Semua bangsa membutuhkan adanya suatu konsepsi sebagai landasan
moralitas kebesaran bangsa, begitu pula dengan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki ideologi Pancasila sebagai identitas bangsa. Pancasila senantiasa berjaya, karena kuat dan mengakarnya pada jiwa Bangsa Indonesia.
A. Pancasila Pra Kemerdekaan
Sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 bertujuan membuat dasar Negara Indonesia. Terdapat 3 usulan dasar negara yang secara berurutan disampaikan oleh Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr.Soepomo dan yang terakhir di susul oleh Ir. Soekarno. Pancasila di sebut juga sebagai khasanah budaya Indonesia, karena nilai- nilai tersebut hidup dalam sejarah bangsa Indonesia, yang terdapat dalam beberapa kerajaan Indonesia yaitu, kerajaan Kutai, kerajaan Sriwijaya, dan kerajaan Majapahit (Dalam masa kerajaan ini, Istilah pancasila di kenali terdapat dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantulardan buku Nagarakertagama karya Prapanca.) Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 merupakan salah satu tonggak sejarah Bangsa Indonesia yang di jiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Penemuan kembali Pancasila sebagai jati diri bangsa yaitu pada tanggal 1 Juni 1945. Ir. Soekarno menyampaikan lima rumusan dasar negara sebagai berikut: 1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia) 2.Internasionalisme (peri kemanusiaan) 3. Mufakat (demokrasi) 4. Kesejahteraan sosial 5. Ketuhanan Yang Maha Esa (berkebudayaan). Alternatifnya bisa di peras sebagai Tri sila dan di kerucutkan lagi menjadi Eka sila. Namun yang di pakai sebagai nama tetaplah Pancasila. Setelah sidang pertama BPUPKI terjadi perdebatan sengit antar anggota sidang. Pihak elit Nasionalis Muslim mengusulkan Islam sebagai dasar negara. Namun setelah adanya kompromi dan pertimbangan yang mendalam antara Nasionalis netral agama dan Nasionalis Muslim akhirnya di sepakatilah dasar negara yang tidak berbasis agama tertentu, sehingga nantinya di terima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
B. Pancasila Era Kemerdekaan
Pada tanggal 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima di jatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, dan di lanjut pengeboman yang kedua di kota Nagasaki yang membuat Jepang menyerah kepada AS dan sekutunya. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaannya. Pada tanggal 7 Agustus BPUPKI berubah nama menjadi PPKI, hal ini untuk menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdeaan Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus terjadi perundingan antara golongan muda dan tua (Ir. Soekarno, Drs, Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo) mengenai penyusunan teks proklamasi, yang berlangsung singkat mulai pukul 02.00-04.00 dini hari, yang bertempat di Rumah Laksamana Tadashi Maeda. Teks proklamasi di ketik oleh Sayuti Melik dan ditandantangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas usulan Sukarni. Isi proklamasi kemerdekaan sesuai dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 yang di sahkan oleh sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 setelah penghapusan tujuh kata dan di ubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Pada dekade 1950-an, muncul inisiatif untuk interpretasi ulang terhadap Pancasila. Terdapat dua perspektif, golongan pertama mengatakan bahwa Pancasila merupakan sebuah filsafat sosial. yang kedua berpendapat Pancasila tidak lebih hanya sebuah kontrak sosial dan kompromi politik semata.
B. Pancasila Era Orde Lama
Latar belakang di keluarkannya Dekrit Presiden 1959 yaitu karena adanya dua pandangan yang berbeda mengenai kembali ke ”Undang-Undang Dasar 1945” Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yaitu 1) Menetapkan pembubaran Konstituante 2) Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945, dan 3)Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakyat Sementara. Akibat adanya pertentangan kuat antara golongan komunis dan anti komunis mengenai “Doktrin Manipol/USDEK” serta carut marutnya perpolitikan Indonesia, Ir. Soekarno di lengserkan sebagai Presiden Indonesia, melalui sidang MPRS. C. Pancasila Era Orde Baru Setelah Ir. Soekarno lengser, Jendral Soeharto yang memegang kendali terhadap negeri ini. Arah pemahaman Pancasila pun mulai di perbaiki. Pancasila di samping sebagai kekuatan spritual juga di jadikan sebagai political force. Pada tahun 1968 Presiden Soeharto mengeluarkan Intruksi Presiden nomor 12 tahun 1968 yang menjadi panduan pengucapan Pancasila sebagai dasar negara. Intruksi tersebut mulai berlaku sejak tanggal 13 April 1968. Pada tanggal 22 Maret 1978 di keluarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1978 yang berisi tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang meliputi 36 butir. Kemudian pada tahun 1994 di jabarkan oleh BP-7 pusat menjadi 45 butir P4. Pada bulan Agustus 1982, pemerintah Orde Baru menjalankan “Azas Tunggal”. Artinya setiap partai politik harus mengakui Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Akibat adanya pengaruh luar masuk Indonesia pada akhir tahun 1990-an yang mengancam aplikasi Pancasila serta Demokrasi yang kian santer mengkritik pemerintah Orde Baru yang dinilai KKN, serta memanipulasi politik yang sekaligus mengkritik praktek Pancasila. Presiden Soeharto pun di lengserkan pada 21 Mei 1998. D. Pancasila Era Reformasi Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral, dan etik bagi negara dan aparat pelaksaa negara egara namun pada kenyataannnya hanya di gunakan sebagai alat legitimisi politik. Sehingga timbullah berbagai gerakan masyarakat yang menuntut adanya “reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan hukum. Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia Pancasila. Pada awalnya tak terasa dampak negatifnya, namun lambat laun berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Kesepakatan Pancasila sebagai dasar negara tercantum secara normatif dalam TAP MPR nomor XVIII/MPR/1998 padal 1. Ketetapan ini tetap di perhatikan meskipun akan di adakan Amndemen UUD 1945. Pancasila sebagai sumber hukum di tetapkan pada TAP MPR nomor III/MPR/2000 pasal 1 ayat 3. Akibat memudarnya Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, adanya terorisme yang mengatasnamakan agama dan munculnya gejala perda syariah di sejumlah daerah, sekitar tahun 2004, Ayzumardi Azra menggagas perlunya rejunevasi Pancasila sebagai faktor integratif dan salah satu fundamen identitas nasional. Seruan Ayzumardi di respon sejumlah kalangan. Diskursus pancasila mulai meluas setelah adanya Simposium Hari Lahir Pancasila oleh FISIP-UI tanggal 31 Mei 2006 dan dilanjutkan Perguruan Tinggi yang lain. MPR-RI melakukan kegiatan sosialisasi nilai-nilai Pancasila yang lebih di kenal dengan dengan sebutan “Empat Pilar Kebangsaan” ynag terdiri dari: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Akan tetapi Istilah tersebut menurut Kaelan mengandung linguistic mistake, category mistake serta tidak mengacu realitas empiris. Selain berbagai TAP MPR dan berbagai aktivitas untuk mensosialisasikan Pancasila, secara tegas UU RI Nomor 12 tahun 2011 menjelaskan mengenai kedudukan Pancasila yaitu sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus sebagai filosofis negara. Makna penting dari kajian historis Pancasila adalah untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, oleh karena itu seluruh komponen bangsa secara imperatif kognitif harus menghayati dan mengamalkan Pancasila baik sebagai dasar negara maupun maupun sebagai pandangan hidup bangsa. Dengan berpedoman kepada nli-nilai Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945.