Anda di halaman 1dari 7

Mengapa Baru 'Mengaum'

Sekarang, Jenderal?
Selasa 03 April 2018 01:15 WIB

Red: Agus Yulianto

Kesejangan ekonomi terjadi karena para elite yang pandai menipu rakyat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Febrianto Adi


Saputro

Ibarat harimau yang bangun dari tidurnya, setelah sekian lama


bungkam, auman nyaringnya kini kembali terdengar. Ialah Ketua Umum
Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Lama tak muncul namanya di
pemberitaan media, kini ia kembali menarik perhatian masyarakat
melalui pernyataannya yang kontroversial.

Rasanya tidak berlebihan jika julukkan 'Harimau' tersebut disematkan


kepada pria yang pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal
Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) tersebut. Tidak jarang
'auman' demi 'auman' dari 'sang harimau' memekakan telinga yang
mendengarnya.

Pernyataannya di atas podium beberapa hari belakangan ini kerap


dilontarkan cukup keras. Bunyinya selalu senada, target sasarannya
hanya satu, yaitu para elite.
Prabowo memang tidak pernah secara gamblang membeberkan siapa
elite yang dimaksud, bahkan dalam penjelasannya ia tidak menyebut
siapa elite yang ia maksud bodoh dan bermental maling tersebut.

"Apa arti elite? Elite artinya unsur-unsur pimpinan, lapisan pimpinan


orang yang paling terdidik di bangsa itu. Dan saya akui saya bagian dari
elite tentara. Karena saya sampai pangkat jendral," ungkap Prabowo di
Hotel Bumi Wiyata, Depok, Ahad (1/4).

Menurut Prabowo, penyebab bangsa Indonesia mengalami ketimpangan


sosial dan kesejangan ekonomi adalah para elite yang pandai menipu
rakyat. Tidak tanggung-tanggung, Prabowo juga menuding elite-elite
khususnya elite Jakarta serakah, tukang tipu, dan tidak setia kepada
rakyat.

"Jangan-jangan karena elite kita yang goblok, atau menurut saya


campuran. Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia
pada rakyat. Mereka hanya ingin kaya," kata Prabowo di Cikampek,
Sabtu (31/3) lalu.

Sebelumnya, pernyataan Prabowoyang berdasarkan novel berjudul


"Ghost Fleet" karangan Peter Warren Singer dan August Cole tersebut
jugacukup menyita perhatian masyarakat baik di dunia nyata maupun di
dunia maya.

Warganet pun ramai-ramai merisak pernyataan yang keluar dari mulut


Prabowo tersebut, pasalnya Prabowo mengungkapkan di dalam novel
tersebut kondisi Indonesia diramalkan tahun 2030 akan bubar. Bahkan
pihak istana pun mengatakan pidato Prabowo tersebut tidak berdasar.
Pernyataan Prabowo silih berganti memunculkan reaksi. Bahkan terkait
pernyataan mengenai elite tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal
(Wasekjen) Partai Gerindra, Andre Rosiade menilai seharusnya tidak
perlu ada pihak yang kebakaran jenggot atas pernyataan Prabowo
tersebut.

"Yang disampaikan Pak Prabowo untuk mengkritik itu (masalah


kemiskinan), sehingga ini menjadi kesadaran untuk bangsa kita, lalu
supaya elite yang berkuasa sekarang sadar. Jadi imbauan kepada
masyarakat maupun kepada elite. Nggak usah kebakaran jenggot,"
katanya.

Andre juga membantah jika pernyataan demi pernyataan yang


diucapkan Prabowo tersebut semata-mata hanya untuk menaikkan
elektabilitas Prabowo jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019
mendatang. Seperti diketahui Prabowo masih dijagokan kembali oleh
para pendukung setianya untuk maju sebagai capres 2019. Meskipun
hingga saat ini dirinya belum secara tegas mendeklarasikan diri.

"Bukan (untuk menaikan elektabilitas), namun dalam rangka Pak


Prabowo menyadarkan kita. Bahwa bagaimana kan beliau mengkritik
kesenjangan ekonomi yang diakibatkan elite kita rakus," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli
Zon. Ia menyebut sudah waktunya Prabowo keluar 'sarang', setelah
selama 3,5 tahun lebih Prabowo lebih banyak diam dan memberikan
kesempatan kepada pemerintah untuk bekerja.
"Sekarang saya kira sudah waktunya untuk sampaikan apa adanya demi
kemasalahatan umat bangsa rakyat, seluruh masyarakat," ungkapnya.

Sementara itu rekannya di di DPR, Fahri Hamzah juga menilai


pernyataan Prabowo bukan bagian mencari popularitas. Pasalnya
Prabowo saat ini dinilai sudah terlalu populer.

"Dia nggak perlu lagi mengejar popularitas, dia sekarang ini mengejar
konten," ujar Wakil Ketua DPR tersebut di Kompleks Parlemen Senayan,
Jakarta, Senin (2/4).

Kritk demi kritik untuk para elite memang semakin gencar dilakukan oleh
Prabowo. Lalu pertanyaanya, kenapa baru sekarang, jenderal?

Prabowo Subianto: Saya Lihat,


Wajah Elit Jakarta Penuh Tipu
Reporter:

Hisyam Luthfiana (Kontributor)


Editor:

Widiarsi Agustina

Minggu, 1 April 2018 05:50 WIB

TEMPO.CO, KARAWANG -- Prabowo Subianto berpidato di Gedung


Serbaguna Isnata Kana Cikampek, Sabtu 31 Maret 2018.
Ketua Umum Partai Gerindra itu bicara soal perilaku elit
politik di Ibu Kota negara, Jakarta.

Prabowo mengaku ketidak sukaannya pada elit politik


sekarang, terutama elit Jakarta karena banyak yang menipu.
Semua pernah terjadi karena mereka menerapkan paham
neoliberalisme di Indonesia.
Prabowo sendiri sempat mengaku tertarik pada paham ini,
saat masa orde baru, ketika dia tergabung di Partai Golkar.

Di masa itu, pemerintah menggunakan pendekatan trickle


down effect atau teori menetes ke bawah yang diperkenalkan
Albert Otto Hirschman, pencetus faham Neoliberalisme.

"Ternyata faham itu bohong. Kesejahteraan nggak netes -


netes ke bawah. Malah dibawa ke luar negeri oleh elit," ujar
Prabowo.

Prabowo menegaskan, sebagai mantan komandan, ia bisa


melihat mana elit yang tulus dan mana yang penipu. Namun
yang sering ditemuinya, kebanyakan penipu. "Saya lihat muka
elit Jakarta penuh tipu. Saya mantan komandan sejak muda.
Saya terbisa baca tampang anak buah hingga saya bisa tahu
tampang penipu," ujar mantan Danjen Kopassus itu.

"Siapa elit itu ? elit itu pimpinan. Saya juga elit. Bedanya saya
elit sadar, sudah tobat dan setia," Prabowo menambahkan.

Para elit penipu itu, kata Prabowo secara sistemik telah


melanggar UUD 1945 pasal 33. "Padahal ini pasal kunci. Kalau
saja kita taat, Indonesia sudah kaya raya," tuturnya.

Berdasarkan pasal itu, kata Prabowo Indonesia seharusnya


tidak membolehkan azas konglomerasi. "Satu keluarga
menguasai jutaan hektare. Indonesia itu asas kekeluargaan
bukan kapitelisme," kata dia.

Sehingga, kata Prabowo, Kapitalisme harus terkendali.


Bahkan menurut dia banyak tokoh barat sudah menganggap
kapitalisme gaya lama sudah tidak bisa dipakai lagi. Ia pun
mengutip pernyataan sejumlah tokoh barat yang mengkritik
kapitalisme dan neoliberalisme. Termasuk pernyataan mantan
capres Amerika Hillary Clinton, Mantan pimpinan IMF
Christine Lagarde termasuk Paus Franciscus I.
"Kalau kulit putih ngomong didenger, kalau Prabowo yang
ngomong dilecehkan elit Jakarta," kata dia.

HISYAM LUTHFIANA

Sabtu 31 Maret 2018, 19:45 WIB

Makian Prabowo ke Elite: Penipu


hingga Mental Maling
Andhika Prasetia - detikNews

Jakarta - Ketum Gerindra Prabowo Subianto seperti tak senang dengan


perangai elite-elite, khususnya di Jakarta. Aneka makian disemprotkan
Prabowo seperti penipu hingga maling rakyat.

Pernyataan ini disampaikan Prabowo dalam acara 'Prabowo Menyapa Warga


Jabar'. Dalam pidatonya, Prabowo mengaku kapok bergaul dengan elite di
Jakarta.

"Saudara-saudara, saya lebih suka bicara langsung sama rakyat


daripada yang di sono-sono itu. Saya masuk ke ruangan ini ketemu
wajah-wajah kalian semua, kalian semua apa adanya. Kalau kalian
senyum, kalian senyum bener," tuturnya di Kabupaten Bandung Barat,
Jumat (30/3).

Elite yang dimaksud Prabowo adalah pimpinan. Menurutnya,


ketimpangan ekonomi dan kepemilikan lahan yang terjadi saat ini
disebabkan oleh kalangan elite yang rakus.

"Jangan-jangan karena elite kita yang goblok atau menurut saya campuran.
Sudah serakah, mental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat. Mereka
hanya ingin kaya," ujar Prabowo di Karawang, Sabtu (31/3).

"Siapa elite itu? Elite itu pimpinan. Saya juga elite. Bedanya saya elite sadar,
sudah tobat dan setia," tambahnya.

Sejak saat itu, kata Prabowo, ia mulai tak suka kepada elite. Terutama elite
Jakarta yang dia anggap kebanyakan adalah penipu.

"Saya lihat muka elite Jakarta penuh tipu. Saya mantan komandan sejak
muda. Saya terbiasa baca tampang anak buah hingga saya bisa tahu tampang
penipu," cetusnya.

Anda mungkin juga menyukai