Anda di halaman 1dari 12

Kajian Imunologi Air Susu Ibu

Selama bertahun-tahun, pengetahuan tentang sifat-sifat kekebalan tubuh dan efek dari susu manusia
telah tumbuh. Sebuah kajian komprehensif yang direkomendasikan oleh salah satu pelopor dalam
bidang imunologi, Dr. Armand Goldman,yang dimuat dalam Breastfeeding Medicine (2007).

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh
sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan dalam
lingkungannya. Sistem imun terbagi menjadi sistem imun spesifik dan non spesifik. Sistem imun
spesifik terdiri dari sistem humoral (limfosit B), selular (limfosit T), sistem limfoid primer, sistem
limfoid sekunder (limpa, kelenjar limfe dan sistem imun mukosa). Sistem imun non spesifik terdiri
dari yang bersifat fisik/mekanik (kulit, selaput lendir, silia, batuk, bersin), yang larut (asam lambung,
lisosim, laktoferin, asam neuraminik, komplemen, interferon, CRP) dan selular (monosit, makrofag,
neutrofil, eosinofil, sel NK, sel K, basofil, mastosit, trombosit). Didalam ASI, sebagian besar
komponen sistem imun tersebut sudah lengkap tersedia sehingga sangat diperlukan bayi.Selama
bertahun-tahun, pengetahuan tentang sifat-sifat kekebalan tubuh dan efek dari susu manusia telah
tumbuh. Sebuah kajian komprehensif yang direkomendasikan oleh salah satu pelopor dalam bidang,
Dr. Armand Goldman, muncul di Breastfeeding Medicine (2007). [14] Berikut adalah highlights
hanya beberapa banyak sifat kekebalan dikenal dan fungsi ASI.

Imunoglobulin ASI

 ASI mengandung semua antibodi yang berbeda (M, A, D, G, E), namun imunoglobulin
sekretorik A (sIgA) adalah yang paling melimpah. Susu yang diturunkan sIgA merupakan
sumber signifikan dari kekebalan pasif diperoleh untuk bayi selama minggu-minggu sebelum
endogen produksi sIgA terjadi. Selama ini dari usus neonatal fungsi kekebalan tubuh
berkurang, bayi memiliki keterbatasan pertahanan terhadap patogen ditelan. Oleh karena itu,
sIgA merupakan faktor protektif penting terhadap infeksi.
 Dengan asumsi bahwa ibu dan bayinya, yang terkait erat, berbagi tumbuhan umum,
spesifisitas antigenik dari sIgA ibu dalam susu nya diarahkan terhadap antigen yang sama
pada neonatus. Imunoglobulin Ibu A (IgA) antibodi yang berasal dari usus dan pernapasan
sistem surveilans kekebalan diangkut melalui darah dan sirkulasi limfatik ke kelenjar susu,
akhirnya diekstrusi ke dalam susu sebagai sIgA. Kemasan IgA dengan komponen sekretorik
yang unik untuk kelenjar susu melindungi sIgA dari asam lambung, yang memungkinkan
untuk mencapai usus kecil utuh.
 Sifat imunologi lainnya susu manusia Selain antibodi, ASI memiliki banyak faktor yang dapat
mempengaruhi mikroflora usus bayi. Faktor-faktor ini meningkatkan kolonisasi bakteri
beberapa saat menghambat kolonisasi oleh orang lain. Komponen imunologi termasuk
laktoferin, yang mengikat zat besi, sehingga membuatnya tersedia untuk bakteri patogen;
lisozim, yang meningkatkan aktivitas bakterisida sIgA terhadap organisme gram-negatif;
oligosakarida, yang bakteri mencegat dan bentuk tidak berbahaya senyawa yang excretes
bayi; lipid susu, yang merusak membran virus menyelimuti; dan mucins, yang hadir pada
membran tetesan susu lemak. Mucins mematuhi bakteri dan virus serta membantu
menghilangkan mereka dari tubuh. Interferon dan fibronektin memiliki kegiatan antivirus dan
meningkatkan sifat litik leukosit susu.
 Pemahaman kita tentang efek interaksional ini adalah konstituen bioaktif, dampak mikrobiota
pada fungsi usus, dan pengembangan (dan peran ASI mulai dipahami. Fenomena ini jelas
memiliki efek mendalam status kesehatan individu sepanjang hidup, terutama selama masa
kanak-kanak.
Leukosit ASI

 Makrofag terdiri 40-60% dari sel-sel dalam kolostrum, dengan sisa sel terutama terdiri dari
limfosit dan polimorfonukleosit. Diekstrusi ke dalam susu adalah sel epitel yang langka susu
dan tetesan lipid membran-terikat plasma disebut sebagai tetesan susu lemak. 7-10 hari
postpartum, dengan transisi dari kolostrum matang susu, persentase makrofag kemudian
meningkat menjadi 80-90% pada konsentrasi 104 -105 makrofag ASI per mililiter susu.
Leukosit susu dapat mentolerir ekstrem dalam pH, suhu, dan osmolalitas. Mereka telah
ditunjukkan untuk bertahan hidup selama seminggu di babon dan domba.

Kekebalan pasif dari ibu ke penerima menyusui bayi

 Sambil menunggu pematangan endogen sistem kekebalan bayi sendiri, berbagai komponen
susu imunologi dan bioaktif bertindak secara sinergis untuk menyediakan sistem dukungan
kekebalan pasif dari ibu ke bayinya pada hari-hari pertama bulan setelah kelahiran. Susu
tertelan pasif kebal neonatus. Sejumlah penelitian telah didokumentasikan dengan jelas
skenario ini dan manfaat klinis, mendemonstrasikan penurunan risiko infeksi pencernaan dan
pernafasan, terutama selama tahun pertama kehidupan.
 Bukti meningkat bahwa zat kekebalan tubuh dan bioaktif ini perdana GI neonatal dan sistem
kekebalan tubuh dalam pengakuan selektif mereka antigen dan pengembangan sinyal seluler.
Hal ini mungkin menjelaskan penurunan risiko alergi pencernaan dan pernafasan pada anak-
anak yang telah menyusui dan risiko yang lebih rendah dari yang diperkirakan dari penyakit
autoimun pada populasi ASI. Efek langsung yang sulit dibuktikan mengingat sifat
multifaktorial penyakit tersebut; Namun, ketika diambil bersama-sama, data mendukung sifat
menguntungkan dari susu manusia untuk bayi berkembang.

Komposisi komponen ASI yang berfungsi sebagai sistem imunitas

Zat Terlarut Selular


Antibodi spesifik

(sIgA, 7S IgA, IgG, IgE, IgD,\komponen sekretorik) Sel imun spesifik (limfosit T dan B)
Produk sel T Sel asesori (neutrofil, makrofag, sel epitel)
Antigen histokompatibilitas

Faktor-faktor nonspesifik (komplemen, faktor kemotaktik, properidin, interferon, α-fetoprotein, faktor


bifidus, faktor antistafilokokus, substansi antiadherens, epidermal growth factor, folate uptake
enhancer, faktor antiviral, faktor penghambat migrasi)

Protein karier (laktoferin, transferin, protein yang berikatan dengan B12, protein yang berikatan
dengan kortikoid)

Enzim (lisosim, lipoprotein lipase, enzim leukosit)

Migrasi Limfosit

 Sebagian sel limfosit T dan B yang keluar dari timus dan sumsum tulang akan menempati
mukosa secara selektif. Hal ini terjadi karena interaksi selektif antara molekul pada
permukaan sel limfosit tertentu dengan ligan (counterpart) pada sel endotel vaskular organ
tertentu, sehingga limfosit yang ada dalam pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan
tersebut. Sel endotel vaskular ini merupakan sel endotel venula pasca kapiler yang dinamakan
HEV (high endothelial venules).
Molekul pada permukaan sel endotel yang berperan untuk penempatan limfosit tersebut
dinamakan adresin (molekul yang memberi informasi alamat/address jaringan pada limfosit).
Ada 3 macam adresin vaskular yang terlibat dalam penempatan limfosit, yaitu adresin
mukosa, adresin kelenjar limfe perifer dan adresin putatif yaitu adresin yang diekspresikan
oleh sel endotel kulit yang meradang. Adresin vaskular mukosa diekspresikan secara selektif
pada sel endotel di plak Peyer, kelenjar limfe mesenterik, lamina propria usus, dan lamina
propria kelenjar eksokrin seperti kelenjar payudara dan pankreas.
 Molekul pada permukaan limfosit yang berperan sebagai reseptor untuk penempatan limfosit
pada mukosa adalah LPAM-l (lymphocyte adhesion molecule-1) yang termasuk famili
integrin. Penempatan sel limfosit pada jaringan tertentu tergantung dari reseptor yang terdapat
pada permukaan limfosit dengan ligannya pada sel endotel organ tertentu.
 Pada mukosa terdapat dua macam limfosit, yaitu limfosit konvensional dan nonkonvensional.
Sel limfosit nonkonvensional adalah sel limfosit yang bermigrasi langsung dari sumsum
tulang ke mukosa tanpa terlebih dahulu distimulasi antigen. Limfosit konvensional adalah
limfosit yang berasal dari jaringan limfoid mukosa (MALT = mucosa-associated lymphoid
tissue) dan bermigrasi ke tempat-tempat efektor mukosa lainnya setelah diaktifkan oleh
antigen, jadi mempunyai fenotip sel memori. Limfosit B nonkonvensional yang telah
menempati plak Peyer usus akan berproliferasi bila teraktivasi oleh antigen, tetapi tidak
berdiferensiasi sampai menjadi sel plasma. Sel B yang aktif ini kemudian masuk ke dalam
kelenjar limfe mesenterika regional dan terus berproliferasi. Sel limfosit B ini keluar melalui
pembuluh limfe eferen masuk ke dalam duktus torasikus dan kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah. Dari pembuluh darah, limfosit B ini akan bermigrasi ke mukosa tempat lain
seperti lamina propria mukosa usus, mukosa traktus respiratorius, mukosa duktus
urogenitalia, serta lamina propria kelenjar eksokrin seperti payudara yang dinamakan lintasan
limfosit enteromamarik. Demikian pula sel B aktif pada jaringan limfoid di lamina propria
mukosa traktus respiratorius (BALT = bronchus-associated lymphoid tissue) juga akan
bermigrasi ke lamina propria mukosa lainnya serta kelenjar eksokrin seperti payudara yang
dinamakan lintasan limfosit bronkomamarik. Sel ini merupakan sel B konvensional.
 Limfosit T konvensional juga mengikuti lintasan seperti ini. Pada tempat-tempat ini sel
limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang sebagian besar akan memproduksi
IgA dan sel B memori. Oleh komponen sekretori yang diproduksi sel epitel mukosa dan
kelenjar, IgA tersebut akan ditransport ke permukaan mukosa/kelenjar berupa sIgA (lihat
Gambar 17-2). Oleh karena itu kelenjar payudara dapat menghasilkan sIgA yang dapat
menetralkan mikroorganisme pada saluran gastrointestinal dan mukosa lain seperti traktus
respiratorius ibu.

IgA Sekretori (sIgA)

 Imunoglobulin A merupakan kelas imunoglobulin terbanyak pada sistem imun mukosa. Hal
ini terjadi karena diperkirakan lingkungan mukosa mendorong terjadinya alih isotip ke arah
IgA. Molekul sIgA terdiri dari dua molekul IgA yang digabung oleh rantai J (IgA dimerik)
dan satu komponen sekretori dengan berat molekul sekitar 400.000 kD (lihat Gambar 17-3).
Gabungan molekul IgA dan rantai J terjadi di sitoplasma sel plasma.
Molekul IgA ada dua macam, yaitu IgA1 yang merupakan 80% dari IgA dalam serum dan
IgA2 yang banyak terdapat dalam sekresi, terutama traktus gastrointestinal bagian distal.
Molekul IgA1 lebih mudah dirusak oleh protease dibanding IgA2. Komponen sekretori
merupakan protein dengan berat molekul 95.000 dan diproduksi oleh sel epitel mukosa.
Komponen sekretori bertindak sebagai reseptor untuk mentransport IgA ke permukaan
mukosa. Adanya ikatan dengan komponen sekretori membuat molekul IgA menjadi resisten
terhadap enzim proteolitik dan lebih mukofilik sehingga meningkatkan daya interaksinya
dengan kuman patogen dalam usus.
 Pada permukaan mukosa, sIgA dapat berikatan secara kovalen dengan sel musin dan
menghambat masuknya antigen ke mukosa. Di lapisan mukosa ini antigen dipecah oleh enzim
protease. Antibodi sIgA juga dapat mencegah menempelnya (adhesi) bakteri di permukaan sel
epitel dan mencegah kolonisasi bakteri. Di samping itu sIgA dapat menghambat masuknya
antigen ingestan melalui mukosa sehingga dapat mencegah timbulnya alergi makanan.

ASI DAN PERTAHANAN MUKOSA

 Dipandang dari sudut pertahanan, ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai
pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel seperti
makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh
sel limfosit dan produknya.

Pertahanan nonspesifik ASI

 Di dalam ASI terdapat banyak sel, terutama pada minggu-minggu pertama laktasi. Kolostrum
dan ASI dini mengandung 1-3 x 106 leukosit/ml. Pada ASI matur, yaitu ASI setelah 2-3 bulan
laktasi, jumlah sel ini menurun menjadi 1×103 /ml. Sel monosit/makrofag sebanyak 59-63%,
sel neutrofil 18-23% dan sel limfosit 7-13% dari seluruh sel dalam ASI. Selain sel terdapat
juga faktor protektif larut seperti lisozim (muramidase), laktoferin, sitokin, protein yang dapat
mengikat vitamin B12, faktor bifidus, glyco compound, musin, enzim-enzim, dan antioksidan
(lihat Tabel 17-3).

Sel makrofag

 Sel makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi
bakteri pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositiknya, sel makrofag juga memproduksi
lisozim, C3 dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1, serta enzim lainnya. Makrofag ASI
dapat mencegah enterokolitis nekrotikans pada bayi dengan menggunakan enzim yang
diproduksinya.

Sel neutrofil

 Pada vakuola neutrofil ASI ditemukan juga sIgA sehingga sel ini merupakan alat transport
IgA ke bayi. Sel neutrofil ASI merupakan sel yang teraktivasi. Peran neutrofil ASI pada
pertahanan bayi tidak banyak, respons kemotaktiknya rendah. Antioksidan dalam ASI
menghambat aktivitas enzimatik dan metabolik oksidatif neutrofil. Diperkirakan perannya
adalah pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi infeksi pada permulaan
laktasi. Pada ASI tidak ditemukan sel basofil, sel mast, eosinofil dan trombosit, karena itu
kadar mediator inflamasi ASI adalah rendah. Hal ini menghindarkan bayi dari kerusakan
jaringan berdasarkan reaksi imunologik.

Lisozim

 Lisozim yang diproduksi makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar payudara dapat melisiskan
dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus. Kadar lisozim dalam ASI adalah
0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan. Dibanding
dengan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume.

Komplemen

 Komplemen C3 dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur alternatif sehingga terjadi lisis
bakteri. Di samping itu C3 aktif juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
 memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada mukosa usus yang terikat dengan
C3 aktif. Kadar C3 dan C4 pada kolostrum adalah sekitar 50-75% kadar serum dewasa (C3 =
± 80 mg/dl, C4 = ±20 mg/dl). Pada laktasi dua minggu kadar ini menurun dan kemudian
menetap, yaitu kadar C3 = 15 mg/dl dan C4 = 10mg/dl).

Sitokin

 IL-l yang diproduksi makrofag akan mengaktifkan sel limfosit T. Demikian pula TNF-α yang
diproduksi sel makrofag akan meningkatkan produksi komponen sekretori oleh sel epitel usus
dan TNF-β akan merangsang alih isotip ke IgA, sedangkan IL-6 akan meningkatkan produksi
IgA. Semuanya ini akan meningkatkan produksi sIgA di usus.

Laktoferin

 Laktoferin yang diproduksi makrofag, neutrofil dan epitel kelenjar payudara bersifat
bakteriostatik, dapat menghambat pertumbuhan bakteri, karena merupakan glikoprotein yang
dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri aerobik
seperti stafilokokus dan E. coli. Laktoferin dapat mengikat dua molekul besi ferri yang
bersaing dengan enterokelin kuman yang juga mengikat besi. Kuman yang kekurangan besi
ini pembelahannya akan terhambat sehingga berhenti memperbanyak diri. Efek inhibisi ini
lebih efektif terhadap kuman patogen, sedangkan terhadap kuman komensal kurang efektif.
Laktoferin bersama sama sIgA secara sinergistik akan menghambat pertumbuhan E. coli
patogen. Laktoferin tahan terhadap tripsin dan kimotripsin yang ada pada saluran cerna.
Kadar laktoferin dalam ASI adalah 1-6 mg/ml dan tertinggi pada kolostrum.

Peroksidase

 Berbeda dengan susu sapi, pada ASI tidak ditemukan laktoperoksidase, kalaupun ada
kadarnya kecil. Aktivitas peroksidase pada ASI disebabkan oleh mieloperoksidase yang
diproduksi sel leukosit ASI.

Faktor protektif larut lainnya

 Pada ASI juga ditemukan protein yang dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat
mengontrol flora usus secara kompetitif. Pengikatan vitamin B12 oleh protein tersebut
mengakibatkan kurangnya sel vitamin B12 yang dibutuhkan bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.
Laktosa ASI yang tinggi, kadar fosfat serta kapasitas buffer yang rendah, dan faktor bifidus
dapat mempengaruhi flora usus, yang menyokong ke arah tumbuhnya Lactobacilus bifidus.
Hal ini akan menurunkan pH sehingga menghambat pertumbuhan E. coli dan bakteri patogen
lainnya. Oleh karena itu kuman komensal terbanyak dalam usus bayi yang mendapat ASI
sejak lahir adalah Lactobacilus bifidus. Pada bayi yang mendapat susu sapi, flora ususnya
adalah kuman Gram negatif terutama bakteroides dan koliform, dan peka terhadap infeksi
kuman patogen.
ASI juga mengandung glyco compound seperti glikoprotein, glikolipid, dan oligosakarida
yang berfungsi analog dengan sedikit bakteri pada mukosa sehingga dapat menghambat
adhesi bakteri patogen seperti Vibrio cholerae, E. coli, H. influenzae, dan pneumokokus pada
mukosa usus dan traktus respiratorius. Glyco compound ini juga dapat mengikat toksin.
 Musin ASI juga mempunyai sifat antimikroba, dapat menghambat adhesi E. coli dan
Rotavirus. ASI mengandung enzim PAF-hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan
pada enterokolitis nekrotikans. ASI juga mengandung lipase yang sangat efektif terhadap
Giardia lamblia dan Entamoeeba histolytica.
Antioksidan dalam ASI, seperti tokoferol-α, karotin-β juga merupakan faktor anti inflamasi.
Air susu ibu mengandung faktor pertumbuhan epitel yang merangsang maturasi hambatan
(barrier) gastrointestinal sehingga dapat menghambat penetrasi mikroorganisme maupun
makromolekul. Fraksi asam ASI mempunyai aktivitas antiviral. Diperkirakan monogliserida
dan asam lemak tak jenuh yang ada pada fraksi ini dapat merusak sampul virus.
Dalam ASI terdapat faktor ketahanan terhadap infeksi stafilokokus yang dinamakan faktor
antistafilokok dan komponen yang menyerupai gangliosid yang dapat menghambat E. coli
dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang menyebabkan diare.

Pertahanan spesifik ASI

Limfosit T

 Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat pada ASI dan mempunyai
fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama. Sel limfosit T ASI responsif terhadap antigen
K1 yang ada pada kapsul E. coli tetapi tidak responsif terhadap Candida albicans. Sel limfosit
T ASI, merupakan subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sistem
imun lokal. Sel T ASI juga dapat mentransfer imunitas selular tuberkulin dari ibu ke bayi
yang disusuinya. Hal ini diperkirakan melalui limfokin yang dilepaskan sel T ASI yang
menstimulasi sistem imun selular bayi. Sel limfosit T ASI tidak bermigrasi melalui dinding
mukosa usus.

Limfosit B

 Sel limfosit B di lamina propria payudara, atas pengaruh faktor yang ada, terutama akan
memproduksi IgA1 yang disekresi berupa sIgAl. Komponen sekret pada sIgA berfungsi untuk
melindungi molekul IgA dari enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin, dan pH setempat
sehingga tidak mengalami degradasi. Stabilitas molekul sIgA ini dapat dilihat dari
ditemukannya sIgA pada feses bayi yang mendapat ASI. Sekitar 20-80% sIgA ASI dapat
ditemukan pada feses bayi.
 Kadar sIgA ASI berkisar antara 5,0-7,5 mg/dl. Pada 4 bulan pertama bayi yang mendapat ASI
eksklusif akan mendapat 0,5 g sIgA/hari, atau sekitar 75-100 mg/kgBB/hari. Angka ini lebih
besar dari antibodi IgG yang diberikan sebagai pencegahan pada penderita hipogamaglobulin
sel (25 mg IgG/kgBB/minggu).
 Konsentrasi sIgA ASI yang tinggi ini dipertahankan sampai tahun kedua laktasi. Kadar IgG
(0,03-0,34 mg/ml) dan IgM (0,01-0,12 mg/ml) ASI lebih rendah kadar sIgA ASI, dan pada
laktasi 50 hari kedua imunoglobulin ini tidak ditemukan lagi dalam ASI. Imunoglobulin D
dalam ASI hanya sedikit sekali, sedangkan IgE tidak ada.
 SIgA ASI dapat mengandung aktivitas antibodi terhadap virus polio, Rotavirus, echo,
coxsackie, influenza, Haemophilus influenzae, virus respiratori sinsisial (RSV); Streptococcus
pneumoniae; antigen O, E. coli, klebsiela, shigela, salmonela, kampilobakter, dan
enterotoksin yang dikeluarkan oleh Vibrio cholerae, E. coli serta
 Giardia lamblia juga terhadap protein makanan seperti susu sapi dan kedelai (tergantung tentu
pada pajanan ibunya). Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi morbiditas infeksi saluran
cerna dan saluran pernapasan bagian atas.
 Fungsi utama sIgA adalah mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding mukosa usus
halus dan menghambat proliferasi kuman di dalam usus. Adanya titer antibodi yang masih
tinggi terhadap virus polio pada kolostrum perlu dipertimbangkan pada pemberian imunisasi
polio per oral. Pada keadaan ini sebaiknya ASI tidak diberikan 2 jam sebelum dan sesudah
pemberian vaksin polio per oral pada polio I, agar tidak terjadi netralisasi vaksin polio oleh
sIgA kolostrum.
 Imunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan memperkuat sistem imun lokal usus.
ASI juga dapat meningkatkan sIgA pada mukosa traktus respiratorius dan kelenjar saliva bayi
pada 4 hari pertama kehidupan. Ini disebabkan karena faktor dalam kolostrum yang
merangsang perkembangan sistem imun lokal bayi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya
penyakit otitis media, pneumonia, bakteriemia, meningitis dan infeksi traktus urinarius pada
bayi yang mendapat ASI dibanding bayi yang mendapat PASI. Fakta ini lebih nyata pada 6
bulan pertama, tetapi dapat terlihat sampai tahun kedua. Demikian pula angka kematian bayi
yang mendapat ASI lebih rendah dibanding bayi yang mendapat PASI.

 Sifat bioaktif ASI ASI juga mengandung modulator pertumbuhan, seperti faktor epidermal
growth factor (EGF), nerve growth factor (NGF), insulinlike growth factors (IGFs), dan
interleukins. Transforming growth factor (TGF)–alpha, TGF-beta, dan granulocyte colony-
stimulating factor (G-CSF) juga dapat ditemukan dalam ASI. Modulator pertumbuhan ini
diproduksi baik oleh sel-sel epitel kelenjar susu atau makrofag diaktifkan, limfosit (terutama
sel T), atau neutrofil dalam susu. EGF dan TGF-alpha ditemukan pada konsentrasi tinggi
dalam susu ibu yang melahirkan prematur dibandingkan dengan mereka yang disampaikan
pada jangka panjang. EGF, TGF-alpha, dan ASI merangsang proliferasi sel usus kecil janin in
vitro, dengan peningkatan terbesar dalam proliferasi sel terlihat setelah paparan ASI.
 Zat bioaktif tertentu dan sel-sel hidup dalam susu tampaknya mempengaruhi pematangan usus
neonatal dan pertumbuhan melalui transfer mereka informasi perkembangan pada bayi baru
lahir. Meskipun sebagian besar dari biosubstances ini telah diidentifikasi dalam ASI dalam
jumlah yang melebihi kadar serum ibu, peran yang tepat mereka pada bayi baru lahir manusia
tidak pasti; Informasi terbaru adalah dari model hewan yang perkembangannya secara
signifikan berbeda.

 Air susu ibu juga dapat menghambat diabetus melitus tipe I (dependen insulin). Hal ini
disebabkan karena pada albumin susu sapi terdapat antigen yang bereaksi silang dengan
protein yang terdapat pada permukaan sel β pankreas.
 Sebagian besar imunoglobulin ASI mengandung aktivitas antibodi terhadap bakteri enteral.
Hal ini terjadi karena limfosit B ibu pada plak Peyer yang teraktivasi oleh bakteri enteral pada
usus ibu, bermigrasi ke lamina propria payudara. Pada payudara, sel B aktif ini berdiferensiasi
menjadi sel plasma dan menghasilkan imunoglobulin yang disekresi pada ASI. Selain itu ASI
juga mengandung antibodi terhadap jamur, parasit dan protein dalam diet.
 Selain sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme, ASI juga dapat mencegah terjadinya
penyakit alergi, terutama alergi terhadap makanan seperti susu sapi. Dengan menunda
pemberian susu sapi dan makanan padat pada bayi yang lahir dari orang tua dengan riwayat
alergi sampai bayi berumur 6 bulan, yaitu umur saat barier mukosa gastrointestinal bayi
dianggap sudah matur, maka timbulnya alergi makanan pada bayi dapat dicegah.
 Dengan membekukan ASI, imunoglobulin tidak mengalami kerusakan, tetapi dapat merusak
sel hidup yang ada pada ASI. Dengan pasteurisasi, baik imunoglobulin maupun sel yang ada
pada ASI mengalami kerusakan

ANTIBODI

Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai respons
terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Benda-
benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh
diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh limfosit B atau
sel-sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan antigen yang masuk
ke dalam tubuh. Setiap detik sekitar 2.000 molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah
satu contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena
luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau sel-sel B yang mati setelah
berperang melawan antigen.

Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki
struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti anak kunci
dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu.
1. Jenis-jenis Antibodi

Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi
untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Ada lima macam
immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.

a. Immunoglobulin G (IgG)

IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan,
menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus.
Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan
menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus,
serta menetralkan racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan
mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya
yang kecil, IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta
dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya
infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam
kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan perlindungan
kepada bayi terhadap infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi
sendiri.

b. Immunoglobulin A (IgA)

Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput
lendir, misalnya hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah dan
cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.

Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat
dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir.

c. Immunoglobulin M (IgM)

Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B. Pada saat
antigen masuk ke dalam tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah terjadi infeksi
dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian menghilang.

Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin
terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak terdapat di
dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan.
Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM
dalam darah.

d. Immunoglobulin D (IgD)

Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan
sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
e. Immunoglobulin E (IgE)

Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini
kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang
sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi
parasit, misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara berkembang.

PRNGERTIAN DAN JENIS PENYAKIT DEGENERATIF

Pengertian penyakit degeneratif secara umum dikatakan bahwa penyakit ini merupakan proses penurunan fungsi
organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua. Namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia muda, akibat
yang ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya diikuti dengan penyakit. Akibat yang paling
bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua, dan bisa juga
akan berakhir dengan kematian.
Macam macam jenis penyakit degeneratif ini antara lain :
1. Asam urat
2. Osteoporosis
3. Diabetes Mellitus
4. Kolesterol, hipertensi, jantung dan stroke
5. Ginjal
5 Jenis penyakit diatas memang didominasi di usia tua, sehingga di rumah sakit akan sangat banyak ditemukan orang dengan
penyakit di atas. Dengan perugahan pola makan dan pola konsumsi saat ini resiko penyakit degenaratif pada semua orang
semakin meningkat. Banyak yang jarang olahraga, menyukai makanan junk food yang secara pelan-pelan akan
menyebabkan resiko terkena penyakit degeneratif akan semakin tinggi. Jenis penyakit di atas akan kami bahas di kumpulan
artikel kesehatan ini sebagai artikel kesehatan dan ilmu pengetahuan untuk anda.

Penyakit degeneratif merupakan istilah medis yang digunakan untuk menjelaskan suatu
penyakit yang muncul akibat adanya proses penurunan fungsi sel-sel dalam tubuh. Penyakit
ini tidak menular, namun cukup berbahaya dan kasusnya terus meningkat setiap tahun.
Ditenggarai kelompok penyakit ini berkaitan erat dengan genetik, usia, dan gaya hidup.

Hipertensi

Hipertensi (Hypertension) atau istilah umumnya tekanan darah tinggi adalah keaadaan di
mana tubuh seseorang mengalami peningkatan tekanan darah hingga melewati batas normal.
Nilai tekanan darah dapat diketahui dari pengukuran dengan menggunakan alat pengukur
tekanan darah. Nilai normal tekanan darah setiap orang berbeda-beda. Tergantung berat
badan, tinggi badan, aktivitas dan lainnya.

Selain berpotensi menyebabkan kematian, hipertensi juga merupakan faktor resiko dari
berbagai penyakit berbahaya. Terutama jika serangan hipertensi tidak mendapat pengobatan
dan pengontrolan rutin. Hipertensi yang terjadi terus menerus akan menyebabkan jantung
harus bekerja extra keras. Hal ini berpotensi menyebabkan kerusakan pada organ-organ
penting dalam tubuh, seperti pembuluh darah ke jantung, otak, ginjal dan mata.

Seperti apa gejala serangan hipertensi? Serangan hipertensi bisa terdeteksi dari gejala-gejala
yang terlihat ataupun terasa. Gejala-gejala hipertensi yang biasanya muncul antara lain; sakit
kepala, mimisan, kelelahan, wajah kemerahan, pusing, gelisah, hingga pandangan menjadi
kabur karena terjadinya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Hipertensi termasuk jenis penyakit degeneratif yang berbahaya. Pada penderita hipertensi
berat yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran
bahkan koma akibat adanya pembengkakan pada organ otak. Pada serangan lebih lanjut bisa
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, jika menemukan kasus hipertensi pada diri,
keluarga dan orang-orang di sekitar Anda, segera lakukan penanganan yang tepat. Minimal
dengan segera membawa penderita ke puskesmas dan petugas kesehatan terdekat.

Stroke

Stroke merupakan penyakit degeneratif yang banyak menyerang masyarakat modern dewasa
ini. Penyakit berbanding lurus dengan perkembangan gaya hidup instan di masyarakat.
Menurut data dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), jumlah penyandang stroke di
Indonesia terus mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir. Yang lebih
mengejutkan lagi, penyakit ini rata-rata menyerang generasi muda pada usia produktif. Hal
ini tentu saja akan menurunkan produktifitas yang pada akhirnya akan mengganggu
kestabilan finansial keluarga.

Peningkatan kasus stroke di Indonesia banyak disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup
yang tidak sehat. Mengkonsumsi makanan instan, junk food, kurang mengkonsumsi makanan
berserat, merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, kurang olahraga dan lainnya.
Kegemukan dan kolesterol adalah faktor resiko stroke yang perlu diwaspadai.

Lalu, bagaimana dengan gejalanya? Kasus stroke seringkali terjadi mendadak, seketika dan
menimbulkan kerusakan pada otak dalam hitungan menit. Gejala stroke bisa berbeda-beda,
tergantung bagian jaringan otak yang terkena serangan. Beberapa gejala stroke yang mungkin
terjadi, antara lain:

 Kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.


 Kehilangan penglihatan atau pendengaran.
 Penglihatan ganda
 Pusing
 Sulit berbicara atau artikulasi bicara yang tidak jelas.
 Sulit mengendalikan organ tubuh tertentu.
 Sulit berpikir dan berbicara
 Sulit menjaga keseimbangan tubuh dan gampang jatuh.
 Pingsan tiba-tiba.

Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM), lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis. Ini merupakan
bentuk kelaianan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti hiperglisemia kronis
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Ada beberapa gejala umum yang biasa ditemukan pada penderita DM, antara lain:

 Sering buang air kecil


 Selalu merasa halus.
 Terjadi penurunan berat badan

Jika menemukan gejala-gejala ini, Anda perlu memberikan perhatian serius. Karena, jika
tidak mendapat penanganan serius, pada jangka panjang gejala ini bisa memicu berbagai
komplikasi kronis, seperti;

 Gangguan penglihatan, yang bisa berujung kebutaan.


 Gangguan ginjal yang bisa berujung pada penyakit gagal ginjal.
 Gangguan kardiovaskular
 Dan lainnnya.

Kanker

Kanker adalah penyakit yang dicirikan dengan adanya kelaianan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk berkembang biak diluar kendali (pembelahan sel yang
melebihi batas normal), menyerang jaringan di sekitarnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh
lain melalui sirkulasi darah. Sel kanker sangat berbahaya bagi tubuh. Sebagian besar sel
kanker membentuk tumor, namun beberapa tidak, seperti pada leukimia.

Selanjutnya, apa sih penyebab munculnya kanker? Banyak faktor yang dapat menyebabkan
munculnya kanker. Faktor penyebab kanker yang paling umum ditemui antara lain tembakau,
diet yang salah, obesitas, infeksi, radiasi, stres, kurang gerak, polusi, genetik, dan lainnya.

Serangan kanker bisa dideteksi dari gejala-gejala yang muncul. Secara umum gejala penyakit
kanker antara lain:

 Terjadi pembesaran atau pembengkakan yang abnormal atau dikenal dengan istilah
tumor.
 Terjadi pendarahan dan rasa sakit.
 Terjadi pembesaran getah bening.
 Batuk
 Pembesaran liver, rasa sakit, kerusakan pada tulang dan gejala-gejala neurologis.
 Berat badan turun
 Nafsu makan menurun secara signifikan.
 Kelelahan
 Kurus kering
 Mengeluarkan keringat saat tidur malam.
 Anemia
 Perubahan hormonal.

Osteoporosis

Osteoporosis istilah umumnya adalah kerapuhan tulang. Terjadi karena massa tulang yang
menurun yang disertai dengan penurunan kualitas jaringan tulang. Osteoporosis tahap primer
lebih sering menyerang wanita paska menopouse dan pria usia lanjut. Adapun penyebab
terjadinya osteoporosis, antara lain;

 Kekurangan estrogen yang menyebabkan osteoporosis postmenopausal. Hormon


estrogen merupakan hormon utama pada wanita yang berfungsi membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
 Kurang kalsium dalam tulang, biasanya terjadi pada usia lanjut.
 Obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang.

Sementara itu, gejala osteoporosis yang paling umum adalah nyeri tulang dan perubahan
bentuk.

Obesitas

Istilah umum obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas ketika memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran
berat badan normal. Secara umum, obesitas dibedakan menjadi tiga kelompok;

 Obesitas ringan; kelebihan berat badan 20-40% dari berat badan normal.
 Obesitas sedang; kelebihan berat badan 41-100% dari berat badan normal.
 Obesitas berat; kelebihan berat badan lebih dari 100% berat badan normal.

Faktor penyebab obesitas antara lain:

 Genetik
 Gaya hidup dan pola makan.
 Stress
 Beberapa penyakit, seperti hipotiroidisme, sindroma cushing, sindroma prader-willi,
dan kelainan syaraf tertentu yang menyebabkan nafsu makan tidak terkendali.

Dislipidemia

Dislipidemia merupakan kondisi di mana terjadinya kenaikan kadar kolesterol total,


kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida yang disertai dengan penurunan
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:

 Asupan lemak yang tinggi.


 Faktor keturunan atau riwayat penyakit keluarga.
 Konsumsi alkohol.
 Kelebihan hormon estrogen
 obat-obatan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai