228
ASPEK St 1882 No 97
Judul Peracikan
Latar Fungsi apotek sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker.
Belakang/Alasan
diterbitkan
Dasar Hukum -
Ketentuan Definisi : peracikan obat, apoteker, asisten apoteker, apotek, G.G, resep,
Umum bahan beracun.
Tujuan ● Penetapan St 1949 No. 228 sebagai perubahan dari St 1882 No. 97
● Regulasi tentang peracikan obat di Apotek oleh Apoteker
Materi Muatan/Aspek Penetapan bahan-bahan sebagai obat-obat keras golongan “G” dan
yang Diatur “W”; ketentuan dan larangan-larangan penjualan, penawaran, dan
penyerahan obat-obat keras; ketentuan pemasukan, pengeluaran,
dan pengangkutan obat-obat keras; ketentuan cara periizinan
menjadi pedagang-pedagang kecil atau pedagang-pedagang besar
yang diakui; penetapan suatu “komisi obat-obatan”; sanksi-sanksi
hukuman
Materi Farmasi Penetapan bahan-bahan sebagai obat-obat keras golongan “G” dan
“W”; ketentuan dan larangan-larangan penjualan, penawaran, dan
penyerahan obat-obat keras; ketentuan pemasukan, pengeluaran,
dan pengangkutan obat-obat keras; ketentuan cara periizinan
menjadi pedagang-pedagang kecil atau pedagang-pedagang besar
yang diakui; penetapan suatu “komisi obat-obatan”;
Sanksi Hukuman penjara setingi-tingginya 6 bulan atau denda uang
setinggi-tingginya 5.000 gulden
Aturan Peralihan -
3. UU No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) UUD 1945
2. UU No. 23 Tahun 1992
3. UU No. 8 Tahun 1996
Dasar Hukum Pasal 5 Ayat (1), Pasal 21 Ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33 UUD
1945
Ketentuan Umum Definisi : Perlindungan Konsumen, Konsumen, Pelaku Usaha,
Barang, Jasa, Promosi, Impor barang, Impor jasa, Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Klausula Baku,
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, Badan Perlindungan
Konsumen Nasional, dan Menteri
Tujuan ● Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri
● Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa
● Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen
● Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi
● Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha
● Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen
Materi Muatan/Aspek Hak & Kewajiban, Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha,
yang Diatur Ketentuan Pencantuman Klausula Baku, Tanggungjawab Pelaku
Usaha, Pembinaan & Pengawasan, Badan Perlindungan
Konsumen Nasional, Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat, Penyelesaian Sengketa, Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen, Penyidikan, Sanksi, Ketentuan Peralihan
Materi Farmasi ●
Dasar Hukum Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketentuan Umum Definisi : Rumah Sakit, Gawat Darurat, Pelayanan Kesehatan
Paripurna, Pasien, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Menteri
Tujuan ● Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan;
● Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
di rumah sakit
● Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan
rumah sakit; dan
● Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Dasar Hukum ● Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat
(3) UUD 1945
● Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Sanksi -
Aturan Peralihan ● Apoteker yang telah memiliki Surat Penugasan dan/atauu
Surat Izin Apoteker dan/atau SIK, tetap dapat menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian dan dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun wajib menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
ini.
● Apoteker dan Asisten Apoteker yang dalam jangka waktu
2 (dua) tahun belum memenuhi persyaratan maka surat izin
untuk menjalankan Pekerjaan Kefarmasian batal.
Latar Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32, Pasal 62, Pasal 89 ayat
Belakang/ALasan (2), Pasal 90 ayat (2), Pasal 94, Pasal 100 ayat (2), dan Pasal 101
diterbitkan ayat (4) UU No 35/2009 tentang Narkotika, perlu menetapkan PP
tentang Pelaksanaan UU No 35/2009 tentang Narkotika
Tujuan Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32, Pasal 62, Pasal 89 ayat
(2), Pasal 90 ayat (2), Pasal 94, Pasal 100 ayat (2), dan Pasal 101
ayat (4) UU No 35/2009 tentang Narkotika.
Kesehatan;
2. U
ndang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Psikotropika;
5. U
ndang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan
7. U
ndang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen;
8. K
eputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang
Sanksi -
Aturan Peralihan -
a. peringatan tertulis;
c. pencabutan izin.
Aturan Peralihan/ (1) Pada saat Peraturan Badan mulai berlaku, bagi Puskesmas yang
Penutup belum memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab maka
penyelenggaraan pengelolaan Obat, Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
atau tenaga kesehatan lain yang ditugaskan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Materi Farmasi · -