Anda di halaman 1dari 29

Persoalan Klasik (yang selalu terjadi) pada Bidang Struktur di Proyek pada suatu

Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta


oleh
Rezky Mulia

I. TANGGUNG JAWAB PENCAMPURAN BETON


Masalah :
Tim Teknis menanyakan mengenai tanggung jawab pencampuran beton

Diskusi :
1. Pada Konsultan Pengawas
SNI 03-2847-2002, pasal 5.1.3:
5.1 Pengujian bahan
1) Pengawas lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada
setiap bahan yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk
menentukan apakah bahan tersebut mempunyai mutu sesuai dengan mutu
yang telah ditetapkan.
2) Pengujian bahan dan pengujian beton harus dibuat sesuai dengan tata
cara-tata cara yang terdapat pada pasal 2.
3) Laporan lengkap pengujian bahan dan pengujian beton harus tersedia
untuk pemeriksaan selama pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun
setelah selesainya pembangunan.

Hal tersebut karena SNI 03-2847-2002 mengikuti ACI 318-99, dimana pada
komentar (ACI 318-99 & PCA Notes on ACI 318-99), dijelaskan:
For ACI 318-99, the provisions of 3.1.3 are revised to shift responsibility for
material test records from the “inspecting engineer or architect” to the
“inspector”. These responsibilities include making a complete record of tests
of materials and of concrete available during construction, and for retaining
these test records for a period of 2 years after completion of the project.

Rezky Mulia, 2013 Page 1


Perubahan ini dibuat karena pada kenyataannya Perencana dan Arsitek
biasanya tidak mengawasi mutu beton, sedangkan Pengawas secara khusus
memang ditugaskan untuk tujuan itu (Aji & Purwono, 2010, hal 44).

2. Pada Kontraktor
SNI 03-6880-2002, pasal 5.3.2.a.
5.3 Tanggung jawab kontraktor terhadap pengujian
I) Mengirimkan data mengenai kualifikasi instansi pengujian yang diusulkan
untuk penerimaan. Penggunaan layanan pengujian tidak berarti melepaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk menghasilkan bahan dan konstruksi
sesuai Dokumen Kontrak.
2) Tugas dan tanggung jawab. Kecuali disebutkan lain dalam Dokumen
Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan tugas dan tanggung jawab berikut
ini:
(a) Mengkualifikasi bahan yang diusulkan dan membuat proporsi campuran.
(c) …
(d) Menyediakan dan memelihara fasilitas-fasilitas instansi pengujian secara
memadai terhadap tempat penyimpanan yang aman dan perawatan
rnernada. dari benda uji di lokasi pekerjaan untuk perawatan awal
sebagaimana disyaratkan oleh SNI 03-4810-1998.
(e) Mengajukan data dan dokumentasi pengujian mengenai bahan dan
proporsi campuran.
(f) Mengajukan program pengendalian kualitas pemasok beton dan
menyediakan salinan mengenai semua laporan pengujian.
(g) Bila disyaratkan sebagai dasar penerimaan beton mengenai uji kekuatan
yang dipercepat, mengajukan permohonan untuk melaksanakan pengujian
yang dipercepat disertai dengan data korelasi untuk kuat tekan 28 hari
standar berdasarkan paling sedikit 15 set data pengujian yang memenuhi sub
pasal 5.4.2 sub. d dengan beton yang terbuat dari bahan yang sama dengan
batasan paling sedikit f' cr ± 7 MPa.

Rezky Mulia, 2013 Page 2


8.2.2 Kinerja dan persyaratan desain
I) Desain dan rekayasa cetakan harus menjadi tanggung jawab dari
Kontraktor.

Kesimpulan/Solusi :
Tanggung jawab pencampuran beton (dan pengujian) ada pada kontraktor selaku
pelaksana dan Pengawas selaku Quality Control.

Referensi :
 SNI 03-6880-2002 - Spesifikasi Beton Struktural
 SNI 03-2834-2000 - Tata Cara Rencana Campuran Beton Normal.
 SNI 03-6815-2002 - Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton.
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
 Aji, P. & Purwono, R. 2010. Pengendalian Mutu Beton sesuai SNI, ACI dan
ASTM. ITS Press.

II. JUMLAH SEMEN MINIMUM


Masalah :
Tim Teknis selalu menanyakan mengenai kadar semen minimum agar
dipersyaratkan dalam RKS sehingga menjadi ketentuan yang harus diikuti.
Diskusi :
a. SNI 03-2834-2000, tabel 4 & 5 menyebutkan, jumlah semen minimum adalah
fungsi dari lingkungan.

Rezky Mulia, 2013 Page 3


Rezky Mulia, 2013 Page 4
b. SNI 03-6880-2002, tabel 3 menyebutkan, jumlah semen minimum adalah fungsi
dari ukuran agregat (juga SNI 03-2834-2000, tabel 5 untuk lingkungan sulfat)

Kelonggaran tidak menggunakan jumlah semen minimum:


SNI 03-6880-2002, 10.2.2
Untuk beton yang digunakan pada lantai (bukan pada tanah langsung),
kandungan semen harus tidak boleh kurang dari yang ditunjukkan dalam Tabel
3, kecuali bila dapat diterima yang lain. Penerimaan atas kandungan semen
yang lebih rendah harus sesuai persyaratan kekuatan yang ditetapkan dan
menghasilkan beton dengan kualitas finising, penampilan, durabilitas, dan
kekerasan permukaan yang setara.

Kesimpulan/Solusi :
 Acuan yang digunakan adalah SNI 03-6880-2002, karena peraturan tersebut
lebih baru dari SNI 03-2834-2000.
 Kelonggaran yang diberikan oleh SNI 03-6880-2002 memberikan kesempatan
berinovasi pada pihak pembuat campuran beton (Ready Mix) selama mampu
memberikan kualitas yang yang ditetapkan oleh Perencana.
 Agar penentuan jumlah semen minimum dikembalikan kepada Pemilik Proyek
(Tim Teknis).
 Agar menyebutkan dalam RKS mengenai jumlah semen minimum, namun tidak
mengikat, selama disetujui oleh Pemilik Proyek (Tim Teknis) sebagaimana pasal
sebelumnya.

Rezky Mulia, 2013 Page 5


Referensi :
 SNI 03-6880-2002 - Spesifikasi Beton Struktural
 SNI 03-2834-2000 - Tata Cara Rencana Campuran Beton Normal.

III. JIKA HASIL UJI BETON MENGHASILKAN NILAI F’C DIBAWAH


PERSYARATAN.
Masalah :
Hasil uji beton untuk benda uji dilapangan menghasilkan hasil uji yang lebih kecil
dari benda uji di laboratorium.
Diskusi :
SNI 03-2847-2002, 7.6.4.4
(4) Prosedur untuk perlindungan dan perawatan beton harus diperketat jika kuat
tekan beton yang dirawat di lapangan menghasilkan nilai f’c yang kurang dari 85%
kuat tekan beton pembanding yang dirawat di laboratorium. Batasan 85% tersebut
tidak berlaku jika kuat tekan beton yang dirawat di lapangan menghasilkan nilai yang
melebihi f’c sebesar minimal 3,5 MPa.

SNI 03-2847-2002 & S-2002, S7.6.4.4:


Akan tetapi, hasil untuk silinder yang dirawat di lapangan dianggap memuaskan jika
silinder yang dirawat di lapangan tersebut melebihi f'c yang ditetapkan dengan lebih
dari 3,5 MPa, meskipun gagal untuk mencapai 85 persen kuat silinder pasangannya
yang dirawat di laboratorium.
Contoh: syarat f’c : 25 MPa. Hasil benda uji di lapangan : 26 MPa (> 25 + 3,5 = 28,5
MPa). Sedangkan hasil benda uji laboratorium : 35 MPa (dimana 0,85 . 35 = 29,75).

Referensi :
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
 SNI 03-2847-2002 & S-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung dilengkapi penjelasan.

Rezky Mulia, 2013 Page 6


IV. STANDAR DEVIASI DALAM PROPORSI CAMPURAN BETON
Sebagaimana kesimpulan pada kasus I, bahwa tanggung jawab pencampuran beton
ada pada kontraktor selaku pelaksana dan Pengawas selaku Quality Control.
Meskipun demikian, deviasi standar diatur dalam SNI 03-6815-2002,
Nilai deviasi standar yang diperoleh dari suatu fasilitas produksi beton dapat dipakai
sebagai indikator ukuran control kualitas produksi dilapangan sebagai berikut (SNI
03-6815-2002)
Deviasi Standar (MPa)
Produksi di Produksi di
Indikasi
Lapangan Laboratorium
< 2,8 < 1,4 Kontrol Kualitas Istimewa
Kontrol Kualitas Sangat
2,8 - 3,5 1,4 - 1,7
Baik
3,5 - 4,2 1,7 - 2,1 Kontrol Kualitas Baik
4,2 - 4,9 2,1 - 2,4 Kontrol Kualitas Cukup
> 4,9 > 2,4 Kontrol Kualitas Kurang

Kesimpulan/Solusi :
 Deviasi standar produksi dilapangan adalah 2 (dua) deviasi standar produksi
dilaboratorium.

Referensi :
 SNI 03-6815-2002 – Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton

V. FAKTOR AIR-SEMEN (FAS) ATAU RASIO AIR-SEMEN ATAU WATER-


CEMENTIOUS RATIO DALAM PROPORSI CAMPURAN BETON.
Prinsip utama : fas yang kecil menghasilkan beton yang lebih kuat, tapi workalibity
yang lebih sulit. Sesungguhnya, kebutuhan murni proses hidratasi semen sampai
keras hanya membutuhkan air dengan rasio (FAS) sebesar 0,15. Bila dalam praktek
sampai dipakai FAS sebesar 0,4 atau lebih, maka itu hanya untuk memenuhi syarat
kelecakan (workability) beton segar (Aji & Purwono, 2010, hal 44).
Adukan yang kelebihan campuran air dan semen (pasta semen) akan mudah
dicetak, tetapi akan menghasilkan beton yang menyusutnya besar dan tidak
ekonomis.

Rezky Mulia, 2013 Page 7


Masalah :
Tim Teknis menanyakan mengenai tanggung jawab pengaturan fas untuk
pencampuran beton.

Diskusi :
Berdasarkan SNI 03-2834-2000, pengaturan fas adalah berpasangan dengan
pengaturan jumlah semen minimum.
a. SNI 03-2834-2000, tabel 4 menyebutkan, fas adalah fungsi dari lingkungan.

b. SNI 03-2847-2002,
 Tabel 1 menyebutkan, fas (dan f’c minimum) hanya diatur untuk kondisi
lingkungan khusus (terkena air dan air laut).

Rezky Mulia, 2013 Page 8


 Tabel 2 menyebutkan, fas (dan f’c minimum) hanya diatur untuk kondisi
lingkungan yang mengandung sulfat.

Referensi :
 SNI 03-6880-2002 - Spesifikasi Beton Struktural.
 SNI 03-2834-2000 - Tata Cara Rencana Campuran Beton Normal.
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
 Aji, P. & Purwono, R. 2010. Pengendalian Mutu Beton sesuai SNI, ACI dan
ASTM. ITS Press.

Rezky Mulia, 2013 Page 9


VI. WAKTU PEMBONGKARAN BEKISTING
Masalah :
Tim Teknis menanyakan mengenai waktu pembongkaran bekisting

Diskusi :
SNI 03-2847-2002 & S-2002, S8.1, menyebutkan Informasi detail mengenai
Cetakan untuk beton diberikan dalarn: "Guide to Formwork for Concrete," yang
dilaporkan oleh ACI Committee 347

SNI 03-2847-2002 & S-2002, S8.2, menyebutkan :


Bilamana struktur didukung secara cukup kuat diatas penopang,cetakan sisi balok,
girder, kolom, dinding, dan cetakan vertikal yang serupa pada .umumnya dapat
dibongkar setelah waktu rawat kumulatif selama 12 jam, asalkan cetakan sisi tidak
menahan beban selain tekanan lateral beton plastis, Waktu rawat kumulatif mewakili
jumlah interval waktu, tidak perlu menerus, pada saat suhu udara di sekeliling beton
diatas 10oC. Waktu rawat kumulatif 12 jam tersebut berdasarkan pada semen
reguler dan kondisi biasa; penggunaan semen khusus atau kondisi tidak biasa
dapat. mernerlukan penyesuaian terhadap batasan yang ditetapkan. Sebagai
contoh, beton yang dibuat dengan semenTipe II atauV (ASTM C ISO) atau ASTM C
595M, beton yang mengandung pencampur penghambat (retarding admixtures),
dan beton dimana es ditambahkan selama pencampuran (untuk menurunkan suhu
beton segar) bisa tidak mempunyai kuat yang cukup dalam waktu 12 jam dan harus
diinvestigasi sebelum pembongkaran cetakannya.

ACI 347-04 Guide to Formwork for Concrete menyebutkan :

Rezky Mulia, 2013 Page 10


Kesimpulan/Solusi :
 Struktur dinding (shear wall) : 12 jam
 Kolom : 12 jam
 Sisi samping balok induk & balok anak : 12 jam
 Pelat (sumber lain) : ketika kuat tekan beton mencapai min
75 % f’c atau 7 hari, jika di-curing dalam suhu maksimum 32oC (90oF) (Steven H.
Kosmatka dalam Nawy, 2008) (dan Kingspan Multideck Technical Handbook,
July 2011, hal 11).

Tabel Perbandingan kuat tekan beton terhadap umur beton (PBI 1971)
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,0 1,20 1,35
Semen portland dengan 0,55 0,75 0,9 0,95 1,0 1,15 1,20

Rezky Mulia, 2013 Page 11


kekuatan awal tinggi

Referensi :
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
 SNI 03-2847-2002 & S-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung dilengkapi penjelasan.
 ACI 347-04 - Guide to Formwork for Concrete.
 Nawy, E. G. 2008. Concrete Construction Engineering Handbook, 2nd Ed.

VII. BAJA TULANGAN ULIR LONJORAN TIDAK BOLEH DITEKUK.


Masalah :
Tim Teknis menanyakan dasar ketentuan RKS bahwa baja tulangan ulir lonjoran
tidak boleh ditekuk.

Diskusi :
Tidak ada peraturan yang secara straight forward menyebut hal tersebut, hany
logika engineering, bahwa tulangan yang tertekuk sudah berubah bentuk sehingga
mengubah tegangan leleh (fy) menjadi lebih kecil.

VIII. PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON


Masalah :
Tim Teknis menanyakan mengenai penggunaan bahan tambah dalam pencampuran
beton

Diskusi :
SNI 03-2847-2002, 5.6
5.6 Bahan tambahan

Rezky Mulia, 2013 Page 12


1) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari pengawas lapangan.

Kesimpulan/Solusi :
Tanggung jawab penggunaan bahan tambah ada pada kontraktor dan pengawas,
sebagai mana pada pencampuran beton (dan pengujian) ada pada kontraktor
selaku pelaksana dan Pengawas selaku Quality Control.

Referensi :
 SNI 03-2847-2002 - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.

Istilah :
beton-normal (SNI 03-2847-2002)
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.

IX. KETERSEDIAAN PC TIPE I (PC NORMAL DAN PENGGUNAAN UMUM)


 Semen Tipe I (Ordinary Portland Cement, OPC)
Nama lain di Amerika Serikat / ASTM : Ordinary
Semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti
konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain
bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan
jalan raya.

Rezky Mulia, 2013 Page 13


Merek yang tersedia:
 PT. Semen Padang, 50 kg
 PT. Semen Gresik, 50 kg.
 Holcim, produk: Holcim Smooth Fibre (sesuai acuan SNI 15-2049)

 Semen Tipe II
Nama lain di Amerika Serikat / ASTM : Modified
Semen Portland Tipe II adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap
sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah
rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa dan bendungan.

Rezky Mulia, 2013 Page 14


Merek yang tersedia:
 Holcim, produk: Holcim Durable (sesuai “that complies to SNI 15-2049-2004
type II”).

 Semen Tipe III


Nama lain di Amerika Serikat / ASTM : High early strength
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah
proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.

Rezky Mulia, 2013 Page 15


Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya, bangunan tingkat tinggi dan
bandar udara.

Merek yang tersedia:


 Holcim, produk: Holcim Ready Flow Plus, sesuai “High early strength
concrete application” atau kuat tekan awal yang tinggi.

 Semen Tipe IV
Nama lain di Amerika Serikat / ASTM : Low heat
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. (SNI
15-2049-2004 - Semen Portland).

 Semen Tipe V
Nama lain di Amerika Serikat / ASTM : Sulfate resistant
Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada
tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok digunakan untuk
bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.

Rezky Mulia, 2013 Page 16


Merek yang tersedia:
 Holcim, produk: Holcim Extra Durable (sesuai “that complies to SNI 15-2049-
2004 type V”).

 Portland Composite Cement (PCC)


Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak, gypsum,
dan satu atau lebih anorganic. Kegunaan semen jenis ini untk konstruksi beton
umum, pasangan batu bata, plesteran, selokan, pembuatan elemen bangunan
khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, dan paving block.

Rezky Mulia, 2013 Page 17


Merek yang tersedia:
 PT. Semen Padang, 50 kg
 PT. Semen Tonasa, 50 kg
 Indocement Tiga Roda
 Holcim, produk: Holcim Serba Guna (sesuai acuan SNI 15-7064-2004), 40 &
50 kg.
 Holcim, produk: Holcim Ready Flow (sesuai acuan SNI 15-7064-2004).

Rezky Mulia, 2013 Page 18


 Super Masonry Cement (SMC)
Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi
yang struktur betonnya maksimal K225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku
pembuatan genteng beton hollow brick, paving block, dan tegel.

 Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)


Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di bawah permukaan laut
dan bumi. OWC yang telah diproduksi adalah Class G, High Sulfat Resistance
(HSR) disebut juga sebagai “Basic OWC”. Aditif dapat ditambahkan untuk
pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.

Rezky Mulia, 2013 Page 19


Merek yang tersedia:
 Holcim, produk: Holcim Drillwell Plus

 Portland Pozolan Cement (PPC)


Adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak, gypsum, dan bahan
pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum dan bangunan yang memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya : jembatan, jalan raya,
perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan irigasi, dan fondasi
pelat penuh.

Rezky Mulia, 2013 Page 20


Rezky Mulia, 2013 Page 21
Rezky Mulia, 2013 Page 22
Perbandingan Semen Tipe I (Ordinary Portland Cement, OPC) vs Portland
Composite Cement (PCC) – Head to Head
 Kualitas PCC setara dengan OPC, dengan sedikit perbedaan adalam
karakteristiknya.
 PCC lebih ramah lingkungan (mengurangi gas CO2 ke udara), karena
mengurangi energi bahan bakar (batubara) dan bahan baku dengan optimalisasi
klinker (terak). (Sumber: PT. Semen Padang).
 PCC lebih mudah dalam pengerjaan (workalibilty). (Sumber: PT. Semen
Padang).
 PCC Suhu beton (panas hidrasi) lebih rendah sehingga tidak mudah retak.
(Sumber: PT. Semen Padang).
 PCC lebih tahan terhadap serangan sulfat. (Sumber: PT. Semen Padang).
 PCC lebih kedap air. (Sumber: PT. Semen Padang).
 PCC lebih halus pada permukaan acian. (Sumber: PT. Semen Padang).

Rezky Mulia, 2013 Page 23


 OPC menghasilkan kuat tekan yang lebih besar (dengan jumlah yang sama
dengan PPC), akibat penggunaan klinker/terak OPC yang lebih banyak, sekitar
90% dibanding PPC 6-35 %. (Sumber: PT. Semen Padang)
 Penggunaan OPC lebih sedikit/hemat (untuk menghasilkan kualitas yang sama
dengan PPC). (Sumber: PT. Semen Padang).
 Bagi ready mix, OPC bisa ditambah dengan material ketiga seperti fly
ash,pozzoland, dan gypsum. Sementara PCC tidak bisa lagi ditambah material
ketiga dan keempat, karena kadarnya sudah jenuh. Jika ditambah juga, maka
akibatnya fatal untuk mutu beton. (Sumber: PT. Semen Padang).
Catatan: sebagai kesimpulan, secara umum PCC lebih baik.

Sumber: US Bureau of Reclamation, dalam Nawy (2008)

Kesimpulan/Solusi :
Pada prinsipnya, Portland Composite Cement (PCC) adalah sama mirip dengan
Ordinary Portland Cement (Semen Tipe I), sehingga penggunaan PCC untuk
mengganti OPC adalah diperbolehkan.

Rezky Mulia, 2013 Page 24


Referensi :
 SNI 15-2049-2004 - Semen Portland
 SNI 15-0129-2004 - Semen Portland Putih
 SNI 15-0302-2004 - Semen Portland Pozzolan (Portland Pozolan Cement PPC)
 SNI 15-3500-2004 - Semen Portland Campur
 SNI 15-7064-2004 - Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement,
PCC).
 Website PT. Semen Padang & PT. Semen Gresik.
 Concrete Construction Engineering Handbook, 2nd Ed - Edward G. Nawy. 2008.

X. BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON


Masalah :
Tim Teknis menanyakan tipe bahan tambah pada campuran beton.

Catatan: bahan tambah (admixture) TIDAK berpengaruh pada kekuatan akhir yang
direncanakan.

Diskusi :
SNI 03-2495-1991 (ASTM C494) menyebutkan 7 (tujuh) tipe admixtures, yaitu:
- Tipe A: Reduksi air atau plasticizers
Tujuan: mengurangi air tapi workability (flow / mengalir) dengan baik.
Contoh produk:

- Tipe B: Menghambang hidratasi (retarding)


Tujuan: Memperlambat pengerasan beton (setting time).
Contoh produk:

- Tipe C: Mempercepat hidratasi (accelerating)


Tujuan: Mempercepat pengerasan beton (setting time) dan menambah
kekuatan awal beton.
Contoh produk:

Rezky Mulia, 2013 Page 25


- Tipe D: Reduksi air dan retarding
Tujuan: Mengurangi air tapi workability (flow / mengalir) dengan baik serta
Memperlambat pengerasan beton (setting time).
Contoh produk:
 SIKA (Karya Beton, Varia Usaha Solo, Jaya Ready Mix).

- Tipe E: Reduksi air dan accelerating


Tujuan: Mengurangi air tapi workability (flow / mengalir) dengan baik serta
Mempercepat pengerasan beton (setting time) dan menambah kekuatan awal
beton.
Contoh produk:

- Tipe F: Reduksi air, high range atau super plasticizers, super fluidizers,
atau super water reducers.
Tujuan: mengurangi air tapi workability (flow / mengalir) dengan baik. Sama
dengan plasticizer tapi lebih “tinggi”.
Mereduksi air minimum 12 % (ASTM C494/C494 – 99a - Standard
Specification for Chemical Admixtures for Concrete)
Contoh produk:
 SIKA - SIKA· VISCOCRETE

- Tipe G: Reduksi air, high range dan retarding


Tujuan: mengurangi air tapi workability (flow / mengalir) dengan baik. Sama
dengan plasticizer tapi lebih “tinggi” serta memperlambat pengerasan beton
(setting time).
Mereduksi air minimum 12 % (ASTM C494/C494 – 99a - Standard
Specification for Chemical Admixtures for Concrete)
Contoh produk:

Rezky Mulia, 2013 Page 26


XI. KENAPA BAJA RINGAN (COLD-FORMED STEEL) TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
UNTUK RANGKA ATAP DENGAN BENTANG > 8 m.
Masalah :
Pemilik Proyek ingin mengganti rangka atap baja profil (hot rolled) dengan baja
ringan (cold formed).

Diskusi :
Alasan tidak diijinkannya adalah :
 Tidak ada peraturan (SNI) mengenai baja ringan, umumnya pabrikan
menggunakan peraturan AS-NZS (Australia-New Zealand) dan British Standard
(Inggris).
 Penulis hanya mengetahui 2 pabrikan (Bluescope Lysaght & Pryda) yang
memenuhi persyaratan desain.
 Ketidakmampuan Pemilik Proyek untuk memastikan penggunaan produk
Bluescope Lysaght terpasang sesuai RKS.
 Kesalahan prosedur perancangan pada pabrikan selain Bluescope Lysaght &
Pryda. (baja ringan memiliki perilaku yang berbeda dari baja profil).
 Mutu pabrikan selain Bluescope Lysaght & Pryda yang BUKAN mutu G550 (Fy
550 MPa).
 Banyaknya aplikator murahan yang mengurangi mutu produk dan standar
pemasangan yang tidak benar (sedikit tekukan pada baja ringan sudah cukup
untuk mengubah perilakunya).

Kesimpulan/Solusi :
Rangka atap baja ringan hanya diijinkan digunakan, jika bisa dipastikan
menggunakan produk Bluescope Lysaght & Pryda.

Referensi :
 Laporan struktur rangka atap baja ringan Bluescope Lysaght
 Laporan struktur rangka atap baja ringan Pryda
 Laporan struktur rangka atap baja ringan NON Bluescope Lysaght & Pryda

Rezky Mulia, 2013 Page 27


XII. Pengecoran pada Muka Air Tanah yang dangkal, misalnya Beton Siklop
Masalah :
Tim Teknis menanyakan mengenai pencampuran beton yang terkena air tanah.

Diskusi :
a. SNI 03-2834-2000, tabel 6 menyebutkan, jumlah semen minimum untuk beton
masuk kedalam tanah, mengalami keadaan basah adalah :

Kesimpulan/Solusi :
Pencampuran beton tetap didarat.
Penggunaan beton pada air tanah harus menggunakan salah satu pilihan dibawah
ini.
 Pilihan pertama dan utama:
Gunakan PC Tipe V (Semen Padang, Semen Tonasa, Holcim Extra Durable),
dengan semen minimum 340 kg/m3 serta fas maksimum 0,5 serta bahan tambah
(admixture) tipe E: reduksi air dan accelerating.

 Pilihan kedua
Jumlah semen minimum untuk pengecoran dalam air (underwater) adalah 390
kg/m3 dengan FAS maksimum 0,45 (Kosmatka et all, PCA, 2003).

Rezky Mulia, 2013 Page 28


 Pilihan ketiga
Gunakan PC Tipe II (Semen Padang, Semen Tonasa, Holcim Durable), dengan
semen minimum 340 kg/m3 serta fas maksimum 0,5 serta bahan tambah
(admixture) tipe E: reduksi air dan accelerating.

 Pilihan keempat
Gunakan Portland Composite Cement (PCC) karena relatif mudah didapat serta
lebih tahan terhadap sulfat serta lebih kedap air dibanding PC/OPC tipe I,
dengan semen minimum 340 kg/m3 serta fas maksimum 0,45 serta bahan
tambah (admixture) tipe E: reduksi air dan accelerating.

XIII. Pengangkuran Tulangan Kolom ke dalam Pondasi


Masalah :
Bentuk pengangkuran tulangan kolom ke dalam pondasi, ke arah luar atau dalam?

Diskusi :
Jika tulangan kolom diangkurkan ke arah dalam, maka didapat tambahan daktilitas
akibat pengekangan inti beton.
ACI 318-08 & PCA Notes on ACI 318-08, 21.12.4

Kesimpulan/Solusi :
Digunakan pengangkuran tulangan kolom ke arah dalam

Rezky Mulia, 2013 Page 29

Anda mungkin juga menyukai