MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPS
Disusun oleh:
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Paradigma dan Landasan Filosofis Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
SD”.
Adapun maksud penyusunan makalah adalah untuk memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Pendidikan IPS, juga dimaksudkan untuk menambah
ilmu pengetahuan atau wawasan.
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam susunan tata bahasa, materi maupun sistematikanya.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Dalam pembuatan makalah penyusun banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan .................................................................................................... 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang
diberikan di sekolah memiliki tujuan untuk memperbaiki, mengembangkan
dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan dan kemasyarakatan. IPS
terorganisasikan secara sistematis dalam pengajaran dan kurikulum disekolah,
berfungsi untuk mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS terdiri dari materi;
geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi dan PKn bertujuan untuk membangun
peserta didik, agar menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.
Mata pelajaran ini berperan mengfungsionalkan dan merealisasikan
ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik kedalam dunia kehidupan nyata di
masyarakat. Oleh karenanya secara substansi materinya, IPS
mengintegrasikan dan mengorganisasikannya secara pedagogik dari berbagai
ilmu sosial yang diperuntukan bagi pembelajaran di tingkat persekolahan,
sehingga dengan memulai pembelajaran IPS diharapkan peserta didik mampu
membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata, dan
peserta didik tidak hanya mampu mengusai teori-teori kehidupan dalam
masyarakat tapi mampu menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai
insan sosial. Dalam mengawali pembahasan mengenai teknis dan teori
pendidikan IPS di SD lebih lanjut maka perlunya diawali dengan penjelasan
mengenai hakikat IPS secara mendalam dan juga landasan IPS, khususnya
landasan Filosofisnya. Maka dari itu penyusun bermaksud mengkaji tentang
paradigma dan landasan filosofis IPS dengan judul “Paradigma dan
Landasan Filosofis Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial SD”
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Paradigma Pendidikan IPS di Sekolah Dasar (SD) ?
2. Apa saja yang menjadi landasan Filosofis Pendidikan IPS ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang tersebut, kajian ini mempunyai tujuan, yaitu:
1. Mengetahui paradigma Pendidikan IPS di Sekolah Dasar.
2. Memahami landasan Filosofis pendidikan IPS.
D. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menjaga keutuhan dan memudahkan dalam penulisan, dan
sebagai upaya agar makalah ini dapat terarah secara sistematis, maka penulis
menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Pengertian Pendidikan, Hakikat IPS, Tujuan Pendidikan IPS,
Pengertian Pendidikan IPS menurut para ahli, paradigma
pendidikan IPS, paradigma Pendidikan IPS di Indonesia,
Landasan Filosofis Pendidikan IPS dan aliran-aliran filsafat
dalam IPS.
BAB III : Penutupan yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Materi pendidikan IPS yang akan dipelajari oleh siswa harus didasarkan
pada tujuan yang akan dicapai. Dalam hal ini, Somantri (2001; 44)
merumuskan batasan dan tujuan pendidikan IPS untuk tingkat sekolah
sebagai “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu social, psikologi, ideologi
5
Negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan”.
pembelajaran. Pada tahun 1940-1960 terjadinya tarik menarik antara dua visi
social studies, disatu pihak adanya gerakan untuk mengintegrasikan berbagai
disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship education dan di lain pihak terus
bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu sosial yang cenderung
memperlemah konsepsi social studies education. Hal ini merupakan dampak
dari berbagai penelitian yang dirancang untuk mempengaruhi kurikulum
sekolah, terutama yang berkenaan dengan pengertian dan sikap siswa. Selain
itu, merupakan dampak dari opini publik berkaitan dengan perang dunia II,
perang dingin, dan perang korea serta kritik publik terhadap belum
terwujudnya gagasan John Dewey tentang pengembangan kemampuan
berpikir kritis dalam praktik pendidikan persekolahan.
dalam suatu masyarakat yang demokratis, ketiga sumber utama konteks social
studies adalah social sciences dan humanities, keempat dalam upaya
penyiapan warga negara yang demokratis (Barr dkk, 1978) pada tahun 1980-
1990-an mengenal pemikiran social studies yang sebelumnya dilanda masalah,
secara konseptual telah dapat diatasi.
Wesley yang segera dapat respon akademis secara meluas dan melahirkan
kontroversi akademik, pemunculan pengertian IPS dengan mudah dapat
diterima dengan sedikit komentar.
bangsa yang majemuk atau heterogenitas multi etnik yang merupakan bagaian
dari masyarakat yang pluralistik.
1. Esensialisme
Esensialisme; adalah aliran yang menggariskan bahwa kurikulum
harus menekankan pada penguasaan ilmu. Aliran ini berpandangan bahwa,
pendidikan pada dasarnya adalah pendidikan keilmuan. Kurikulum yang
dikembangkan dalam aliran esensialisme adalah kurikulum disiplin ilmu.
Tujuan dari aliran esensialisme adalah menciptakan intelektualisme.
Proses belajar-mengajar yang dikembangkan adalah siswa harus memiliki
kemampuan penguasaan disiplin ilmu. Penerapan pembelajaran ini lebih
banyak berperan pada guru jika dibandingkan dari siswa.
16
2. Perenialisme
Perenialsme adalah aliran yang memandang , bahwa sasaran yang
harus dicapai oleh pendidikan adalah kepemilikan atas prinsip-prinsip
tentang kenyataan, kebenaran dan nilai yang abadi, serta tidak terkait oleh
ruang dan waktu. Dalam pandangan aliran Perenialisme kurikulum akan
menjadi sangat ideologis karena dengan pandangan-pandangan ini
menjadikan siswa atau peserta didik sebagai warga Negara yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diinginkan oleh Negara.
Pandangan perenialisme lebih menekankan pada Transfer Budaya
(transfer of culture), seperti dalam Implementasinya pada kurikulum IPS
yang bertujuan pada pengembangan dan pembangunan jati diri bangsa
peserta didik dalam rangka menuju tercapainya integrasi bangsa. Aliran
ini juga dikenal menekankan pada kebenaran yang absolut, kebenaran
universal yang tidak terikat pada ruang dan waktu, aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
3. Progresivisme
Progresivisme adalah aliran ini memandang bahwa sekolah
memiliki tujuan yakni kecerdasan yang praktis dan membuat siswa lebih
efektif dalam memecahkan berbagai masalah yang disajikan oleh guru atau
pendidik.Masalah tersebut biasanya ditemukan berdasarkan pengalaman
siswa.Pembelajaran yang harus dikembangkan oleh aliran Progresivisme
adalah memperhatikan kebutuhan individual yang dipengaruhi oleh latar
belakang sosial-budaya dan mendorong untuk berpartisipasi aktif sebagai
warga Negara dewasa, terlibat dalam pengambilan keputusan, dan
17
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah aliran ini berpendapat bahwa sekolah
harus diarahkan kepada pencapaian tatanan demokrasi yang mendunia.
Aliran filsafat ini menghendaki agar setiap individu dan kelompok tanpa
mengabaikan nilai-nilai masa lalu, mampu mengembangkan pengetahuan,
teori, atau pandangan tertentu yang paling relevan dengan kepentingan
mereka melalui pemberdayaan peserta didik dalam proses pembelajaran
guna memproduksi pengetahuan baru. Dalam pandangan aliran filsafat ini
lebih menekankan agar siswa dalam pembelajaran mampu menemukan
(inquiri), penemuan yang bersifat informasi baru bagi siswa berdasarkan
bacaan yang ia lakukan. Pembelajaran lebih ditekankan pada proses bukan
hasilnya. Aktivitas siswa menjadi perioritas utama dalam berlangsungnya
pembelajaran.
1. Positivisme.
Pemikiran August Comte dilatar belakangi oleh semaraknya berfikir
empiris dan era gelapnya abad tengah yang Teologik. Comte membagi
tahap berpikir menjadi tiga, yaitu: teologik, metaphisik, dan positivistic.
August Comte membedakan fenomena social menjadi (1) Social Statics
yang membahas tentang fungsi jenjang peradaban. (2) Social Dinamis
yang menelaah perubahan jenjang tersebut. Comte memberi corak dalam
paradigma kualitatif berupa kajian teori antropologi dan sosiologi-
historik.
2. Rasionalisme.
Rasionalisme merupakan lawan dari positivisme. Menurut rasionalisme
semua ilmu berasal dari pemahaman intelektual yang dibangun atas
argumentasi logic. Ilmu yang dibangun berdasar rasionalisme
menekankan pada pemaknaan empiri, pemahaman intelektual, dan
kemampuan berargumentasi secara logic dengan dukungan data empiric
yang relevan agar produk ilmu yang melandaskan diri pada rasionalisme
bukan fiksi.
19
3. Pragmatisme.
Ada dua ide utama dari pragmatisme, yaitu: (1) manusia adalah makhluk
yang aktif dan kreatif, (2) manusia memadukan kebenaran dengan value
dan action. Pragmatisme memadukan antara teori dan praktik.
4. Idealisme.
Menurut idealism, realitas terdiri dari ide-ide, fikiran-fikiran, akal (mind),
atau jiwa dan bukan benda material maupun kekuatan. Akal adalah yang
riil sedang materi adalah produk sampingan. Dengan demikian idealisme
mengangga bahwa dunia seperti mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai
materi atau kekuatan saja.
5. Konstruktivisme.
Konstruktivisme pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico,
seorang epistemology Italia tahun 1710. Inti dari konstruktivisme adalah
bahwa realist tidak ada dengan sendirinya melainkan sebagai hasil
bentukan atau konstruksi dari subyek (personal, interpersonal, dan
komunal), dan bahwa kebenaran pengetahuan, nilai dan sikap senantiasa
berubah melalui proses rekontruksi skema kognitif, afektif dan
psikomotor.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari beberapa teori dan kajian yang telah dibahas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS
yang diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia,
dan IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat atau
manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu
sosial. Pendidikan IPS lebih ditekankan pada bagaimana cara mendidik
tentang ilmu-ilmu social atau lebih kepada penerapannya (application of
knowledge social studies). Ilmu yang disajikan dalam pendidikan IPS
merupakan suatu synthetic antara ilmu-ilmu social dengan ilmu ilmu-
ilmu pendidikan. Pendidikan IPS merupakan hasil rekayasa “inter cross”
dan “trans disipliner” antara disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin
ilmu sosial murni untuk tujuan pendidikan.
2. Landasan Filosofis sebagaimana dipaparkan dalam “Naskah Akademik
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS” Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, Depdiknas RI dirincikan sebagai
berikut :
a. Esensialisme
b. Perenialisme
c. Progresivisme
d. Rekonstruksionisme
B. Saran
Pendidik bijaknya harus menjadi seorang profesional dalam
menjalankan kewajibannya. Segi sikapnya tidak terlepas dari segi
keilmuannya dalam mendidik. Dalam hal ini pendidikan IPS SD harus
dikuasi penuh dalam menunjang kegiatannya. Penting bagi seorang pendidik
mengetahui hakikat IPS dan landsan yang dijadikan dasar adanya pendidikan
IPS, maka dari itu sebaiknya seorang calon pendidik maupun guru harus
paham terhadap konteks mata pelajaran yang ia ajarkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, TR. dan Asep, S. 2011. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Subang: Royyan Press.
SDN cbu 11 Pg. 2009. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). [Online]. Tersedia di:
www.slideshare.net. Diakses 7 September 2015.
Supriatna, Nana, dkk,. 2010. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS SD.
Bandung : UPI PRESS.