RETENSIO PLASENTA
A. Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta yang
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Depkes RI, 1995). Retensio plasenta
adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam persalinan bayi
(Manuaba, 1998).
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta sehingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Wiknjosastro, 2001). Retensio plasenta
adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir
(Mochtar, 1998). Istilah retensio plasenta dipergunakan, kalau plasenta belum lahir
setengah jam sesudah anak lahir (FK UNPAD, 1984). Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan retensio plasenta adalah terlambatnya atau tertahannya plasenta
selama setengah jam atau lebih setelah bayi lahir.
B. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam.
2.Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteridan akan
menyebabkan hemoragi yang banyak.
Menurut FK UNPAD (1984) :
1. His kurang kuat.
2. Plasenta sukar terlepas karena : tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya
(plasenta membranacea, plasenta anularis), atau ukurannya (plasenta yang sangat
kecil).
C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek
namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi
menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-
otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban
belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga
rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak
darah hilang.
D. Faktor Predisposisi
Menurut Departemen Kesehatan RI (1996) :
1. Riwayat retensio plasenta pada persalinan terdahulu
Pada kondisi ini akan timbul risiko terjadinya hal yang sama pada persalinan
yang sekarang. Karena itu, diperlukan anamnesis yang seksama saat melakukan
pemeriksaan antenatal yang pertama, sehingga dapat dibuat perencanaan persalinan
yang baik pada pasien.
2. Paritas tinggi
Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut otot
menjadi jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus
untuk berkontraksi sehingga sulit melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka setelah lepasnya plasenta. Resiko terjadinya hal ini akan amat
meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih.
3. Mioma uteri
Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.
4. Anemia
Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar hemoglobin yang rendah
(di bawah 10 g/dl), akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan
darah meskipun hanya sedikit.
5. Ketosis
Pengaruh ketosis terhadap aktivitas uterus belum jelas. Penelitian
menunjukkan bahwa 40% wanita mengalami ketonuria pada suatu saat
persalinannya. Bila persalinan berjalan dengan baik, maka keadaan tersebut tidak
mempengaruhi kondisi ibu maupun janin.
E. Jenis retensio plasenta
Menurut Saifuddin (2001) :
1. Plasenta adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4.Plasenta Perkreta
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
B. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Saifuddin, 2001).
2.3. Asuhan Keperawatan Retensio Plasenta
A. Pengkajian Dasar Data Klien
1. Sirkulasi :
Perubahan tekanan darah (TD) dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai kehilangan
darah bermakna).
Pelambatan pengisian kapiler.
Pucat; kulit dingin/lembab.
Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta tertahan).
Dapat mengalami perdarahan vaginal berlebihan, atau rembesan dari insisi sesaria
atau episiotomi; rembesan dari kateter intravena, sisi injeksi intramuscular, atau
kateter urinarius; perdarahan gusi (tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata
(KID).
Hemoragi berat atau gejala syok di luar proporsi jumlah kehilangan darah (inverse
uterus)
2. Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukkan hematoma dari porsi atas vagina.
3. Nyeri/Ketidaknyamanan
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri vulva/vagina/ pelvis/ punggung
berat (hematoma), nyeri uterus lateral, nyeri panggul (hematoma ke dalam ligamen
luas), nyeri tekan abdominal (atomi uterin, fragmen plasenta tertahan), uterin berat
dan nyeri abdominal (inverse uterus).
4. Keamanan
Laserasi jalan lahir : darah merah terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus kontraksi dengan baik.; robekan terlihat pada labia
mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomi,
ekstensi episiotomi ke dalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
Hematoma : unilateral, penonjolan massa tegang berfluktuasi pada muara vagina
atau meliputi labia mayora; keras nyeri pada sentuhan; perubahan warna kemerahan
atau kebiruan unilateral dari kulit perineum atau bokong. (Hematoma abdominal
setelah kelahiran sesaria mungkin asimtomatik kecuali pada perubahan tanda vital).
5. Seksualitas
Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit dipalpasi; perdarahan merah terang
dari vagina (lambat atau tersembunyi); bekuan-bekuan besar dikeluarkan pada
masase uterus (atoni uterus).
Uterus kuat, kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen-
fragmen plasenta yang tertahan).
Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multiple,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio plasentae, plasenta previa.
6. Pemeriksaan Diagnostik :
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO, dan pencocokan silang.
b. Jumlah darah lengkap : Menunjukkan penurunan hemoglobin/ hematokrit
(Hb/Ht) dan/atau peningkatan jumlah sel darah putih (SDP) (perpindahan ke kiri,
dan peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi).
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi postpartum.
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih.
e. Profil koagulasi : peningkatan degederasi kadar produk fibrin/produk split
fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen ;masa tromboplastin parsial
(APTT/PTT), masa protrombin memanjang pada adanya KID.
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta tertahan.
7. Prioritas Keperawatan
a. Mempertahankan atau memperbaiki volume sirkulasi/perfusi jaringan
b. Mencegah komplikasi
c. Memberikan informasi dan dukungan yang tepat pada klien/ pasangan.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RETENSIO PLASENTA
A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio
placenta adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
1. Sirkulasi :
a) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan
darah bermakna)
b) Pelambatan pengisian kapiler
c) Pucat, kulit dingin/lembab
d) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
e) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
f) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2. Eliminasi :
Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina
3. Nyeri/Ketidaknyamanan :
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta
tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4. Keamanan :
Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia
mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari
episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5. Seksualitas :
a) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol
(fragmen placenta yang tertahan)
b) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi
multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.
6. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan
obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) pemeriksaan laboratorium. (Hb
10 gr%).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume cairan
2. Nyeri Akut
3. Resiko Syock
4. Resiko Infeksi
C. Intervensi
Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.
Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Depkes. 2007. Buku Acuan Pelayan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta :
Depkes RI.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.
Prawihardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Prawihardjo, Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Wijayarini. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC