Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TEKTONOFISIK

“PLANET BUMI”

Armando Ariakta Aloanis

17 503 004

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA
2019
KATA PENGANTAR

Segala syukur dipanjatkan kepada Allah Bapa karena kasihNya yang begitu

luar biasa melalui Kristus Yesus sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas

makalah ini. Makalah ini membahas mengenai “Planet Bumi”.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini tidak mencapai namun penulis

besyukur karena oleh kesempurnaan Allah sehingga penulis disempurnakan oleh

darahNya. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu

bagi penulis dalam memperbaiki makalah ini sehingga boleh bermanfaat dalam

pembelajaran.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daur Hidrologi 3

2.2 Sifat-Sifat Air 6

2.3 Presipitasi 8

2.4 Penguapan (evaporation) dan Evapotranspirasi 10

2.5 Infiltrasi 12

2.6 Limpasan 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23

3.2 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pengambilan Gambar Planet Bumi dari Luar Angkasa

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beratus ribu tahnu, manusia belajar untuk beradaptasi pada siklus dan ritme

planet yang ditinggalinya. Memagami lingkungan kita menjadi hal yang sangat

penting. Namun kita hanya dapatt mengetahui pemandangan pada awalnya,

biasanya hanya beberapa kilometer kuadrat. Persepektif untuk mengobservasi bumi

dan perubahannya sangat terbatas, titik terbaik ada pada puncak gunung atau

datarang tinggi.

Sejak 1960an, kita telah melihat planet kita, bola kecil biru, berada pada

kehampaan ruang angkasa yang gelap seperti gambar yang ditangkat Internationa

Space Station mengelilingi diatas tutupan samudera awan Bumi terilustrasi

dramatis.

Gambar 1.1 Pengambilan Gambar Planet Bumi dari Luar Angkasa

Kebutuhan akan memahami Bumi sebagai sistem adalah berbeda dari

angkasa, adalah lebih berharga dan menarik. Tapi eksplorasi angkasa melakukan

lebih dalam hal kita memahami bumi. Kita mejajah bulan memetakkan permukaan

1
planet lain. Setiap objek di tata surya adalah bagian dari perekaman awal planet dan

evolusi yang membantu kita memahami Bumi.

Kembali ke Bumi, kita memperluas eksplorasi ke lantai laut. Kita telah

memetakkan bentuk lahan dan struktur, batu yang di bawah lantai laut yang sangat

berbeda dengan permukaan di benua. Mencari jejak gempa yang dihasilkan

gelombang seismic, menghitung panas yang keluar dari bumi dan menghitung pulsa

medan magnetic. Dan kita menemukan bagaimana bagian dalam Bumi mengocok

perlahan dan bagaimana berpengaruh di permukaan Bumi.

Dengan perspektif baru ini, kita mengembangkan semua pemandangan yang

belum terarah seperti bagaimana Bumi beroperasi seperti perubahan konstan sistem

dinamis. Mengenal keistimewaan yang membuat Bumi menjadi unik di tata surya.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang membuat Bumi menjadi unik dari planet lain?

2) Apa yang dimaksud dengan lapisan paling luar dan lapisan dalam bumi?

3) Apa yang dimaksud dengan benua dan cekungan samudera?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui apa yang membuat Bumi menjadi special di Tata

Surya

b. Untuk mengetahui lapisan penyusun bumi

1.4 Manfaat

a. Menjadi pengetahuan kedepan untuk mengidentifikasi dan menganalisa

Bumi

b. Menjadi pembelajaran dasar bagi mata kuliah Tektonofisik

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bumi dibandingkan Planet Lain

Bumi berada di lingkup tata surya. Sebuah sistem di mana Matahari menjadi

pusat pergerakan objek ruang angkasa seperti planet, meteoroid, satelit planet,

komet dan benda kosmis lainnya. Planet yang terdiri atas planet dalam dan planet

luar.

Gambar 2.1 Ilustrasi Tata Surya

Planet dalam yang terdiri dari Merkurius, yang teridiri dari permukaan

berkawah; Venus yang sangat panas, atmosfer yang sangat tebal akan karbon

dioksida dan beberapa gunung api; Bumi, dengan lautan dingin, pusaran awan dan

lahan yang berwarna-warni; dan Mars dengan tebing yang besar, gunung api yang

besar, dan palung yang kering. Planet luar yang teridiri dari Jupiter, Saturnus,

Uranus dan Neptunus, bola gas raksasa, juga dengan memiliki cincin serta berlusin

satelit yang sebagian besar terbuat dari es. Pluto yang disebut planet kerdil juga,

yang mirip seperti bulan es.

3
Bumi dari persepektif planet, adalah planet biru kecil yang bermandikan

lapisan awan putih dan cairan air. Banyak besaran air berada pada pergerakan stabil,

pada laut, udara (uap yang tak terlihat dan terkondensasi sebagai awan), dan pada

daratan.

Gambar 2.2 Planet Bumi

Bumi berada pada jarak yang tepat dari Matahari, yang membuat temperatur

Matahari menjadikan air berbentuk cair, padat dan gas. Air tersebut terdapat pada

hidrosfer. Jika Bumi lebih dekat, air akan menjadi uap, jika jauh, lautan akan

membeku. Namun bagaimanpun, sangat banyak air yang membuat Bumi unik dari

planet lain di tata surya. Siklus Hidrologi yang terjadi di Bumi membuat air menjadi

tetap “muda”.

Sifat lain dari Bumi adalah dinamis. Bagian dalam dan permukaan terus-

menerus berubah sebagai hasil dari panas dari dalam. Sebagian besar panas Bumi

berasal dari radioaktivitas, peluruhan 3 unsur: potassium, uranium dan thorium.

Panas dari dalam Bumi membuat pergerakan lambat pada planet. Lapisan kaku

yang di luar, retak menjadi beberapa pecahan atau lempeng. Selama milyaran tahun,

pergerakan lempeng telah membuat cekungan samudera dan benua. Panas bumi

4
juga merubah bentuk lapisan luar Bumi, membuat gempa bumi, pegunungan, dan

akitivitas vulkanik.

2.2 Lapisan Terluar Bumi

Pemandangan Bumi dari angkasa seperti pada gambar 2.2, memberi

gambaran istimewa yang membuat Bumi menjadi unik. Atmosfer yang tipis, gas

yang mengelilingi Bumi. Hidrosfer, lapisan dikontinyu air, terlihat di lautan.

Bahkan bagian biosfer, yang termasuk hal-hal yang hidup, terlihat dari luar angkasa

seperti hujan hijau gelap tropis di ekuator Afrika. Litosfer, bagian padat dari Bumi

terlihat di benua dan pulau-pulau.

a. Atmosfer

Mungkin bagian yang paling mencolok, yang terlihat adalah

atmosfer. Meski sampul gas membentuk fraksi yang sangat kecil dari

massa planet (kurang dari 0,01%), dia akan secara khsus signifikan karena

bergerak dengan mudah dan terus menerus berinteraksi dengan lautan dan

tanah.

Pola sirkulasi udara dapat dilihat dengan jelas dari bentuk dan

orientasi dari awan. Awalnya, pola-pola yang ada terlihat abstrak, namun

lewat penghujian yang teliti, awan bisa diklasifikasi.

Atmosfer kita unik di tata surya. Terdiri dari 78% nitrogen, 21%

oksigen dan jumlah kecil gas lainnya seperti karbon dioksida (0,035%)

dan uap air. Pada awalnya, bumi terdiri dari banyak karbon dioksida dan

uap air. Dan sekarang terjadi seperti saat ini, karena tumbuhan yang

5
berevolusi, hasil dari fotosintesis mengubah karon dioksida menjadi

oksigen.

Lapisan pada atmosfer yaitu:

1) Troposfer
Troposfer menyatakan bahwa lapisan ini merupakan lapisan yang
paling bawah. Dari permukaan laut Lapisan Troposfer ini menyelubungi
bumi hingga setebal ± 12 km. Tinggi troposfer di daerah tropis 20 km
sedangkan di daerah kutub 8 km dan hampir semua uap air yang
terkandung di udara terdapat pada troposfer. Seperti peristiwa yang
terjadi di lapisan ini pada kehidupan sehari-hari yaitu : angin, embun,
hujan, salju, dan awan. Di trposfer ini juga terdapat gejala cuaca seperti
awan, petir, topan, badai, dan hujan.
Pada lapisan ini terjadi penurunan suhu akibat sedikit menyerap
radiasi gelombang pendek dari matahari. Namun sebaliknya, pada
permukaan tanah akan memberikan panas melalui konduksi, konveksi,
kondensasi, dan sublimasi yang di lepaskan oleh uap air atmosfer.
2) Stratosfer
Lapisan ini letaknya di atas lapisan troposfer dan memiliki
ketinggian 12-50 km. Di ketinggian 35 km suhu temperaturnya +400C,
pada ketinggian 50 km temperaturnya +400C, pada ketinggian 50 km
temperaturnya +500C, dan pada ketinggian 80 km temperaturnya -700C.
Lapisan ini memiliki lapisan ozon yang berfungsi untuk melindungi bumi
karena menolak sinar ultra violet yang dengan kadar tinggi dapat
merusak kadar jasad hidup. Pada stratosfer mempunyai dua lapisan
molekul gas tipis yang tidak dimiliki troposfer. Pada lapisan bawah
stratosfer terdapat bahan sulfat yang mengakibatkan terjadinya hujan.
3) Mesosfer
Lapisan ini terletak di atas lapisan stratosfer yang memliki
ketinggian 50-80 km di atas permukaan bumi. Dari pancaran sinar ultra
violet lapisan ini terionisasi sehingga terjadi aliran listrik yang kuat.

6
Untuk itu dalam komunikasi radio lapisan ini sangat penting karena
sebagai pemantul gelombang radio. Dibagian atas mesosfer dibatasi oleh
mesopause, yaitu lapisan di dalam atmosfer yang paling rendah, kira-kira
– 1000C.
4) Thermosfer
Lapisan ini merupaka lapisan atmosfer yang paling luar dan
memiliki ketinggian 85-300 dari permukaan bumi. Ditandai dengan
kenaikan suhu yang berkisar dari -1000 C sampai ratusan bahkan ribuan
derajat celcius. Menurut (Soegimo & Ruswanto, 2009) menjelaskan
bahwa bagian atas yang terdapat pada thermosfer merupakan sumber
panas dengan molekul-molekul yang dapat menyerap radiasi ultraviolet
dari matahari.
5) Eksosfer
Lapisan ini merupan lapisan untuk terjadinya gerak anatom yang

tidak beraturan, dimana molekul udara dengan bebas dapat

meninggalkan bumi. Menurut (Sulistyanto, 2009, hal. 107) berpendapat

bahwa eksosfer merupakan lapisan yang paling jauh dari bumi. Pada

lapisan ini pengaruh gravitasi berat dan bumi sangat minim, serta meteor

mulai berinteraksi dengan atmosfer bumi. Lapisan eksosfer ini menjadi

batas antara atmosfer bumi dengan luar angkasa.

Gambar 2.3 Lapisan Atmosfer

7
b. Hidrosfer

Hidrosfer adalah seluruh massa air pada permukaan planet kita. Air

menyelimuti 71% permukaan. Sekitar 98% air ada di lautan. Sisanya di

danau, arus sungai, bawah tanah dan gletser. Jadi Bumi disebut sebagai

“Planet Air”.

Massa air yang yang banyak membuat Bumi menjadi unik. Air

membuat kehidupan berevolusi dan subur. Semua pola cuaca, iklim, curah

hujan dan jumlah karbon dioksida di atmosfer adalah dampak hasil dari

air di lautan. Hidrosfer ada pada pergerakan konstatm air menguap dari

lautan dan bergerak menuju atmosfer, berpresipitasi sebagai hujan dan

salju, kembali ke sungai, gletser dan air bawah tanah. Sebagaimana air

bergerak di permukaan, mengerosi dan memindahkan material yang

terikut di dalamnya. Gerakan ini secara konstan mengubah bentuk

permukaan bumi.

Gambar 2.4 Siklus Hidrologi

c. Biosfer

Adalah bagian di mana ada kehidupan di Bumi.

8
2.3 Pr

Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke

tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan

dengan dalamnya presipitasi (mm).

Salju, hujan es dan lain-lain juga dinyatakan dengan dalamnya (seperti hujan)

sesudah dicairkan. Pertanian dapat diadakan di daerah-daerah yang mendapat

presipitasi tahunan lebih dari 450 mm. Jika presipitasi kurang dari 300 mm, maka

pertanian hanya mungkin diadakan di bagian-bagian daerah yang dapat dibantu

dengan air sungai.

Derajat curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam suatu

satuan waktu dan disebut intensitas curah hujan. Biasanya satuan yang digunakan

adalah mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berarti jumlah presipitasi/curah hujan

dalam waktu relatif singkat (biasanya dalam waktu 2 jam).Intensitas curah hujan

ini dapat diperoleh/dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat oleh

alat ukur curah hujan otomatis.

Tabel 2-2 Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan

Tabel 2-3 Keadaan curah hujan dan intensitas curah hujan

9
Ukuran butir-butir hujan adalah berjenis-jenis. Nama dari butir hujan

tergantung dari ukurannya. Dalam meteorologi, butir hujan dengan diameter lebih

dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara 0,50 - 0,1 mm disebut gerimis

(drizzle).

Makin besar ukuran butir hujan itu, makin besar kecepatan jatuhnya.

Kecepatan yang maksimum adalah kira-kira 9,2 m/s. Tabel 2-4 menunjukkan

ukuran butir hujan, massa dan kecepatan butir hujan.

Tabel 2-4 Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan

2.4 Penguapan (evaporation) dan Evapotranspirasi

Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut penguapan dan

berlangsung tidak berhenti-henti dari permukaan air, permukaan tanah, padang

rumput, persawahan, hutan dan lain-lain. Penguapan ini terjadi pada tiap keadaan

suhu, sampai udara di atas permukaan menjadi jenuh dengan uap. Tetapi kecepatan

dan jumlah penguapan tergantung dari suhu, kelembaban, kecepatan angin dan

tekanan atmosfer.

10
Hubungan antara penguapan dan kelembaban (humidity): Hubungan antara

penguapan dan kelembaban dapat diperkirakan dengan rumus eksperimentil dari

Mitscherlich:

𝐷 = (12,3 ± 0.1)𝑉 (2.2)

di mana:
𝑉 = jumlah penguapan dalam 24 jam (mm)
𝐷 = selisih kejenuhan (saturation difference)

Hubungan antara kecepatan penguapan dan kecepatan angin: Untuk ini

dapat digunakan rumus Trabert yang menyatakan bahwa kecepatan penguapan

adalah berbanding lurus dengan akar dari kecepatan angin.

𝑉 = 𝐶(1 + 𝛼𝑡)√𝑣(𝑃𝑤 − 𝑝) (2.3)

di mana:
𝑉 = kecepatan penguapan (jumlah yang menguap dalam satuan waktu)
𝐶 = sebuah tetapan yang ditentukan oleh alat ukur penguapan, di tempat
yang disinari matahari atau tempat yang ternaung
𝛼 = koefisien pengembangan volume yakni 1/271
𝑡 = suhu (℃)
𝑣 = kecepatan angin (mm/detik)
𝑃𝑤 = tekanan maksimum uap di permukaan air pada suhu 𝑡℃ (mb)
𝑝 = tekanan uap pada saat pengamatan pada suhu 𝑡℃

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan.

Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari

kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Umumnya banyaknya

transpirasi yang diperlukan untuk menghasilkan I gram bahan kering disebut laju

transpirasi dan dinyatakan dalam gram. Di daerah yang lembab, banyaknya adalah

11
kira-kira 200 sampai 600 gram dan untuk daerah kering kira-kira dua kali sebanyak

itu.

Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut

evapotranspirasi atau kebutuhan air (consumptive-use). Jika air yang tersedia dalam

tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi-potensial.

Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu lebih banyak dan

lebih sulit dari pada faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya

evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi

evapotranspirasi adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam

rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi.

Tabel 2-5 Harga-harga K yang digunakan dalam rumus evapotranspirasi

Blaney.

Dan untuk perhitungannya menggunakan rumus Blaney-Criddle yakni

𝑈 =𝑘∙𝑓 (2.4)

𝑈 = banyaknya evapotranspirasi bulanan (inch)


𝑘 = koefisien yang tergantung dari jenis tanaman (tabel 2-5)
𝑡+𝑝
𝑓= 100

12
𝑡 = suhu udara rata-rata bulanan (℉)

2.5 Infiltrasi

Curah hujan yang mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai

limpasan permukaan atau inflltrasi. Hal ini tergantung dari besar kecilnya

intensitas curah hujan terhadap kapasitas infiltrasi. Air yang menginfiltrasi ke

dalam tanah meningkatkan kelembaban tanah atau, terus ke air tanah.

Perbedaan besar dari karakteristik yang berjenis-jenis dari debit sungai,

tergantung dari kondisi sungai itu. Kondisi daerah pengaliran yang menjadi

sumber aliran sungai, sangat mernpengaruhi stabilitas dan variasi debit sungai.

Jika sumber utamanya adalah limpasan permukaan, maka debit banjir

sungai itu sudah tentu besar dan debit air rendah adalah kecil. Jika daerah

pengaliran itu terdiri dari daerah berpasir dengan permeabilitas yang tinggi, dan

jika tidak terdapat lapisan yang impermeabel di atas permukaan air tanah, maka

limpasan permukaannya adalah kecil. Sepanjang tahun dapat diharapkan suatu

debit yang agak tetap.

Proses masuknya air hujan ke dalam lapisan permukaan tanah dan turun ke

permukaan air tanah disebut infiltrasi. Air yang menginfiltrasi itu pertama-tama

diabsorbsi untuk meningkatkan kelembaban tanah, selebihnya akan turun ke

permukaan air tanah dan mengalir ke samping.

Dalam beberapa hal tertentu, infiltrasi itu berubah-ubah sesuai dengan

intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi

akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maximum setiap tanah

bersangkutan.

13
Kecepatan inflltrasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi intensitas

curah hujan umumnya disebut laju infiltrasi. Laju infiltrasi maximum yang terjadi

pada suatu kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (l). Kapasitas infiltrasi itu

adalah berbedabeda menurut kondisi tanah. Pada tanah yang sama kapasitas

infiltrasi itu berbeda-beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur

tanah, tumbuh-tumbuhan, suhu dan lain-lain. Di samping intensitas curah hujan,

infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan udara yang

terdapat dalam tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi akan diterangkan di bawah ini.

(l) Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang

jenuh

Air genangan di lekukan permukaan tanah masuk ke dalam tanah, terutama

disebabkan oleh gravitasi yang bekerja pada air itu. Mengingat ruang-ruang

lapisan tanah di dekat permukaan telah jenuh, maka air itu jatuh melalui pipa-pipa

halus yang panjangnya sama dengan tebal lapisan yang jenuh (l). Tekanan air

yang bekerja di ujung atas setiap pipa halus itu adalah sama dengan dalamnya

genangan air (D). Jadi jumlah tekanan yang mengakibatkan aliran adalah (D + l).

Tetapi mengingat air yang mengalir melalui pipa-pipa halus itu menemui tahanan

(gaya geser) yang sebanding dengan l, maka infiltrasi hampir tidak berubah.

Variasi l mempengaruhi gaya luar air yang jatuh dan jika besar dibandingkan

dengan D maka tahanan terhadap air yang jatuh adalah besar. Tetapi jika D dan l

sama, maka pada permulaan curah hujan, air mudah masuk ke dalam tanah karena

gaya luar adalah besar jika dibandingkan dengan tahanan itu. Inilah salah satu

14
sebabnya mengapa pada permulaan curah hujan kapasitas infiltrasi tanah itu (f)

relatif besar.

(2) Kelembaban tanah

Besarnya kelembaban tanah pada lapisan teratas sangat mempengaruhi laju

infiltrasi. Potensial kapiler bagian bawah lapisan tanah yang menjadi kering (oleh

evaporasi) kurang dari kapasitas menahan air normal akan meningkat jika lapisan

teratas dibasahi oleh curah hujan. Peningkatan potensial kapiler ini, bersama-sama

dengan gravitasi akan mempefcepat infiltrasi.

Bila kekurangan kelembaban tanah diisi oleh infiltrasi, maka selisih

potensial kapiler akan menjadi kecil. Pada waktu yang bersamaan kapasitas

infiltrasi pada permulaan curah hujan akan berkurang tiba-tiba, yang disebabkan

oleh pengembangan bagian koloidal dalam tanah. Jadi kelembaban tanah itu

adalah sebagian dari sebab pengurangan tiba-tiba darif.

(3) Pemampatan oleh curah hujan

Gaya pukulan butir-butir hujan mengurangi kapasitas infiltrasi, karena oleh

pukulan-pukulan itu butir-butir halus di permukaan lapisan teratas akan terpencar

dan masuk ke dalam ruang-ruang antara, sehingga terjadi effek pemampatan.

Permukaan tanah yang terdiri dari lapisan bercampur lempung.akan menjadi sangat

impermeabel oleh pemampatan butir-butir hujan itu. Tetapi tanah pasiran tanpa

bahan-bahan yang lain tidak akan dipengaruhi oleh gaya hujan itu.

(4) Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus

Kadang-kadang dalam keadaan kering banyak bahan halus yang diendapkan

di atas permukaan tanah. Jika infiltrasi terjadi maka bahan halus akan masuk ke

15
dalam tanah bersama air itu. Bahan-bahan ini akan mengisi ruang-ruang dalam

tanah yang mengakibatkan penurunan kapasitas infiltrasi. Hal ini merupakan juga

sebuah faktor yang menurunkan/ selama curah hujan.

(5) Pemampatan oleh orang dan hewan

Pada bagian lalu lintas orang atau kendaraan, permeabilitas tanah berkurang

karena struktur butir-butir tanah dan ruang-ruang yang berbentuk pipa yang halus

telah dirusakkannya. Contoh-contohnya adalah kebun rumput tempat memelihara

banyak hewan, lapangan permainan dan jalan tanah.

(6) Struktur tanah

Lubang dalam tanah yang digali oleh binatang-binatang yang kecil dan

serangga, akar-akar tanaman yang mati, mengakibatkan permeabilitas yang tinggi.

Akan tetapi mengingat jenis tanah ini sangat pekak terhadap gaya pemampatan

curah hujan maka seringkali harga/itu tiba-tiba berkurang selama curah hujan.

(7) Tumbuh-tumbuhan

Jika permukaan tanah tertutup oleh pohon-pohon dan rumput-rumputan maka

infiltrasi dapat dipercepat. Tumbuh-tumbuhan bukan hanya melindungi permukaan

tanah dari gaya pemampatan curah hujan, tetapi juga lapisan humus yang terjadi

mempercepat penggalian-penggalian serangga dan lain-lain.

Pada tanah yang bercampur lempung yang tidak tertutup dengan tumbuh-

tumbuhan, lapisan teratas akan dimampatkan oleh curah hujan, penyumbatan

dengan bahan-bahan halus. Tetapi jika tanah itu ditutupi dengan lapisan daun-

daunan yang jatuh, maka lapisan itu mengembang dan menjadi sangat permeabel.

Kapasitas infiltrasinya adalah beberapa kali iebih besar dari pada effekjems tanah.

16
(8) Udara yang terdapat dalam tanah

Pada tanah yang sangat datar, infiltrasi yang teriadi .l"ngan kecepatan yang

sama akan diperlambat oleh udara yang tertekan, Karena afi yang masuk

membentuk sebuah bidang datar yang menghalang-halangi udara keluar.

Umpamanya permukaan tanah dan permukaan air tanah itu sejajar dan air

yang masuk membentuk sebuah bidang yang sama tebal, maka dalamnya (d) yang

dapat dicapai oleh bidang infiltrasi dari permukaan tanah, dapat ditentukan oleh

rumus sebagai berikut:


𝑃
𝑑 = 𝐷 − 𝛾𝑎 (2.5)
𝑤

𝑝 = tekanan udara dalam tanah (kg/cm2)


𝑃𝑎 = tekanan atmosfir
𝛾𝑤 = satuan berat air (kg/cm3)
𝑑 = dalam yang dapat dicapai oleh bidang infiltrasi (cm)
𝐷 = dalam ke permukaan air tanah (cm)

2.6 Limpasan

Aliran sungai itu tergantung dari berbagai faktor secara bersamaan. Pada

kesempatan ini akan dipelajari faktor-faktor yangberhubungan dengan limpasan,

yang dibagi dalam 2 kelompok, yakni elemen-elemen meteorologi yang diwakili

oleh curah hujan dan elemen-elemen daerah pengaliran yang menyatakan sifat-sifat

fisik daerah pengaliran.

Faktor-faktor yang terdiri kelompok elemen-elemen meteorologi adalah

sebagai berikut:

(1) Jenis presipitasi

17
Pengaruhnya terhadap limpasan sangat berbeda, yang tergantung pada jenis

presipitasinya yakni hujan atau salju. Jika hujan maka pengaruhnya adalah langsung

dan hidrograf itu hanya dipengaruhi intensitas curah hujan dan besarnya curah

hujan.

(2) Intensitas curah hujan

Pengaruh intensitas curah hujan pada limpasan permukaan tergantung dari

kapasitas infiltrasi. Jika intensitas curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka

besarnya limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan

intensitas curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan limpasan itu tidak

sebanding dengan peningkatan curah hujan lebih, yang disebabkan oleh effek

penggenangan di permukaan tanah.

(3) Lamanya curah hujan

Di setiap daerah aliran terdapat suatu lamanya curah hujan yang kritis. Jika

lamanya curah hujan itu kurang dari lamanya yang kritis, maka lamanya limpasan

itu praktis akan sama dan tidak tergantung dari intensitas.curah hujan. Jika lamanya

curah hujan itu lebih panjang, maka lamanya limpasan permukaan itu juga menjadi

lebih panjang. Lamanya curah hujan juga mengakibatkan penurunan kapasitas

infiltrasi. Untuk curah hujan yang jangka waktunya panjang, limpasan

permukaannya akan menjadi lebih besar meskipun intensitasnya adalah relatif

sedang-

(4) Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran

Jika kondisi-kondisi seperti topografi, tanah dan lain-lain di seluruh daerah

pengaliran itu sama dan umpamanya jumlah curah hujan itu sama, maka curah

18
hujan yang distribusinya merata yang mengakibatkan debit puncak yang minimum.

Banjir di daerah pengaliran yang besar kadang-kadang terjadi oleh curah hujan lebat

yang distribusinya merata, dan sering kali terjadi oleh curah hujan biasa yang

mencakup daerah yang luas meskipun intensitasnya kecil. Sebaliknya, di daerah

pengaliran yang kecil, debit puncak maksimum dapat terjadi oleh curah hujan lebat

dengan daerah hujan yang sempit.

Mengingat limpasan yang diakibatkan oleh curah hujan itu sangat

dipengaruhi oleh distribusi curah hujan, maka untuk skala penunjuk faktor ini

digunakan koeffisien distribusinya. Distribusi koeffisien adalah harga curah hujan

maksimum dibagi harga curah hujan rata-rata di daerah pengaliran itu. Jadi curah

hujan yang jumlahnya tetap.

Untuk sifat daerah pengaliran, faktor-faktornya adalah sebagai berikut.

(l) Kondisi penggunaan tanah (Landuse)

Hidrograf sebuah sungai adalah sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan

tanah dalam daerah pengaliran itu. Daerah hutan yang ditutupi tumbuh-tumbuhan

yang lebat adalah sulit mengadakan limpasan permukaan karena kapasitas

infiltrasinya yang besar. Jika daerah hutan ini dijadikan daerah pembangunan dan

dikosongkan (hutannya ditebang), maka kapasitas infiltrasi akan turun karena

pemampatan permukaan tanah. Air hujan akan.mudah berkumpul ke sungai-sungai

dengan kecepatan yang tinggi yang akhirnya dapat mengakibatkan banjir yang

belum pernah dialami terdahulu.

2) Daerah pengaliran

19
Jika semua faktor-faktor termasuk besarnya curah hujan, intensitas curah

hujan dan lain-lain itu tetap, maka limpasin itu (yang dinyatakan dengan dalamnya

air rata-rata) selalu sama, dan tidak tergantung dari luas daerah pengaliran.

Berdasarkan assumpsi ini, mengingat aliran per satuan luas itu tetap, maka

hidrograf itu adalah sebanding dengan luas daerah pengaliran itu. Akan tetapi,

sebenarnya makin besar daerah pengaliran itu, makin lama limpasan itu mencapai

tempat titik pengukuran. Jadi, panjang dasar hidrograf debit banjir itu menjadi lebih

besar dan debit puncaknya berkurang. Salah satu sebab dari pengurangan debit

puncak ialah hubungat antara intensitas curah hujan maksimum yang berbanding

balik dengan luas daerah hujan itu. Berdasarkan assumsi tersebut di atas, curah

hujan itu dianggap merata. Akan tetapi mengingat intensitas curah hujan maksimum

yang kejadiannya diperkirakan terjadi dalam frekwensi yang tetap menjadi lebih

kecil sebanding dengan daerah pengaliran yang lebih besar, maka ada pemikiran

bahwa puncak banjir akan menjadi lebih kecil. Seperti telah dikemukan di atas,

debit banjir yang diharapkan per satuan daerah pengaliran itu adalah berbanding

balik dengan daerah pengaliran jika karakteristik-karakteristik yang lain itu sama.

Tetapi kzrli ini adalah aneh karena luas daerah tidak menghasilkan penstiwa yang

disebut di atas ini. Tetapi jika faktor-faktor lain yang berbeda maka akan terjadi

perbedaan besar dalam debit banjir.

(3) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran

Corak, elevasi, gradien, arah dan lainJain dari daerah pengaliran mempunyai

pengaruh terhadap sungai dan hidrologi daerah pengaliran itu. Corak daerah

pengaliran adalah faktor bentuk, yakni perbandingan panjang sungai utama

20
terhadap lebar rata-rata daerah pengaliran. Jika faktor bentuk menjadi lebih kecil

dengan kondisi skala daerah pengaliran yang sama, maka hujan lebat yang merata

akan berkurang dengan perbandingan yang sama sehingga sulit akan terjadi banjir.

Elevasi daerah pengaliran dan elevasi rata-rata mempunyai hubungan yang penting

terhadap suhu dan curah hujan.

Demikian pula gradiennya mempunyai hubungan dengan infiltrasi, limpasan

permukaan, kelembaban dan pengisian air tanah. Gradien daerah pengaliran

adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi waktu mengalirnya aliran

permukaan, waktu konsentrasi ke sungai dari curah hujan dan mempunyai

hubungan langsung terhadap debit banjir. Arah daerah pengaliran itu mempunyai

pengaruh terhadap kehilangan evaporasi dan transpirasi karena mempengaruhi

kapasitas panas yang diterima dari matahari.

(4) Jenis tanah

Mengingat bentuk butir-butir tanah, coraknya dan cara mengendapnya

adalah faktor-faktor yahg menentukan kapasitas infiltrasi, maka karakteristik

limpasan itu sangat dipengaruhi oleh jenis tanah daerah pengaliran itu. Juga

bahan-bahan kolodial merupakan faktor-faktor yang mempellgaruhi kapasitas

infiltrasi karena bahan-bahan ini mengembang dan menyusut sesuai dengan

variasi kadar kelembaban tanah.

(5) Faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh

Di samping hal-hal yang dikemukakan di atas, maka faktor-faktor penting

lain yang mempengaruhi limpasan adalah karakteristik jaringan sungai-sungai,

adanya daerah pengaliran yang tidak langsung, drainasi buatan dan lain-lain. Untuk

21
mempelajari puncak banjir, debit air rendah, debit rata-rata dan lainJain, diperlu kan

penyelidikan yang cukup dan perkiraan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Siklus Hidrologi adalah siklus perpindahan air yang terjadi secara terus-

menerus. Air tersebut berpindah dengan cara air yang menguap atau disebut

evaporasi dari air laut atau air tawar, lalu uap yang mengkondensasi menjadi cair

atau padat dan jatuh atau disebut juga presipitasi, masuk ke dalam tanah atau

infiltrasi ataupun hanya di sungai maupun laut kemudia mengalami limpasan atau

aliran air.

3.2 Saran

Konsep siklus air harus dikuasai apabila kita ingin menguasai hidrologi secara

keseluruhan. Dan konsep ini juga harus dimanfaatkan untuk kelangsungan sehari-

hari dan diabdikan untuk masyarakat dalam memanfaatkan air secara maksimal dan

juga memitigasi bencana yang berkaitan dengan air.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anna, N. 2010. Analisis Karakteristik Parameter Hidrologi Akibat Alih Fungsi

Lahan di Daerah Sukoharjo Melali Citra Landsat Tahun 1997 dengan Tahun

2002. Surakarta: Jurnal Forum Geografi. Vol. 14, No. 1:57-72.

Hamzah, Muhammad. 2011. Hidrologi Pantai Dan Kebutuhan Air Masyarakat

Pesisir. Makassar: Jurnal Fisika FUSI. Vol. 9, No. 1

Harsoyo, B. 2010. Review Modeling Hidrologi DAS di Indonesia. Jakarta: Jurnal

Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. Vol. 11, No. 1:41-47.

Pawitan, H. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap

Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Hidrometeorologi FMIPA

IPB, Bogor.

Sosrodarsono, Suyono. 2003. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: PT Abadi

24

Anda mungkin juga menyukai