Anda di halaman 1dari 9

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PASAL 1
PENJELASAN UMUM

1. PERATURAN-PERATURAN UMUM
Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan yang tersebut di bawah ini dan dianggap telah mengetahui dan memahami
termasuk segala perubahan dan tambahanannya saat ini.
a. Syarat-syarat Umum atau Algemene Voorwaarden (AAV. 1941)
b. Buku Analisa BOW ( Burgelijke Openbare Werken ).
c. UU No. 1/1997 tentang keselamatan kerja.
d. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB ).
e. Peratutan Beton Indonesia ( PBI 1971 ).
f. Standar Nasional Indonesia ( SNI ).
g. Keppres No. 54 Tahun 2010.
h. Semua Dokumen yang menjadi bagian dari surat perjanjian pemborongan atas
kontrak.
i. Petunjuk dan pertimbangan lisan maupun tulisan yang diberikan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
2. RENCANA KERJA
a. Sebelum pelaksanaan dimulai pemborongan harus menyusun suatu rencana yang
menyangkut bahan, tenaga kerja dan peralatan serta harus disetujui oleh Pemberi
Tugas dan Pengawas selambat-lambatnya 1 ( satu ) minggu setelah Surat Perintah
Kerja ( SPK ) diterima.
b. Pemborongan harus mengikuti rencana kerja tersebut dan juga menjadi dasar bagi
Pengawas untuk mengisi prestasi pemborong dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pelaksanaana pekerjaan.
c. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan,
pemborong harus sudah mulai melaksanakan pekerjaan tersebut.
3. MENGHUBUNGI APARAT DESA
Kontraktor sebelum memulai pekerjaan, bersama Direksi harus menghubungi lebih dahulu
para Aparat Desa lainnya yang berwenang dari wilayah kerjanya untuk memberitahukan
kehadiran dan menjelaskan semua kerjanya sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di
daerah tersebut.

4. PEMBUATAN DIREKSI KEET ATAU SEWA GUDANG


Kontraktor harus menyediakan barak yang memadai dan layak sebagai tempat beristrahat
untuk para pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut. Disamping itu, Kontraktor
diwajibkan pula untuk membuat gudang yang baik bagi penyimpanan material sehingga tidak
rusak karena hujan atau cuaca. Adapun direksi keet, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ukuran bangunan minimal 2 x 3 m, tinggi langit-langit 2,50 m.
b. Tiang dari kayu kelas II (Kalapi ) ukuran 10/10 cm.
c. Rangka dan atap dan dinding kayu dari kayu kelas II ( Kalapi ) ukuran 5/10 dan 5/7
cm.
d. Dinding terbuat dari papan yang dilengkapi pintu tripleks dan jendela yang cukup
untuk penerangan jendela udara.
e. Atap seng gelombang BJLS 0,20 / BWG 34.
f. Ruang Direksi Dilengkapi gambar pelaksanaan dan bestek serta jadwal
pelaksanaan pekerjaan, perlengkapan P3K/obat-obatan.
5. PENJAGAAN DAN PENERANGAN TEMPAT PEKERJAAN
a. Kontraktor harus mengusahakan adanya cukup penjagaan ditempat pekerjaan untuk
menghindarkan terjadinya kehilangan/pencurian terutama pada waktu tidak ada
orang- orang yang bekerja.
b. Kontraktor harus memelihara gudang, ruang-ruang untuk menyimpan bahan serta
alat-alat.
c. Untuk keperntingan keamanan dan penjagaan maka dilokasi pekerjaan harus
diadakan peneranganpada tempat tertentu, dengan biaaya kontraktor.
d. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan-bahan yang disimpan dalam
halaman pekerjaan, baik terhadap bahaya pencurian maupun bahaya kerusakan
akibat tempat penyimpanan barang yang kurang sempurna.
e. Kontraktor bertanggungjawab atas bahan-bahan dan alat-alat bantu yang telah atau
akan dipasang terhadap bahaya pencurian maupun kerusakan2
6. TENAGA KERJA DAN PERALATAN
a. Kontraktor diwajibkan menyediakan tenaga kerja yang bertangguangjawab dan
terampil dalam bidang-bidang keahlian yang dibutuhkan oleh pekrjaan serta dalam
jumlah yang memadai untuk menyeleaikan volume pekerjaan sesuai dengam
jadwalnya.
b. Setiap penambahan, pengurangan, dan pergantian tenaga kerja inti harus dilaporkan
kepada Direksi. Kontraktor juga diwajibkan untuk mengikut sertakan dan
memprioritaskan tenaga kerja lokal dalam pelaksanaaan pekerjaan ini.
c. Kontraktor diharuskan menyediakan alat-alat kerja/bantu dalam kondisi yang baik
dalam jumlah yang secukupnya sesuai dengan kebutuhan agar dapat menyelesaikan
pekerjaan pada waktunya. Alat-alat ini harus dibuat daftarnya dan diserahkan kepada
Pengawas/Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum memulai seluruh pekerjaan.
seperti tanda pengaman lalu lintas, rol meter, mal ukuran kemiringan, papan
nama proyek
d. Bila dalam pelaksanann pekerjaan terjadi hambatan dan hambatan ini menurut
Pengawas/Direksi dikarenakan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja atau peralatan
atau kurang memenuhi syarat beberapa pekerjaan dan peralatan, maka Direksi
berhak memerintahkan Kontraktor untuk menambah atau mengganti tenaga kerja dan
peralatan tersebut.
7. KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA
a. Pemborong diwajibkan menyediakan obat-obatan sesuai syarat-syarat dalam P3K
dilapangan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
b. Pemborong harus bertanggung jawab atas segala kecelakaan yang mungkin terjadi
akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
8. BESTEK, GAMBAR KERJA DAN RENCANA KERJA
a. Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar-gambar dan bestek mengenai
pekerjaan ini.
b. Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus menyusun rencana
kerja/schedule yang harus diajukan paling lambat 1 (satu) minggu setelah tanggal
penerimaan surat perintah kerja.
c. Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut dan akan menjadi dasar bagi
konsultan pengawas untuk menilai prestasi pemborong dan segaala sesuatu yang
berhubungan dengan kelambatan kerja.
d. Pemborong bertanggungjawab akan ketelitian pelaksanaan pekerjaan menurut
peraturan kerja syarat-syarat dan gambar-gambar kerja.
e. Pemborong diwajibkan memberitahukan kepada pihak pengawas apabila ada
perubahan pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bestek yang ada untuk
mendapatkan persetujuan diperkuat dengan berita acara.
9. PENGUKURAN ( UITZET ) DAN PEMATOKAN
a. Semua ukuran yang tercantum dalam gambar kerja dinyatakan dalam centimeter
(cm), Inchi (Inc) dan meter (m), kecuali ukuran baja/besi dinyatakan dalam millimeter
(mm).
b. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor terlebih dahulu harus mengadakan
pengukuran/uitzet dengan Pengawas/Direksi Lapangan. Alat yang dipakai dalam
pengukuran ini minimal adalah alat waterpass. Pengikatan dalam pengukuran ini
dilakukan terhadap patok-patok tertentu yang berfungsi sebagai titik tetap yang
lokasinya akan ditunjukkan oleh Pengawas/Direksi lapangan. Sebelum memulai
pengukuran, Kontrkator diharuskan untuk memeriksa semua titik-titik ini dan
membuat titik tetap tambahan lainnya apabila diperlukan.
10. PEMASANGAN PROFIL (BOUWPLANK)
a. Pemasangan bouwplank/profil harus berdasarkan peil elevasi ketinggian dari patok
pengukuran dan pemasangannya dapat dilaksanakan apabila pengukuran dinyatakan
dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi.
b. Bouwplank harus dibuat dari papan kayu Klas III yang lurus dan rata. Pemasangan
Bouwpalnk harus didahului dengan pengukuran yang menggunakan alat ukur.
Pemasangannya harus cukup kuat. Kebenaran dari pemasangan bouwplank akan
diperiksa oleh Pengawas/Direksi. Setelah pemeriksaaan ini selesai dan hasilnya
benar, barulah pekerjaan dapat dimulai.
11. BAHAN BANGUNAN
a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat minimal seperti
yang ditetapkan dalam peraturan umum mengenai bangunan di Indonesia.
Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak mengandung mineral
dan alkalide. Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat yang sebagaiman
diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
Portland Cement (PC)
Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai kualitas mineral
sampai dengan S.400 (semen tonasa atau semen bosowa), berdasarkan
kualifikasi yang diteatpkan dalam NI-8. Semen yang telah
mengeras/membantu atau berbungkah tidak boleh dipergukan lagi.
Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang memenuhi syarat
baik dan bersih, tidak mengandung lumpur serta tidak terlalu halus telah
disetujui oleh Pihak Direksi. Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat
sebagaimana yang diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
Batu
Untuk pasangan pondasi dipakai batu gunung atau batu kali yang sudah
pecah jenis keras, bersih dan permukaan tidak licin, ukuran besar rata-rata
20cm. Sedangkan untuk pasangan tembok dipakai batu-bata kualitas baik dan
telah mendapat persetujuan direksi.
Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu kelas III jenis Betao dan kayu klas II lainnya
Sirtu Pilihan Sirtu Pilihan yang digunakan adalah Sirtu Pilihan yang itdak
mengandung lumpur dan ukuran butiran kerikil antara 1 cm s/d 4 cm.
Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan Bahan Bangunan
Indonesia.
b. Bahan-bahan yang ditolak pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
paling lambat 2 x 24 jam.
c. Bagian pekerjaan yang menggunakan bahan banguan yang telah ditolak, maka
pengawas segera memberitahukan kepada Owner untuk dibongkar dan segera
diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
d. Apabila terjadi perbedaan bahan-bahan mengenai kualitas, maka pengawas berhak
mengirim bahan tersebut ke laboratorium untuk diteliti dan biaya penelitiannya
ditanggung Kontraktor.
12. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Jangka waktu pelaksanaan adalah 45 ( empat puluh lima ) hari kalender terhitung
sejak tanggal penandatanganan kontrak.
b. Pekerjaan harus dimulai paling lambat 7 ( tujuh ) hari setelah dikeluarkannya Surat
Perintah Kerja.
13. PERPANJANGAN WAKTU PENYELESAIAN PEKERJAAN
a. Bilamana kemajuan pekerjaan jelas-jelas mengalami hambatan, dan mengakibatkan
terjadinya pengunduran waktu pelaksanaan, maka kontraktor dan pengawas
memberikan laporan perihal penyebab keterlambatan kepada pemberi tugas (Owner).
b. Permohonan perpanjangan waktu secara tertulis sudah diterima pemberi tugas
(Owner) paling lambat 7 (tujuh ) hari sebelum tanggal penyerahan pertama.
c. Pemberi tugas akan memberikan jawaban permohonan perpanjangan waktu tersebut
secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kalender.
14. JANGKA WAKTU PEMELIHARAAN
a. Selama 180 ( seratus delapan puluh ) hari kalender terhitung 1 ( satu ) hari setelah
tanggal penyerahan pertama pekerjaan, pemborong harus memperbaiki segala
kekurangan atau kerusakan yang terjadi karena pelaksanaan atau bahan yang tidak
sempurna, sehingga pekerjaan selesai sempurna dan memuaskan bagi pemberi
tugas dan pengawas.
b. Pemberi tugas dan pengawas berhak melakukan penilaian terhadap perbaikan
pekerjaan tersebut dan biaya ditanggung oleh pemborong ( Penyedia barang ).
c. Setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir dan pekerjaan telah sempurna, maka
pekerjaan dapat diserahterimakan untuk kedua kalinya.
15. PEKERJAAN TAMBAH KURANG
a. Pekerjaan tambah kuarang boleh dikerjakan atas perintah tertulis dari pemberi tugas
atas usul pengawas.
b. Nilai pekerjaan tambah kurang ini tidak boleh lebih dari 10 % harga borongan.
c. Bila ada pekerjaan tambah kurang yang harga satuannya tidak tercantum dalam surat
tertulis kepada pemberi tugas dan pengawas yang akan ditentukan secara bersama-
sama.
16. LAPORAN
Pemborong harus menyampaikan laporan yang diketahui oleh Pengawas dan disetujui
oleh Pemberi Tugas berupa :
a. Laporan Harian
Laporan yang berisi :
Jenis pekerjaan
Volume pekerjaan
Tugas dan jumlah tenaga kerja
Pemasukan bahan bangunan
Peralatan yang digunakan
Catatan keadaan cuaca
Catatan Kejadian yang menghambat pekerjaan.
Catatan Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan
(progres) pekerjaan.
Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
Catatan peringatan atau saran dari pengawas dengan mencantumkan nama dan
tanda tangan.
b. Laporan Mingguan Laporan yang berisi kesimpulan laporan harian yang disusun setiap
minggu.
c. Laporan Bulanan Laporan yang berisi kesimpulan laporan mingguan yang disusun
setiap bulan. Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal,
persentase, bobot pekerjaan dan deviasi. Juga Melampirkan Foto-foto
pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut
17. PEMBAYARAN
pembayaran akan diatur sesuai dengan tahap-tahap yang telah disetujui bersama
berdasarkan yan tercantum dalam SPK. Penilaian hasil pekerjaan untuk pembayaran adalah
prestasi bahan bangunan yang sudah terpasang.

18. HARGA PEKERJAAN BORONGAN


Harga pekerjaan borongan yang tercantum dalam Surat Perjanjian adalah harga pasti dan
Kontraktor tidak ada alasan apapun untuk menunaikan biaya pekerjaan. Kenaikan harga tidak
dapat menjadi alasan Kontraktor untuk mengurangi mutu atau kualitas pekerjaan.
19. KELALAIAN DAN DENDA
a. Jika kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan pada tanggal penyelesaian
seperti yang telah ditetapkan pada perpanjangan waktu, maka kontraktor akan
dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 ( satu permil ) dari harga borongan
dengan jumlah denda maksimum 5 % ( lima persen ) dari harga borongan.
b. Apabila jumlah denda tersebut telah melebihi 5 % ( lima persen ), maka Pemberi
Tugas berhak memutuskan kontrak kerja secara sepihak dan menunjuk kontraktor
lain untuk menyelesaikan pekerjaannya, dengan sisa biaya yang belum dicairkan.
c. Setelah diadakan pemutusan kontrak kerja oleh Pemberi Tugas, kontraktor tidak
berhak menuntut kelebihan pekerjaan yang dikerjakannya.
d. Pemutusan kontrak kerja dan pengalihan pekerjaan ini kepada kontrktor lain, dapat
dilaksanakan setelah kontrktor mendapat teguran/ peringatan tertulis 3 (tiga) kali
berturut- turut dari Pemberi Tugas.
20. PENYELESAIAN PERSELISIHAN
a. Jika ada perselisihan atau ketidak sesuaian paham yang timbul antara pemberi tugas
dan kontraktor selama pelaksanaan atau setelah penyelesaiaan atau setelah
pekerjaan ditinggalkan, atau hal apa saja yang timbul mengenai pelaksanaan ini, atau
ada hubungannya dengan hal ini, maka akan diselesaikan secara musyawarah.
b. Jika dengan musyawarah yang dilakukan tidak dapat memutuskan penyelesaian,
maka perselisihan dan ketidak sesuaian faham akan dilanjutkan pada Pengadilan
Negeri Bau-Bau.
21. MEMUTUSKAN HUBUNGAN KERJA
a. Pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan berdasarkan atas permintaan
Pengawas/Direksi dan mendapat persetujuan Pemberi Tugas.
b. Kontraktor melanggar ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini dan dianggap tidak mampu lagi melanjutkan pekerjaan.
PASAL 2
PENJELASAN KHUSUS

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lanjutan Pembangunan Pembangunan Drainase Kp. Hegarmulya Rw. 08, KP. Selagombong
Rw. 09 Desa Mandalamukti Kec Cikalongwetan Meliputi :
a. Pekerjaan Tanah dengan membuat :
Galian Tanah
Timbunan
b. Pekerjaan konstruksi Pasangan Batu Saluran :
Pasangan Batu kali Komposisi Campuran 1 Semen : 4 Pasir b. Plesteran Full
(Topi, Dinding) 1 Semen : 3 Pasir
Lantai Saluran Rabat Beton K.125
2. PEKERJAAN SALURAN PASANGAN BATU.
a. Penjelasan Umum
Pekerjaan ini mencakup pembuatan Selokan baru , sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi persyaratan arah, ketinggian dan
perincian yang ditunjukkan pada gambar atau sesuai dengan perintah direksi
tehnik.
Pekerjaan ini juga meliputi relokasi atau perlindungan dari saluran / sungai
yang ada, kanal irigasi atau saluran air lainnya yang akan terganggu baik
sementara maupun tetap, selama penyelesaian pekerjaan
yang memuaskan sesaui dengan kontrak.
b. Toleransi Dimensi Saluran.
Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm
dari yang dipersyaratkan atau disetujui pada titik, dan harus cukup halus dan
merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada
saat aliran yang kecil.
Kedudukan akhir aligmennya dan profil penampang melintang tidak boleh
berbeda dengan apa yang dipersyaratkan atau dari yang telah disetujui
pada setiap titik melebihi 5 cm.
c. Pelaporan .
Contoh material yang akan digunakan untuk pekerjaan pasangan batu
selokan harus diserahkan seperti yang ditentukan dalam kontrak.
Kontraktor harus memberitahukan direksi teknik setelah selesainya
pembuatan formasi seluruh selokan dan bahan tidak boleh dipasang sampai
direksi teknik menyetujui formasi tersebut.
d. Jadwal kerja.
Kontraktor harus menjamin pembuatan Drainase yang baik dengan
merencanakan pekerjaan selokan sedemikian rupa agar drainase berfungsi
sebelum pekerjaan pada timbunan ( Urugan ) dan struktur perkerasan.
Selokan / Drainase harus pertama – tama dipotong sedikit lebih kecil dari
penampang melintang yang disetujui, dan pemotongan akhir termasuk
perbaikan dari setiap kerusakan yang terjadi selama pekerjaan, harus
dilaksanakan kembali setelah selesainya seluruh pekerjaan yang berdekatan
atau bersebelahan.
e. Perbaikan Dari Pekerjaan yang tidak memuaskan.
Pekerjaan pengukuran proil permukaan yang ada atau yang dibangun
kalau dianggap perlu harus diulang untuk mendapatkan catatan yang teliti dari
keadaan fisik, sampai disetujui pihak Direksi Tehnik.
Pekerjaan pengukuran selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
diberikan diatas atau jika yang tidak dapat diterima oleh Direksi Tehnik,
harus diperbaiki oleh kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Tehnik.
f. Pelaksanaan
Lokasi, panjang, arah dari dan kelandaian yang diperlukan dari eluruh
selokan yang akan dibentuk atau digali atau di beri pasangan, dan lokasi dari
seluruh lubang penampungan dan pembuangan
yang berhubungan harus ditentukan oleh kontraktor benar –benar
sesuai dengan detail konstruksi yang disediakan oleh direksi Teknik.
Penggalian, penimbunan dan pemotongan harus dilakukan sebagaiman
diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama, sesuai garis dan
kelandaian yang ditunjukkan pada gambar potongan memanjang yang
disetujui dan sesuai profil yang ditunjukan pada gambar tipe selokan atau
sebagaiman diperintahkan oleh Direksi Teknik. Setelah ada persetujuan
Direksi Teknik tentang formasi Selokan yang disiapkan, Pasangan batu harus
dipasang seperti yang ditentukan dalam kontrak.
Seluruh bahandari hasil galian harus dibuang dari selokan sekurang –
kurangnya pada jarak 10 m hingga tidak ada bahan yang berlebihan yang
akan masuk kembali kedalam selokan yang telah digali, di kemudain
hari.
g. Pengaman Saluran Air yang ada.
Sungai atau kanal yang berbatasan degan pekerjaan dari kontrak ini, tidak
boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Teknik. Jika Galian atau
Pengerukan pada dasar sungai tidak dapat dihindari untuk pelaksanaan yang
layak dari pekerjaan. Kontraktor harus menimbun kembali seluruh galian
sedemikian rupa hingga ke permukaan tanah asli atau dasar sungai dengan
material yang disetujui direksi Teknik, setelah pekerjaan selasai.
PASAL 3
PEKERJAAN PEMBERSIHAN, SELESAI DAN TAMBAHAN

1. PEKERJAAN PEMBERSIHAN
Pembersihan Selama Pelaksanaan
a. Pihak kontraktor harus melaksanakan pembersihan rutin lokasi daerah dari
tumpukan-tumpukan bahan sisa, sampah dan kotoran lainnya.
b. Menjamin bahwa sistem drainase terbebas dari kotoran.
c. Menjaga kebersihan secara teratur, rambu-rambu lalu lintas dan sejenisnya.
d. Siapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan- bahan
sisa, kotoran dan sampah sebelum dibuang.
2. PEMBERSIHAN AKHIR
a. Semua sisa bahan, setelah pekerjaan selesai harus diangkut keluar lokasi.
b. Setelah pekerjaan dinyatakan selesai maka semua bangunan baru yang kotor
harus dicuci dan diberishkan.
c. Semua macam pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. PEKERJAAN SELESAI
Pekerjaan dianggap selesai jika :
a. Pembersihan daerah milik jalan (damija) telah selesai dikerjakan
b. Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi pekerjaan sesuai
ketentuan yang berlaku.
4. PEKERJAAN TAMBAHAN
a. Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini maka semua ketentuan administrasi,
pemeriksaan bahan, mutu serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang menyangkut
pelaksanaan bahan mutu pekerjaan ini termasuk pula sebagai syarat-syarat yang
harus dipenuh dan ditaati.
b. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru/kelalaian
kontraktor adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
c. Biaya pemeliharaan dan sejenisnya sampai bangunan diserahkan untuk
kedua kalinya menjadi tanggungan rekanan.

PASAL 4
P E NU TUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, akan diatur
dalam SPK.
2. Semua batasan (definisi) dan ketentuan-ketentuan dalam RKS ini berlaku pula untuk
kontrak.
3. RKS ini merupakan dokumen lelang yang tidak terpisahkan dengan SPK

Anda mungkin juga menyukai