Anda di halaman 1dari 13

“Sahabat.

Bagai tetesan embun pagi yang jatuh membasahi kegersangan hati hingga mampu menyejukan
taman sanubari. Bagai bintang gemintang malam di angkasa raya yang menemani rembulan duka lara
hingga mampu menerangi gulita dalam kebersamaan. Bagai pohon rindang dengan ribuan dahan yang
memayani terik matahari hingga mampu memberi keteduhan dalam ketentraman. Bagai derasnya hujan
yang turun yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun hingga mampu membersihkan
mahkota bunga dan dedaun dalam kesucian.” -Narator

SCENE 1

Di lapangan,

(ramai-ramai nyanyi dan nari)

(lagu Buka Semangat Baru)

Hello Teman Semua


Ayo Kita Sambut, Hari Baru Telah Tiba
Apa Yang Kurasakan, Ku Ingin Engkau Tahu
Dan Berbagi Bersama

Buka Kita Buka Hari Yang Baru


Sebagai Semangat Langkah Ke Depan
Jadi Pribadi Baru
Buka Kita Buka Jalan Yang Baru
Tebarkan Senyum Wajah Gembira
Damai Suasana Baru
Bukalah Bukalah Semangat Baru 3x

SCENE 2

Di lapangan,

Suara wanita bersenandung terdengar dari arah panggung sebelah kanan, dua orang gadis dengan seragam
putih abu -- abu lengkap tas ransel berwarna merah muda berjalan dengan senyum dan semangat yang
tulus melewati narator yang telah mematung berdiri di tempatnya. Salah satu gadis itu memegang sebuah
kotak makan dan tempat minum yang warnanya senada dengan ransel. Tiba -- tiba suara lantang dari luar
panggung memanggil.

Karin & Dinda : Mentari, Farah!

Dua gadis itu lantas menengok, dan menghentikan langkah mereka.

Mentari : Hai Rin, Hai Da!

Farah : Hai!

Dinda : Ayok!
Karin : “Ehh... Tunggu dulu. Hhmm... gue mencium bau pisang goreng yang kayak nya
enak.” (Tangannya memegang kotak makan yang dibawa Mentari)

Mentari : “Eiittss... Jangan dimakan dulu. Makan nya entar aja buat cemilan istirahat nanti.”
(Mendorong tangan Karin dari kotak makannya)

Dinda : “Iya, buat nanti aja kita makan bareng bareng.”

Farah : “Besok giliran lo ya, Rin yang bawa cemilan, ya!”

Karin : “engga, engga bisa begitu. Gue mau meminta makanan dari kalian aja.”

Dinda : “Dasar, gak modal! Bawalah makanan besok!” (Mulai gemas)

Karin : “Gak bakal!”

Mereka berempat masuk kedalam kelas. kemudian suara riuh siswa yang berdebat mulai terdengar.
Mentari mulai celinggukan.

Siswa 1 : “Nah, begini caranya! Kalikan dulu bagian yang dalam kurung.” (Meletakkan pena
yang di pakainya menjelaskan ditengah -- tengah kerumunan)

Siswa 2 : “Aaaaa... Iya iya.”

Siswa 3 : “Ohh, seperti itu.”

Siswa 4 : “Tidak! Bukan begitu caranya.”

Siswa 5 : Iya tidak begini, kau salah! (Bersahutan ke arah siswa 1, siswa 1 hanya celingukan)

Siswa 6 : “Benar sekali, jawabannya salah.”

Siswa 1 : “Ah sudahlah, kalian belajar aja sendiri!” (Menggebrak meja dengan nada bicara
sedikit kesal)

Mentari tertarik dengan keributan para siswa di kelas, dia mengintip dari tempatnya berdiri.

Mentari : “ Itu PR Fisika, ya?”

Siswa 1 : “Iya nih,”

Siswa 3 : “Yang minggu kemarin di kasih Bu. Mela!”

Siswa 5 : “Gue gak ngerti sama sekali waktu guru menjelaskan di depan!”

Siswa 2 : “Cara nya panjang dan ribet banget!”

Siswa 6 : “Benar! Susah sekali!”


Keenam siswa siswi kemudian saling bersahut -- sahutan dan heboh tentang PR Fisika yang diberikan,
Mentari hanya mendengarkan. Jovian dan teman teman nya yang duduk di barisan depan mulai terusik
dengan kebisingan siswa siswi yang berada di belakangnya, dia menaruh ponsel nya kemudian
menggebrakkannya diatas meja. Jovian kemudian menengok.

Jovian : “Woy! Berisik! Gue gak fokus nih.”

Ryan : “Gue kalah, salah lo semua ya!”

Gaga : “Dikit lagi mau menang nih! Diem ya kalian.”

Alex : “Nah iya, seperti itu.” (setelah semua nya hening)

Siswa 3 : “Dasar, mentang -- mentang anak orang kaya, seenaknya aja bersikap!” (Bersedekap dan
dengan nada bicara menyinggung)

Siswa 5 : “Benar! Hei, kalo lo ingin tempat yang tenang untuk bermain game, lebih baik pergi saja
dari sini!” (Bekacak pinggang)

Siswa 1 : “Sudah - sudah, daripada meladeni anak itu, lebih baik kita mengerjakan PR Fisika saja.
Benar tidak?”

Siswa 2 : Betul sekali! Mentari kemarilah, bantu kami mengerjakan soal yang nomor 3! (Berdiri
dari kursinya dan mempersilahkan Mentari duduk)

Mentari : Oh ini, jadi begini caranya! (Mentari pun menjelaskan cara mengerjakan PR fisika
mereka tersebut.)

SCENE 3

Di lapangan,

Mentari, Dinda, Farah, dan Karin sedang berjalan di lapangan. Dan berpapasan dengan Jovian, Ryan, juga
Alex. Mentari tak sengaja menabrak bahu Jovian kerena mereka tidak mau memberikan jalan.

Jovian : “Heh! Kalau jalan liat liat ya!”

Alex : “Sengaja banget mau modus?”

Mentari : “Idih, siapa suruh jalan di tengah tengah.”

Karin : “Iya, emang nya ini jalan nenek moyang lo?”

Ryan : “Songong banget sih,”

Farah : “Kenapa? Padahal kalian yang salah.”

Gaga : “Nyari ribut?”


Mentari dan yang lain hanya meledek dengan memeletkan lidah mereka.

Semua keluar, dibagi menjadi 2 kelompok, laki-laki berada di belakang Jovian, dan perempuan berada
dibelakang Mentari.

Backsound

(lagu Sherinna-Jagoan)

Siswa perempuan: Dia pikir


Dia yang paling hebat
Merasa paling jago
Dan paling dahsyat

Siswa laki laki: Dia memang jago

(Ayam jago... kukuruyuk... petok... petok... hahahha)

Siswa laki laki: Dia memang kuat

(tapi dijegal cewek jatuh... hahahaha)

Siswa laki laki: Dia pikir


Dia Yang paling hebat
Merasa paling pintar
Dan paling kuat

Siswa perempuan: Dia memang pintar.

(Pintar ngibul.hahaha)

Siswa Perempuan: Dia memang kuat

(kuat makannya alias rakus.hahahaha)

Musik berehenti. (Semua nya meninggalkan lapangan kecuali, Jovian, Alex, Gaga, Ryan, Mentari, Dinda,
Farah, dan Karin.)

Pak. Toni dan Pak. Bagus yang melihat kegaduhan dari ruang guru, segera menengahkan mereka.

Pak. Toni : “Hei, hei, ada apa ini?”

Pak. Bagus : “Kalian bertengkar?”

Dinda : “Engga, Pak. Mereka nya aja yang ngeselin.”

Pak. Toni : “Sudah, sudah. Kembali ke kelas kalian!”


Pak. Bagus : “Jam pelajaran sudah mulai, kalian tidak dengar ya?”

Semua : “Baik, Pak.”

SCENE 4
Di kelas,

semua siswa sedang ramai menggosip.

Siswa 6 : “Lo abis di putusin ya?”

Siswa 7 : “Hah? Kok lo tau?”

Siswa 6 : “Kemarin, gue liat pacar lo foto sama cewe lain.”

Siswa 8 : “Emang nya iya?”

Siswa 9 : “Iya, gue juga liat kemarin.”

Siswa 10 : “Memang nya kenapa? Kok bisa?”

Siswa 6 : “Dia lebih milih yang lebih cantik dari pada gue.”

Siswa 12 : “Mungkin, dia nya aja yang bodoh udah ninggalin lo Cuma karena tampang.”

Siswa 11 : “Lo cantik kok, jangan minder.”

Backsound

(Siswa 7,8,9,10,11,12, nyanyi sambil nenangin siswa 6)


(Cherrybelle – Beautiful)

Don’t cry, don’t be shy


Kamu cantik apa adanya
Sadari syukuri dirimu sempurna
Jangan dengarkan kata mereka
Dirimu indah pancarkan sinarmu wo oww

You are beautiful, beautiful, beautiful


Kamu cantik cantik dari hatimu
You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik cantik dari hatimu

Tahukah dirimu berbeda istimewa


Kau bisa membuat mereka jatuh cinta

You are beautiful, beautiful, beautiful


Kamu cantik cantik dari hatimu
You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik cantik dari hatimu

Siswa 6 : “Makasih ya kalian semua!”

Mentari : “Guys, ada guru!”

Bu. Mela : “Assalamualaikum anak anak.”

Semua : “Waalaikum sallam Bu.”

Bu. Mela : “Ayo kumpulkan tugas kalian kemarin. Yang tidak menegerjakan, silahkan keluar kelas
saya.”

(Semua maju kedepan mengumpulkan buku tugas mereka. Kecuali Jovian, Ryan, Gaga, dan Alex)

Bu. Mela : “Kalian tidak mengerjakan nya, Jovian, Ryan, Gaga, Alex? Kalau begitu keluar kelas
saya. Jangan ikuti pelajaran saya. Dan bersihkan lapangan sekolah dari daun yang jatuh.”

Jovian : “Ck. Ayo guys kita keluar.” (Akhir nya Jovian, Ryan, Gaga, Alex keluar kelas menuju
lapangan.”

SCENE 5
Di lapangan,

Ryan : “Kesel banget gue sama tuh guru. Masa kita disuruh nyapu lapangan sih?!”

Alex : “Udah lah, terima aja. Emang kita salah.”

Gaga : “Eh itu Pak. Ujang. Ayo minta peralatan nya.”

(mereka menghampiri Pak. Ujang yang sedang merapihkan peralatan kebersihan.)

Alex : “Pak, kita mau minjem sapu sama serokan nya ya. Mau bersihin lapangan.”

Pak. Ujang : “Oh iya, ambil aja. Tapi nanti balikin lagi ya ketempat semula.”

Gaga : “iya, Pak.”

(Mereka mengambil sapu dan serokan. Lalu membersihkan lapangan. Namun di sela sela mereka sedang
menyapu, terlihat Mentari yang baru keluar kelas. Dan Jovian berhenti menyapu lalu menatap Mentari
yang sedang berjalan.)

Ryan : “kayak nya ada yang lagi jatuh cinta nih.”

Gaga : “Siapa?”

Ryan : “Tuh liat,” (menunjuk Jovian dengan dagu nya.)


Alex : “Wah beneran, Jov?”

Jovian : “Ha? Gak tau nih gue. Kalau liat dia jantung gue berasa lagi lari marathon.”

Gaga : “Lebay banget.”

Alex : “Yauda, kasih tau dia lah perasaan lo.”

Jovian : “gak segampang itu, Ferduso.”

(Backsound)
(Afgan – Pesan cinta)

Jovian : “Merah pipi ini


Saat ku lihat dirinya
Mungkah ini
Yang dinamakan
Cinta.
Malu hati ini
Saat ku tatap wajahnya
Mungkinkah ini
Yang dinamakan
Cinta
Tapi ku malu
Tuk mengatakan
Pada dirinya
Oh Tuhan
Tolong aku sampaikan
Pesan ini padanya
Agar dia tahu bahwa kini
Aku jatuh cinta
Oh Tuhan
Bantu aku temukan
Cara tuk mendapatkan dia
Karena kini
Ku telah jatuh cinta”

Gaga, Alex, dan Ryan hanya tertawa melihat teman nya yang sedang jatuh cinta.

SCENE 6
di kelas,

Siswa 13 : “Tau gak sih? Kayak nya si Jovian itu suka deh sama Mentari.”
Siswa 14 : “Ah masa? Jovian kan orang nya sombong. Mana mau Mentari sama dia,”

Siswa 15 : “Gak cocok ah! Gue gak setuju.”

Siswa 16 : “Emang lo tau dari mana kalo Jovi suka sama Mentari?”

Siswa 13 : “Tadi gue gak sengaja nguping waktu mereka di hukum Jovian bilang ke temen temen nya,
kalo dia suka sama Mentari!”

Siswa 17 : “Jovian harus ngerubah sifat nya kalau dia mau di sukain balik sama Mentari.”

Di sela pembicaraan mereka, Jovian ternyata menguping nya. Ia terkejut teman teman sekelas nya tau jika
ia menyukai Mentari. Lalu ia bertekad untuk merubah sikap nya.

Jovian masuk ke kelas dan duduk di tempat duduk nya lalu mengeluarkan buku nya dan belajar. Teman
teman Jovian menghampiri Jovian yang terlihat aneh karena Joviian biasa nya tidak suka belajar.

Alex : “Tumben,”

Jovian : “Gue mau buktiin ke Mentari kalo gue bisa jadi orang yang dia mau.”

SCENE 7
Di koridor kelas.

Mentari : (berjalan bersenandung mendengar musik lewat earphone)

Jovian : (memainkan hp sambil berjalan)

(bersenggolan)

Jovian : aduh! (memegangi lengan atasnya)

Mentari : sorry sorry ya Allah ma- loh Jovian?

Jovian : liat - liat dong kalo jalan!

Mentari : yee enak aja main salahin orang. Lo juga salah jalan kok nunduk.

Jovian : "Oke oke, Sorry. Siang btw mentari"

Mentari : "lo sehat?"

Jovian : "kok gitu banget si lo"


Mentari : "aneh aja liat nya jo"

Jovian : "gua sombong salah, gua baik salah"

Mentari : "lu lagi mau apa si jo?"

Jovian : "gue mau lo jadi cewek gue,"

Mentari : “Beneran gak sehat ya lo?”

Jovian : “Gue sehat wal’afiat. Oke. Kalo gitu, gue bakal buktiin ke lo, gue bisa lebih baik. Dan kalo
misal nya gue bisa, lo harus jadi temen gue dulu. Deal?”

Mentari : “Hah?”

Farah : “Dih lo berdua ngapain?!” (Farah tiba tiba menghampiri Mentari.)

Jovian : “Oke deal.” (Joviam pergi begitu saja meninggalkan mentari.)

Farah : “Kenapa sih dia?”

Mentari : “Gak tau,”

Mereka berjalan lagi ke arah kelas merek.

Jovian sudah berusahan keras untuk belajar. Lalu tadi juga sudah mengikuti remedial ulangan bersama
Bu. Nana guru matematika mereka, dan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Bu. Nana : “Bagus, kamu banyak kemajuan nya Jovian.” (memberikan kertas hasil remedial Jovian
yang sudah di nilai.)

Jovian : “Makasih bu,”

Bu. Nana : “pertahan kan ya, jangan kecewakan ibu.”

Jovian : “Iya bu, saya permisi.”

Jovian berlari pergi menemui Mentari dan teman teman Mentari yang sedang duduk di dalam kelas
mereka. Namun di koridor kelas ia bertabrakan dengan Pak. Tejo staf sekolah mereka.

Pak. Tejo : “Aduh! Ati ati tho le, nek’ aku tibo’i yo sakit kan.”

Jovian : “Eh iya, pak. Maaf saya buru buru.” (Jovian pergi begitu saja)

Pak. Tejo : “Dasar anak muda” (menggeleng gelengkan kepala nya heran. Lalu ia melanjutkan jalan
nya.)
SCENE 8
Di kelas,

Jovian : “Mentari!”

Semua nya menoleh.

Mentari : “Kenapa?”

Karin : “Lo gak mau ngajak ribut kan?”

Jovian : "apaan si lo rin"

Karin : "lah elo kali yang aneh"

Jovian : "Mentari tuh sekarang temen gue, iya kan, Tar?" (menunjukan kertas hassil ulangan nya)

Mentari : (mentari melihat kertas Jovian sekilas) “Hm,”

Jovian : "tuh bisa liat sendiri kan lo rin"

Karin : "aneh lo jo"

Dinda : “Lo kurang obat kayak nya deh, Jo.”

SCENE 9
Di lapangan.

Sedang pelajaran olahraga.

Ryan : “Lo beneran mau nembak Mentari sekarang?”

Jovian : “Gue gak tahan lagi memendam rasa ini.”

Alex : “Dasar, alay.”

Gaga : “Semangat! Tuh orang nya,”

Jovian : “Doa’in gue ya!” (pergi menghampiri Mentari dan teman teman nya.)

Siswa 18 : “Eh eh, liat deh. Mau ngapain tuh Jovian?”

Siswa 19 : “Wah, dia mau nyamperin Mentari guys!”

Siswa 20 : “Mau ngapain coba dia?”


Siswa 19 : “Kita liatin aja dulu.”

Jovian : “Mentari,”

Dinda : “Dih mau apa lo?”

Mentari : “Kenapa Jo?”

Jovian : (berdeham)

(backsound)

(Jaz -Dari mata)

(Semua keluar, ngiringin Jovian nyanyi.)

Jovian : Matamu melemahkanku


Saat pertama kali kulihatmu
Dan jujur, 'ku tak pernah merasa
'Ku tak pernah merasa begini
Matamu melemahkanku
Saat Pertama Kali kulihatmu
Dan Jujur, 'ku tak pernah merasa
'Ku tak pernah merasa begini
Oh, mungkin inikah cinta
Pandangan yang pertama
Karena apa yang kurasa, ini tak biasa
Jika benar ini cinta
Mulai dari mana?
Oh, dari mana?
Dari matamu, matamu
Kumulai jatuh cinta
Kumelihat. melihat
Ada bayangnya
Dari mata
Kau buatku jatuh
Jatuh terus, jatuh ke hati.
Dari matamu, matamu
Kumulai jatuh cinta
Kumelihat, melihat
Ada Bayangnya
Dari mata
Kau buatku jatuh
Jatuh terus, jatuh ke hati

Jovian : “Lo mau gak jadi teman hidup gue?”

Semua siswa : (mengerumungi) “Terima terima terima!”

Mentari : “Ha? Maaf Jo. Gue gak bisa. Gue udah janji sama diri gue sendiri buat engga mikirin cinta
cintaan dulu sebelum lulus.”

(backsound)
(Kunto Aji – Ekspetasi)

Oohh Sakit~

Jovian : “Ha? Terus?”

Mentari : “Kita masih bisa jadi sahabat kan?”

Jovian : “Gue kecewa si, Tar.”

Mentari : “Maaf, Jo. Itu udah komitmen gue dari dulu.”

Jovian : “Yaudah, kita sahabat kan?” (mengacung kan jari kelingking nya)

Mentari : “Sahabat.” (Tersenyum dan mengaitkan jari kelingking nya ke jari kelingking Jovian.)

(Semua nya keluar. Dan bernyanyi bersama.)

(backsound)
(Kepompong)

Dulu kita melangkah berjauh-jauhan


Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertingkah kejauhan
Namun itu karna ku sayang

ooo, ooo, ooo, ooo

Persahabatan bagai kepompong


Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Na na na na na na na na na...

Persahabatan bagai kepompong


Mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
Persahabatan bagai kepompong
Maklumi teman hadapi perbedaan
Persahabatan bagai kepompong
Kepompong.. Kepompong
Na na na na... Na na na na..

Anda mungkin juga menyukai