Anda di halaman 1dari 7

NAMA : HARDILLAH

NIM : 02141129
KELAS : 1/A

KARBOHIDRAT

Pendahuluan

Dalam melakukan fungsinya tubuh memerlukan tenaga/energi. Energi yang diperlukan


itu didapat dari energi potensial yaitu energi yang tersimpan dalam bahan-bahan makanan berupa
energi kimia, dimana energi tersebut akan dilepaskan setelah bahan makanan mengalami proses
metabolisme dalam tubuh. Didalam tubuh zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon
dapat dipergunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak, protein (Kusharto
1992).
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai
struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dai sudut kimia dan
fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsure-unsur Carbon(C), hidrogen (H), dan Oksigen
(O), yang pada umumnya mempunyai rumus kimia Cn(H2O)n. Rumus umum ini memberikan
kesan zat karbon yang diikat dengan air (dihidrasi), sehingga diberi nama karbohidrat.
Persamaan lain ialah bahwa ikatan-ikatan organik yang menyusun kelompok karnohidrat ini
berbentuk polialkohol. Dari sudut fungsi, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam
makanan maupun didalam tubuh. Karbohidrat yang terasa manis, biasa disebut gula. Molekul
dasar dari karbohidrat disebut monosakarida atau monosa. Dua monosa yang saling terikat
membentuk disakarida atau diosa, dan tiga monosakarida yang saling terikat diberi nama
trisakarida atau triosa. Ikatan dari lebih tiga monosakarida disebut polysakarida atau poliosa.
Polisakarida yang mengandungjumlah monosakarida yang tidak begitu banyak disebut
oligosakarida (Sediaoetama 2004). Karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus
karbonil. Senyawa ini juga memiliki gugus hidroksil. Karena itu, karbohidrat merupakan
polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton atau turunan senyawa-senyawa tersebut (Ngili
2009).
Monosakarida yaitu gula yang paling sederhana terdiri dari molekul tunggal.
Monosakarida yang penting adalah gula yang mempunyai 6 karbon (heksosa) contohnya:
glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Oligosakarida yaitu gula yang mengandung 2-10 molekul gula
sederhana, contohnya: sukrosa, maltosa. Polisakarida yaitu karbohidrat yang kompleks terdiri
atas beberapa molekul satuan gula sederhana (monosakarida). Beberapa yang dapat dicerna yaitu
pati dan dekstrin, sedang yang lain tidak (selulosa dan hemiselulosa seperti agar dan pektin),
tidak larut dalam air (Kusharto 1992).

Tujuan

Percobaan bertujuan menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji kualitatif
dan mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.

Metode, Bahan dan Alat


Metode yang dilakukan saat uji Molisch ialah dimasukkan 5 mL sampel kedalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan pereaksi Molisch. Kemudian ditambahkan 3 mL H2SO4 melalui dinding
tabung dan amati perubahan warna yang terjadi. Uji Benedict dilakukan dengan cara 3 mL
Benedict dicapurkan dengan 8 tetes sampel. Didihkan selama 5 menit, dinginkan lalu amati
perubahan warnanya. Uji Barfoed dilakukan dengan cara 1 mL pereaksi dicampurkan dengan 1
mL sampel. Didihkan selama 3 menit pada air mendidih, dinginkan. Setelah dingin,
ditambahakan 1 mL fosfomolibdat lalu amati perubahan warnanya. Uji fermentasi menggunakan
ragi sebanyak 1 gr lalu digerus dan ditambahkan 1mL sampel. Setelah terbentuk suspense
dimasukkan ke tabung fermentasi. Lakukan pemeraman tiap 30 menit dicek (triplo). Jika ada
ruang gas pada kaki diukur. Lalu ditambahkan NaOH untuk menguji ada tidaknya gas CO2. Uji
diatas dilakukan untuk setiap sampel yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, pati 1 %.
Alat-alat yang digunakan tabung fermentasi, tabung reaksi, corong, pipet tetes, pipet
mohr, kaki tiga, kasa, pembakar gas, rak tabung reaksi, gelas piala. Bahan-bahan yang digunakan
Glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1 %, pereaksi Molisch,
asam sulfat pekat, pereaksi Benedict, pereaksi Barfoed, fosfomolibdat, ragi, NaOH 10%, kapas,
aquades.
Hasil dan Pembahasan
Pengujian kualitatif terhadap karbohidrat dilakukan empat uji yaitu uji Molisch, uji
Benedict, uji Barfoed, dan uji Fermentasi. Jenis-jenis karbohidrat yang digunakan dalam
percobaan adalah Glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1 %.
Uji Molisch digunakan untuk menguji karbohidrat dalam sampel-sampel uji yang telah
disediakan namun tidak spesifik. Sampel tersebut dicampurkan dengan pereaksi Molisch dan
ditambah H2SO4(p). Hasil dari pengujian Molisch sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Uji Molisch
Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Perubahan warna larutan
Glukosa + Terdapat cincin ungu kemerahan
Fruktosa + Terdapat cincin ungu kemerahan
Sukrosa + Terdapat cincin ungu kemerahan
Laktosa + Terdapat cincin ungu kemerahan
Maltose + Terdapat cincin ungu kemerahan
Pati + Terdapat cincin ungu kemerahan
Ket : + /- = mengandung karbohidrat/tidak mengandung karbohidrat

Prinsip uji Molisch ialah suatu pembentukan furfural atau turunan-turunan dari karbohidrat yang
didehidratasi oleh suatu asam pekat. Dalam percobaan dilakukan penambahan H2SO4(p) yang
berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Lalu dibatas
kedua cairan tersebut akan terbentuk warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural
dan a-naftol. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metilfurfural, sedangkan
dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen
Molisch yaitu a-naftol membentuk cincin berwarna ungu. Sehingga hasil positif ditunjukkan
ketika warna larutan ungu pada batas kedua cairan, sedangkan warna hijau menunjukkan reaksi
negatif. Berdasarkan percobaan, semua senyawa uji hasilnya positif. Ini menunjukkan bahwa
semua senyawa uji mengandung karbohidrat. Reaksi yang terjadi pada uji Molisch :

Gambar 1. Uji Molisch (dari kiri ke kanan; pati, maltose, sukrosa, laktosa, glukosa, fruktosa)
Uji Benedict digunakan untuk menguji gula pereduksi. Hasil dari pengujian Benedict
sebagai berikut :
Tabel 2 Hasil Uji Benedict
Bahan Uji Hasil Pengamatan(+/-) Perubahan warna larutan
Glukosa + Hijau kebiruan
Fruktosa + Warna biru, tetapi dibagian atas ada
perubahan merah bata
Sukrosa - Biru
Laktosa + Warna biru, tetapi dibagian atas ada
perubahan merah bata
Maltose + Hijau kebiruan
Pati - Biru
Ket : +/- = termasuk gula pereduksi/ tidak termasuk gula pereduksi
Prinsip uji Benedict ialah ketika suatu senyawa uji memiliki gugus fungsi aldehida atau
gugus fungsi hemiasetal yang dapat membuka menjadi aldehida maka karbohidrat tersebut
merupakan gula pereduksi. Cu2+ yang terkompleks dengan benedict dapat direduksi menjadi
endapan merah bata (Cu2O). Persamaan reaksi yang terjadi pada uji Benedict :
RCHO + 2 Cu2+ + 5 OH- RCO2- + Cu2O + 3 H2O
Berdasarkan percobaan glukosa, fruktosa, laktosa dan maltosa hasilnya positif mengandung gula
pereduksi. Sedangkan sukrosa dan pati hasilnya negatif. Berdasarkan literatur semua
monosakarida (glukosa, fruktosa, laktosa) dan kebanyakan disakarida (sukrosa, maltosa) dapat
mereduksi oksidator lemah. Jadi seharusnya sukrosa positif. Hasil yang negatif pada percobaan
dapat disebabkan dalam proses pemanasan yang terlalu cepat. Sedangkan pati berdasarkan
percobaan dan literatur hasilnya sesuai literatur yaitu negatif. Namun, pada pemanasan cukup
lama dapat dihasilkan endapan merah bata pada polisakarida sebab memerlukan waktu lama
untuk mengubah gugus-gugusnya menjadi lebih sederhana sebelum bereaksi dengan pereaksi
Benedict. Polisakarida akan menghasilkan monosakarida apabila terjadi hidrolisis total,
kebanyakan polisakarida tidak larut dalam air dan tidak mereduksi pereaksi benedict (Purba
2007). Berdasarkan percobaan fruktosa memiliki endapan merah bata terbanyak (lihat gambar 2).
Alasan mengapa fruktosa begitu mudah teroksidasi adalah dalam larutan basa fruktosa berada
dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diastereometik serta penggunaan suatu zat antara
tautomerik enadiol (Fessenden 1982).
Gambar 2. Uji Benedict (dari kiri ke kanan; pati, maltosa, laktosa, sukrosa, fruktosa, glukosa)

Uji barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dari disakarida. Hasil uji
Barfoed sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Barfoed
Bahan Uji Hasil Pengamatan(+/-) Perubahan warna larutan
Glukosa + Biru pekat (+++)
Fruktosa + Biru pekat, ada endapan merah bata
(++++)
Sukrosa - Biru pudar (++)
Laktosa - Biru pudar(++)
Maltosa - Biru pudar(++)
Pati - Biru pudar (++)
Ket : +/- = termasuk monosakarida/tidak termasuk monosakarida
Prinsip uji Barfoed ialah pereaksi Barfoed juga mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Uji ini
termasuk uji spesifik. Karbihidrat direduksi pada suasana asam dengan menambahkan
fosfomolibdat. Senyawa uji yang membentuk endapan merah bata adalah monosakarida
sedangkan yang tidak membentuk endapan merah bata (larutan berwarna biru) adalah disakarida.
Berdasarkan percobaan glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida sedangkan sukrosa,
laktosa, maltosa merupakan disakarida. Hasil uji ini sesuai dengan literatur yang menunjukkan
bahwa glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida sedangkan sukrosa, laktosa, maltosa
merupakan disakarida. Untuk pati merupakan
polisakarida (Kusharto 1992).
Gambar 3. Uji Barfoed (dari kiri ke kanan; glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltose, pati)

Uji fermentasi adalah uji untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan. Hasil uji
fermentasi sebagai berikut :
Tabel 4 Uji Fermentasi
Bahan Uji Hasil Pengamatan (+/-) Tinggi gas CO2 (cm)
15 30 45
Glukosa + 5 6,3 7,1
Fruktosa + 0,4 2,3 3,3
Sukrosa + 2,7 4,5 5,5
Laktosa + 0,1 1,3 2,9
Maltosa + 1,7 4,5 6,0
Pati - 0,8 1,7 3
Ket : +/- = ada CO2 / tidak ada CO2
Prinsip uji Fermentasi selain untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan dan
untuk mengetahui besarnya kandungan CO2 sebagai hasil fermentasi. Adanya CO2 ditandai
dengan adanya isapan ibu jari pada kaki tabung fermentasi yang terbuka setelah ditambah NaOH
(Harrow 1946). Proses ini terjadi pada suasana anaerob, karbohidrat oleh ragi akan dicerna dan
diubah bentuknya menjadi etilalkohol (C2H5OH) serta gas karbondioksida (CO2). Reaksi yang
terjadi pada uji Fermentasi : C6H12O6 C2H5OH + 2CO2. Gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih
cepat terjadi pada monosakarida, seperti pada percobaan glukosa memiliki gas CO2 paling tinggi.
Ini membuktikan bahwa monosakarida lebih reaktif dibandingkan disakarida. Namun, pada pati
tidak terbukti adanya CO2 karena ketika ditambah NaOH tidak ada isapan jari pada jempol.

Gambar 4. Uji fermentasi

Aplikasi uji fermentasi dalam kehidupan adalah identifikasi bakteri selulolitik dari
saluran pencernaan rayap lokal Indonesia. Uji molisch dalam aplikasinya dikehidupan
digunakan untuk menguji ada atau tidaknya karbohidrat didalam jagung manis, sejumlah akar
dan madu. Uji Benedict dalam aplikasinya untuk mengetahui kadar gula pereduksi dalam buah-
buahan, yang sebelumnya buah tersebut ekstraknya telah diambil. Uji Barfoed dalam aplikasinya
untuk membedakan jenis karbohidrat yang terdapat pada kentang, apakah karbohidrat itu
termasuk monosakarida atau disakarida.
Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa uji Molisch menunjukkan bahwa
semua senyawa uji merupakan karbohidrat. Uji Benedict menunjukkan bahwa glukosa, fruktosa,
laktosa dan maltosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus fungsi aldehida atau
hemiasetal. Uji Barfoed membuktikan glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida sedangkan
sukrosa, laktosa, maltosa merupakan disakarida. Uji fermentasi menunjukkan bahwa glukosa
memiliki gas CO2 paling besar, kemudian maltosa, sukrosa, fruktosa, pati dan laktosa.

http://ekawe19.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-uji-karbohidrat.html

http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://wiwitsutiani.blogspot.com/2013/04/laporan-karbohidat-biokimia.html

http://karmilaira56.blogspot.com/2013/10/laporan-lengkap-biokimia-percobaan.html

http://arenlovesu.blogspot.com/2009/10/karbohidrat_02.html

Anda mungkin juga menyukai