Anda di halaman 1dari 17

1

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM BELAJAR IPA PADA KELAS VIII DI


SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Dita Triana Dewi


Pendidikan Fisika-FMIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua tujuan penelitian yakni tujuan
umum adalah mendeskripsikan kesulitan siswa dalam belajar IPA pada kelas VIII
di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016 dan tujuan khusus
adalah mendeskripsikan faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar
IPA pada kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
ditinjau dari menghitung dan mendeskripsikan bagaimana mengatasi kesulitan
yang dialami siswa dalam belajar IPA pada kelas VIII di SMP Negeri 9
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yakni dengan menggunakan
dokumentasi, tes diagnostik, angket dan wawancara. Teknik analisis data dengan
menggunakan simpangan rata-rata, persentase tingkat kesulitan dan persentase
pengaruh. Hasil penelitian dalam penelitian ini yakni terdapat kesulitan belajar
IPA tertinggi pada karakteristik bahasa dan membaca sebanyak 100%, faktor yang
mempengaruhi kesulitan siswa dalam belajar IPA sangat kuat pada faktor alat-alat
sebanyak 43,47%, kurikulum sebanyak 43,47% selanjutnya kondisi kelas,
motivasi dan kebiasaan siswa berbicara dengan teman, serta mengatasi kesulitan
dalam belajar paling kuat yakni menambah metode mengajar guru agar siswa
lebih fokus dalam belajar, memberikan tugas tambahan agar siswa bisa
mengulangi materi saat berada dirumah, lebih diajarkan cara mengakses internet
tidak hanya teori melainkan juga praktek dan memberikan pengawasan yang
intensif terhadap penggunaan internet atau media massa bagi siswa SMP, serta
mengupayakan agar kondisi dan situasi kelas nyaman untuk melakukan proses
belajar mengajar.

Kata kunci: Analisis, Kesulitan Belajar.

A. Pendahuluan

Kesulitan belajar juga dialami siswa SMP yang baru mengenal ilmu sains

yang dipandang sangat rumit. Ilmu sains yang mencakup pelajaran kimia,

fisika dan biologi yang dijabarkan saat SMA nanti merupakan ilmu

pengetahuan yang tergolong sulit bagi siswa. Akan tetapi, untuk SMP pelajaran

1
2

tersebut masih digabungkan dalam satu mata pelajaran yakni IPA terpadu.

Salah satu materi yang tergolong sulit yakni materi dalam pelajaran fisika.

Hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMP Negeri 9

Lubuklinggau di kelas VIII semester genap dan hasil wawancara dengan guru

IPA yakni Ibu Eiva Healthy. A, diperoleh gambaran bahwa : 1) Mata pelajaran

IPA pada kelas VIII untuk semester genap ini dikhususkan pada pelajaran

Fisika; 2) Kesulitan belajar IPA pada materi dalam pelajaran fisika banyak

dialami oleh siswa terutama pada kesulitan berhitung yang dapat dilihat dari

hasil lembar jawaban ulangan harian siswa pada materi gaya, dimana terdapat

26 siswa dari 35 siswa yang ada dalam kelas VIII.5 mendapatkan hasil yang

kurang memuaskan; 3) Siswa cenderung menyukai soal yang simple atau tidak

rumit seperti contoh soal IPA sebagai berikut “Tina berlari menuju ke sekolah

dengan kecepatan 90 m/s dalam waktu 300 sekon. Berapakah jarak yang

ditempuh Tina untuk sampai ke sekolah?” untuk soal ini anak hanya

memasukan angka sesuai dengan rumus yang ada: diketahui: V (kecepatan) =

90 m/s, t (waktu) = 300 sekon, berapa jarak (s)? tuliskan rumus jarak seperti

ini: s = V. t; s = 90 m/s . 300 sekon = 27000 m”. Jadi, siswa tidak perlu

menambahkan rumus lain agar dapat mendapatkan jawaban di atas, siswa

hanya perlu mengoperasikan perhitungan dan mendapatkan hasil sebagai hasil

jawaban akhir siswa; 4) metode yang digunakan guru selama proses belajar

mengajar yakni hanya menggunakan diskusi dan eksperimen. Berdasarkan

uraian di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian sesuai dengan

permasalahan diatas tentang: ”Analisis Kesulitan Siswa dalam Belajar IPA


3

pada Kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pembelajaran

2015/2016”.

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah kesulitan siswa dalam belajar IPA pada kelas VIII di SMP

Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 ditinjau dari

menghitung (matematis)?

b. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

dalam belajar IPA pada kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 ditinjau dari menghitung?

c. Bagaimana mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam belajar IPA

pada kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016?

2. Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan kesulitan siswa dalam belajar IPA pada kelas VIII di

SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016 ditinjau dari

menghitung (matematis)?

b. Mendeskripsikan faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam

belajar IPA pada kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 ditinjau dari menghitung.

c. Mendeskripsikan bagaimana mengatasi kesulitan yang dialami siswa

dalam belajar IPA pada kelas VIII di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016.
4

B. Tinjauan Pustaka

Menurut Riyanto (2001:21) penelitian analisis dokumen atau analisis isi

adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap catatan-catatan

atau dokumen sebagai sumber data. Berdasarkan beberapa definisi tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya analisis merupakan metode yang

digunakan dalam penelitian dimana peneliti menggunakan metode tersebut

untuk memperoleh data yang dibutuhkan baik data penelitian diambil dari

catatan-catatan, tes, angket, maupun dokumen sebagai sumber data dalam

penelitian.

Menurut Komalasari (2014:1) hakikat belajar adalah perubahan

seseorang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar.

Pada dasarnya belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang agar dapat mencapai tujuan belajar dimana tujuan tersebut mengarah

kearah positif.Menurut Suryani (2010:34) kesulitan belajar merupakan

beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan

berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal

otak. kesulitan belajar merupakan permasalahan yang dimiliki siswa yakni

ketidakmampuan siswa dalam belajar.

Faktor penyebab kesulitan belajar siswa menurut Basiran (2012:6) dapat

digolongkan menjadi dua macam yakni faktor intern dan faktor ektern, yaitu:

1. Faktor Intern Siswa.

Faktor intern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang

muncul dari dalam diri siswa sendiri. Faktor intern siswa ini meliputi
5

gangguan atau kekurangan psiko-fisik siswa, menurut Daulay

(2010:24) yakni:

a) Faktor Fisiologi (sebab yang bersifat fisik).

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar ini

berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun

bagian-bagian tubuh lain.

b) Faktor Psikologi (sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani).

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar ini

terkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) anak

untuk belajar secara sungguh-sungguh. Biasanya anak yang suatu

mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran

tersebut.

2. Faktor Ekstern Siswa

Meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang

tidak mendukung aktivitas belajar siswa.

a) Faktor Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan

pertama, tetapi dapat juga disebut sebagai faktor penyebab

kesulitan belajar.

b) Faktor Sekolah

1) Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar apabila tidak

kualified baik dalam pengambilan metode yang digunakan

maupun dalam mata pelajaran yang dipegangnya.


6

2) Alat-alat pelajaran yang tidak membuat penyajian yang tidak

baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya

alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam

belajar.

3) Kondisi gedung terutama ditunjukan kepada ruang kelas atau

ruangan tempat belajar siswa.

4) Kurikulum yang baik misalnya: bahan-bahannya terlalu tinggi.

c) Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial.

1) Faktor Media Massa meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah,

buku-buku komik.

2) Lingkungan sosial, contohnya teman bergaul, yang sangat

mempengaruhi jiwa anak.

3) Lingkungan tetangga. Corak kehidupan tetangga, misalnya suka

berjudi, minum arak, tidak suka belajar, akan mempengaruhi

anak-anak yang bersekolah.

Menurut Djamarah (2008:249) mengemukakan bahwa dalam rangka

usaha mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan melalui enam tahap,

yaitu: pengumpulan data, pengelolahan data, diagnosis, prognosis,

treatment, evaluasi. Karakteristik anak berkesulitan belajar matematika

menurut Amilda (2009:153), yaitu: adanya gangguan dalam hubungan

keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual-motor, perseverasi,

kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh,

kesulitan dalam bahasa dan membaca.


7

C. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dan kuantitatif, dimana untuk kuantitatif terletak pada persentase

yang digunakan untuk skala pengukuran tes diagnostik dan angket.

2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII,

kemudian Sampel menggunakan teknik pengambilan sampel berupa

purposive sampling diambil tahap 1 sampel kelas VIII.5, Kemudian tahap 2

sampelnya siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar yang ditinjau

menghitung menggunakan dokumentasi berupa hasil ujian siswa pada bulan

Januari sebanyak 23 siswa.

3. Prosedur Penelitian

Tahapan yang ada sebanyak 6 tahapan, tetapi peneliti hanya

menggunakan 4 tahapan yakni pengumpulan data, pengelolahan data,

diagnosis, dan prognosis .

4. Instrumen Penelitian

Tahap 1

Instrumen yang digunakan dokumentasi berupa hasil ujian harian siswa

pada bulan januari untuk menghasilkan sampel penelitian.

Tahap 2

Instrumen yang digunakan tes diagnostik untuk menganalisis kesulitan

belajar siswa yang ditinjau dari menghitung.


8

Tahap 3

Instrumen yang digunakan angket dan wawancara yang telah di validasi

oleh 3 validator (2 dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau dan 1 guru SMP yang

bersangkutan) untuk menganalisis faktor-faktor penyebab siswa mengalami

kesulitan belajar.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan berupa mean, persentase tingkat kesulitan dan

persentase faktor-faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Hasil Rumusan Masalah I

Persentase Analisis Tes Diagnostik Tingkat Kesulitan


Belajar IPA Berdasarkan Kriteria yang Ada
Gangguan dalam Hubungan (13.04%)

13.04% Gangguan dalam Hubungan (4.30%)


8.60%
Perseverasi (13.04%)
4.34% 4.30% 4.30% Mengenal dan Memahami Simbol (69.56%)
13.04%
Mengenal dan Memahami Simbol (4.30%)
100% 69.56%
Mengenal dan Memahami Simbol (4.30%)
13.04%
13.04% Mengenal dan Memahami Simbol (13.04%)
69.56%
13.04% Gangguan Penghayatan Tubuh (13.04%)

4.30% Gangguan Penghayatan Tubuh (13.04%)


Gangguan Penghayatan Tubuh (69.50%)

Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca (100%)


4.30%
Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca (4.34%)

Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca (8.60%)

Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca (4.30%)

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan persentase tingkat kesulitan

siswa dalam belajar matematika yang dilihat dari beberapa kriteria yang ada,
9

maka persentase sangat tinggi sebesar 100% terdapat pada kesulitan dalam

bahasa dan membaca, persentase tinggi sebesar 69,56% terdapat pada

gangguan penghayatan tubuh dan mengenal dan memahami simbol,

sedangkan kriteria kesulitan lain memiliki tingkat persentase rendah.

Hasil Rumusan Masalah II

Persentase Analisis Angket Mengenai Faktor-faktor


Penyebab Kesulitan Belajar IPA
Penglihatan (66.08%)
Sarapan (74.78%)
Emosi (64.69%)
93.04% 66.08%
74.78% Motivasi (79.70%)
82.17%
64.69% Keluarga (84.80%)
66.08%
79.70% Sekolah (59.13%)
43.47%
Guru (79.13%)
70.43% 84.80%
Alat-alat (43.47%)
79.13% 59.13%
43.47% Kondisi Gedung (70.43%)
Kurikulum (43.47%)
Media Massa (66.08%)
Lingkungan Sosial (82.17%)
Lingkungan Tetangga
(93.04%)

Angket yang diberikan peneliti kepada siswa digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

dalam belajar IPA yang ditinjau dari menghitung, yang dapat dilihat dari

pilihan jawaban siswa dan dihitung persentase pengaruh terhadap fakto-

faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar

(Lampiran C) bahwa yang menjadi faktor siswa mengalami kesulitan belajar

IPA dapat dilihat dari perhitungan persentase serta alasan yang diberikan

siswa dimana faktor yang memiliki kriteria pengaruh rendah itu terdapat

pada faktor intern yakni faktor fisiologi yakni sarapan dan faktor psikologi
10

dimotivasi, kemudian faktor ekstern yakni dikeluarga dan sekolah (guru).

Selanjutnya, faktor yang memiliki kriteria pengaruh cukup itu terdapat pada

faktor fisiologi dipenglihatan dan faktor psikologi yakni emosi/perasaan

siswa, kemudian faktor ekstern yakni sekolah (kondisi gedung), dan faktor

media massa.

Selanjutnya, faktor yang memiliki kriteria pengaruh yang kuat dan

sangat kuat itu terdapat pada faktor ekstern yakni sekolah (alat-alat dan

kurikulum). Wawancara terhadap faktor-faktor kesulitan belajar yakni

kondisi kelas, motivasi dan kebiasaan siswa berbicara dengan teman.

Hasil Rumusan Masalah III

a. Analisis angket dengan persentase pengaruh terhadap usaha mengatasi

kesulitan siswa dalam belajar dimana analisis tersebut menghasilkan:

metode guru sebanyak 61,73% (cukup), fasilitas sekolah 88,69%

(lemah), media massa sebanyak 89,56% (lemah) dan kondisi gedung

sebanyak 89,56% (lemah). Dapat dilihat bahwa usaha mengatasi

kesulitan belajar dapat dibantu dengan bantuan pengaruh dari faktor

menambahkan atau menambahkan metode guru dalam proses belajar

mengajar terhadap siswa.

b. Analisis wawancara terhadap usaha mengatasi kesulitan siswa dalam

belajar yakni Usaha yang dapat mengatasi kesulitan dalam belajar paling

kuat yakni menambah metode mengajar guru agar siswa lebih fokus

dalam belajar, memberikan tugas tambahan agar siswa bisa mengulangi

materi saat berada dirumah, lebih diajarkan cara mengakses internet tidak

hanya teori melainkan juga praktek dan memberikan pengawasan yang


11

intensif terhadap penggunaan internet atau media massa bagi siswa SMP,

serta mengupayakan agar kondisi dan situasi kelas nyaman serta

mengubah pola fikir siswa fisika yang selalu menganggap fisika adalah

pelajaran yang sulit dan selalu mengandung unsur matematis.

2. Pembahasan

Dari hasil analisis tes diagnostik kesulitan belajar IPA pada kelas

VIII.5 di SMP Negeri 9 Lubuklinggau tingkat kesulitan belajar yang ditinjau

dari matematis skor rata-rata adalah 17,19 kemudian tingkat persentase

kesulitan belajar IPA dilihat berdasarkan indikator kesulitan belajar

matematika (menghitung) persentase tingkat kesulitan kriteria sangat tinggi

itu 100% pada indikator kesulitan dalam bahasa dan membaca pada

(Gambar 4.12), kriteria tinggi sebesar 69,5 % pada indikator gangguan

penghayatan tubuh pada (Gambar 4.10) dan sebesar 69,56% pada indikator

mengenal dan memahami simbol pada (Gambar 4.4), selain itu untuk

kriteria kesulitan belajar gangguan dalam hubungan dan perseverasi

menghasilkan tingkat kesulitan belajar siswa dalam kategori rendah.

Sehingga peneliti menyimpulkan kesulitan siswa dalam belajar IPA pada

matematis terdapat kriteria kesulitan dalam bahasa dan membaca, gangguan

penghayatan tubuh dan mengenal dan memahami simbol.

Sejalan dengan hasil penelitian menurut Masroza (2013:224) bahwa

siswa yang mengalami kesulitan berhitung tersebut sangat sulit dalam

melakukan hitungan secara matematis, siswa tersebut juga sulit dalam

menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan proses matematis seperti


12

menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep

hitungan angka atau urutan. Terkadang siswa tersebut juga salah mengalami

disorientasi seperti disorientasi waktu dan arah.

Dari hasil analisis angket faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

IPA pada kelas VIII.5 dimana untuk persentase pengaruh yakni terdapat

pada faktor intern yakni fisiologi sebesar 70,43% mencakup (sarapan

sebesar 74,78%), faktor psikologi (motivasi sebesar 79,7%), selanjutnya

faktor ekstern sebesar 74,78% mencakup (keluarga sebesar 84,8%, sekolah

(guru) sebesar 79,13%, dan faktor media massa dan lingkungan sosial

sebesar 80,43% (lingkungan sosial sebesar 82,17% dan lingkungan tetangga

dengan kategori yang sangat lemah sebesar 93,04). Kemudian persentase

pengaruh kategori cukup terdapat pada faktor fisiologi (penglihatan sebesar

66,08%), faktor psikologi sebesar 69,05% mencakup (emosi sebesar

64,69%), selanjutnya faktor ekstern mencakup sekolah (kondisi gedung

sebesar 70,43%), faktor media massa sebesar 66,08%. Kemudian persentase

pengaruh kategori kuat terdapat pada faktor ekstern (sekolah sebesar

59,13% yakni kategori sangat kuat seperti alat-alat sebesar 43,47% dan

kurikulum sebanyak 43,4%). Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa faktor

penyebab kesulitan belajar IPA paling berpengaruh adalah sekolah yakni

alat-alat dan kurikulum.

Analisis angket digunakan peneliti untuk mengetahui usaha yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar menghasilkan persentase

tingkat pengaruh pada siswa dengan kategori cukup yakni metode guru
13

sebesar 61,73% dan kategori lemah yakni fasilitas sekolah 88,69%, media

massa 89,56% dan kondisi gedung 89,56%. Sehingga peneliti dapat

menyimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa yakni dengan cara mengubah atau menambahkan

metode guru pada pelajaran fisika khususnya dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada perwakilan

subjek penelitian untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan siswa dalam

belajar IPA yang ditinjau dari menghitung dari 6 subjek tersebut jawaban

terbanyak mengarah fasilitas sekolah, media massa, dimana pengaruh

sekolah seperti alat-alat kurang menunjang dalam proses belajar siswa

disekolah siswa, kemudian media massa seperti internet banyak siswa

jadikan sebagai layanan permainan bukan sebagai alat bantu dalam mencari

tugas sekolah dan kebanyakan siswa hanya memahami secara teori tetapi

tidak dalam praktek , dan lain-lain, terakhir kurangnya motivasi yang ada

pada diri siswa itu sendiri untuk belajar dimana siswa cenderung lebih suka

berbicara dengan teman dibandingkan mendengarkan guru menjelaskan

materi.

Sesuai dengan hasil penelitian Samudra, dkk (2014:4) bahwa siswa

menganggap fisika sebagai pelajaran yang sulit dipahami karena menghapal

dan banyak mengandung unsur matematis. Sehingga siswa lebih suka

berbicara dengan teman dibandingkan mendengarkan penjelasan guru

dikarena kurang motivasi dari diri sendiri yang selalu mengganggap fisika

adalah pelajaran sulit. Kemudian usaha mengatasi kesulitan belajar


14

berdasarkan wawancara bisa dengan cara menambah metode agar siswa

lebih terfokus dalam belajar di kelas dimana kebanyakan siswa lebih suka

berbicara dengan teman atau bahkan rebut dibandingkan mendengarkan

penjelasan dari guru dan dapat juga memberikan pekerjaan rumah (PR)

karena siswa biasanya jika telah berada di rumah, siswa cenderung langsung

bermain, dan tidak mengulangi materi yang diajarkan di sekolah.

E. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Terdapat kesulitan belajar IPA yang ditinjau seara matematis yakni

tertinggi pada kriteria bahasa dan membaca yakni sebanyak 100% atau

sebanyak 23 siswa yang berada di dalam kelas VIII.5. Faktor yang

mempengaruhi kesulitan belajar siswa sangat kuat adalah alat-alat

sebanyak 43,47% seperti fasilitas sekolah, kurikulum sebanyak 43,47%

selanjutnya kondisi kelas, motivasi dan kebiasaan siswa berbicara dengan

teman. Usaha yang dapat mengatasi kesulitan dalam belajar paling kuat

yakni menambah metode mengajar guru agar siswa lebih fokus dalam

belajar, memberikan tugas tambahan agar siswa bisa mengulangi materi saat

berada dirumah, lebih diajarkan cara mengakses internet tidak hanya teori

melainkan juga praktek dan memberikan pengawasan yang intensif terhadap

penggunaan internet atau media massa bagi siswa SMP, serta

mengupayakan agar kondisi dan situasi kelas nyaman serta mengubah pola

fikir siswa fisika yang selalu menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit

dan selalu mengandung unsur matematis.


15

2. Saran

Penelitian ini sebaiknya dilakukan pada subjek penelitian yang lebih

besar dengan indikator lainnya seperti konversi satuan, penguasaan konsep,

dan lain-lain.

F. Daftar Pustaka

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: PT Asdi Mahastya. Jakarta: PT . Rineka Cipta.

Amilda. 2009. Kesulitan Belajar. Palembang: Rafah Press.

Anwar, Cica. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan


Sederhana melalui Media Kepingan CD (Compact Disk) bagi Anak
Kesulitan Belajar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, 2012, 1(3).
Anderson, Lorin W., dkk. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran
Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relations. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka cipta.
Basiran. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar. Jurnal
Edukasi, 2012, 7 (1).
B. Uno, Hamzah., dkk. 2013. Belajar dengan pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Daryanto. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daulay, Wardaiyah. 2010. Pengaruh Penerapan Terapi Kognitif Perilaku Terhadap
Perubahan Pikiran dan Perilaku Anak Usia Sekolah Yang Mengalami
Kesulitan Belajar Di SDN Kelurahan Pondok Cina Tahun 2010. Tesis.
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Megister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Jiwa Depok 2010.
Dimyati., dkk. 2009. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
16

Giancoli. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika


Aditama.
Limardani, Gathut. 2015. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Operasi Aljabar Berdasarkan Teori Pemahaman Skemp pada Siswa Kelas
VIII D SMP Negeri 4 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 2015, I (1): 1-7.
Maisaroh., dkk. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team pada Mata
Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor.
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 2010, 8(2).
Marlina, Lisa dan Danica, Clara. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return On Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal
Manajemen Bisnis, 2009, 2 (1): 1 – 6.
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem pembelajaran. Jakarta: PT . Dian
Rakyat.
Riduwan. 2012. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.
Samisih. 2014. Peran Guru Kelas dalam Menangani Kesulitan Belajar Siswa
Sekolah Dasar melalui Layanan Bimbingan Belajar. Jurnal Ilmiah Mitra
Swara Ganesha, ISSN; 2356 – 3443, 2014, 1(1).
Satriani., dkk. 2013.Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Penerapan Program
Pemberdayaan di Sekitar Sub Daerah Aliran Suangai MUI (Kasus Program
SCBFWM di Desa Simoro Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi). Warta
Rimba, 2013, 1(1).
Samudra, Gede Bandem., dkk. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Siswa
SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 2014, 4.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman., dkk. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:
Wijayakusuma 157.
Suryani, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar. Magistra, ISSN; 0215-9511,
2010, (73).
Young, Hugh D., dkk. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
17

Anda mungkin juga menyukai