faktor kunci
keberhasilan. Oleh karena itu jalinan kerjasama dengan semua pihak terkait terus
dibina dan ditingkatkan intensitasnya. (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Diharapkan dengan penerapan SL-PTT padi pada di Provinsi Aceh mampu
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani, meningkatkan efisiensi biaya
usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi,
serta terjaganya kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan
kehidupan secara keseluruhan.
1. 2. TUJUAN
1. Melakukan Pendampingan Teknologi pada SL-PTT Padi (1.800 unit LL) di
Provinsi Aceh.
9
4. Menjaga keberlanjutan produksi padi sebagai penyangga keamanan
pangan nasional, serta mampu meningkatkan pendapatan usahatani
rumah tangga petani.
10
spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang
peningkatan produksi secara berkelanjutan. Dalam SL-PTT petani dapat belajar
langsung di lapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung
(mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan
(melakukan/ mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik
lokasi (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya
yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam
melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi
sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan
usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Namun
demikian wilayah di luar SL-PTT akan tetap dilakukan pembinaan peningkatan
produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun 2010 dapat meningkat(Dirjen
Tanaman Pangan, 2010).
Pada prinsipnya SL-PTT adalah pendekatan dalam budidaya yang
mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu
tanaman (OPT) secara terpadu. SL-PTT adalah kombinasi teknologi pilihan yang
penerapannya disesuaikan dengan kondisi dan potensi setempat. Pada dasarnya
SL-PTT bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi
atau strategi bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola
tanaman, tanah air, dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara
holistik dan berkelanjutan (Dirjen Tanaman Pangan, 2010).
11
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
3.2. Pendekatan
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat,
maka proses pemilihan atau perakitan teknologi didasarkaan pada hasil analisis
potensi, kendala dan peluang atau dikenal dengan Participatory Rural Appraisal
(PRA). Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya
peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih teknologi yang
akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologi dasar maupun pilihan.
12
Komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar jika hasil PRA
memprioritaskan penerapan komponen teknologi tersebut untuk pemecahan
masalah utama di wilayah setempat (Suryana A, dkk, 2008).
PRA akan dilaksanakan di salah satu desa dalam kabupaten sasaran oleh
tim peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang telah mendapatkan pelatihan PRA
sebelumnya dan dilaksanakan bersama-sama dengan petani dan PPL di tingkat
kecamatan. Dalam kegiatan ini fokus identifikasi dilakukan terhadap:
Karakterisasi lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan hidrologi,
peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, kalender musim, rangking
matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja berdasarkan gender, dan arus
sumberdaya.
Identifikasi dan analisa permasalahan
Persepsi petani mengenai permasalahan dan akar permasalahan
Peluang mengatasi permasalahan
Bentuk dukungan yang akan dilakukan BPTP Aceh adalah sebagai berikut:
a. Penyediaan benih sumber padi dilakukan pada seluruh lokasi LL padi 1800 unit.
b. Display VUB padi, dilakukan pada 36 unit LL dengan luasan masing-masing
2,00 ha. Kegiatan Display VUB ini menerapkan teknik praktek lapang bersama
dengan petani kooperator yang juga diikuti oleh petani sekitarnya. Varietas
yang diuji dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: (1) padi tipe baru (PTB)
dataran rendah yaitu Inpari 1, 3, 6, 10 dan 13, Inpago dan Ciherang. Komponen
teknologi yang digunakan didasarkan kepada hasil assessment dengan petani
pada waktu pelaksanaan PRA. Dosis pupuk standar yang digunakan adalah
berdasarkan hasil analisis tanah di lokasi kegiatan. Untuk mengukur keakuratan
penggunaan pupuk Urea digunakan alat Bagan Warna Daun (BWD). Dalam
pelaksanaan pengkajian dilakukan monitoring/pengamatan terhadap serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Apabila terdapat serangan maka
dilakukan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida kimia. Demikian
pula pada komoditas jagung, kedelai dan kacang tanah, komponen tekonologi
yang akan diterapkan berdasarkan hasil analisis PRA.
c. Penyediaan informasi, juklak, juknis, dan prototipe SL-PTT padi bagi Pemandu
Lapangan II dan III di seluruh lokasi demfarm (1.800 unit).
d. Pelatihan tenaga inti dan pendamping dari 7 kabupaten, sebanyak 4.200 orang
dengan memberikan materi peningkatan produksi melalui penerapan SL-PTT.
Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota,
13
secara berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan (PL) II di
Provinsi dan terakhir pelatihan Pemandu Lapangan (PL III) di Kabupaten/Kota.
Perserta pelatihan Pemandu Lapangan adalah PPL, Pengendali Organisme
Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengawas Benih Tanaman (PBT) dengan
materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan dititikberatkan pada
praktek lapangan. Narasumber adalah PL I, para ahli dari lingkup Dinas
Pertanian Provinsi, BPTP dan pakar dari perguruan tinggi.
e. Teknologi & tool spesifik lokasi SL-PTT diterapkan pada seluruh lokasi LL
sedangkan lokasi SL-PTT padi iharapkan dapat mengikutinya melalui kegiatan
diseminasi yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh. Seluruh unit LL akan
mendapatkan teknologi PTT dan SL diharapkan mampu menerapkan di
lokasinya masing-masing.
f. Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai
dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten, yang meliputi
perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai, pemecahan
permasalahan dan lain-lain. Evaluasi juga dilaksanakan oleh petugas Pusat,
Provinsi dan Kabupaten, setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT
selesai dilaksanakan. Evaluasi meliputi: 1) Komponen kegiatan pelaksanaan
SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan
produktivitas di lokasi LL dan SL, dan 4) Penerapan komponen teknologi PTT
dan lain-lain. Adapun monitoring dan evaluasi penerapan teknologi (on going)
dilaksanakan oleh BPTP Aceh pada seluruh lokasi kegiatan (7 kabupaten).
Displ
ay
VUB
Gambar 1. Struktur Pola Pendampingan BPTP
2 HaNAD pada SL-PTT Padi
14
Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pendampingan SL-PTT tahun 2011
yang akan dilakukan terlihat pada jadual kegiatan berikut ini:
B MANAJEMEN PELAKSANAAN
* = Tim Inti pelaksana mengkoordinasikan seluruh kegiatan SLPTT program dan sumber
lain yang mendukung SL-PTT
15
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
C OPERASIONALISASI
D.5. Pelaporan
16
Tabel 2. Cakupan Kegiatan dan Kapasitas Pelaksanaan SL PTT 2012
3.4. Pengamatan
Pengamatan hasil panen dilakukan secara ubinan 2 m x 5 m, yaitu di lokasi
SL-PTT sebanyak 2 ubinan panen, di lokasi demoplot (LL) masing-masing varietas
1 ubinan panen (8 ubinan panen per lokasi) dan 2 lokasi di luar areal SL-PTT
masing-masing 5 ubinan panen. Hasil gabah ditimbang dalam bentuk kering panen.
Hasil panen masing-masing dibandingkan antar varietas yang dicoba dalam LL,
kemudian dibandingkan antara hasil panen di LL dengan SL-PTT, hasil panen di
SL-PTT dengan non SL-PTT dan antara hasil panen di LL dengan demplot LL, serta
mencatat setiap kegiatan usahatani yang bersifat teknis maupun non teknis dalam
pelaksanaan SL-PTT (Tabel 2).
Adapun pengamatan untuk Display VUB kegiatan SL-PTT padi meliputi; (1)
Komponen pertumbuhan dan (2) Komponen hasil.
17
Tabel 3. Pengamatan Kegiatan SL-PTT
DEMPLOT
Kegiatan LL SL-PTT NON SL-PTT
LL
Nama lokasi : Provinsi Aceh
Ekoregion : lahan sawah
dan lahan kering
Keragaan Agronomi : Record data Record data Record data Record data
Tinggi tanaman oleh PPL oleh PPL dan oleh PPL oleh PPL dan
Jumlah anakan dan dianalisis dan dianalisis
Jumlah malai per rumpun dianalisis oleh LO dianalisis oleh LO
Jumlah bulir per malai oleh LO (BPTP Aceh) oleh LO (BPTP Aceh)
(BPTP BPTP
Aceh) Aceh)
Pengamatan PHT : Record data Record data Record data Record data
- Jenis OPT dan oleh PPL oleh PPL dan oleh PPL oleh PPL dan
persentase tingkat dan dianalisis dan dianalisis
serangan dianalisis oleh LO dianalisis oleh LO
- Pengendalian OPT yang oleh LO (BPTP Aceh) oleh LO (BPTP Aceh)
dilakukan petani (BPTP (BPTP
Aceh) Aceh)
Keragaan Sosial Ekonomi: Record data Record data Record data Record data
Analisis R/C ratio dan oleh PPL oleh PPL dan oleh PPL oleh PPL dan
analisis marginal B/C ratio dan dianalisis dan dianalisis
(MBCR). dianalisis oleh LO dianalisis oleh LO
oleh LO (BPTP Aceh) oleh LO (BPTP Aceh)
(BPTP (BPTP
Aceh) Aceh)
Pelaksanaan Panen dan Record data Record data Record data Record data
Pasca panen: oleh PPL oleh PPL dan oleh PPL oleh PPL dan
- Produksi, umur panen, dan dianalisis dan dianalisis
jumlah tenaga kerja dan dianalisis oleh LO dianalisis oleh LO
harga GKP oleh LO (BPTP Aceh) oleh LO (BPTP Aceh)
- Kegiatan pasca panen (BPTP (BPTP
yang dilakukan petani Aceh) Aceh)
Penerapan komponen Record data Record data Record data Record data
teknologi SL-PTT (%) oleh PPL oleh PPL dan oleh PPL oleh PPL dan
dan dianalisis dan dianalisis
dianalisis oleh LO dianalisis oleh LO
oleh LO (BPTP Aceh) oleh LO (BPTP Aceh)
(BPTP (BPTP
Aceh) Aceh)
18
a. Analisis Data
Data agronomis ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis tingkat
efisiensi usahatani PTT, digunakan indikator imbangan penerima dan biaya, atau
analisis R/C ratio. Untuk mengukur tingkat keunggulan model PTT dapat digunakan
analisis marginal B/C ratio (MBCR).
19
9. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus
pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap
stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan
meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang
diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.
10. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan
mengendalikan serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan
atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan
berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT).
Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila
serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus
memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan
resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.
11. Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal
jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen
pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan
penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.
12. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan
peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil
panen dikemas dalam wadah dan disimpan di tempat penyimpanan yang
aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga
dan tidak tercecer (Pusbangluhtan, 2008).
20
inovasi tersebut dalam meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani guna
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka teknologi maupun capaian hasil yang
telah diperoleh dari penerapan teknologi PTT tersebut perlu disampaikan kepada
petani dan pengambil kebijakan di daerah, maka dalam kegiatan ini BPTP Aceh
juga membuat prototipe teknis penerapan teknologi PTT ke dalam bentuk demfarm
dan berbagai media komunikasi lainnya.
Luas satu unit SL-PTT padi adalah berkisar 25 ha, satu unit LL seluas
minimal 1 hektar. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT akan mendapat
bantuan benih, pupuk urea, NPK dan pupuk organik. Kegiatan diseminasi yang
akan dilaksanakan oleh BPTP Aceh dalam bentuk: 1) Display VUB, yang dibuat
dengan luas 2,00 ha, 2) Penyampaian informasi teknologi PTT padi kepada petani
di lokasi LL dan SL dengan cara pemberian leaflet SL-PTT Padi, brosur pupuk
organik (5.800 eks), deskripsi varietas (1.800 eks), leaflet pengendalian HPT (4.800
eks) dan CD PTT padi (100 pcs). Adapun penyampaian teknologi PTT melalui
penyuluhan dan bimbingan kepada penyuluh pendamping dan Pemandu Lapangan
menjadi fokus pada kegiatan diseminasi dengan target 60% dari jumlah lokasi
demfarm LL.
21
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI
LETAK GEOGRAFIS
Kabupaten Aceh Besar terletak di ujung barat daya Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan merupakan titik awal dari Banda Aceh menuju daerah Aceh dan
Sumatera lainnya. Sebelum dimekarkan di akhir tahun 70an, ibukota Aceh Besar
adalah kota Banda Aceh, kemudian kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya
sehingga ibukota Aceh Besar pindah ke daerah Jantho di pegunungan Seulawah.
Kabupaten Aceh Besar terletak 5,2 – 5,8 LU 9,50 – 95,8 BT, dengan sisi barat,timur
dan utaranya dibatasi dengan Samudera Hindia, Selat Malaka dan Teluk Benggala,
yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana kota Sabang berada.
Sedangkan untuk wilayah darat, Aceh Besar berbatasan dengan kota Aceh Banda
Aceh di sisi utara, Kabupaten Jaya Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta
Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.
22
Sebelah Timur : Kabupaten Pidie
Pemerintahan
Nama Bupati : Mukhlis Basyah
Kecamatan
Baitussalam, Darul Imarah, Darul Kamal, Darussalam, Indrapuri, Ingin Jaya, Krueng
Barona Jaya, Kuta Baro, Kuta Cot Glie, Kota Jantho, Kuta Malaka, Lembah
Seulawah, Lhoknga, Leupung, Lhoong, Mesjid Raya, Montasik, Peukan Bada, Pulo
Aceh, Seulimeum, Simpang Tiga, Suka Makmur dan Blang Bintang
Potensi Alam
Perkebunan : Lada, Jahe, Rambutan
23
4.2. Kabupaten Pidie
LETAK GEOGRAFIS
Batas-batas Daerah
Daerah Meliputi:
Banyaknya Kecamatan : 23
Banyaknya Mukim : 94
Banyaknya
Ø Gampong Definitif : 730
Ø Gampong Non Defenitif :1
24
4.3. Kabupaten Pidie Jaya
Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Ibukotanya
adalah Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari2007.
Kabupaten Pidie Jaya terdiri delapan Kecamatan, yakni Kecamatan Bandar Baru
dengan Ibukotanya Lueng Putu, Kecamatan Pante Raja ibukotanya Keude Pante
Raja, Kecamatan Trieng Gadeng Ibukotanya Trieng Gadeng, Kecamatan Meureudu
Ibukotanya Meureudu, Kecamatan Meurah Dua Ibukotanya Simpang Puet,
Kecamatan Ulim Ibukotanya Keude Ulim, Kecamatan Jangka Buya Ibukotanya
Jangka Buya, Kecamatan Bandar Dua Ibukotanya Ulee Gle.
Batas Wilayah
Utara Selat Malaka
25
Wilayah Administratif
Kabupaten Pidie Jaya terbagi dalam delapan (8) kecamatan dan 222 gampoeng.
Berikut ini merupakan daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya beserta
luas dan jumlah mukim dan gampoeng yang dimilikinya.
Luas Luas
Luas Laut 4 Persentase
Kecamatan Ibukota Darat Total Mukim Gampoeng
Mil (Km2) (%)
(Km2) (Km2)
Tofografi
Secara topografi Kabupaten Pidie Jaya berada pada ketinggian 0,80 m s/d 125,0 m
di atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%,
dimana untuk kota kota kecamatan seperti Panteraja, Treinggadeng, dan Meureudu
berada dipesisir pantai laut Malaka. Secara keseluruhan Kabupaten Pidie Jaya
rawan terhadap banjir dan erosi. Kecamatan Ulee Glee yang merupakan wilayah
yang berada ditempat yang lebih tinggi dari daerah lainnya dan wilayah selatan dari
kecamatan Bandar Baru, Panteraja, Trienggadeng dan Merah Dua dari Kabupaten
Pidie Jaya juga merupakan kawasan hutan yang selama ini terjadi penebangan
hutan yang tidak terkendalinya dan kurang berhasilnya reboisasi kawasan hutan
berpotensi untuk terjadinya erosi. Dari klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie Jaya
merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng lebih besar dari
40 % dan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0 - 3 %. Bila dilihat
dari jenis tanah kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah podzolit merah kuning merupakan
jenis terluas dengan beberapa jenis tanah lainnya. Keadaan tanah efektif di
Kabupaten Pidie Jaya mencapai 94,78 % untuk kedalaman lebih dari 90 cm,
sedangkan sisanya 5,22 % tersebar ke dalaman lainnya.
26
4.4. Kabupaten Aceh Bireuen
Kabupaten Bireuen adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Aceh. Menjadi
kabupaten otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Aceh
Utara. Kabupaten ini terkenal dengan julukan kota juangnya.
27
jiwa perkilometer persegi dan hampir seluruh penduduk Kabupaten Bireuen
beragama Islam yakni mencapai 99,58 persen.
Pemerintahan
Nama Bupati : Ruslan M. Daud
Nama Wakil Bupati : Ir. Mukhtar Abda, M.Si
Nama Ibukota : Bireuen
Luas Wilayah : 1.901.21 Km (190.121 Ha)
Jumlah Penduduk : 350.504 Jiwa
Jumlah Desa : 539 Desa
Jumlah Kelurahan : 2 kelurahan
Jumlah Kecamatan : 17 kecamatan
28
Kabupaten Aceh Utara adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Indonesia. Ibukota kabupaten ini dipindahkan dari Lhokseumawe
ke Lhoksukon, menyusul dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota otonomi.
Kabupaten ini tergolong sebagai kawasan industri terbesar di provinsi ini dan juga
tergolong industri terbesar di luar pulau Jawa, khususnya dengan dibukanya industri
pengolahan gas alam cair PT. Arun LNG di Lhokseumawe pada tahun 1974. Di
daerah wilayah ini juga terdapat pabrik-pabrik besar lainnya: Pabrik Kertas Kraft
Aceh, pabrik Pupuk AAF (Aceh Asean Fertilizer) dan pabrik Pupuk Iskandar Muda
(PIM).
Pemerintahan
Nama Bupati : Muhammad Thaib
Kecamatan
Baktiya, Baktiya Barat, Banda Baro, Cot Girek, Dewantara, Geureudong Pase, Kuta
Makmur, Langkahan, Lapang, Lhoksukon, Matang Kuli, Meurah Mulia, Muara Batu,
Nibong, Nisam, Nisam Antara, Paya Bakong, Pirak Timu, Samudera, Sawang,
Seunudon, Simpang Keuramat, Syamtalira Aron, Syamtalira Bayu, Tanah Luas,
Tanah Jambo Aye dan Tanah Pasir
29
Potensi Alam
Perkebunan
Karet, KelapaDalam, Kelapa Hybrida, Kelapa Sawit, Kopi, Cengkeh, Pinang, Kakao,
Kemiri, Lada, Sagu, Aren, Nilam dan Kunyit.
Pertanian
Perikanan
Peternakan
Sapi,Kerbau,Kambing,Domba,Ayam danItik.
Perindustrian
Pariwisata
Wisata Alam
Wisata Spiritual
Museum Malikussaleh
Makam Malikussaleh
Rumah Cut Meutia
30
4.6. Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur adalah sebuah kabupaten yang berada di sisi timur
provinsi b. Kabupaten ini juga termasuk kabupaten kaya minyak selain Aceh Utara
dan Aceh Tamiang. Kawasan ini juga termasuk basis Gerakan Aceh Merdeka
sebelum diberlakukannya Darurat Militer sejak Mei 2003. Sebelum penerapan
Darurat Militer ini, kawasan Aceh Timur termasuk kawasan hitam, terutama di
kawasan Peureulak dan sekitarnya.
Kabupaten Aceh Timur terletak pada posisi 3.45 - 5.15 Lintang Utara dan 97.18 -
98.15 Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut :
31
Pemerintahan
Bupati : Hasballah M. Thaib
Kecamatan : 21
Desa/kelurahan : 580
Potensi Alam
Aceh Timur telah beroperasi industri kayu lapis (Plywood), Pabrik Lem, Pabrik
Kertas, Pabrik Minyak Kelapa Sawit dsb.
32
4.7. Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.
Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau
1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan
Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee
(perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan
Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan
luas wilayah menjadi 2.927,95 km².
Bupati
33
3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4. Meningkatakan aksesibilitas daerah.
5. Meningkatkan pendapatan daerah.
Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000 - 2003 terbagi menjadi 3 Daerah Tingkat II,
yakni:
Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh
wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut:
2
Arongan Lambalek, luas 130,06 km Panton Reu, luas 83,04 km2 (19
(4,44% luas Aceh Barat) (27 desa/kelurahan)
desa/kelurahan) Samatiga, luas 140,69 km2 (32
Bubon, luas 129,58 km2 (4,43% luas desa/kelurahan)
Aceh Barat) (17 desa/kelurahan) Sungai Mas, luas 781,73 km2
Johan Pahlawan, luas 44,91 km2 (1,53% (18 desa/kelurahan)
luas Aceh Barat) (21 desa/kelurahan) Woyla (43 desa/kelurahan)
Kaway XVI, luas 510,18 km2 (62 Woyla Barat, luas 123 km2 (24
desa/kelurahan) desa/kelurahan)
Meureubo, luas 112,87 km2 (26 Woyla Timur, luas 132 km2 (26
desa/kelurahan) desa/kelurahan)
Pantai Ceureumen, luas 490,25 km2 (25
desa/kelurahan)
Geografi
34
Utara Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Pelaksanaan pendampingan SL-PTT telah berjalan sangat baik, hal ini
ditunjukkan oleh respon masyarakat yang sangat tinggi. Pendampingan SL-PTT
pada tahun 2012 di Provinsi Aceh dilakukan oleh BPTP sebanyak 7 kabupaten
yaitu; Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh
Barat. Kegiatan SL-PTT di setiap Kabupaten sudah selesai dilaksanakan dengan
baik dan telah memberikan hasil yang nyata dilapangan.
Hasil PRA
Kuta Cot Glie adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh,
Indonesia. Kecamatan ini adalah kecamatan baru hasil Pemekaran dari Kecamatan
Indrapuri. Kecamatan Kuta Cot Glie mempunyai dua kemukiman dengan jumlah
desa/kelurahan 32, dimana salah satu desa yaitu Desa Ie Alang merupakan desa
binaan BPTP dengan kegiatan Program pengembangan Sekolah Lapang
pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi sawah. Luas potensi lahan sawah di
Ie Alang 186 ha.
Meurah Dua adalah kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh. Kecamatan
ini adalah termasuk kawasan sentra produksi padi dengan luas lahan sawah 87 ha.
Salah satu desa dalam kecamatan ini merupakan desa binaan BPTP Aceh dalam
mengembang sektor pertanian yakni tanaman pangan/padi di bawah program SL-
PTT.
36
Keurumbok, Kuta Blang, Bireuen
37
5.2. Pembahasan
38
Gambar 2. Skema Operasional SL-PTT
39
5.4. Tenaga Pelaksana
Susunan penanggung jawab kegiatan Pendampingan Program Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Provinsi Aceh. Tenaga
pelaksana terbagi menjadi : (1) Tenaga inti, (2) Liason Officer (LO), dan (3) PPL,
sebagai berikut :
40
2. Liason Officer (LO)SL-PTT pada Masing-Masing Kabupaten di Provinsi
Aceh
Berikut ini daftar nama dan nomor HP Pemandu SL-PTT setiap kabupaten,
sedangkan lebih lengkap lokasi, nama dan nomor HP PPL pendamping dapat dilihat
pada lampiran.
Table 8. Nama pendamping SL-PTT 2012
Bidang
No Nama Kabupaten Nama Nomor HP
Keahlian
1 2 3 4 5
41
3. PPL di lokasi SL-PTT
Penanggung Jawab
No Kabupaten Kabupaten Nomor HP
(Dinas Pertanian)
1 2 3 4
1 Pidie Ir. Fakhruddin 081360819892
2 Aceh Besar Jufri, SP 08126930505
3 Pidie Jaya Ir. M. Nasir 08126910284
4 Aceh Timur Ir. Syawal, MP 085262786030
5 Bireuen Ir. Ali Basyah 081360313637
6 Aceh Utara Ir. M. Jamil 081376766022
7 Aceh Tamiang Mustafa, SP 085270159928
8 Bener Meriah Uug Wahyudi 085276739162
9 Aceh Selatan Suparlan 081360001961
10 Aceh Barat Ir. Rizal 081360173785
11 Aceh Jaya M. Jufri,SP 085260109715
12 Aceh Barat Daya Mustafa 085270511830
13 Nagan Raya Ir. Bunaiya 081360017731
14 Aceh Singkil Emlan 081269330436
15 Simeuleu Ir. Ibrahim 081362897604
16 Aceh Tengah Ali Piah 085275077108
17 Gayo Lues Zulkifli 085260029749
18 Aceh Tenggara Fakhri, SP 085260893499
42
5. Kegiatan Pelatihan Petani SL-PTT 2012
Jumlah peserta
No Kabupaten Keterangan
(org)
3 Pidie Jaya 52
4 Bireuen 80
5 Aceh Utara 64
6 Aceh Timur 57
7 Aceh Barat 52
Jumlah 443
Jumlah peserta
No Kabupaten Keterangan
(org)
4 Bireuen 46
5 Aceh Utara 52
6 Aceh Timur 46
7 Aceh Barat 43
Jumlah 322
43
7. Kegiatan Temu Lapang
- Materi
o SL-PTT Padi
o Sistem tanam legowo tanaman padi sawah
o Panen dan Pasca panen
o Rencana Tindak Lanjut
Jumlah peserta
No Kabupaten Keterangan
(org)
1 2 3 4
4 Bireuen 342
Jumlah 3372
1 2 3 4 5 6
44
Materi pelatihan yang disampaikan yaitu komponen teknologi meliputi: Varietas
unggul baru (VUB), pemupukan berimbang/rekomendasi pemupukan, pupuk
organik, Alat mesin pertanian, Pengairan berkala/intermitten, Pengendalian OPT,
Penanganan panen dan pasca panen
45
10. Rekomendasi VUB Padi
Berdasarkan hasil display varietas unggul baru, uji adaptasi varietas dan
demoplot di lahan petani dengan benih unggul bermutu untuk mempercepat alih
teknologi direkomendasikan beberapa varietas untuk dikembangkan. Adapun
komoditi dan kabupaten pelaksana sebagaimana tabel berikut ini.
Rekomendasi Pemupukan
Rekomendasi Pemupukan N,P,K berdasarkan target hasil pada tanaman
padi sawah specifik lokasi per kecamatan di provinsi Aceh hasil analisa tanah untuk
46
program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi sawah
sebagaimana terlampir pada lampiran 1.
Tabel 13. Hasil Pengamatan Kegiatan SL-PTT
Keragaan Agronomi :
Tinggi tanaman 110 110 110 107
Jumlah anakan 26 26 26 26
Jumlah malai per rumpun 19 19 19 19
Jumlah bulir per malai 134 134 134 104
Pengamatan PHT :
- Jenis OPT dan
persentase tingkat Tikus Tikus Tikus/3 Tikus/5
serangan
- Pengendalian OPT yang Racun Racun Racun Racun
dilakukan petani
Keragaan Sosial Ekonomi:
Analisis R/C ratio dan 1,7 1,7 1,5 1,2
analisis marginal B/C ratio
(MBCR).
Pelaksanaan Panen dan
Pasca panen:
- Produksi, umur panen,
jumlah tenaga kerja dan
harga GKP
- Kegiatan pasca panen
yang dilakukan petani
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Pengembangan padi pada musim tanam kering/rendengan khususnya pada
lahan irigasi diperlukan penyesuaian dengan iklim dan perlu kesesuaian penggunaan
varietas yang adaptif.
48
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
49
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009. Deskripsi Varietas Padi. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh, 2008. Laporan
Tahunan 2007 Provinsi Aceh.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2009. Laporan
Tahunan 2008 Provinsi Aceh.
Kartaatmadja, S dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konsep dan
Penerapan. Dalam Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi
Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang
Pertanian. Hal. 75-89.
50
Lampiran 1 :
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
51
Lampiran 2 :
PENANGANAN RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Upaya
No Resiko Penyebab Dampak
Penanganan
1. Petani Kurang Kelompok yang Informasi tidak Benah kelompok
Koperatif kurang aktif atau sampai (terputus) dan meningkatkan
belum mantap terutama teknologi intensitas
anjuran sehingga pembinaan oleh
kegiatan usahatani Dinas/Instansi
kurang baik terkait
52
Lampiran 4. Rekapitulasi produktivitas hasil padi kegiatan SL-PTT 2012
Produktifitas Rata-rata
Jumlah unit SL (Ton GKP/Ha)
No. Kabupaten
yang didamping
SL LL Non-SL
53
Lampiran 5. Penggunaan Varietas di Provinsi Aceh Tahun 2012
No Kecamatan Varietas Keterangan
54
Dokumentasi:
55
56
Lampiran:1
Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Berdasarkan Target Hasil Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi Per Kecamatan di Provinsi Aceh
REKOMENDASI PUPUK
Kabupaten Kecamatan Target Hasil 6 ton Target Hasil 7 ton Target Hasil 8 ton Target Hasil 9 ton
NPK (15:15:15) Urea KCL NPK (15:15:15) Urea KCL NPK (15:15:15) Urea KCL NPK (15:15:15) Urea KCL
Lhoong 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Lhoknga 240 120 40 300 120 40 370 120 40 440 130 40
Indrapuri - - - - - - - - - - - -
Seulimeum - - - - - - - - - - - -
Mesjid Raya 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Darussalam - - - - - - - - - - - -
Kuta Baro 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Montasik - - - - - - - - - - - -
Ingin Jaya 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Suka Makmur - - - - - - - - - - - -
Aceh Besar Darul Imarah 240 120 40 300 120 40 370 120 40 440 130 40
Peukan Bada 120 160 20 180 160 20 250 160 20 320 170 20
Pulo Aceh - - - - - - - - - - - -
Luepung 240 120 40 300 120 40 370 120 40 440 130 40
Ota Cot Glie - - - - - - - - - - - -
Lembah Seulawah 0 0 0 60 0 0 130 0 0 200 0 0
Baitussalam 0 0 0 60 0 0 130 0 0 200 0 0
Krueng Barona Jaya 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Kota Malaka 120 160 70 180 160 70 250 160 70 320 170 70
Simpang Tiga 120 160 70 180 160 70 250 160 70 320 170 70
Darul Kamal 120 160 70 180 160 70 250 160 70 320 170 70
Geumpang - - - - - - - - - - - -
Meureudu 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Bandar Dua 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Pidie Ulim 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Trieng Gadeng - - - - - - - - - - - -
Banda Baru 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Glumpang Tiga 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
57
Mutiara 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Tiro/Truseb 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Tangse 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Titeu Keumala 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Sakti 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Mila 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Padang Tiji 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Delima 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Indrajaya 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Peukan Baro 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Kembang Tanjung 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Simpang Tiga 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Kota Sigli 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Pidie 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Batee 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Muara Tiga 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Manee - - - - - - - - - - - -
Meurah Dua 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Jangka Buya 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Gelumpang Baro 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Pante Raja 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Mutiara Barat 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Grong-grong 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Mutiara Timur 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Pidie Jaya
58
Samalanga 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Pandrah 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Jeuneib 120 210 20 180 210 20 250 210 20 320 220 20
Peudada 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Juli - - - - - - - - - - - -
Bireuen
Jeumpa 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Jangka 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Peusangan 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Makmur 180 190 0 240 190 0 310 190 0 380 200 0
Ganda Pura 180 190 50 240 190 50 310 190 50 380 200 50
Sawang - - - - - - - - - - - -
Nisam - - - - - - - - - - - -
Kuta Makmur - - - - - - - - - - - -
Syamtalira Bayu - - - - - - - - - - - -
Meurah Mulia - - - - - - - - - - - -
Matangkuli 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Cot Girek 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Tanah Jambo Aye 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Seunudon 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Baktiya 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Aceh Utara Lhok Sukun 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Tanah Luas 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Samudera 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Syamtalira Aron 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Tanah Pasir 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Muara Batu 120 160 70 180 160 70 250 160 70 320 170 70
Dewantara 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Nibong 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Baktiya Barat 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Langkahan 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Paya Bakong 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Serbajadi - - - - - - - - - - - -
Aceh Timur Birem Bayeum 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Rantau Selamat 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
59
Peureulak 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Rantau Peureulak 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Idi Rayeuk 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Darul Aman 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Nurussalam 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Julok - - - - - - - - - - - -
Simpang Ulim 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Sungai Raya 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Peureulak Timur 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Peureulak Barat 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Peudawa 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Banda Alam 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Idi Tunong 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Indra Makmur - - - - - - - - - - - -
Pante Bidari - - - - - - - - - - - -
Simpang Jernih - - - - - - - - - - - -
Madat 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Langsa Timur 240 120 - 300 120 - 370 120 - 440 130 -
Langsa Barat 180 140 - 240 140 - 310 140 - 380 150 -
Langsa Kota - - - - - - - - - - - -
Johan Pahlawan - - - - - - - - - - - -
Sama Tiga 180 140 50 240 140 50 310 140 50 380 150 50
Woyla 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Kaway XVI 120 160 20 180 160 20 250 160 20 320 170 20
Sungai Mas - - - - - - - - - - - -
Aceh Barat Bubon 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Arongan Lambek 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Woyla Barat 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Woyla Timur 180 140 0 240 140 0 310 140 0 380 150 0
Meureuba 120 160 20 180 160 20 250 160 20 320 170 20
Pante Ceureuremen 120 160 20 180 160 20 250 160 20 320 170 20
60
61
Lampiran: 2
Analisis Usahatani Padi MH : 2011/2012 (SL-PTT)
Luas : 1,0 ha
No. Uraian Satuan Volume Harga Nilai
Rincian Biaya xxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
1. Benih
Kg 25 6.000 150.000
2. Pupuk An-Organik :
Urea
Kg 200 2.000 400.000
SP-36
Kg 100 2.100 210.000
ZA Kg - - -
KCL
Kg 50 6.000 300.000
NPK
Kg 40 2.400 96.000
Pupuk Organik : -
Pupuk Kandang Kg - - -
Kompos
Kg 300 1.000 300.000
Pupuk Cair Liter - - -
3. Pestisida
Liter 1 80.000 80.000
4. Tenaga Kerja : HOK - - -
a. Persemaian
HOK 6 50.000 300.000
b. Pengolahan Lahan
M2 10.000 150 1.500.000
c. Penanaman dan
penyulaman HOK 30 50.000 1.500.000
d. Penyiangan
HOK 5 50.000 250.000
e. Pemupukan
HOK 8 50.000 400.000
f. PHT
HOK 8 50.000 400.000
g.Pengairan
MT 1 200.000 200.000
h. Panen
HOK 20 50.000 1.000.000
i. Paska Panen (7 % hasil)
Kg 420 4.000 1.680.000
j. Pengangkutan
HOK 8 50.000 400.000
5. Sewa Lahan
M2 10.000 933 9.330.000
6. Biaya Lainnya 10% -
Rp 1.849.600
62
Total Biaya - -
Rp 18.496.000
Produksi
Kg 7.000 4.000 28.000.000
Total Pendapatan - -
Rp 28.000.000
Keuntungan - -
Rp 9.504.000
R/C Rasio 1,5
63
Lampiran: 3
Analisis Usahatani Padi MH : 2011/2012 (Perlakuan Petani)
Luas : 1,0 ha
No. Uraian Satuan Volume Harga Nilai
Rincian Biaya xxxxx xxxxxxx xxxxxxx xxxxxxx
1. Benih
Kg 60 6.000 360.000
2. Pupuk An-Organik :
Urea
Kg 300 2.000 600.000
SP-36
Kg 150 2.100 315.000
ZA Kg - - -
KCL
Kg 50 6.000 300.000
NPK
Kg 40 2.400 96.000
Pupuk Organik : -
Pupuk Kandang Kg - - -
Kompos Kg - - -
Pupuk Cair Liter - - -
3. Pestisida
Liter 1 80.000 80.000
4. Tenaga Kerja : HOK - - -
a. Persemaian
HOK 6 50.000 300.000
b. Pengolahan Lahan
M2 10.000 150 1.500.000
c. Penanaman dan
penyulaman HOK 30 50.000 1.500.000
d. Penyiangan
HOK 15 50.000 750.000
e. Pemupukan
HOK 8 50.000 400.000
f. PHT
HOK 8 50.000 400.000
g.Pengairan
MT 1 200.000 200.000
h. Panen
HOK 20 50.000 1.000.000
i. Pasca Panen (7 % hasil)
Kg 420 4.000 1.680.000
j. Pengangkutan
HOK 8 50.000 400.000
5. Sewa Lahan
M2 10.000 933 9.330.000
6. Biaya Lainnya 10% -
Rp 1.921.100
Total Biaya Rp - -
64
19.211.000
Produksi
Kg 6.000 4.000 24.000.000
Total Pendapatan - -
Rp 24.000.000
Keuntungan - -
Rp 4.789.000
R/C Rasio 1,2
65