Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas keperawatan transkultural

oleh:
Kelompok 9
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Bella Alvionitta G.P NIM 132310101008
Tri Astutik NIM 132310101017
Novita Nurkamilah NIM 132310101028
Rizka Agustine W NIM 132310101041
Yeni Dwi Aryati NIM 132310101045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifon ialah suatu budaya hubungan seksual yang dilakukan oleh pria yang
sehabis disunat secara tradisional dengan wanita yang disyaratkan tidak boleh
dengan istrinya sendiri, namun biasanya dilakukan dengan janda, dan sekarang ini
juga ada yang dilakukan dengan Pekerja Sex Komersial dengan kepercayaan dan
maksud untuk menyembuhkan sunatnya dan membuang sakit, sial dan panas dari
pria yang disunat.

Berdasarkan penelitian, sebenarnya sifon dilakukan karena pada umumnya


dukun sunat dan si pasien sunat berkeyakinan “kalau tidak melakukan sifon, alat
vitalnya akan mengalami gangguan fungsi dan dengan sifon kemampuan-fungsi
alat vital semakin unggul”.

Pelaksanaan sifon yaitu melakukan hubungan sexual dengan wanita


dimaksudkan agar alat kelamin pria yang disunat tersebut tercelup (terlumuri)
cairan vagina, namun para dukun sunat menekankan, bahwa dalam sifon yang
terpenting penis sudah masuk semua dalam vagina sehingga tercelup cairan
vagina, dan tidak perlu berkali-kali melakukan penetrasi, serta tidak boleh sampai
terjadi pemancaran (ejakulasi) sperma. Budaya sifon ini sudah berlangsung turun-
temurun di beberapa etnis Timor yang terutama tinggal di berbagai pedesaan di
Wilayah Kabupaten TTS (Timor Tengah Selatan) dan TTU (Timor Tengah
Utara).

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan tujuan penulisan


diantaranya sebagai berikut:
1. untuk menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian
lintas budaya
2. untuk menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus pada pendekatan
lintas budaya
3. untuk mengetahui implikasi keperawatan lintas budaya

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah:

1. Sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan


referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan keperawatan;

2. Dengan mengetahui teentang budaya Sifon, kita bisa mengetahui bagaimana


asuhan keperawatan yang tepat pada budaya Sifon.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Membahas etnis yang sudah dibagi


Hubungan kemasyarakatan di Propinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat
kental (kekerabatan dan nilai-nilai kehidupan) sehingga kegotong-royongan
merupakan landasan pijak dalam mengembangkan pola kehidupan setiap hari.
Disisi lain perlu disampaikan bahwa secara geografis dan topografis, maka NTT
terbentang diantara 566 buah pulau dengan jumlah penduduk sebanyak 4.165.568
jiwa dengan kepadatan 78/Km yang terdiri dari laki-laki 2.074.492 dan
perempuan 2.091.076. Iklim di Nusa Tenggara Timur ditandai dengan 8 Bulan
kemarau dan 4 bulan hujan. Mata Pencarian dari pada masyarakat adalah
Pertanian, disamping itu perternakan sebagai kerja sampingan yang dilaksanakan.
Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami daerah-daerah yang
tersebar di seluruh wilayah NTT. Adapun suku-suku dan lokasinya di NTT
sebagai berikut:
1. Suku Bangsa Helong
Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Kupang Tangah dan Barat / Serta
pulau Semau.
2. Suku Bangsa Dawan
Mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang / Amarasi, Amfoang, Kupang Timur
dan Tengah / Kabupaten Timor, Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian
Kabupaten Belu / bagian perbatasan dengan Kabupaten TTU.
3. Suku Bangsa Deing
Orang Deing berdiam di daerah Nadar, Lebang Beengada, Mariabang, dan Bagang
yang termasuk wilayah administratif Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Orang Deing merupakan satu kelompok yang jumlahnya relatif kecil, namun mereka
mempunyai bahasa sendiri yaitu bahasa Deing. Kelompok ini merupakan salah satu
dari puluhan kelompok kecil penduduk asal Kabupaten Alor. Mereka hidup dari
pertanian dengan tanaman pokoknya adalah jagung.
4. Suku Bangsa KemangOrang Kemang adalah satu kelompok sosial yang berdiam di
daerah Taramana, sebagai bagian dari wilayah administratif Kabupaten Alor, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Orang Kemang memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Kemang,
dan penutur bahasa ini jumlahnya relatif kecil. Mereka merupakan salah satu
kelompok di antara puluhan kelompok kecil lainnya yang merupakan penduduk asal
yang ada di Kabupaten Alor.
5. Suku Bangsa KuiOrang Kui berdiam di daerah Kolana dan daerah Pureman sebagai
bagian dari wilayah administratif Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Orang Kui merupakan satu kelompok yang jumlah anggotanya relatif kecil, namun
mereka memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Kui. Mereka merupakan salah satu
kelompok penduduk asal di wilayah Kabupaten Alor. Orang Kui ini hidup dari
pertanian ladang. Tanaman utama adalah jagung, yang sekaligus sebagai makanan
pokok mereka.
6. Suku Bangsa Abui
Orang Abui adalah kelompok sosial yang berdiam di wilayah Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka ini berdiam dalam wilayah bernama
Likuwatang, Malaikawata, Kelaisi, Tafuikadeli, Atimelang dan Motang. Jumlah
anggota kelompok ini relatif kecil, namun mereka mempunyai bahasa sendiri, yaitu
bahasa Abui. Orang Abui merupakan salah satu dari puluhan kelompok kecil lainnya
yang tergolonga penduduk asal di wilayah kabupaten ini.
7. Suku Bangsa Tetun
Mendiami sebagian besar Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
8. Suku Bangsa Kemak
Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu dan wilayah Negara Timor Leste.
9. Suku Bangsa Marae.
Mendiami sebagian kecil Kabupaten Belu bagian Utara dekat perbatasan dengan
Negara Timor Leste.
10. Suku Bangsa Rote.
Mendiami sebagian besar Pulau Rote dan di sepangjang pantai utara Kabupaten
Kupang dan Pulau Semau
Masih banyak lagi suku-suku di Nusa Tenggara Timur. Selain suku-suku diatas,
Nusa Tenggara Timur juga dihuni oleh suku-suku pendatang yaitu orang-orang keturunan
Cina, Arab, Bugis, Makasar, Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku lainnya.
Kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Nusa Tenggara Timur berasal dari beberapa
suku maupun bangsa, diantaranya yang pernah mempengaruhi kebudayaan NTT adalah
Cina, Jawa, Bugis, Makasar, Ambon/Maluku, Portugis dan Belanda.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang beribukota di Mataram terbagi
dalam 8 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu,
Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok
Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa
Barat, Kota Bima dan Kota Mataram. Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah
dengan luas terbesar yaitu 6.643,98 Km2 (32,97%), sementara Kota Mataram
merupakan wilayah dengan luas terkecil yaitu 61,30 Km2 (0,30%). Mayoritas
penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%). Adapun suku-suku dan
lokasinya di NTB sebagai berikut:
1. Suku Sasak
Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Sebagai penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai sistem
budaya sebagaimana terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan
Empu Nala dari Majapahit.Nenek moyang Suku Sasak berasal dari campuran
penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Jawa Tengah yang
terkenal dengan julukan Mataram.Dalam masyarakat Sasak, kelompok
kekeraatan terkecil adalah keluarga inti (nuclear family) yang disebut kuren.
Garis keturunan suku Sasak ditarik menuruk sistem patrilineal.
2. Suku Bima
Suku Bima tinggal di daerah dataran rendah, wilayah kabupaten Bima,
Donggo dan Sangiang, Nusa Tenggara Barat.Suku Bima telah ada sejak
zaman Kerajaan Majapahit.Kebanyakan dari mereka bermukim sekitar 5 km
atau lebih dari pesisirpantai.Mereka juga disebut suku "Oma" (artinya
"berpindah-pindah") karena sering hidup berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat yanglain.Suku Bima memiliki hubungan dengan suku Sasak yang
tinggalberdekatan di Propinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Suku Sumbawa
Suku Sumbawa adalah suku bangsa yang mendiami pulau Sumbawa dan
menggunakan bahasa Sumawa. Suku yg berpopulasi 1,3 juta ini sebagian
besar beragama Islam. Populasi Suku Sumbawa yang terus berkembang saat
ini merupakan campuran antara keturunan etnik-etnik pendatang atau imigran
dari pulau-pulau lain seperti etnik Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bima, Sulawesi
(Bugis,Makassar, Mandar), Sumatera (Padang dan Palembang), Kalimantan
(Banjarmasin),dan Cina (Tolkin dan Tartar), serta Arab yang rata-rata
mendiami dataran rendah dan pesisir pantai pulau ini.

2.2 Membahas budaya dari masyarakat tersebut


Budaya yang akan dibahas dalam pembahasan ini adalah budaya Sifon dari
masyarakat Suku Atoni Meto dan Dawan. Sifon merupakan suatu budaya
tradisional masyarakat daerah Timor Barat terutama di Suku Atoni Meto dan
Dawan Timur Tengah Selatan, suku Malaka di Timur Tengah Utara, dan beberapa
daerah di Kabupaten Belu, yakni melakukan kegiatan penyunatan (circumcision)
namun yang uniknya adalah pasca sunat si lelaki diharuskan melakukan hubungan
seks yang dipercaya mampu menyembuhkan luka pasca penyunatan tersebut. Jadi
Sifon adalah hubungan seks pascasunat yang wajib dilakukan seorang pasien
ketika luka sunatnya belum sembuh.
Sifon dilakukan dengan wanita yang disyaratkan tidak boleh dengan istrinya
sendiri, namun biasanya dilakukan dengan janda, dan sekarang ini juga ada yang
dilakukan dengan Pekerja Sex Komersial dengan kepercayaan dan maksud untuk
menyembuhkan sunatnya dan membuang sakit, sial dan panas dari pria yang
disunat. Ritual sifon ini biasanya dilakukan pada setiap musim panen. Tujuannya
adalah untuk membersihkan diri dari berbagai macam penyakit, juga
membersihkan diri dari noda dosa dan pengaruh bala setan dan secara biologis
dimaksudkan untuk menambah kejantanan dan keperkasaan seorang pria dewasa.
Proses ritual ini berupa prosesi, yang diawali dengan penyerahan mahar
berupa ayam, pernak-pernik dan sejumlah uang kepada dukun sunat atau Ahelet.
Selanjutnya pasien akan dihantar ke sungai untuk melakukan pengakuan dosa atau
Naketi. Laki-laki yang layak disunat adalah mereka yang mengakui dengan jujur
kepada Ahelet bahwa dalam kehidupan sehari-hari telah sering melakukan
hubungan badan dengan beberapa wanita. Sementara yang belum pernah akan
ditolak Ahelet. Setelah pengakuan dosa, Ahelet akan mulai proses penyunatan
pasien dengan menggunakan sebilah sembilu atau pisau. Jika sudah disunat pasien
akan dikembalikan ke sungai untuk melakukan pembersihan dan proses
penyembuhan. Hal ini dilakukan secara rutin dalam jangka waktu seminggu atau
bahkan lebih. Tetapi proses penyembuhan yang sesungguhnya adalah Sifon itu
sendiri.
Sunat tradisional ini dilakukan oleh dukun dan untuk melakukan sifon
biasanya pria yang disunat diberi doa atau mantera serta ramuan jamu dengan
tujuan supaya mudah dapat menggait wanita yang diajak sifon, namun sekarang
dukun sunat tradisional tidak menggunakan mantera untuk menggait wanita yang
diajak sifon tapi para dukun biasanya memberi bantuan berupa informasi wanita
mana yang dapat diajak sifon. Budaya ritual sifon dilakukan karena umumnya
dukun dan pasien sunat berkeyakinan “kalau tidak melakukan sifon, alat vitalnya
akan mengalami gangguan fungsi dan dengan sifon kemampuan-fungsi alat vital
semakin unggul”. Budaya Sifon ini dilakukan saat sunat hampir sembuh tetapi
belum sembuh total yaitu berkisar 2 – 7 hari setelah sunat.
Pelaksanaan sifon yaitu melakukan hubungan sexual dengan wanita
dimaksudkan agar alat kelamin pria yang disunat tersebut tercelup (terlumuri)
cairan vagina, namun para dukun sunat menekankan, bahwa dalam sifon yang
terpenting penis sudah masuk semua dalam vagina sehingga tercelup cairan
vagina, dan tidak perlu berkali-kali melakukan penetrasi, serta tidak boleh sampai
terjadi pemancaran (ejakulasi) sperma. Jika sampai terjadi pemancaran air mani
(ejakulasi) maka menurut pendapat mereka berarti sifon-nya berlebih sehingga
dapat mengakibatkan “alat mudah patah” dalam arti mudah sekali terjadi
ejakulasi dini. Budaya sifon ini sudah berlangsung turun-temurun di beberapa
etnis Timor yang terutama tinggal di berbagai pedesaan di Wilayah Kabupaten
TTS (Timor Tengah Selatan) dan TTU (Timor Tengah Utara).
BAB 3. ASUHAN KEPERWATAN

3.1 Variabel Pengkajian


Pengkajian merupakan proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien tersebut (Giger dan
Davidhizar, 1995). Pengkajian budaya Sifon yang ada di Nusa Tenggara berdasar
teori Sunrice Model anatar lain sebagai berikut:
1. World view
Suku Atoni Meto memandang kesehatan sebagai suatu hal yang penting. Pola
pandang kesehatan bagi masyarakat dengan cara pandang dunia yaitu seseorang
dikatakan sakit fisik berarti memiliki tanda seperti panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, sulit tidur, sedangkan seseorang yang
mengalami sakit batin tidak memiliki tanda tanda sakit pada badannya. Sebab
sakit batin ini biasanya ditanyakan pada yang gaib.Sedangkan bagi masyarakat
Atoni Meto orang sehat dinilai dari sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemas,
atau sakit dibadan.
2. Dimensi struktur social dan budaya
Masyarakat Atoni Meto bermukim berdasarkan hubungan kekerabatan,
dimana organisasi ruang terbentuk atas dasar jenis kelamin.Budaya bermukim
orang atoni dapat dikenal dari simbolisme spasial yang terkait dengan diktonomi
jenis kelamin.Setiap arah cardinal dikaitkan dengan satu jenis kelamin tidak selalu
sejalan, karena kepala suku disebut npria-wanita yang memang seorang pria,
tetapi melakukan pekerjaan wanita.
Dalam bidang budaya yang ada di masyarakat Atoni Meto sangat kental, hal
ini karena masyarakat Atoni Meto beranggapan bahwa budaya merupakan
anugrah dari orang terdahulu atau nenek moyang yang sudah seharusnya
dilestarikan atau dipertahankan.Salah satu budaya yang masyarakat Atoni Meto
masih lakukan yaitu sifon.Budaya sifon ini masih sering ditemukan pada
masyarakat Timur Tengah Selatan dan Timur Tengah Utara.
Sedangkan pada bidang kesehatan, masyarakat Atoni Meto masih percaya
dengan pengobatan tradisional dan masih banyak dijumpai masyarakat yang
membawa anggota keluarganya yang sakit ke dukun untuk mendapatkan
kesembuhan.Namun, seiring perkembangan jaman sudah sebagian masyarakat
yang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada didaerah merekan tinggal,
seperti puskesmas atau rumah sakit.
3. Factor teknologi
Sebelum tahun 2002, akses jalan di wilayah Kupang masih belum begitu
lancar, jalanan belum diaspal.Sehingga para pria di desa melakukan sifon dengan
wanita didesa tersebut bukan dengan PSK.Namun setelah tahun 2002, akses jalan
ke Kupang sudah selesai dibangun, dan transportasi dari desa ke wilayah Kupang
sudah lancar.Sejak saat itu, diduga para pria melakukan sifon dengan PSK yang
berlokalisasi di Kupang.
4. Factor agama dan falsafah hidup
Penduduk yang tinggal di Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) pulau Timor sampai Profinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
mayoritas beragama Kristen Protestan.Walaupun mayoritas masyarakat beragama
Kristiani namun kepercayaan lokalnya masih dihayati dan dipraktikkan dalam
kehidupan sehari hari.Hal ini karena sebelum kedatangan agama Kristen,
masyarakat Atoni Meto sudah memiliki kepercayaan dan pemujaan terhadap
wujud tertinggi dan leluhurnya.
5. Factor social dan keterikatan keluarga
Dari hasil wawancara dengan beberapa Kepala Desa, umumnya mereka yang
melakukan sifon bukan merupakan masalah.Sehingga belum dilakukan
pelarangan terhadap pelaksanaan sifon.Budaya sifon juga dilakukan oleh pria
beristri, dan atas persetujuan istri.
6. Nilai kebudayaan dan gaya hidup
Para responden baik wanita maupun laki laki mengakui tidak merasa
keberatan atas budaya sifon tersebut. Karena budaya sifon tersebut memiliki
syarat bahwa sifon hanya boleh dilakukan dengan wanita yang tidak menjadi istri
dari orang lain. Jika sifon dilakukan dengan istri orang, hal tersebut telah
melanggar hukum adat yaitu menggauli istri orang dan akan dikenai hukuman
yaitu membayar denda atau akan dibunuh. Sehingga, secara budaya perbuatan
sifon dianggap tidak melanggar adat dan budaya mereka.
7. Factor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Dalam jurnal yang kami dapatkan telah dijelaskan berdasarkan wawancara
dengan istri para pria yang melakukan sifon, istrinya mengaku tidak keberatan
sama sekali ketika suami mereka melakukan sifon. Karena pada umunya para istri
memang menghendaki suaminya melakukan sifon dengan alasan karena sifon itu
dilakukan untuk kepentingan mereka sendiri, dengan kata lain kalau fungsi alat
kelamin suami baik, istri juga ikut menikmati. Maka atas dasar itu, maka pada
pasal 284 KUHP tidak dapat diterapkan pada budaya sifon, karena dari pihak istri
memang menghendaki suaminya melakukan sunat atau sifon.

8. Factor ekonomi
Mata pencaharian utama suku Atoni Meto adalah petani.Pada desa desa
disana juga banyak ditemui rumah adat tradisional suku Atoni Meto yaitu rumah
bulat dengan atap rumput.Dari hal tersebut dapat disimulkan bahwa penghasilan
yang didapat oleh masyarakat suku Atoni sebagai petani tidak terlalu banyak.
9. Factor pendidikan
Pengetahuan masyarakat Atoni Meto pada umumnya masih tradisional dan
masih berorientasi pada kebudayaan lama. Hal tersebut dapat dilihat dari
keyakinan suku Atoni Meto yang mempercayai bahwa apabila ada seorang pria
yang melakukan sifon dengan wanita yang akan dinikahinya atau dengan istrinya
sendiri, nantinya ia akan menderita suatu penyakit.
10. Pola tampilan asuhan keperawatan dan praktiknya
Dalam praktik kesehatan, apabila ada anggota keluarga masyarakat Atoni
Meto ada yang sakit mereka akan membawanya ke dukun. Hal ini masi
mendominasi anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.dari dukun
tersebut masyarakat akan diberi ramuan yang terbuat dari bahan alam. Disini
rauan tersbut belum terbukti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita.Namun
tidak semua masyarakat datang kedukun saat mereka sakit, seiring perkembangan
jaman sebagian masyarakat mendatangi puskesmas yang ada didaerah tersebut.
11. Status Kesehatan
Dalam suku Atoni Meto yang masih mempertahankan budaya sifon, disini
banyak masyarakat yang menderita penyakit menular seksual.Hal ini dikarenakan
budaya sifon tersebut yang menganjurkan seorang laki laki yang telah menjalani
khitan untuk berhubungan badan dengan wanita yang bukan istrinya.Hal ini
memicu merbaknya penyakit menular seksual dikalangan suku Atoni Meto.

12. Asuhan tradisional


Sebagian masyarakat Atoni Meto masih menggunakan pengobatan tradisional
yaitu dengan mengandalkan dukun ketika ada anggota keluarganya yang
sakit.Sehingga dari dukun tersebut mereka mendapatkan ramuan atau semacam
jamu yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit tersebut.ramuan tersebut
mereka konsumsi tanpa mereka tahu efek bagi kesehatan mereka, apakan berefek
baik atau malah sebaliknya. Mereka hanya beranggapan dengan meminum
ramuan tersebut, mereka akan sehat kembali.

13. Praktik asuhan keperawatan


Peran seorang perawat disini berfungsi sebagai seorang yang menjembatani
antara budaya yang dimiliki oleh masyarakat Atoni Meto dengan pola kesehatan
yang benar.Dengan memberikan asuhan keperawatan diperlukan kemampuan
perawat untuk menggabungkan atau menyamakan persepsi masyarakat dengan
pola kesehatan yang benar. Ketika terjadi perbedaan cara pandang antara
masyarakat Atoni Meto dengan tenaga medis, peran perawat disini yaitu untuk
mencari kesamaan yang ada diantara budaya yang ada.

14. Praktik perawatan pengobatan tradisional


Kebiasaan untuk mendatangi dukun atau pengobatan yang diakukan oleh
suku Atoni Meto merupakan suatu kepercayaan yang didapat secara turun
temurun dari nenek moyang.Untuk ini, hal tersebut perlu dikaji ulang bagaimana
ramuan yang mereka dapatkan dari dukun, yang dipercayai dapat menyembuhkan
penyakit memiliki khasiat yang tepat.Dengan begitu, perawat dapat
memberdayakan masyarakat untuk bisa memanfaatkan sumber daya alam yang
ada disekitar tempat tinggal masyarakat Atoni Meto.Selain itu, budaya yang telah
dianut secara turun temurun dapat dilestarikan dan tidak lepas dari adanya system
pengobatan modern.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang muncul berdasarkan kasus budaya sifon yang
pada suku Atoni Meto di Profinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebagai berikut:

a. Ketidakefektifan koping komunitas suku Atoni Meto berhubungan dengan


social budaya masyarakat terhadap tradisi sifon.
b. Resiko infeksi penyakit menular seksual berhubungan dengan perilaku
budaya tradisi sifon.
c. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi pasca menjalani tradisi sifon.
d. Harga diri rendah maleuk (perempuan korba ritual sifon) berhubungan
dengan persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri, persepsi
kurang dihargai oleh orang lain.

3.3 Perencanaan Keperawatan Lintas Budaya

Perencanaan keperawatan untuk masyarakat suku Atoni Meto yaitu dengan


dengan cara melakukan melakukan rekonstruksi budaya yaitu merubah budaya
masyarakat karena bertentangan dengan kesehatan hal tersebut disebabkan tradisi
sifon ini dilakukan pada saat luka sunat belum sembuh sempurna dan masih
terdapat bengkak berair yang apabila dimanipulasi atau dilakukan hubungan
seksual maka bengkak tersebut pecah sehingga menimbulkan resiko invasi kuman
penyakit terutama penyakit menular seksual seperti gonorhea, terlebih lagi pada
saat ini wanita yang menjadi korban sifon merupakan pekerja seks komersial
(PSK). Selain itu, budaya sifon juga bertentangan dengan agama dan hukum
sehingga akan lebih baik apabila budaya ini ditiadakan. Beberapa perencanaan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
Tujuan dan
No Diagnose keperawatan Intervensi
kriteria hasil

1. Ketidakefektifan koping Tujuan: 1. Berikan informasi


komunitas suku atoni meto kepada masyarakat
berhubungan dengan sosial Setelah dilakukan atau komunitas suku
budaya masyarakat terhadap tindakan atoni meto tentang
tradisi sifon (ritualkeperawatan sirkumsisi dan
hubungan seks pasca sunat diharapkan manfaaynya
tradisional pada beberapa masyarakat dapat berdasakan perspektif
etnis timor) menyadari bahwa kesehatan
ritual sifon
menimbulkan
dampak buruk
Data subjektif: terutama bagi 2. Berikan informasi
kepada
1. Masyarakat menyatakan kesehatan masyarakattentang
apabila sifon tidak Kriteria hasil: pelayanan kesehatan
dilakukan dapat mengalami
gangguan fungsi dari alat 1. masyarakat tidak
kelamin pria misalnya melakukan tradisi
3. Berikan kesempatan
lemah syahwat atau sifon kembali. masyarakat untuk
impotensi 2.
3. masyarakat pergi ke melihat dan
memahami perbedaan
2.Masyarakat berkeyakinan petugas kesehatan
budaya antara
bahwa tradisi sifon dapat untuk melakukan
masyarakat dan
membuat vitalitas pria sirkumsisi.
4. kesehatan
semakin unggul
5. masyarakat dapat
melakukan
perawatan luka 4. Berikan kesempatan
Data objektif: sirkumsisi secara masyarakat untuk
mandiri dengan baik mengidentifikasi
1. 1. dari tahun ke tahun
dampak dari budaya
prevalensi penyakit menular
sifon yang selama ini
seksual (PMS) mengalami
dilakukan
peningkatan namun
masyarakat tetap melakukan
budaya ini

2. tidak ada satupun


masyarakat yang
menyatakan keberatan
terhadap pelaksanaan sifon
baik responden wanita
maupun laki-laki

2.

2. Resiko infeksi penyakit Tujuan: Jelaskan pada


menular seksual masyarakat tentang
berhubungan dengan Setelah dilakukan penyakit menular
perilaku budaya tradisi tindakan seksual.
sifon keperawatan
diharapkan resiko
infeksi dapat
dihindari Jelaskan pada
Data subjektif: masyarakat tentang
faktor-faktor penyebab
1. Masyarakat menyatakan penyakit menular
sifon dilakukan setelah suka Kriteria hasil: seksual.
sunat hampir sembuh tetapi
belum sembuh total yaitu Masyarakat tidak
berkisar 2 – 7 hari setelah melakukan sifon
sunat Jelaskan pada
masyarakat tentang
2. Masyarakat mengatakan Masyarakat tidak faktor resiko penyakit
ketika mau sifon, biasanya melakukan menular seksual.
pada penis terdapat bengkak hubungan dengan
berair mirip buah tomat PSK
kecil dan akan pecah dalam Jelaksan pada
vagina masyarakat cara
3. Menurut Masyarakat menghindari penyakit
pengakuanmasyarakat yang merawat luka menular seksual.
pernah melakukan sifon dengan baik hingga
mereka semuanya luka tersebut
mengatakan tidak sembuh tanpa Berikan kesempatan
memancarkan air mani melakukan pada masyarakat untuk
ketika sifon, sebab saat itu manipulasi dengan memahami konsep
yang terbayang bukan tradisi sifon penyakit menular
kenikmatan berhubungan seksual serta
sexual, tetapi yang terasa pencegahannya.
adalah rasa sakit pada alat
kelamin.

4. Masyarakat mengatakan Ajarkan masyarakat


perkembangan akhir-akhir teknik merawat luka.
ini banyak yang mulai
menggunakan jasa pekerja
sek komersial (PSK) untuk Jelaskan bahaya
sifon apabila dilakukan
manipulasi terhadap
luka.
Data objektif:

Berdasarkan data dari tahun


ke tahun prevalensi Tanyakan pada
penyakit menular seksual masyarakat tindakan
mengalami peningkatan apa saja yang dapat
namun masyarakat tetap dilakukan untuk
melakukan budaya ini menghindari penyakit
infeksi menular

3. Nyeri akut berhubungan Tujuan: Jelaskan pada


dengan manipulasi luka masyarakat tentang
insisi pasca sunat Setelah dilakukan konsep nyeri.
tradisional tindakan
keperawatan,
masyarakat akan
dapat menghindari Jelaskan pada
Data subjektif: melakukan tindakan masyarakat tentang
penyebab nyeri.
1.Masyarakat mengatakan yang menimbulkan
ketika mau sifon, biasanya nyeri pada luka
pada penis terdapat bengkak bekas sunat
berair mirip buah tomat Berikan kesempatan
kecil, ketika penis pada masyarakat untuk
dimasukkan maka bengkak memahami dampak
tersebut menyebabkan rasa dari nyeri.
sakit dan penis susah masuk Kriteria hasil:
serta akan pecah dalam Masyarakat
vagina yang menimbulkan menyatakan tidak Diskusikan pada
rasa sakit. melakukan masyarakat apa yang
seharusnya dilakukan
2. Menurut hubungan seksual untuk menghindari
pengakuanmasyarakat yang apabila luka sunat nyeri
pernah melakukan sifon belum sembuh
mereka semuanya
mengatakan tidak
memancarkan air mani
ketika sifon, sebab saat itu
yang terbayang bukan
kenikmatan berhubungan
sexual, tetapi yang terasa
adalah rasa sakit pada alat
kelamin.

4. Harga diri rendah kronis Tujuan: Berikan kesempatan


maleuk (perempuan korban masyarakat untuk
ritual sifon) Setelah dilakukan menceritakan keluh
berhubungandenganpersepsi tindakan kesah yang dirasakan.
ketidaksesuaian antara keperawatan
norma budaya dan diri, diharapkan
persepsi kurang dihargai masyarakat akan
dapat berinteraksi Anjurkan pada
oleh orang lain masyarakat untuk
kembali dengan
masyarakat menceritakan alasan
masyarakat mau untuk
Data subjektif: menjadi wanita tradisi
sifon.
1. Masyarakat megatakan Kriteria hasil:
bahwa sebenarnya dia
ingin budaya tersebut Masyarakat dapat
ditiadakan, namun ia tidak berinteraksi kembali Anjurkan pada
dapat menghentikannya dengan masyarakat masyarakat untuk
2. Masyarakat mengatakan luas tanpa ada menelaah kembali
bahwa dia merasa telah perbedaan ataupun makna dari tradisi
terbuang dari suku Atoni kesenjangan sifon.
Meto yang telah
melahirkannya
Ada penerimaan Berikan kesempatan
masyarakat terhadap pada masyarakat untuk
Data objektif: wanita-wanita memahami alasan
1. Perempuan korban sifon korban tradisi sifon masyarakat menerima
diusir dari pergaulan, sudah untuk menjadi wanita
tidak bersuami dan tradisi sifon dengan
mengalami tekanan kepercayaan adanya
psikolgis yang berat seperti wanita dalam tradisi
stres atau bahkan gila sifon.

Tanyakan kembali
kepada masyarakat
apakah masyarakat
menyesal telah
2. Matanya tampak kuning menjadi wanita tradisi
dan kuliknya bersisik pucat sifon.

3. Tidak ada seorang lelaki Berikan kesempatan


pun yang datang masyarakat untuk
menjenguknya, kecuali menceritakan kembali
ketika ahelet (dukun sunat) keluh kesah yang di
yang datang ketika ingin rasakan.
menggunakannya sebagai
korban sifon

4. Korban Sifon Anjurkan masyarakat


ditelantarkan di tengah untuk membuka diri
hutan lontar dalam gubuk terhadap masyarakat
kecil yang dingin dan berinteraksi
dengan masyarakat
luas
3.4 Standard Operasional Prosedur Mengajarkan Masyarakat Suku Atoni
Meto tentang Perawatan Luka Post Sirkumsisi

Standard Operasional Prosedur Mengajarkan


Masyarakat Suku Atoni Meto tentang
Perawatan Luka Post Sirkumsisi
 Kompetensi : melaksanakan asuhan keperawatan kepada masyarakat
suku Atoni Meto dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman
dan nyaman
 Sub kompetensi : perawatan luka post sirkumsisi
 Pengertian : mengajarkan masyarakat suku Atoni Meto mengenai
membersihkan luka, mengobati luka, dan menutup kembali luka
dengan teknik steril pada luka post sirkumsisi
 Tujuan :
 untuk mengajarkan masyarakat suku Atoni Meto tentang
membersihkan luka post sirkumsisi
 mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka post
sirkumsisi
 mengajrkan masyrakat tentang memberikan pengobatan pada luka
post sirkumsisi
 memberikan rasa aman dan nyaman pada masyarakat suku Atoni
Meto
 mengevaluasi tingkat kesembuhan luka post sirkumsisi
 Indikasi : luka post sirkumsisi
1. Tahap Pre Interaksi
a. Menyiapkan leaflat yang berisi alat & bahan perawatan luka dan cara
perawatan luka post sirkumsisi
b. Menyiapkan alat untuk mengajarkan masyarakat suku Atoni Meto
perawatan luka post sirkumsisi:
 Set perawatan luka steril post sirkumsisi:
 Pinset steril (2 anatomis, 1 sirurgis)
 Sarung tangan steril
 Balutan kassa dan kassa steril
 Tempat untuk larutan antiseptic/larutan pembersih
 Salp antiseptic ( bila diperlukan )
 Lidi kapas
 Larutan pembersih yang diresepkan ( garam fisiologis, betadin, …)
 Gunting perban / plester
 Plester, pengikat, atau balutan sesuai kebutuhan
 Perlak pengalas
 Kantong untuk sampah
 Alcohol 70%
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada masyarakat yang telah hadir
b. Menjelaskan tujuan, prosedur kepada masyarakat suku Atoni Meto
yang telah hadir
3. Tahap kerja
a. Memberikan kesempatan pada masyarakat suku Atoni Meto untuk
bertanya mengenai perawatan luka post sirkumsisi sebelum kegiatan
dimulai
b. Susun semua peralatan yang diperlukan ( jangan membuka peralatan
steril dulu ) sebelum kegiatan dimulai
c. Jelaskan Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan
luka post sirkumsisi kepada masyarakat suku Atoni Meto
d. Jalaskan dan ajarkan langkah- langkah perawatan luka post sirkumsisi
kepada masyarakat suku Atoni Meto yang terdiri dari:
 Mencuci tangan secara seksama
 Pasang perlak pengalas
 Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester,
ikatan atau balutan
 Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
terdapat plester pada kulit, bersihkan dengan kapas alcohol
 Dengan sarung tangan, angkat balutan
 Jika balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
larutan steril / NaCl
 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
 Buang balutan kotor pada kantong untuk sampah
 Lepas sarung tangan dan buang pada kantong untuk sampah
 Siapkan larutan yang akan digunakan pada wadahnya
 Kenakan sarung tangan steril
 Inspeksi luka
 Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau
larutan garam fisiologis
 Pegang kassa yang dibasahi larutan tersebut dengan pinset steril
 Gunakan satu kassa untuk satu kali usapan
 Bersihkan dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
 Gerakan dengan tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka
 Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi. Usap
dengan cara seperti di atas
 Berikan salp antiseptic bila dipesankan / diresepkan, gunakan
tehnik seperti langkah pembersihan
 Pasang kassa steril kering pada insisi atau luka
 Gunakan plester di atas balutan,fiksasi dengan ikatan atau balutan
 Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
4. Tahap terminasi
a. Mengevaluasi perasaan masyarakat suku Atoni Meto setelah
mengajarkan perawatan luka post sirkumsisi
b. Menyimpulkan hasil kegiatan
c. Mengakhiri kegiatan
d. Mencuci dan membereskan alat
e. Mencuci tangan
5. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan jam kegiatan mengajarkan perawatan luka post
sirkumsisi kepada masyarakat suku Atoni Meto

3.5 Tujuan dan Indikator Pencapaian

3.5.1 Tujuan
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masyarakat
dapat menyadari bahwa ritual sifon menimbulkan dampak buruk
terutama bagi kesehatan.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi
dapat dihindari
c. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan dapat
menghindari melakukan tindakan yang menimbulkan nyeri pada
luka bekas sunat
d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan
dapat berinteraksi kembali dengan masyarakat
3.5.2 Indikator Pencapaian
a. Masyrakat Atoni Meto mengerti akan bahaya hubungan seksual
pasca sunat (sifon) yang dapat menyebabkan adanya penyakit
menular seksual (PMS).
b. Masyarakat meninggalkan budaya sifon tetapi mempertahankan
budaya sunat.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada masyarakat yang menganut budaya sifon ini, didapatkan kesenjangan
antara teori dan kasus pada pengkajian keperawatan lintas budaya yang ditinjau
dari faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan
keterikatan keluarga, nilai budaya dan gaya hidup, faktor kebijakan dan peraturan
yang berlaku, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan.
Pada faktor teknologi misalnya, jalan raya di wilayah Kapan Kecamatan
Molo Utara, Kab. Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur sebelum
tahun 2002 masih sulit dilalui oleh kendaraan karena jalannya yang belum diaspal.
Karena itu, masyarakat wilayah Kapan kesulitan mencari sarana kesehatan
sehingga lebih memilih untuk berobat pada dukun.
Masyarakat suku Meto yang melaksanakan tradisi sifon percaya bahwa
setelah dilakukannya tradisi sifon maka kemampuan fungsi alat kelaminnya akan
semakin unggul, berfungsi baik (lebih baik daripada sebelum sunat), tidak lemah
syahwat dan tidak mudah memancarkan sperma terlalu dini/ ejakulasi dini.

5.2 Saran
Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang ada,
seperti membenahi jalan di wilayah Kapan Kecamatan Molo Utara, Kab. Timor
Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sehingga masyarakat lebih
mudah mengakses ke rumah sakit dan tidak menggunakan jasa dukun.
DAFTAR PUSTAKA

Daeng, Hans J., 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: Tinjauan


Anropologis (Pengantar Dr. Irwan Abdullah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Giger. J.J & Davidhizar. R.E. 1995. Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2ndEd. Missouri: Mosby Year Book Inc

Johnbiafsoe. 2011. Sifon Sunat Tradisional Yg Berbahaya. (serial online).


https://johnbiafsoe.wordpress.com/2011/03/11/sifon-sunat-tradisional-yg-
berbahaya/
Leininger. M & McFarland. M.R. 2002. Transcultural Nursing: Concepts,
Theories, Research and Pra ctice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies

Novanto, Setya. Data Dan Informasi Tentang Nusa Tenggara Timur. (serial
online). Http://Www.Setyanovanto.Info/Data-Dan-Informasi-Nusa-
Tenggara-Timur

Anda mungkin juga menyukai