Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENAMBAHAN SABUT KELAPA PADA CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT

TEKAN DAN SEBAGAI PEREDAM SUARA

Richo Ronald Marpaung1, Rahmi Karolina,ST. MT 2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

e-mail: richo_marpaung@yahoo.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan

e-mail:rahmi.karolina@usu.ac.id

ABSTRAK
Salah satu unsur utama dalam pembangunan itu adalah Beton. Bahan dasar dari beton adalah campuran
dari semen, air,agregat halus dan agregat kasar, sedangkan beton yang menggunakan tulangan baja disebut
beton bertulang. Perkembangan zaman di era globalisasi yang pesat ini mengakibatkan terus bertambahnya
jumlah barang bekas/limbah yang keberadaanya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya adalah
keberadaan limbah sabut kelapa. Untuk itu, banyak hal yang telah dilakukan dalam rangka mendaur ulang guna
mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Salah satunya adalah dengan memamfaatkan limbah tersebut untuk
keperluan yang bisa digunakan.
Dalam penelitian ini, sabut kelapa digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran beton normal.
Variasi penambahan sabut kelapa pada beton normal untuk mengetahui nilai kuat tekan ,kuat tarik dan nilai
absorsi yang lebih baik serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton berupa kuat tekan dan kuat tarik.
Adapun variasi penambahan sabut kelapa yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan pengujian yang
dilakukan berupa kuat tekan, kuat tarik, dan absorbsi. Dari hasil pengujian diperoleh hasil penurunan pada nilai
slump, penurunan nilai kuat tekan dan kuat tarik belah serta kenaikan nilai absorsi serap bunyi.
Penurunan kuat tekan sabut kelapa masing-masing sebesar 86,84%, 67,43%, 48,62%, 30,52% dari
beton normal.Kuat tekan terbesar pada penambahan sabut kelapa terdapat pada persentase 5% sebesar 25.9 MPa
sehingga memenuhi mutu beton yang direncanakan. Sedangkan penurunan kuat tarik penambahan sabut kelapa
masing-masing sebesar 76,69%, %, 70,76%, 66,95%,55,29% dari beton normal. Kuat tekan terbesar sabut
kelapa 5% sebesar 34,16 MPa.Penaikan nilai koefisien absorsi sabut kelapa terbesar adalah pada variasi
penambahan sabut kelapa 15% yaitu 0,96432 pada frekuensi 1500 hz.

Kata kunci : sabut kelapa, kuat tekan, kuat tarik belah, absorbsi.

ABSTRACT

One of key element in the construction is concrete . The basic ingredients of concrete is a mixture of
cement , water , fine aggregate and coarse aggregate , where as concrete using steel reinforcement called
reinforced concrete . This era of rapid globalization resulted in the continued increase in the number of second-
hand goods / waste can be a problem for the existence of life , one of which is the presence of waste coconut
husks . To that end , much has been done in order to overcome the problem of recycling the waste existence .
One way is to capitalize upon the waste that can be used for purposes
In this study , the coconut husk is used as an additive in a mixture of normal concrete . Variations
addition of coconut fiber in normal concrete to determine compressive strength , tensile strength and better
absorption value and are expected to improve the quality of a concrete compressive strength and tensile strength .
The variation of the addition of coconut husk used was 0 % , 5 % , 10 % , 15 % , 20 % , and the testing was done
by the compressive strength , tensile strength , and absorption . From the test results obtained by the results of a
decrease in the value of slump , decrease the compressive strength and split tensile strength as well as noise
vibration values rise .
The decrease in compressive strength coco respectively 86.84 % , 67.43 % , 48.62 % , 30.52 % of the
concrete normal.Concrete strength hit on the addition of coconut husks found in the percentage of 5 % at 25.9
MPa so that it meets the quality concrete planned . Tensile strength while decreasing the addition of coconut coir

1
respectively 76.69 % , % , 70.76 % , 66.95 % , 55.29 % of normal concrete . Coco largest compressive strength
of 34.16 MPa.The largest coco variations addition of 15 % is 0.96432 at 1500 hz frequency .
From the test results obtained by a decrease in compressive strength , split tensile strength . For that , if
conducted further research it's good value coco minimized variation of less than 5 % in order to be used as a
substitute . Continued research for high strength concrete can be done by mixing a solution that can increase the
holding capacity of coconut fiber with other concrete constituent materials .

Keywords: coconut fiber, compressive strength, tensile strength sides, absorbsion

Pendahaluan
Sabut kelapa dapat juga digunakan sebagai peredam sura. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan
dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan
sebagai peredam suara. Nilai berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap.
Sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang dating diserap oleh bahan. Koizumi (2002) telah
mengembangkan bahan peredam suara dari serat bambu yang mutunya bisa sebagus glasswool. Youneung Lee
(2003) telah mengembangkan peredam suara dari seratpolyester daur ulang. Dan Seung Yang (2003) telah
melakukan penelitian tentang penggunaan jerami untuk campuran bahan bangunan yang bisa meningkatkan
penyerapan bunyi. Jika ditilik lebih mendalam benda-benda di sekeliling kita yang tampak kurang berguna, ada
yang dapat dimanfaatkan sebagai peredam suara. Sabut kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam
yabg telah ada. di sisi lain, Kelapa dihasilkan Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 1997 areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas
Departemen Pertanian, produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering (kopra)
(Pustakabogor.net, 2003). Dari hasil panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk
sampingan berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Karena sabut kelapa yang dihasilkan dari sebuah Kelapa
adalah sekitar 35% berat buah (Ristek.go.id, 2004). Namun, belum semua sabut kelapa yang ada dimanfaatkan
dengan optimal.
Pada tugas akhir ini beton yang dipakai adalah beton ringan, umumnya kekuatan tekan beton ringan
untuk umur 28 hari berkisar antara 20,68 – 27,58 MPa, untuk beton precast dan press tress umumnya 34,47 MPa.
Beton ringan yang digunakan adalah beton ringan struktural. Beton ringan struktural adalah beton yang dibentuk
dari agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat halus ringan.
Pada umur 28 hari beton ini mempunyai kekuatan tekan lebih dari 24,8 MPa bahkan ada beberapa yang
menghasilkan kekuatan tekan lebih dari 41,3 MPa. Beton ini digunakan untuk membuat bagian-bagian yang
bersifat structural, memiliki insulasi, tetapi lebih baik dari pada beton normal.
Prinsip yang dapat diterapkan untuk mengatasi kebisingan pada bangunan adalah dengan menggunakan
elemen yang memiliki tingkat insulasi suara yang baik (tinggi), diantaranya dengan penggunaan elemen
bangunan yang tebal, berat, masif namun sekaligus lunak.
Dalam penelitian ini mutu beton yang digunakan adalah f’c= 20 Mpa. Dan yang di uji adalah kuat tekan,
Tarik belah dan kebisingan. Dimana sabut kelapa dicacah sepanjang 3 cm dan setelah itu direndam selama 24 jam
untuk menghilangkan zat lignin yang dapat mengakibatkan beton bersifat kakuh dan bersifat rapuh.
Adapun tujuan dan mamfaat dari penelitian ini yaitu untuk Mengetahui dan memanfaatkan limbah
pertanian dalam hal ini sabut kelapa sebagai bahan pengisi pada beton terhadap kuat tekan, dan kuat tarik beton
dan Mengetahui perbedaan kuat tekan, dan kuat tarik dan peredaman suara dari beton normal dengan beton yang
ditambah dengan sabut kelapa.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental di laboratorium dengan melakukan pengujian
kuat tekan beton , Tarik belah beton dan kebisingan suara.
Dapat dibuat suatu diagram alir yang akan dilakukan untuk penelitian.Berikut adalah diagram alir tersebut.

2
Mulai

Pemeriksaan Bahan

Pengujian Waktu Ikat Semen

Mix Design

Pengecoran

Pencetakan

Pengeringan (24 jam)

Perendaman (28 hari)

Pengujian Kuat Tekan, Tarik

Beton

Pengujian kebisingan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1 diagram alir

Serabut Kelapa yang digunakan adalah serabut kelapa yang di cacah sepanjang 3 cm dan direndam air
selama 24 jam. Dan kemudian serabut kelapa tersebut dijemur sampai serabut tersebut dalam keadaan
kering.Proporsi bahan-bahan penyusun beton ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design). Hal ini
dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis. Dalam menentukan proporsi
campuran dalam penelitian ini berdasarkan pada SK SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal dan diperoleh komposisi campuran yaitu 1.00 : 1.78 : 2.54 : 0.55 (semen : pasir : batu
pecah : air) dalam perbandingan berat. Variasi persentase serabut kelapa yang digunakan adalah 5%, 10%, 15%
dan 20%% . Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton maka dibuat benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm masing-masing sebanyak 5 buah untuk benda uji beton normal dan untuk

3
beton dengan penambahan serabut kelapa. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan mulai
dilakukan perendaman selama 28 hari.
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump yang didasarkan pada SNI
1972:2008. Percobaan ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya,
yang disebut kerucut Abrams.
Pengujian kuat tekan beton dan Tarik belah menggunakan metode pengujian kuat tekan beton
berdasarkan SNI 03-1974-1990 dengan menggunakan alat compression machine dan dilakukan pada umur benda
uji beton 28 hari.

Hasil dan Pembahasan


Slump
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump yang berdasarkan pada
SNI 1972:2008. Cara Uji Slump Beton. Percobaan ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus
berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas
berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm.
Hasil percobaan slump dari campuran beton dengan penambahan serabut kelapa dapat dilihat pada
Tabel 1 dan digambarkan pada Gambar 2.

Tabel 1 Nilai Slump Campuran beton dengan penambahan serabut kelapa

kadar serabut kelapa nilai slump


0% 8
5% 4
10% 3
15% 2
20% 2
Dari tabel dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya persentase serabut kelapa nilai slump turun dengan
signifikan.

Gambar 2 Grafik Nilai Slump Terhadap penambahan serabut kelapa


Nilai slump menurun diakibatkan karena serabut kelapa memiliki daya serap air yang tinggi sehingga
mengakibatkan campuran vasta semen akan berkurang.

Kuat Tekan Beton


Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk
silinder yang dibuat dan dimatangkan (curing) di laboratorium. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban
per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan (compression machine).
Pengujian kekuatan tekan beton dengan atau tanpa menggunakan penambahan serabut kelapa dilakukan
pada umur 28 hari. Pengujian kuat tekan beton ini berdasarkan SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat
Tekan Beton.

4
Hasil perhitungan kuat tekan beton dengan atau tanpa menggunakan penambahan serabut kelapa
pengujian kuat tekan pada umur 28 hari ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kuat Tekan Silinder Beton


variasi kuat tekan
0% 25.9
5% 22.49
10% 17.46
15% 12.59
20% 7.9

Dari hasil pengujian kuat tekan silinder beton di atas menunjukkan, terjadinya penurunan kuat tekan
akibat penambahan serabut kelapa. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan serabut kelapa mengakibatkan
berkurangnya daya ikat beton. Namun dalam batas pemakaian tertentu hasil kuat tekan yang dihasilkan masih
sesuai dari kuat tekan rencana.
Hilangnya air pada beton akibat penguapan baik pada saat pembongkaran cetakan benda uji,
pengangkutan, ataupun kehilangan air pada saat pengecoran akan mengakibatkan berkurangnya air dalam beton
yang akan mengganggu proses berlangsungnya hidrasi semen. Semen yang berhidrasi dengan baik akan
memberikan kekuatan yang maksimum (Indrayumansyah, 2001:5).
Dari hasil pengujian silinder beton pada umur 28 hari diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kekuatan
pada setiap penambahan serabut kelapa . Sehingga didapat grafik yang semakin menurun seiiring penambahan
serabut kelapa . Kuat tekan tertinggi yang terjadi pada substitusi serabut kelapa 5% sebesar 22.49 kg/cm². dan
kuat tekan terendah 20% sebesar 7.9 kg/cm². Penurunan nilai kuat tekan pada setiap penambahan sabut kelapa
diakibatkan oleh semakin banyak serat yang dimasukkan ke dalam adukan beton maka akan mengurangi volume
beton yang seharusnya diisi oleh pasta semen.
Ini dapat dilihat gambar kuat tekan setelah penambahan serabut kelapa yaitu pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3 Grafik Kuat Tekan Beton

KUAT TARIK BELAH


Pengujian kuat tarik beton dilakukan pada umur 28 hari yang dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran besarnya tegangan tarik beton dengan menggunakan bahan tambahan slagP dan hasilnya dibandingkan
dengan beton normal.

5
Hasil perhitungan Kuat tarik belah beton dapat dilihat pada tabel 3berikut.

Tabel 3 kuat tarik belah beton dengan penambahan serabut kelapa


variasi Kuat Tarik belah
0% 44.54
5% 34.16
10% 31.52
15% 29.82
20% 24.63

Dari hasil pengujian kuat tarik belah beton pada silinder beton pada umur 28 hari diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan tegangan tarik beton pada setiap penambahan penggunaan serabut kelapa . Kuat tarik belah
tertinggi terjadi pada penggunaan serabut kelapa 5% sebesar 34.16 kg/cm² dan Kuat tarik belah terendah
penggunaan serabut kelapa 20 % sebesar 24.63 kg/cm². Penurunan nilai kuat tarik pada setiap penambahan serat
diakibatkan oleh semakin banyak serat yang dimasukkan ke dalam adukan beton akan semakin mengurangi
volume beton yang seharusnya diisi pasta semen, sehingga daya lekat antar masing-masing bahan penyusun
beton kurang sempurna.
Selain itu serabut kelapa juga memiliki lignin yang banyak dimana Suatu komposit akan mempunyai sifat fisik
atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin, karena lignin bersifat kaku dan rapuh. ( Sunario,
2008 Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas).

Dapat dilihat penurunan kuat Tarik belah setelah penambahan serabut kelapa pada gambar 4.

Gambar 4 Grafik Kuat Tarik Belah dengan penambahan serabut kelapa

UJI PEREDAM SUARA

Pada penelitian ini uji peredaman suara dilakukan dengan menghitung koefisien serap bunyi dari bahan serat
yang digunakan yaitu serabut kelapa dengan frekuensi 250Hz,500Hz, 1000Hz, 1500Hz, dan 2000Hz. Dimana
dilakukan di laboratorium s2 teknik mesin universitas Sumatra utara. Uji peredaman suara mengguanakan alat
impedance tube dengan ASTM 1050, ISO 10543-2:1998.

6
Gambar 5 skema alat uji peredam suara

Tabel 4 koefisien absorbs dengan penambahan serabut kelapa


Sampel koef. Frekuensi (Hz)

(%) absorpsi 250 500 1000 1500 2000

B 80%-SK 20% α 0.59652 0.33906 0.70547 0.95866 0.93411

B 85%-SK 15% α 0.42661 0.32636 0.66359 0.96432 0.69395

B 90%-SK 10% α 0.33533 0.29935 0.38307 0.89544 0.45926

B 95%-SK 5% α 0.20868 0.09713 0.18686 0.81722 0.66007

B 100%-SK 0% α 0.04152 0.04152 0.13432 0.24303 0.23133

Konsep dari penyerapan bunyi (Acoustic Absorption) merujuk kepada kehilangan energi yang terjadi
ketika sebuah gelombang bunyi menabrak dan dipantulkan dari suatu permukaan benda. Kata “ Absorpsi” sering
digunakan oleh orang-orang dengan mengakaitkan aksi dari sebuah Bunga Karang ketika terendam air. Jika
suatu gelombang suara bertemu atau menumbuk suatu permukaan bahan, maka suara tersebut akan dipantulkan,
diserap, dan diteruskan atau ditransmisikan oleh bahan tersebut. Besarnya energi suara yang yang dipantulkan,
diserap, atau diteruskan bergantung jenis dan sifat dari bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan yang
berpori (porous material) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan
lainnya, karena dengan adanya pori-pori tersebut maka gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut.
Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah
menjadi energi kalor.
Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefesien absorbsi bunyi.
Koefisien ini dinyatakan dengan α (Alpha), nilai α dapat berada diantara 0 dan 1 pada suatu frekuensi tertentu.
Adalah suatu kebiasaan standar untuk membuat daftar nilai koefesien serap bunyi pada wakil frekuensi standar
yang meliputi bagian yang paling penting dari jangkauan frekuensi audio, yaitu pada 250Hz, 500Hz, 1000Hz,
1500Hz, dan 2000 Hz.

7
Gambar 6. Koefisien Serabut Kelapa dengan Penambahan Serabut Kelapa

Tabel 5. Hubungan Kekuatan Beton rata-rata dengan Koefisien Serap Bunyi rata-rata untuk setiap penambahan
serabut kelapa

Nilai Koefisien
Variasi serabut Nilai Kuat Tekan Rata - Nilai Kuat Tarik Rata -
Serap Bunyi Rata -
kelapa rata (Kg/cm2) rata (Kg/cm2)
rata
0% 25.90 44.54 0.16
5% 22.49 34.16 0.394
10 % 17.46 31.52 0.474
15 % 12.59 29.82 0.615
20 % 7.9 24.63 0.7074

Gambar 7. Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa
0%,5%,10%,15%,20%

8
Kekuatan beton dan penyerapan bunyi yang paling optimum yang lebih digakan adalah pada penambahan
serabut kelapa 5 %.

Tabel 6. Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk setiap penambahan serabut kelapa 5 %

Benda Uji untuk Variasi Nilai Kuat Tekan Nilai Kuat Tarik Nilai Koefisien Serap

serabut kelapa 5 % (Kg/cm2) (Kg/cm2) Bunyi

Benda Uji 1 22.53 38.22 0.33906

Benda Uji 2 22.76 37.27 0.70547

Benda Uji 3 22.99 33.50 0.95866

Benda Uji 4 21.63 34.44 0.93411

Gambar 8. Hubungan Kekuatan Beton dengan Koefisien Serap Bunyi untuk Variasi serabut kelapa 5%

Dari grafik hubungan antara kekuatan beton dengan koefisien serap bunyi terlihat bahwa semakin besar
penambahan serabut kelapa maka kekuatan beton semakin menurun. Pada koefisien serap bunyi semakin besar
penambahan serabut kelapa maka semakin tinggi koefisien serap bunyi.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan maka saya dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan serabut kelapa pada campuran beton dengan variasi 5%,10% , 15% dan 20% dapat
menurunkan nilai slump.hal ini disebabkan oleh bahan tambahan yang tinggi mengakibatkan volume udara
dan faktor air semennya turun hal ini sesuai dengan sifat serabut kelapa yang memiliki daya serap air
tinggi .
2. Penggunaan serabut kelapa pada campuran beton dengan variasi 5%,10% , 15% dan 20% dari volume
beton berdampak terhadap penurunan nilai kuat tekan menjadi dari beton normal mengalami penurunan
nilai kuat tekan 25.9 kg/cm2, 22.49 kg/cm2, 17.46 kg/cm2, 12.59 kg/cm2, 7.9 kg/cm2. Diakibatkan karena
serabut kelapa yag memiliki berbagai kandungan yang dapat mengubah karakteristik beton.
3. Nilai kuat tarik belah yang diperoleh menunjukkan grafik yang semakin menurun pada setiap penambahan
serabut kelapa yaitu 44.54 kg/cm2 , 4.16 kg/cm2, 31.52 kg/cm2, 29.82 kg/cm2, 24.63 kg/cm2.Diakibatkan
karena serabut kelapa yag memiliki berbagai kandungan yang dapat mengubah karakteristik beton
4. Nilai koefisien serap bunyi menunjukkan grafik yang semakin meningkat pada setiap penambahan variasi
serabut kelapa.

9
Saran
Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Penelitian lebih lanjut pada penggunaan serabut kelapa untuk kuat tekan dan kuat tarik belah dianjurkan
untuk menggunakan persentase dibawah 5%.
2. Disarankan untuk menggunakan serabut kelapa secara utuh dengan tidak melakukan pemotongan dan cacah
pada serabut kelapa .

Daftar Pustaka

Anonim , 2002 , SK SNI 03-2847-2002 , Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Badan
Standar Nasional , Jakarta.
Dipohusodo , Istimawan , 1999 , Struktur Beton Bertulang, PT.Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.
Habudin, Christine Mayavani , 2006 , Pengaruh Perawatan Terhadap Kuat Tekan dan Absorpsi beton K-300,
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro , Semarang.
Khuriati , Ainie , Eko Komaruddin , dan Muhammad Nur. , 2006 , Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut
Kelapa dan Pengukuran koefisien Penyerapan bunyinya. ( Jurnal BERKALA FISIKA , Vol 9 No.1 Januari
2006, hal 15-25 ).
Muklis dan Alexander Hendra , 2011 , Kajian Kuat Tekan Beton (Compressive Strenght) pada beton dengan
Campuran abu serabut kelapa , Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang , Padang.
Mulyono , Tri , 2003 , Teknologi Beton , Penerbit ANDI , Yogyakarta.
Setyawan , Adib , 2009, “ Studi Pemamfaatan Pencampuran Jerami dan sabut Kelapa Sebagai Bahan dasar
Sekat Absorsi Bunyi Antar Ruangan di Kapal”, Skripsi Program Sarjana Jurusan Teknik Sistem
Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh November , Surabaya.

10

Anda mungkin juga menyukai