Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN II

ANALGETIKA

I. Tujuan
Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan metodeuji daya
analgetik pada hewan percobaan dan obat analgetik

II. Dasar Teori


Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman
kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu
gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan
seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot. Semua senyawa nyeri
(mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin
merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit,
mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain
reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh
jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan
sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-
tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak
besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Gunawan dan Aris.2009)
Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang bertanggung jawab
untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan
mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian
asam amino)yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip
strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat.
Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-saraf sensoris
bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini
berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya
pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-
zat ini juga bekerja sebagai mediator demam (Priyanto.2008)

Mekanisme Kerja Obat Analgesik

1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)


Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah
satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini
adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi
enzim COX pada daerah yg terluka dengan demikian mengurangi
pembentukan mediator nyeri. Efek samping yang paling umum dari golongan
obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal serta reaksi alergi di kulit. Jadi, Secara farmakologis praktis dibedakan
atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar
sediaan–sediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat
(Gilang, 2010)
2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase
dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya
dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperife.
Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian
per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu
satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi
dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID
didalam darah dicapai dalam waktu1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya
umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. (Gilang.2010)

mekanisme Kerja Obat Analgesik adalah sebagai berikut :


1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu
enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri,
salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis
ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yg terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri. Efek samping yang paling umum
dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah,
kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Jadi, Secara
farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal)
dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non salisilat
ternmasuk derivat as. Arylalkanoat.
2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim
sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan
kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS
diduga bekerja diperife.Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu
jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah
tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek
maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya
peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu1-3
jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. (Gilang, 2010)
III. Cara Percobaan
3.1 Alat
- Baskom
- Gelas beker
- Hot plate
- Jarum suntik 1 mL
- Labu ukur
- Neraca analitik
- Sonde oral modifikasi
- Stopwatch
3.2 Bahan
- Antalgin
- Aquades
- Asam mefenamat
- Asam asetat 3%
- Ibuprofen
- Larutan Na-CMC 0,5%
- Parasetamol.
3.3 Cara Kerja
a. Metode Jansen & Jaqeneau

Timbang Hewan Uji, setiap kelompok mendapat 3 ekor


hewan uji

Buat larutan stok Na-CMC 0,5% (kontrol negatif),


ibuprofen, parasetamol, asam mefenamat, dan antalgin.

Berikan larutan stok ke hewan uji secara intra


peritoneal, diamkan selama 15 menit

Masukkan hewan uji ke gelas beker pada hot plate, amati


setiap 15 detik selama 5 x 15 detik
(amati: grooming & meloncat).

3 ekor Mencit ditimbang


b. Metode Witkin et al

Timbang Hewan Uji, setiap kelompok mendapat 3 ekor


hewan uji

Buat larutan stok Na-CMC 0,5% (kontrol negatif),


ibuprofen, parasetamol, asam mefenamat, dan antalgin.

Berikan larutan stok ke hewan uji secara intra


peritoneal, diamkan selama 5 menit

Hewan uji diinduksi dengan larutan asam asetat 3%


secara intra muskular.

Amati jumlah geliat yang timbul selama 20 menit dan


tentukan onset of action dari obat.
Daftar Pustaka

Gunawan, Aris. 2009. Perbandingan Efek Analgesik antara Parasetamol


Dengan kombinasi Parasetamol dan Kafein pada Mencit: Jurnal
Biomedika, Volume 1, Nomor 1

Priyanto, L.2008. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi dan


Keperawatan, edisi II. Depok: Lembaga studi dan konsultasi
Farmakologi

Gilang. 2010. Analgesik non-opioid atau NSAID/OAINS

Anda mungkin juga menyukai