“Diabetes Melitus”
Oleh:
Lies Sagita Putra Tama, S.Kep
NIM : 70900116059
(.........................................) (.........................................)
Oleh:
Lies Sagita Putra Tama, S.Kep
NIM : 70900115017
(.........................................) (.........................................)
tembus atau pancuran air sedangkan kata mellitus berasal dari bahasa latin
mellitus yang artinya rasa manis. Kemudian, diabetes mellitus secara umum
kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, yang diseratai llitus adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seorang yang disebabkan oleh adanya
di mana tubuh si penderita tidak bisa mengontrol kadar gula darah dalam
tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan zat gula, sehingga
2012).
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
(Corwin, 2009).
B. Etiologi
Sebenarnya, pembentukan diabetes mellitus dikarenakan produksi insulin
yang kurang (yang kemudian dikenal sebagai diabetes tipe I), atau jaringan
tubuh kurang sensitive terhadap insulin (Diabetes mellitus tipe II, bentuk yang
lebih umum). Selain itu, ada bebrapa jenis diabetes mellitus yang disebabkan
oleh resistensi insulin, tetapi diabetes ini sering terjadi pada wanita hamil.
dua hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif dn diobati secara
cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal. Atau, jika
sel tidak memberikan respon yang tepat terhdap insulin. Karena itu, ada dua
tipe diabetes mellitus, yaitu diabtes mellitus tipe I (diabetes yang bergantung
pada insulin) dan diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak bergantung pada
(Adib, 2011).
1. Diabetes mellitus tipe I: disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor genetik
(Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya). Faktor imunologi (Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
(Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
2. Diabetes mellitus tipe II: Pada penderita diabetes mellitus tipe dua, pancreas
menyebabkan kekrangan insulin cukup banyak. Penyakit ini bisa terjadi pada
Sebenarnya, factor utama penyebab diabetes tipe dua adalah obesitas. Karena
itu, diabetes mellitus tipe dua cenderung diturunkan secara genetic dalam
gejala selama bebrapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah maka
penderita akan sering merasa haus dan buang air kecil. Meskipun demikian,
penderita diabetes mellitus tipe dua jarang mengalami ketoasidosis. Jika kadar
gula darah sangat tinggi yakni > 1.000 mg/dl yang biasanya terjadi akibat
infeksi atau obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
menimbulkan hiperglikemia
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
D. Manifestasi klinis
Banyak penderita diabetes mellitus tipe 2 tidak merasakan gejala apa-apa
selama beberapa tahun. Gejala baru dirasakan ketika kondisi mereka sudah
parah. Untuk mewaspadai timbulnya penyakit ini, kita perlu mengetahui tanda-
yang sama sekali tidak meraskan adanya keluhan. Mereka mengetahui bahwa
up), di mana kadar gula darahnya ternyata sangat tinggi (Khasanah, 2012).
menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan
trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis dikenal dengan istilah
poliuria), banyak minum (polidipsi), dan penurunan berat badan. Selain ketiga
gejala utama tersebut, ada beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
gejala tersebut.
1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa aliran
urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan kadar glukosa
darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal melebihi kemampuan
ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh. Karena glukosa rasanya
manis, maka kandungan glukosa dalam air kencing dapat mengundang semut
untuk mengerumuni urine tersebut. Inilah yang kemudian membuat penyakit
diabetes mellitus disebut juga penyaking kencing manis.
2. Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang menyerap
air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan melalui urine. Jika
kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih daam jumlah berlebihan, maka penderita diabetes
mellitus sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria).
3. Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah tubuh akan
mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan menimbulkan
rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes mellitus menjadi
banyak minum.
4. Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses penyerapan
glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak dapat memenuhi
kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan lemak tubuh untuk diubah
menjadi energi. Jika hal ini terus terjadi dalam jangka waktu lama, maka
penderita akan mengalami penurunan berat badan.
5. Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh penderita
diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar glukosa dalam darah
tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar gula dalam darah,
sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena tubuh kekurangan energi, tubuh
akan memberika sinyal ke otak untuk merangsang rasa lapar, sehingga
menimbulkan banyak makan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
mOsm/l.
Elektrolit :
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
fungsi ginjal).
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1)
antibodi).
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
WHO (1985) menganjurkan pemeriksaan standar seperti ini , tetapi kita hanya
memakai pemeriksaan glukosa darah 2 jam saja.
F. Komplikasi
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika
tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama bisa
merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan
1. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah dapat
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kadar lemak
2. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang menyebabkan
lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh, sehingga cahaya
3. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen dan
darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah yang
tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah. Jika keadaan ini
4. Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan kaki
kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan
tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering mengalami
kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses penyembuhan
luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan rentan mengalami
G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk mengurangi gejala,
membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.
DM meliputi:
1. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM, yang sekilas
makan.
2. Latihan jasmani
cangkok pankreas
- Pemerikasaan lab
- Pemeriksaan khusus
- Perawatan khusus
- Pencegahan komplikasi
- Pemeriksaan periodik
2. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensentifkan otot seperti
Metformin.
H. Pencegahan
Pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat penting karena tingkat
tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara teratur (Adib, 2011).
I. Prognosis
Sekitar 60% pasien DMT1 yang mendapat insulin dapat bertahan hidup
seperti orang normal. Sisanya dapat mengalami kebutaan, gagal ginjal kronik,
dan kemungkinan untuk meninggal lebih cepat (Mansjoer, A, 2007).
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan
2. Sirkulasi.
Gejala: Adanya riwayat HT; IM akut Klaudasi , kebas, dan kesemutan pada
3. Integritas ego
Gejala: stress; tergantung pada orang lain masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
4. Eliminasi
Diare.
5. Makanan / Cairan
6. Neurosensori
DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
8. pernafasan
Tanda : lapar udara, Batuk, dengan/ tanpa sputum purulen (infeksi), Frekuensi
pernafasan
9. Keamanan
darah)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan.
4. Resiko terhadap infeksi b.d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan pada sirkulasi infeksi.
No. DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
cairan secara aktif,ü Nutritional Status : Food and Fluid Intake 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Kegagalan Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi
mekanisme § Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
§ Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
nutrisi kurang dari§ Intake makanan peroral yang adekuat 1. Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap
b.d. § Intake cairan peroral adekuat 2. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan
ketidakmampuan § Intake cairan yang adekuat dengan berkolaborasi dengan ahli gizi
menggunakan § Intake TPN adekuat 3. Dorong peningkatan intake kalori, zat besi, protein dan vitamin C
dengan pening- Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Kolaburasi pemberian obat tidur
tidur
dengan kadar Risk control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
glukosa
tinggi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penurunan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
fungsi leukosit, Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
Menunjukkan perilaku hidup sehat Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam Pertahankan teknik isolasi k/p
batas normal Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Adib. 2011. Pengetahuan praktis ragam penyakit mematikan yang paling sering
menyerang kita. Buku Biru. Jokjakarta.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. EGC: Jakarta.