1. Filosofi keperawatan kritis di ruang ICU : filosofi keperawatan kritis bersifat universal.
Semua klien berhak mendapat pelayanan yang setara tanpa pembedaan kelas, kasta ataupun
strata sosial. Perawat ICU harus berusaha memberikan perawatan holistik dengan
mempertahankan martabat setiap pasien.
2. Ruang lingkup keperawatan kritis menurut AACN: Keperawatan kritis dihadapkan secara
rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa.
Perawat kritis bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga
pasien mendapatkan kepedulian optimal (AACN, 2006). Lingkup praktik asuhan keperawatan
kritis didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan
lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian
perawatan.(AACN,2012)
3. Kriteria ruang ICU yang harus dimiliki oleh sebuah Rumah Sakit dan untuk memberikan
tindakan perawatan sesuai standar:
Menurut Depkes RI (2006) pelayanan ICU diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a. ICU primer : memiliki ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang
darurat dan ruang rawat pasien lain, memiliki kebijakan/ kriteria pasien yang masuk dan
yang keluar, memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala, ada dokter jaga 24 jam
dengan kemampuan RJP,konsulen yang membantu harus siap dipanggil, memiliki 25%
jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat pelatian perawatan intensif,
minimal 1 orang pershift, mampu dengan cepat melayani pemerksaan laboratorium
tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
b. ICU Sekunder: memiliki ruang tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang
darurat dan ruang rawat pasien lain, Memiliki kriteria pasien yang masuk,keluar dan
rujukan, Tersedia dokter spesialis sebagai konsulan yang dapat menanggulangi setiap saat
bila diperlukan, Memiliki seorang kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif
care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab
secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan RJP, Memiliki
tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja di
unit penyakit dalam bedah selama 3 tahun, Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan
prosedur isolasi
c. ICU Tersier: Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit, Memiliki kriteria pasien
yang masuk, keluar dan rujukan, Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat
dipanggil setiap saat bila diperlukan, Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikasi ICU
dan minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun,
Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan intensif baik invasif
maupun non invasive, Memiliki staff tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi,
tenaga RM, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian
4. kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU tercantum dalam Standar
pelayanan keperawatan ICU (Depkes RI, 2006 ).
Kompetensi dasar minimal antara lain
a. Memahami konsep keperawatan intensif
b. Memahami issue etik dan hukun pada perawatan intensif
c. Mempergunakan ketrampilan komunikasi yang efektif untuk mencapai asuhan yang
optimal
d. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat khususnya mengenai henti
nafas dan jantung, status pernapasan, irama jantung, status hemodinamik pasien dan
status kesadaran pasien.
e. Mempertahankan bersihan jalan napas pada pasien yang terpasang ETT
f. Mempertahankan potensi jalan napas dengan menggunakan ETT
g. Melakukan fisioterapi dada
h. Memberikan therapy inhalasi
i. Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan Pulse Oximentri
j. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai mode
k. Melakukan monitoring hemodinamik non invasive
l. Memberikan BLS ( Basic Life support) dan ALS (Advence Life Support)
m. Melakukan perekaman EKG ( Electro Cardio Gram )
n. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKS :(Gangguan system konduksi Gangguan
Irama)
o. Pasien dengan gangguan miocard ( Iskemic, injury dan infark)
p. Melakukan pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan AGD (Analisis Gas Darah)
q. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan AGD
r. Melakukan pengambilan terhadap hasil analisa untuk pemeriksaan elektrolit
s. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak normal
t. Melakukan hasil interpretasi hasil foto thoraks
u. Melakukan persiapan pemasangan WSD ( Water Seal Drainage)
v. Mempersiapkan persiapan pemberian terapi melalui syringe pump dan infus pump
w. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral
x. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intravena
y. Melakukan pengelolaan pasien dengan sindroma coronary akut
z. Melakukan penanggulangan infeksi nosocomial di ICU
Keperawatan lanjutan
a. Seluruh kompetensi dasar no 1 sd 25
b. Mengelola pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
c. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri pulmonal
d. Melakukan pengukuran curah jantung
e. Melakukan pengukuran tekanan darah vena central
f. Melakukan persiapan pemasangan Intra Aortic Baloon Pump (IABP)
g. Melakukan pengelolaan asuhan keperawatan pasien yang terpasang IABP
h. Melakukan persiapan pemasangan alat hemodialysis, hemofiltrasi (Continous
Arterial Venous Hemofiltration /CVVH)
i. Melakukan pengelolaan pengukuran tekanan intra kranial
j. Melakukan pengelolaan pasien yang terpasang kateter invasive ( Arteri line, Cup
Line, kateter Swan Ganz)
k. Melakukan pengelolaan pasien yang menggunakan terapi trombolitik
l. Melakukan pengukuran PETCO2 ( Konsentrasi Co2 pada akhir ekspirasi)