Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN

AKUAKULTUR

OLEH

MUHAMAD REDHO NIM. 3201708020

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNK NEGERI PONTIANAK
2019
Model Yang Mempengaruhi Kelayakan Akuakultur
A. Faktor-Faktor Independen
1. Lingkungan
a. Tanah
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan haradan air sekaligus
sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi
tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga
menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan
darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Keadaan jenis tanah penting diperhatikan karena akan berpengaruh
terhadap kemiringan serta besar kecilnya pematang. Pemeliharaan ikan
dikolam sangat terpengaruh pada pematang untuk menahan volume air.
Ketinggian air kolam baru dapat dipertahankan ketika tanah dasar dan
pematang dapat menahan air dan tidak porous. Tanah liat berpasir atau
lempung liat cukup berpasir biasanya memiliki plastisitas dan tidak porous.

Ciri tanah dengan plastisitas tinggi biasanya tidak mudah terputus ketika
dibentuk memanjang seperti pencil, tetapi mudah pecah bila dibentuk
lempengan dan dipijat dengan jari. Tanah dengan plastisitas tinggi juga
ditandai dengan tidak terlalu menciut apabila kering dan tidak terlalu lengket
apabila basah. Tanah sawah memiliki plastisitas yang rendah di mana biasanya
ditandai retak-retak apabila kering (biasa disebut selo) dan lengket apabila
basah.
Jenis tanah yang baik untuk membuat kolam ikan adalah:
1. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loom), tanah liat ini
berkadar liat 35-55% biasanya bersifat hidup dan mudah dibentuk. Untuk
mengetahuinya yaitu dengan cara menggenggam tanah tersebut (cara ini
mungkin cara yang paling efektif). Tanah ini apabila dibentuk tidak mudah
pecah dan tidak melekat ditangan apabila dibentuk sesuatu.
2. Tanah lempung liat berpasir, terapan atau beranjang dengan kadar liat
sekitar 20-35%. Kedua tanah ini sangat kuat untuk menahan air, sehingga
cocok untuk pembuatan kolam budidaya ikan.
3. Tanah lempung berpasir yang berfraksi kasar dengan kadar liat hanya
sekitar 30%. Jenis tanah ini awalnya memang sangat sulit untuk menahan air.
Namun lama-kelamaan dengan pengolahan tanah yang baik dan terus menerus,
ditambah adanya sedimen atau endapan tanah yang terbawa air sungai maka
akan timbul daya tahan akan air. Kolam di daerah pegunungan biasanya
tergolong jenis ini, mengandung banyak pasir tetapi cukup layak dibuat
pematang.
Tanah dengan kandungan pasir yang banyak (lebih dari 70%) terutama
yang berbatu tidak cocok untuk dibuat kolam karena tidak bisa menahan air
dan sulit dibentuk. Jenis tanah yang demikian masih memungkinkan apabila
keseluruhannya dibeton atau ditembok.
b. Iklim
Bagi Indonesia, dampak perubahan iklim terhadap perikanan belum
sepenuhnya dipahami. Namun dari hasil penelitian tentang perubahan iklim
dan keterkaitannya dengan sektor perikanan secara global, menunjukkan
bahwa hasil tangkapann ikan di Indonesia akan menurun sekitar 15 hingga 30
persen.
Berdasarkan terbitan yang dirilis oleh Indian Ocean Tuna Commission (IOTC),
tiga negara penghasil tuna terbesar dunia, Indonesia, Taiwan dan Jepang
mengalami penurunan hasil tangkapan tuna antara tahun 1997 hingga 2010.
Data satelit dai perioda yang sama juga menunjukkan bahwa jumlah
fitoplankton yang berkurang drastis menjadi salah satu faktor turunnya hasil
tangkapan tuna ini dalam periode tersebut.
Sementara data dari hasil tangkapan ikan secara lokal menunjukkan hasil
yang sangat kontras di dua kawasan berbeda. Di perairan barat Sumatera yang
tidak mengalami kenaikan permukaan laut, yang menjadi sentra penangkapan
ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), tuna mata besar dan tuna skipjack
(Katsuwanus pelamis), menunjukkan bahwa antara tahun 1994 hingga 2008
hasil tangkapan ikan mengalami penurunan. Para ahli berpendapat bahwa
menurunnya suplai makanan bagi para ikan akibat pemanasan global menjadi
salah satu penyebab utama.
Hal sebaliknya terjadi di Bali, produksi ikan sardin di Selat Bali
mengalami kenaikan dalam 15 tahun terakhir. Di kawasan yang mengalami
kenaikan permukaan laut ini menunjukkan adanya kelimpahan fitoplankton.
Pemanasan global telah menyebabkan tekanan angin di permukaan laut, dan
menyebabkan kenaikan permukaan laut di kawasan ini.
Di Indonesia, sarden memainkan peran penting dalam ekonomi nelayan
di sekitar perairan Selat Bali, yang mewakili 90 persen dari produk perikanan
di daerah. Umumnya, produksi sarden di Selat Bali meningkat dari Oktober
sampai Januari, secara bertahap menurun pada bulan Februari. Namun pada
1997-1998 dan 2006-2007 pada hasil tangkapan sarden meningkat dari
Oktober sampai Juli. Hal ini disebabkan tumbuhnya fitoplankton di tahun-
tahun,tersebut dan ini adalah anomali positif fitoplankton terkait dengan
kenaikan permukaan laut intens selama IODM. Jika tidak, produksi ikan
menurun tajam ketika konsentrasi fitoplankton yang terendah. Dengan
demikian, kelimpahan fitoplankton membuat stok sarden di Selat Bal terus
berkelanjutan.
Produksi sarden meningkat 200-300 persen pada 1997-1998 dan 2006-
2007, dan ini benar-benar menghasilkan dampak negatif pada nelayan karena
penurunan tajam pada harga ikan di pasaran. Kenaikan/penurunan produksi
ikan karena variabilitas iklim dan perubahan harus dikelola dengan
memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi oseanografi yang
mempengaruhi kelimpahan ikan. Misalnya, peningkatan kelimpahan ikan
sarden di Selat Bali dapat diprediksi dari tren di CHL-a konsentrasi yang empat
bulan sebelumnya. Jika anomali positif, empat bulan ke depan diperkirakan
akan melihat kelimpahan ikan sarden.
Oleh karena itu, manajemen yang tepat diperlukan, seperti menyesuaikan
jumlah kapal untuk menangkap ikan sehingga produksi ikan tidak akan
berlebihan, menjaga beberapa kelebihan produksi untuk pengolahan ikan lebih
lanjut, atau mendistribusikan kelebihan ikan ke daerah lain. Sebaliknya, selama
anomali negatif konsentrasi Chl-a, dimana produksi ikan diperkirakan menurun
,sehingga perlu untuk mengatur pasokan dari daerah lain.
Di Indonesia, sistem informasi untuk memprediksi potensi lahan
perikanan telah dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Informasi ini merupakan layanan untuk para nelayan, untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas upaya memancing. Peta yang dihasilkan dibuat
menggunakan analisis data parameter oseanografi dari citra satelit dan data
klimatologi multi-sensor dari Badan Meteorologi dan Klimatologi. Sistem
informasi ini perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal akurasi dalam peramalan
potensi jangka panjang sumber daya ikan, khususnya untuk mengantisipasi
dampak variabilitas iklim dan perubahan.
Variasi iklim dan perubahan tampaknya mempengaruhi produktivitas
perikanan, dan ini kemungkinan akan membawa berbagai peluang dan
tantangan pada sektor perikanan di Indonesia. Secara umum, pemanasan global
menyebabkan penurunan produksi ikan di Indonesia. Namun, di daerah-daerah
yang mengalami kenaikan permukaan laut, pemanasan global tampaknya
meningkatkan produksi ikan akibat adanya kenaikan permukaan laut yang
intensif.

2. Pengaruh Manusia
a. Pasar
Perkembangan suatu wilayah dapat diukur dengan berbagai indikator, salah
satunya adalah tingkat perekonomian. Perekonomian wilayah dapat
dipengaruhi oleh beberapa aktivitas wilayah, seperti industri, pariwisata, dan
perdagangan. Aktivitas perdagangan membutuhkan ruang sebagai sarana dan
prasarana yang memadai untuk mewadahi aktivitas tersebut.Pasar adalah salah
satu fasilitas bagi aktivitas perdagangan tersebut. Keberadaan pasar di suatu
wilayah selalu menjadi focus point yang berfungsi sebagai pusat pertukaran
barang-barang yang bermula dari sekumpulan pedagang di lokasilokasi
strategis yang menjual barang dagangannya secara berkelompok kemudian
berkembang (Arianty, 2013). Berdasarkan jenisnya, pasar terbagi atas pasar
tradisional dan pasar modern. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern
sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat
perkotaan. Akan tetapi, yang terjadi akhir-akhir ini keberadaan pasar modern
yang muncul justru mengancam keberadaan pasar tradisional. Hal ini
disebabkan masyarakat cenderung lebih minat berbelanja di pasar modern,
karena tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional
(Adinugroho, 2009). Apalagi hal ini diperparah oleh kondisi pasar tradisional
yang tidak tertata dengan baik, banyaknya tumpukan sampah yang berserakan,
kotor dan tidak nyaman pun seakan melekat sebagai gambaran pasar
tradisional.
Melihat kondisi tersebut sangat perlu adanya upaya dari pemerintah
setempat untuk dapat mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan ialah mengembangkan dan melestarikan pasar
tradisional dengan menjadikannya sebagai ikon daerah (Setiyanto dalam Djau,
2009). Di Kota Surakarta visi sebagai Kota Budaya menjadi modal awal bagi
wilayah ini untuk mempertahankan Pasar Tradisional. Bagi masyarakat pasar
tradisional bukan sekedar sebagai tempat jual beli semata, namun lebih dari itu
pasar terkait dengan konsepsi hidup dan sosial budaya, seperti Pasar Gede
Hardjonagoro salah satunya. Keberadaan Pasar Gede Hardjonagoro sampai
saat ini masih berjalan dengan baik, terbukti dengan aktivitas perdagangan di
pasar tersebut yang masih berjalan lancar (Indrapertiwi, 2012). Sekalipun
seiring perjalanan waktu terlihat mulai banyak bangunan baru pasar modern
yang berkembang dan mengancam eksistensi pasar tradisional, Pasar Gede
Hardjonagoro tetap menjadi salah satu ikon dan pasar tradisional terbesar di
Kota Surakarta. Apalagi Pasar Gede Hardjonagoro memiliki peran dan
kontribusi besar dalam perkembangan wilayah Kota Surakarta, khususnya
dalam perekonomian dan pariwisata daerah. Akan tetapi jika dibiarkan
persaingan usaha antar pasar modern dan pasar tradisional yang penuh
dinamika dapat menjadi suatu ancaman bagi keberlanjutan eksistensi pasar
tradisional ini. 3 Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
yaitu: 1. mendeskripsikan profil dari Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta, 2.
menganalisis kondisi eksistensi Pasar Gede Hardjonagoro Surakarta, 3.
mengkaji upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi Pasar
Gede Hardjonagoro Surakarta, 4. mengkaji kontribusi Pasar Gede
Hardjonagoro terhadap perkembangan wilayah Kota Surakarta METODE
PENELITIAN Pendekatan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
gabungan kualitatif dan kuantitatif. Namun, dalam penelitian ini pendekatan
yang lebih dominan digunakan adalah pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian
berada di Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Lokasi
tersebut merupakan letak geografis dari Pasar Gede Hardjonagoro. Data yang
digunakan meliputi data primer (berasal dari in-depth interview, observasi,
wawancara, dan kuesioner) dan data sekunder (berasal dari buku profil Pasar
Gede Hardjonagoro, dokumen kebijakan pelayanan pasar, dokumen retribusi
pasar, dan Anggaran Pembiayaan Belanja Daerah Kota Surakarta). Wawancara
mendalam dilakukan terhadap instansi terkait, yaitupemerintah setempat
(Lurah Sudiroprajan), Kepala Pasar Gede Hardjonagoro, Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta
untuk mendapatkan informasi mengenai profil.
b. Kebijakan
Kebijakan sangat perlu diperhatikan dalam sektor bidang budidaya, karna
kebijakan dalam pemasaran yang dilakukan disejumlah pasar harus pasti tanpa
ada hoak. Dan tanpa ada pungli dalam pemasaran, karna dalam pengaruh
manusia kebijakan sangat harus diperhatikan.
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses
pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi
berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan
pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai
suatu tujuan eksplisit.
c. Hukum
Setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan pengelolaan perikanan
wajib mematuhi mengenai hukum yang berlaku.
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang
politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai
perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara
negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan
memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.

d. Kelembagaan
Kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di arahkan kepada organisasi,
wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai wadah atau tempat,
sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main, etika , kode etik,
sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu system.

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam


organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diingnkan.
Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok
social yang sangat dipengaruhi oleh factor-faktor social, politk dan ekonomi.

B. Faktor-Faktor Dependen
1. Sarana
a. Kolam
Kolam merupakan salah satu sarana budidaya ikan yang penting untuk
menunjang keberhasilan budidaya ikan khususnya perikanan darat. Kolam
adalah media atau wadah air yang digunakan untuk ikan hidup, sehingga
diusahakan semirip mungkin dengan kondisi alami lingkungan ikan di alam
bebas, sehingga dengan kata lain diharapkan kita dapat memanipulasi
lingkungan kolam sehingga ikan betah dan mau berkembang dengan baik di
kolam (Ariefin, 2011). • Kolam Semen adalah kolam yang bagian dasar kolam
dan pematangnya di beton sehingga tidak mudah rusak/permanen. Kolam
semen ini merupakan salah satu kolam yang diperuntukkan untuk kegiatan
dalma jangka waktu panjang (Wahyudi, 2012).
b. Keramba
Keramba jaring apung adalah suatu wadah pemeliharaan ikan berupa
kantong jaring yang letaknya terapung di permukaan air. Pemeliharaan ikan
dalam keramba jaring apung tersebut merupakan kegiatan ekonomi masyarakat
dengan memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga kerja dan teknologi yang
tersedia. Masyarakat tidak hanya berupaya memproduksi atau menghasilkan
ikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja, akan tetapi juga untuk
memenuhi 2 permintaan pasar. Selain itu tentunya juga dengan usaha tersebut
diharapkan akan membuka lapangan kerja baru dan kesempatan berusaha bagi
masyarakat. Di Danau Toba Desa Untemungkurtelah di kembangkan KJA.
Diawal tahun 2007 salah satu warga Untemungkur mencoba membudidayakan
ikan dengan sistem keramba jaring apung ini yaitu ikan Mas (Cyprimus
Carpio), dan usaha di kelola secara mandiri dan di bantu oleh anggota keluarga.
Dari pengalaman penbudidaya yang pertama, lalu warga Untemungkur yang
lain mengikuti jejak pembudidaya yang dilihatnya semakin lama semakin
maju.Sampai sekarang jumlah pembudidaya ikan sistem keramba jaring apung
sudah ada sebanyak 9 orang, ada pembudidaya ikan nila (Oreochromis
niloticus) dan ada pembudidaya ikan mas (Cyprimus Carpio).Pembudidaya
ikan di Desa Untemungkur kebanyakan membudidayakanjenis ikan mas(
Cyprimus Carpio) dikarenakan ikan ini adalah jenis ikan adat dan di gemari
oleh masyarakat Tapanuli Utara sebagai ikan konsumsi,sedangkan ikan nila
(Oreochromis niloticus), di pasarkan di luar Kabupaten Tapanuli Utara.
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah: untuk mengetahui keadaan
usaha budidaya ikan sistem keramba jaring apung di Desa Untemungkur.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada masyarakat Desa
Untemungkur Kecamatan Muara dan para investor yang inginmelakukan usaha
budidaya ikan sistim keramba jaring apung. Selanjutnya penelitian ini menjadi
masukan dan pertimbangan bagi pemerintah serta pihak terkait lainya dalam
upaya pengembangan pengembangan sektor perikanan terutama di Desa
Untemungkur dimasa yang akan datang.
2. Input Hara
a. Pupuk
Kolam merupakan salah satu perairan tawar yang bersifat
menggenang atau lentic water yang sengaja diciptakan dan dirancang
sedemikian rupa untuk kegiatan budidaya perairan. Jenis biota yang
dibudidayakan di dalam kolam dapat berupa ikan maupun udang. Kegiatan
budidaya yang biasa dilakukan dapat berupa pembenihan maupun
pembesaran.ndonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung
untuk sektor usaha pertanian. berdasarkan data statistik tahun 2008, sekitar 75
persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan dan lebih dari 54
persen diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian tahun
2008 triwulan II, luas lahan produksi padi nasional mencapai 12,38 juta hektar
dengan pencapaian produksi 59,87 juta ton. Jika dibandingkan dengan data
tahun 2007 pertumbuhan produksi lahan padi nasional mencapai 4,76 persen.
Pupuk adalah salah satu dari faktor produksi yang sering menimbulkan kendala
bagi petani. Pada musim tanam tahun 2008 terjadi kelangkaan pupuk urea. Hal
ini dikarenakan pemerintah hanya mampu mengalokasikan pupuk urea
sebanyak 4,3 juta ton dari kebutuhan pupuk urea 5,8 juta ton2. Melihat ini,
pemerintah mencanangkan program Go Organik tahun 2010 dalam rangka
menekan pemakaian pupuk kimia yang boros anggaran dan merusak lahan
pertanian. Hal tersebut terlihat peluang usaha dan pengembangan pupuk
organik. Pengembangan usaha pupuk organik merupakan suatu potensi usaha
yang menjanjikan dan terbuka bagi siapapun karena didukung oleh pemerintah.
b. Kapur
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama
penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa
macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau
[CaMg(CO3)]2 dan kapur tohor/kapur aktif (CaO).
Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu
kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi
langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan Dolomit. Kalsit
bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit
(CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium
karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit merupakan kapur
karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah masam. Kapur
tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini
dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung
dan kulit kerang (Bowles, 1991).
c. Pakan
Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha
budidaya perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Dalam proses
budidaya ikan khususnya pada kegiatan pembesaran, faktor terpenting adalah
ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup. Pakan memberikan kontribusi
terbesar yaitu mencapai 60-70% dari total biaya produksi dan pakan tersebut
harus mengandung seluruh nutrien yang diperlukan seperti karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin serta asam amino esensial dalam jumlah cukup
dan seimbang. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan bagi usaha bidang budidaya
perikanan termasuk pada budidaya ikan patin (Kordi, 2009). Menurut Tahapari
et al (2009).
3. Jenis Ikan
Ikan-ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika diusahakan dan
budidayakan dengan baik. Tetapi dari jenis ikan tersebut, yang lebih mudah untuk
dibudidayakan adalah jenis-jenis ikan air tawar, karena tidak tergantung dari
tempat dan wilayah yang terbatas seperti ikan laut. Jenis ikan air tawar menurut
kegunaannya digolongkan menjadi dua, yaitu golongan ikan hias dan golongan
ikan konsumsi. Dari kedua golongan ikan tersebut terdapat beberapa jenis ikan
yang dapat digolongkan ke dalam golongan ikan hias sekaligus ikan konsumsi.
Jenis ikan air tawar ini dapat dikonsumsi sekaligus dapat juga dijadikan ikan hias
karena keelokan badannya misalnya ikan sepat dan ikan mas.
Jenis-jenis ikan yang tergolong ikan konsumsi sangat sesuai untuk bahan
pangan. Jenis ikan konsumsi memiliki tingkat produktivitas daging yang tinggi
sehingga cocok sebagai bahan makanan. Jenis ikan konsumsi jika dibudidayakan
dengan baik dapat memberikan hasil yang tinggi (ton per satuan luas) sehingga
dapat memberikan keuntungan yang tinggi.
Jenis ikan air tawar yang dapat dikonsumsi tidak semua mendatangkan
keuntungan yang sama besar karena masing-masing jenis memiliki karakteristik
dan keunggulan yang berbeda-beda, baik dari segi ukuran tubuhnya, ketebalan
dagingnya, percepatan pertumbuhannya, dan kelezatan dagingnya. Oleh karena
itu, pengenalan jenis-jenis ikan air tawa yang berpotensi untuk dibudidayakan
sangat penting bagi para petani ikan yang berorientasi agribisnis.
Berbagai macam jenis ikan air tawar yang telah dientaskan dari perairan umum
ke kolam budidaya banyak sekali seperti nama ikan-ikan beserta Nama latinnya
berikuti ini:
1. Ikan Nila (Tilapa nilotica L)
2. Ikan Nilem (Otiochilus haseeltii)
3. Ikan Mas/Tomboro (Cyprinus carpio L)
4. Ikan Tawes (Puntiusjavanicus)
5. Ikan Sepat Siem (Trichogastio pectoralis R)
6. Ikan Gurami (Osphyronemus gouramy)
7. Ikan Gabus (Ophiocephalus Stariatus)
8. Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)
9. Ikan Biawan (Helostoma temminchii c.v)
10.Ikan Patin (Pangasius Pangasius)
11.Ikan Toman (Ophiocephalus micropeltes)
12.Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni BLkr)
13.Ikan Mujair (Tilapia mossabica)
14.Ikan Betutu (Oxyeleatris masmorata BLkr)
15.Ikan Lele (Clarias batrachus)
16.Ikan Belut (Apodes)
17.Ikan Sidat (Anguilla sp)
18.Ikan Hampal/palung (Hampala macrolepidota)
19.Ikan Jendil/Wakkal (Pangasius micronema BLkr)
20.Ikan Sengkaring (Labeobarbus siamensis)
21.Ikan Bader Bang (Puntius bromoides)
22.Ikan Kutuk (Channa satriata)
23.Ikan Saren (Anabas testdineus)
24.Ikan Sili (Macrognathus aculeatus)
25.Ikan Baung (Macrones sp)
26.Ikan Tageh (Macrones helitius)
27.Ikan Mengkreng (Pegasius nasutus)
28.Ikan Lampan (Puntius schwanefeldi)
29.Ikan Tambakan (Helostoma sp)
30.Ikan Bogo (Ohiocephalis gachua)
Dari sekian banyak ikan air tawar tersebut, jenis ikan gurami, ikan nila, dan ikan
mas adalah jenis ikan air tawar yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Nilai jual yang tinggi permintaan serta kebutuhan ikan ini yang terus menerus ada
dapat menjadi pertimbangan akan pentingnya budidaya ikan tersebut.

a. Kebiasaan Pakan
kebiasaan pakan dan strategi makan udang galah hasil tebaran di
Waduk Darrna. Pengarnatan dilakukan satu bulan sekali dari bulan Juni
2002 -Maret 2003. Analisa pemanfaatan rnakanan dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini dapat disirnpulkan bahwa
udang gaiah mempunyai rnakanan utama turnbuhan, tetapi pada saat air
waduk surut terendah pakan utamanya bergeser ke jenis pakan berupa
hewan. Strategi makan udang gafah dalarn rnernanfaatkan pakan yang
tersedia adalah rnernanfaatkan pakan yang berlimpah dan rnudah didapat.
Hal tersebut berarti udang galah di Waduk Darma rnenunjukkan bahwa
udang tersebut rnarnpu rnemanfaatkan potensi rnakanan (turnbuhan) yang
belurn terrnanfaatkan secara optimal oleh kornunitas ikan yang ada.

4. Teknologi
Berbagai inovasi teknologi akuakuktur yang telah terbukti efektif diterapkan
diharapkan mampu diadopsi secara massal oleh masyarakat dan pelaku industri
akuakultur di Indonesia. Dengan demikian akuakultur justru hadir dalam
memberikan solusi masa depan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2016. Pengambilan
sampel ikan cupang dilakukan pada 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Besar
dan Banda Aceh. Pengamatan ektoparasit pada ikan cupang dilakukan di
Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengedalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas 1 Aceh.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitik,
ikan cupang ditangkap dengan menggunakan serokan, penyamplingan sampel
dilakukan secara purposive sampling dengan 3 kriteria (tubuh ikan yang kurus,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 2, Nomor 1:
221-228 Februari 2017 ISSN. 2527-6395 223 gerakan ikan sangat lambat, dan
iritasi pada kulit ikan). Ikan cupang diambil dari 10 petani ikan, 5 petani ikan di
Aceh Besar masing-masing sebanyak 5 ekor dengan ukuran 3 – 6 cm dan 5 petani
ikan di Banda Aceh masing-masing sebanyak 5 ekor dengan ukuran 3 – 6 cm.
Jumlah total ikan sampel sebanyak 50 ekor. Ikan cupang yang sudah ditangkap
dimasukkan ke dalam plastik dan diberikan oksigen supaya ikan tidak stres saat
membawa sampel ke laboratorium untuk pemeriksaan ektoparasit. Sampel
diperiksa secara mikroskopis.
Penjelasan :
Penjelasn mengenai faktor-faktor Indenpenden dan Dependen dalam
kelayakan usaha Akuakultur, yang dapat mempengaruhi kelayakan budidaya
perikanan. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam sektor budidaya
karna faktor-faktor tersebut dapat kita ketahui saling mengaitkan satu sama lain,
ketika faktor-faktor tersebut tidak dapat terpenuhi maka cenderung akan sangat
berpengaruh dalam sektor budidaya, oleh karena itu kita selaku orang budidaya
harus serius memperhatikan faktor-faktor tersebut. Agar dalam sektor budidaya
yang kita lakukan dapat dikatakan berhasil apabila kita dapat mengatasi itu semua.

Anda mungkin juga menyukai