Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA LALU LINTAS

“FUNGSI DAN PERANAN JALAN”

Oleh:

ULFA DWIYANTI PANE

15.811.0082

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2018
FUNGSI DAN PERANAN JALAN

Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah

prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas,

yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta

api, jalan lori, dan jalan kabel.

Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem

jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan

jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan

semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa

distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, dan sistem jaringan jalan

sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Yang mana

pengelompokkan dan peranannya adalah sebagai berikut.

A. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi

1) Jalan Arteri, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-

rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan arteri dibagi menjadi jalan arteri primer dan arteri sekunder.

Jalan ini menghubungkan kota jenjang kesatu terletak berdampingan


atau menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang

kedua.

a. Jalan Arteri Primer

Jalan Arteri Primer adalah ruas jalan yang ,menghubungkan antar

kota jenjang kesatu yang berdampingan atau menghubungkan

kota jenjang kesatu dengan kot jenjang kedua. (R. Desutama.

2007). Jika ditinju dari peranan jalan maka persyaratan yang

harus dipenuhi oleh Jalan Arteri Primer adalah:

1. Kecepatan rencana > 60 km/jam.

2. Lebar Jalan > 8,0 m.

3. Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

4. Jalan masuk dibatasi secara efesien sehingga kecepatan

rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai.

5. Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.

6. Jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota.

b. Jalan Arteri Sekunder

Jalan Arteri Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan

kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau

menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan

sekunder yang lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan

kawasan sekunder kedua. Jika ditinju dari peranan jalan maka

persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Arteri Sekunder

adalah:
1. Kecepatan rencana >30 km/jam

2. Lebar jalan >>8,0 m

3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas

rata-rata.

4. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.

2) Jalan Kolektor, adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,

kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan ini

terdiri dari jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder. Jalan ini

menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau

kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

a. Jalan Kolektror Primer

Jalan Kolektor Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan

antar kota kedua dengan kota jenjang kedua, atau kota jenjang

kesatu dengan kota jenjang ketiga. (R. Desutama, 2007). Jika

ditinju dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi

oleh Jalan Kolektor Primer adalah:

1. Kecepatan rencana > 40 km/jam

2. Lebar badan jalan > 7,0 m.

3. Kapasitras jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu

lintas rata-rata.
4. Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan

rencana dari kapasitas jalan tidak tergsnggu.

5. Tidak boleh tergnggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal.

6. Jalan Kolektor Primer tidak pernah putus walaupun

memasuki daerah kota.

b. Jalan Kolerktor Sekunder

Jalan Kolektor Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder lainnya atau

menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan

sekunder ketiga. Jika ditinjau dari peranan jalan maka

persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Kolektor Sekunder

adalah:

1. Kecepatan rencana > 20 km/jam

2. Lebar jalan > 7,0 m.

3) Jalan Lokal, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan

rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal

dapat dibagi menjadi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.

a. Jalan Lokal Primer

Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota

jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil,

kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota


jenjang ketiga kota jenjang dibawahnya. (R. Desutama. 2007). Jika

ditinju dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi

oleh Jalan Lokal Primer adalah:

1. Kecepatan rencana > 20 km/jam

2. Lebar badan jalan > 6,0 m.

3. Jalan Lokal Primer tidak terputus walaupun memsuki desa.

b. Jalan Lokal Sukender

Jalan Lokal Sekunder dalah ruas jalan yang menghubungkan

kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan

sekunder kedua dengan perumahn atau kawasan sekunder ketiga

dan seterusnya dengan perumahan. Jika ditinju dari peranan

jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal

Sekunder adalah:

1. Kecepatan rencana > 10 km/jam.

2. Lebar jalan > 5,0 m.

4) Jalan lingkungan, adalah merupakan jalan umum yang berfungsi

melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan

kecepatan rata-rata rendah. Jalan lingkungan meliputi jalan

lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lingkungan

primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat

lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten,

sedangkan jalan lingkungan sekunder merupakan jalan lingkungan


dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan,

perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

B. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan

Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum

penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah

daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional,

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam

sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota

provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota

kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan

strategis provinsi.

3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan

ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten

dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan

umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah

kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder

yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,


menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan

antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang

berada di dalam kota.

5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan

C. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Beban Muatan

Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan

kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada

kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan

mempertimbangkan keunggulan karakteristik masing-masing moda,

perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat

kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan [5] menurut

muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:

1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,

dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton,

yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah

mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah

mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi


2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini

merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;

3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak

melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000

milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar

tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000

milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

D. Pengaturan Kelas Jalan Berdasarkan Spesifikasi Penyediaan Prasarana

1. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk

lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak

terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa


adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang

milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi

dengan median;

2. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas

menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan

dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah;

3. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas

jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling

sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7

(tujuh) meter;

4. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu

lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan

lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter

Anda mungkin juga menyukai