Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Permukiman, Vol. 6 No.

1 April 2011 : 31-39

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SECARA KOMUNAL
Ida Medawaty
Pusat Litbang Permukiman
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan - Kabupaten Bandung 40393
Email : dede_meda@yahoo.com
Diterima : 22 Juni 2010; Disetujui : 23 Maret 2011

Abstrak
Pembangunan berskala besar dalam menangani masalah lingkungan permukiman telah banyak diterapkan
dengan upaya pengelolaan air limbah off site skala kota. Aspek kunci dalam pendekatan penyelesaian
permasalahan ini, adalah diperlukan pengelolaan lingkungan pada taraf lokal yang merupakan keterlibatan
kelompok-kelompok masyarakat dengan disertai pengarahan dan informasi dalam tahap desain, konstruksi
serta pemeliharaan sehingga dalam penerapan teknologi dapat memanfaatkan sumber daya secara efisien
dan efektif. Penelitian dilakukan untuk menumbuhkan peranserta masyarakat dalam menciptakan
lingkungan permukiman yang layak, bersih dan sehat yang dapat dikelola sendiri antara lain dengan
menerapkan tangki septik tipe Puslitbang Permukiman dan kolam sanita. Metodologi penelitian meliputi
pengumpulan data dengan studi pustaka dan penerapan modul, pendekatan analisis yaitu analisis kualitatif
terhadap kualitas air dan analisis kelembagaan masyarakat. Kesimpulan air yang keluar (outlet) melalui
tangki septik tipe Puskim menghasilkan efisiensi pengolahan sampai 78%, sedangkan air yang keluar
menggunakan kolam sanita mempunyai efisiensi pengolahan sampai 64%, adanya Badan Keswadayaan
Masyarakat dan Bamus/ Bapel-AM menunjukkan bahwa penerapan pemberdayaan masyarakat sudah
berjalan dan masyarakat dapat mengelola sendiri.
Kata Kunci : Pemberdayaan masyarakat, air limbah, rumah tangga, tangki septik, sanitasi taman, kualitas
air

Abstract
Large scale development in handling the housing environment has been widely done in an effort to manage
waste water off site in cities. The key to solving this problem is the environmental management at the local
level. This involves communities who receive guidance and information in the design, construction, and
maintenance stages in which the application of technology can utilize resources efficiently and effectively.
This research has been conducted to enhance the community’s participation in creating proper, clean, and
healthy settlements which can be carried out by the community itself by using septic tanks of the Research
Institute for Human Settlements and sanita pool. The research method comprised data collection of literature
review and applying the modul. Qualitative analysis is done towards the quality of water and analyzing
community institutions. The conclusion shows that the water outlet from the septic tank of the Research
Institute for Human Settlements is efficient by 78% in its treatment compared with the water outlet from the
sanita pool with an efficiency of about 64%. The presence of the Agency for Community Self-reliance and
Bamus/ Bapel-AM points out that there is community empowerment and that the community itself is capable
of managing waste water.
Keywords : Community empowerment, waste water, household, septic tank, sanitation garden, quality of
water

PENDAHULUAN kapasitas sarana dan prasarana yang ada tidak


Pembangunan dalam menangani sanitasi sesuai lagi dengan pelayanan.
lingkungan permukiman telah banyak diterapkan, Walaupun penanganan sanitasi terus meningkat,
target pemerintah sampai dengan tahun 2015 namun tingkat penyakit bawaan air masih tinggi
adalah 72,5% sedangkan sekarang baru mencapai (Soemirat, 2000).
57% (Kompas Oktober 2010). Upaya-upaya
pengelolaan air limbah sistem off site skala kota Didukung oleh kenyataan tersebut, kualitas
dalam pelaksanaan di lapangan banyak mengalami lingkungan dan daya dukungnya akan semakin
kendala dikarenakan biaya yang sangat tinggi dan menurun, dimana telah terjadi pencemaran air
sulit memprediksi arus urbanisasi dan permukaan dan air tanah oleh air limbah rumah
pertumbuhan kota yang terus meningkat sehingga tangga sekitar 65-70%. Aspek kunci dalam

31
Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

pendekatan penyelesaian permasalahan ini adalah kemampuan teknis dan manajemen kepada
diperlukan pengelolaan lingkungan pada taraf lokal komunitas melalui proses langsung belajar
yang merupakan keterlibatan kelompok-kelompok sehingga diharapkan komunitas sasaran mampu
masyarakat dengan disertai pengarahan dan membuat rencana yang sesuai kapasitas, membuat
informasi dalam setiap tahapan desain, konstruksi keputusan, melaksanakan rencana serta mengelola.
serta pemeliharaan sehingga dalam penerapan Jika memungkinkan dapat dikembangkan. Langkah
teknologi dapat dimanfaatkan sumber daya secara ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas
efisien dan efektif. manusia dan komunitasnya, kualitas lingkungan
permukiman dan kualitas usaha atau
Oleh karena itu dalam menggalakkan upaya
perekonomiannya (Pedoman Pemberdayaan
penyehatan lingkungan permukiman secara
Masyarakat dalam Bidang Ke PU-an, 2004).
komunal agar lebih memadai serta diharapkan
dapat membantu gerakan otonomi daerah sesuai Proses penyelenggaraan pemberdayaan
UU No. 24 tahun 2002, maka diperlukan model masyarakat terdiri dari tiga fase yaitu : fase
penanganan dengan strategi dan tindakan yang persiapan, fase pelaksanaan dan fase
pelaksanaannya memanfaatkan peran serta pengembangan. Masing-masing fase terdiri dari
masyarakat. tahapan yang dilakukan secara berurutan selama
proses pelaksanaan fase-fase tersebut dilakukan.
Beberapa permasalahan yang menyebabkan
Kelembagaan komunitas pada perkembangan
turunnya daya dukung lingkungan yang perlu
selanjutnya diharapkan dapat melebur dan
mendapat perhatian adalah :
berubah menjadi kelompok masyarakat yang
 arus urbanisasi yang terus meningkat di
bertugas mengelola sarana/ prasarana yang telah
perkotaan menyebabkan kebutuhan akan
ada. Pada proses penyelenggaraan ini diterapkan
sarana dan prasarana penyehatan lingkungan
prinsip saling belajar yaitu proses saling belajar
permukiman meningkat
dan saling memahami dan mengembangkannya.
 kurangnya kemampuan dan keterampilan Pada prinsip pelibatan antar pelaku akan
masyarakat dalam mengelola sarana dan melibatkan semua unsur secara aktif dan
prasarana Iingkungan yang ada. kesemuanya dilakukan dengan menerapkan
Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam keterbukaan informasi tentang maksud, tujuan
pengelolaan air limbah rumah tangga secara kegiatan, target pencapaian serta kemungkinan
komunal ini mempunyai tujuan antara lain : pengembangannya. Semua aspek dalam
 mengembangkan perencanaan penerapan pelaksanaan tersebut dapat dipertanggung-
teknologi prasarana dan sarana penunjang jawabkan oleh para pelaku pembangunan.
lingkungan permukiman yang bersih dan sehat Tahapan yang diperlukan pada masing – masing
serta sesuai dengan kondisi fisik lingkungan fase adalah sebagai berikut :
dan masyarakat setempat 1) Fase Persiapan terdiri dari empat tahap :
 menumbuhkan peranserta masyarakat dalam  tahap penjajakan awal
menciptakan lingkungan permukiman yang  tahap sosialisasi
layak, bersih dan sehat yang dapat dikelola
 tahap survei kampung sendiri
sendiri.
 tahap perencanaan.
2) Fase Pelaksanaan terdiri dari empat tahap :
TINJAUAN PUSTAKA  tahap rembuk antar pelaku
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu  tahap implementasi rencana
upaya dalam menguatkan dan memampukan  tahap pengelolaan
masyarakat dalam rangka memandirikan  tahap perencanaan pengembangan.
masyarakat sebagai pelaku utama dalam 3) Fase Pengembangan hanya terdiri dari :
pembangunan, serta merupakan upaya  tahap pengembangan
menempatkan masyarakat sesuai dengan konsep
Tribina pembangunan. Tribina pembangunan Kerangka pemikiran yang menjadi azas
adalah bina manusia, bina lingkungan dan bina pemberdayaan masyarakat adalah bahwa :
usaha. Pemberdayaan masyarakat sebagai inti  setiap manusia/ masyarakat memiliki potensi/
gerak, pada pelaksanaannya menempatkan daya yang dapat dikembangkan sehingga perlu
masyarakat pemukim sebagai komunitas menjadi dilakukan upaya untuk mendorong,
pelaku utama pada setiap tahapan, langkah dan memotivasi, membangkitkan kesadaran akan
proses kegiatan sedangkan komunitas diluar potensi yang dimilikinya untuk kemudian
lingkungan mereka merupakan mitra kerja juga dikembangkan.
sebagai pendukung kegiatan mereka. Titik berat  perlunya memperkuat potensi dan daya yang
program ini adalah pemindahan/ transformasi dimiliki melalui pemberian peluang untuk

32
Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 1 April 2011 : 31-39

membuka potensi dengan memanfaatkan Secara Mikro :


peluang  Menumbuhkan pengertian dan kesadaran
 memberikan bekal agar dapat mencegah pihak bahwa pengelolaan sarana air limbah rumah
yang "lemah" menjadi semakin lemah. tangga dan persampahan merupakan suatu
kebutuhan bagi masyarakat untuk dikelola
Pada pelaksanaan tahap-tahap tersebut diterapkan
secara baik agar lingkungan sehat tetap terjaga.
prinsip :
Upaya yang dilakukan masyarakat dapat
 demokratis, yaitu bahwa segala keputusan
tumbuh dari kesadaran diri sendiri.
didasarkan atas aspirasi bersama, musyawarah
 Mengupayakan masyarakat mempunyai rasa
mufakat oleh pelaku pembangunan tanpa
tanggung jawab pada diri sendiri dalam
adanya unsur paksaan dan penekanan
mengelola lingkungan yang ada di sekitarnya.
 keadilan, yaitu bahwa setiap warga mempunyai
 Mengupayakan masyarakat agar mempunyai
hak untuk menempati dan memiliki rumah yang
rasa memiliki semua sarana sanitasi yang telah
layak dalam lingkungan permukiman yang
dibangun supaya dapat dikelola dengan benar.
sehat, aman, serasi dan teratur
 kooperatif, yaitu adanya pelibatan antar pelaku, Tangki Septik Komunal Tipe Puslitbang
dibangun hubungan yang menerapkan Permukiman
kesetaraan dan saling menguntungkan dari Perencanaan program sanitasi adalah proses
berbagai pihak pelaku pembangunan yang dimana teknologi yang paling tepat guna dapat
terlibat. diterima secara teknis, sosial dan lingkungan
dengan tingkat biaya paling rendah. Dalam
Dasar hukum yang mendasari pada pemberdayaan
perencanaan suatu sistem pengolahan air limbah
masyarakat adalah :
perlu terlebih dahulu diketahui tentang
 UUD '45 khususnya alinea ke-4 pembukaan karakteristiknya. Pengolahan air limbah
pasal 127 ayat 2 dan tentang Kesehatan dimaksudkan untuk mengurangi konsentrasi
 UU No. 6 tahun 1974 tentang KetentuanPokok unsur-unsur pencemar didalam air limbah,
Kesejahteraan Sosial sehingga aman dibuang ke badan air penerima.
 UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Karakteristik air limbah dapat diklasifikasikan atas
Lingkungan Hidup kuantitas dan kualitas air limbah, serta untuk
 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan mengetahui jumlah tangki yang dibutuhkan
 UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan menggunakan rumus dibawah ini :
Permukiman
 PPNo. 69 tahun 1996 tentang Tata Cara Peran- (Metcalf & Eddy, 1979)
serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. 𝑆𝑛 1
Rumus dasar : =
Dalam upaya untuk mendayagunakan masyarakat 𝑆𝑜 1+(k.V.n.1/Q)

dalam pemanfaatan, penataaan, pemeliharaan Dimana :


serta pengembangan prasarana lingkungan, n =jumlah tangki
sehingga masyarakat dapat memanfaatkan setiap k =koefisien
saat dan mampu memenuhi kebutuhan Q =debit (m3/det)
pembangunan dan kebutuhan masyarakat itu Sn =konsentrasi subtrat efluen kompartemen
sendiri. So =konsentrasi subtrat influen (mg/1)
Konsep yang diajukan adalah dengan sistem Suatu analisa teoritis menunjukkan bahwa tangki
pendekatan masyarakat, baik secara makro septik tipe Puskim bisa dianggap sebagai
maupun secara mikro. Pendekatan dan upaya completely mixed multi reactor, akan memerlukan
pendekatan itu sendiri meliputi upaya pendekatan volume yang lebih kecil dibandingkan dengan
fundamental dan strategis yang dapat diuraikan single reactor (sumber hasil penelitian Tim Puskim,
antara lain : 1999/2000). Tangki ini juga memberi keuntungan
Secara Makro : bila dilihat dari kinetika proses biologis. Disamping
 Perbaikan ekonomi, dengan mengurangi itu banyaknya kompartemen juga akan
kesenjangan dan kerawanan keamanan. menguntungkan ditinjau dari segi konstruksi.
 Memberlakukan masyarakat sebagai salah satu Tangki septik ini mempunyai beberapa reaktor
elemen dalam sistem sebagai pelaku, tidak yang dihubungkan secara seri. Hal ini
hanya sebagai penerima hasil pembangunan. memungkinkan terjadinya penahapan proses
 Mengupayakan semua elemen dalam sistem biologis dan akan memperbaiki stabilitas
agar dapat berperan dan berfungsi dengan hidrodinamik dari tangki, dalam arti memperkecil
baik. aliran langsung.

33
Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

Berdasarkan hasil Penelitian Tim Puskim,  Wawancara pada instansi terkait dan
1999/2000, tangki septik tipe Puskim mempunyai masyarakat.
waktu detensi (td) 1 sampai 2 hari. Pengurasan
Data kualitas air akan dilakukan dengan
lumpur dilakukan bila telah mencapai batas
pengambilan sampel dan dianalisis di
maksimum 2/3 bagian tangki dan dilakukan 1
laboratorium.
tahun sekali laju akumulasi lumpur mempunyai
besaran yaitu (0,03 – 0,04) m3/orang/tahun. Metode Analisis Data
Metode analisa yang digunakan adalah metode
Kolam Sanita (Sanitasi Taman) Tipe Puskim
statistik deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk
Kolam Sanita (sanitasi taman) berupa kolam yang
mendapatkan konsep perencanaan, analisa
terdiri dari pasangan batu bata, kemudian diisi
kelembagaan masyarakat dan analisa laboratorium
dengan media kerikil dan ditanami tanaman air,
terhadap parameter-parameter air limbah rumah
selanjutnya dialirkan ke badan air penerima atau
tangga.
dapat dimanfaatkan untuk kolam ikan.
Dalam pelaksanaan uji coba dengan pendekatan
Desain sistem kolam sanita terdiri dari :
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan 3 tahap
a. Koefisien tangki septik kegiatan yaitu :
V= 1.33 K.O.J ............................................(1) 1. Sosialisasi program secara institusional.
Sosialisasi program secara institusional yang
Dimana :
disampaikan kepada lembaga formal
V= Volume tangki (m3)
(kecamatan, kelurahan, RT/RW) yang
K= Koefisien untuk kedalaman < 4m = 0,06
bertujuan untuk memperoleh legalisasi
O= Jumlah pengguna
kegiatan dan dukungan kebijakan pada tingkat
J= Tahun penggunaan = 0,5
lokal;
b. Kapasitas kolam sanita 2. Penerapan program pada masyarakat.
Kapasitas sanita : Penerapan program pada masyarakat adalah
V=AL.Td.O .................................................(2) pelaksanaan pengelolaan secara langsung
kepada kelompok masyarakat yang berada di
Dimana :
fokus area;
V = Volume Kolam (m3)
3. Penerapan model tangki septik komunal tipe
AL = Air limbah yang berasal dari mandi, cuci,
Puskim dan kolam sanita;
cairan dari tangki pengendap asumsi
Penerapan tangki septik tipe Puskim sebagai
100 L/org/hr
sarana pengolahan air limbah rumah tangga
Td = 1,2 hari
komunal dimana pengelolaannya dilakukan
O = Jumlah pemakai ± 80 orang
oleh masyarakat setempat, demikian juga
pengolahan air limbah dengan kolam sanita
METODE PENELITIAN pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
Metode Pelaksanaan setempat.
Pelaksanaan kajian dibagi dalam tiga kegiatan,
pengumpulan data sekunder (kajian pustaka), HASIL DAN PEMBAHASAN
penerapan modul dan analisis.
Lokasi penerapan sistem pengolahan air limbah
Metode Pengumpulan Data rumah tangga secara komunal (gambar 1) adalah
Pengumpulan data dilakukan dari studi RT 05 RW 05 Kelurahan Sukawarna Kecamatan
kepustakaan, observasi dan pengukuran di Sarijadi, tepatnya di jl. Sarimadu Bandung, dengan
lapangan, dengan uraian sbb : jumlah penduduk cukup padat, lokasi ini dipilih
 Kebijakan dan peraturan untuk pengelolaan karena memenuhi persyaratan antara lain :
lingkungan  sudah mempunyai jaringan air limbah
 Kriteria-kriteria perencanaan dalam (sewerage)
pengelolaan penyehatan lingkungan  sudah ada kelompok yang mengelola yaitu
 Pengumpulan data primer mengenai air badan keswadayaan masyarakat
limbah rumah tangga yaitu air yang masuk dan  tersedianya lahan yang tidak terpakai, dimana
air yang keluar dari tangki septik dan lahan ini merupakan lahan tangki septik yang
observasi lapangan dengan inventarisasi pada tidak beroperasi
model (sarana) yang telah ada di lapangan  adanya permasalahan mengenai pengolahan air
 Jumlah sampel ada 8 yang terdiri dari sampel limbah rumah tangga.
untuk inlet dan 4 sampel untuk outlet
 Lokasi sampel di Desa Sekejengkol, Kecamatan
Cileunyi.

34
Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 1 April 2011 : 31-39

Deman (COD) sebesar 131,7 mg/Lt. Hal ini


menunjukkan angka yang cukup besar sehingga air
limbah ini harus melalui pengolahan yang dapat
menurunkan kualitas air limbah yang memenuhi
syarat dan dapat dibuang ke badan air.
Air yang keluar (outlet) setelah melalui tangki
septik tipe Puskim; BOD sebesar 27,2 mg/Lt; COD
sebesar 30,2 mg/Lt, menunjukkan penurunan yang
cukup besar dan dibawah ambang batas yang
diizinkan.
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan BOD dan COD
Gambar 1 Model Tangki Septik Tipe Puskim (Hasil Analisis Waktu Pengambilan
Puskim, 2000)
Para- I II III IV
Lokasi penerapan sistem pengolahan air limbah meter
rumah tangga dengan kolam sanita yang dipilih (mg/L) In Out In Out In Out In Out
adalah Desa Sekejengkol, Kecamatan Cileunyi BOD 126 27,2 126 26,9 128 25,2 125 26. 5
Kulon, Kabupaten Bandung, karena memenuhi COD 132 30.2 130 28 8 129 29,2 131 31. 5
persyaratan sebagai berikut : Sumber : Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman
1. Sudah ada organisasi masyarakat Badan Dari hasil analisa laboratorium gambar 3 dan
Pengelola dan Badan Musyawarah Air Minum gambar 4 dan tabel 1 disimpulkan bahwa tangki
2. Tersedianya lahan milik perseorangan untuk septik tipe Puskim mempunyai nilai efisiensi
penempatan model, telah ada kesepakatan izin pengolahan 79%. Keuntungan lain dari tangki
pakai antara masyarakat pemakai dan pemilik septik tipe Puskim adalah dalam hal fleksibilitas
tanah, dengan luas total 60 m2 (MCK, kolam dan kemudahan penerapannya.
sanita dan kolam ikan)
3. Terbatasnya sarana dan prasarana pengolahan
air limbah rumah tangga yang ada (air limbah
dibuang sembarangan), namun ada limbah
yang dialirkan melalui bambu ke kolam yang
digunakan untuk memelihara ikan inlet
4. Perumahan yang ada semi permanen dan outlet
berkelompok
5. Mata pencaharian penduduk setempat
umumnya bertani/ berladang dan pekerja
pabrik (penghasilan rendah).
Gambar 3 Grafik Analisa COD

Gambar 4 Grafik Analisa BOD

Gambar 2 Model Kolam Sanita Tipe Puskim (Hasil Analisis


Tangki septik dengan dengan kolam sanita, terjadi
Puskim, 2006) penurunan parameter cukup besar yaitu; BOD
sampai 61%; COD sampai 64%. Effluen kualitas air
Hasil Analisa Kualitas Air Limbah limbah domestik ini masih berada dibawah
Dari hasil pengujian kualitas di laboratorium ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan
diperoleh bahwa air yang masuk (inlet) sebelum sehingga aman untuk dibuang ke badan air atau
masuk tangki septik tipe Puskim belum memenuhi dapat dialirkan ke kolam ikan. Hal ini diperlihatkan
standar yang ada, yaitu Biological Oxigen Deman pada tabel 2 dan tabel 3 serta gambar 5 s/d
(BOD) sebesar 125,5 mg/Lt dan Chemical Oxigen gambar 7.

35
Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan BOD dan COD Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air
Parameter
Waktu Pengambilan limbah rumah tangga komunal dan pengelolaan air
I II III limbah dengan kolam sanita dilakukan melalui
(mg/L)
In Out In Out In Out
BOD 103 58,5 139 45.2 32.0 19.0
mekanisme seperti ditampilkan pada gambar 8.
COD 2601 85,3 248,1 60,1 91,1 13. 7
Tahapan
Sumber : Laboratorium Lingkungan Permukiman, 2005-2007
Kegiatan Pelaksanaan
Tabel 3 Hasil Pemeriksaan BOD, COD (lanjutan) *Rembuk
Para- Waktu Pengambilan antar pelaku
meter IV V - Penyusunan
(mg/L) In Out In Out - Penerapan
BOD 97.4 29.7 241.7 81.9 Persiapan - Pengelolaan
COD 202.2 148.4 228.0 68.0  Penjajagan awal
Sumber : Laboratorium Lingkungan Permukiman, 2005-2007  Sosialisasi Pembentukan
program kelembagaan
 Survei prioritas
 Kebutuhan
 Perencanaan
Pengembangan
inlet *Penjajagan
*Perencanaan
outlet *Pelaksanaan
*Evaluasi

Gambar 8 Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat (Petunjuk


Gambar 5 Grafik Analisa COD Teknis Kemitraan 2002)

1. Persiapan
Merupakan awal dari pelaksanaan kegiatan, lebih
diutamakan pada proses pemahaman kondisi,
potensi dan karakter masyarakat atau komunitas
sasaran, diketahui sumber daya alam, sumber daya
manusia serta rencana program yang akan
dilaksanakan.
 Pelaksana : lembaga litbang
 Tempat pelaksanaan : di lokasi atau tempat-
tempat yang telah disepakati antara pelaksana
Gambar 6 Grafik Analisa BOD dengan warga setempat
 Pihak yang terlibat :
 Aparat pemerintah setempat
 Anggota organisasi masyarakat
 Warga kawasan sasaran
Efisiensi… Sosialisasi Program
Efisiensi… Memperkenalkan program lembaga dan
kemungkinan untuk penerapan salah satu dari
program tersebut.
 media yang digunakan : leaflet, maket
 bentuk kegiatan : tatap muka, diskusi atau
rembuk warga
Gambar 7 Grafik Efisiensi BODI (Tangki Septik Tipe Puskim)  lokasi kegiatan : balai pertemuan atau tempat
dan Efisiensi BOD II (Tangki Septik dengan Kolam Sanita)
yang telah disepakati
Adanya Badan Keswadayaan Masyarakat di lokasi
2. Pelaksanaan
uji coba menunjukkan bahwa bisa dilakukan
 Pelaksana : lembaga litbang
penerapan pemberdayaan masyarakat dalam
 Pihak yang terlibat : wakil warga
pengelolaan air limbah rumah tangga secara
 Media yang dibutuhkan : material sesuai
komunal dan kolam sanita yang dapat dikelola
dengan bentuk sarana yang akan dibangun
sendiri melalui Bamus/ Bapel-AM dan masyarakat
 Bentuk kegiatan : diskusi, pelaksanaan
tersebut.
pekerjaan

36
Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 1 April 2011 : 31-39

Kegiatan meliputi : yang dirasakan oleh masyarakat anggota BKM atau


 Rembuk antar pelaku: dilakukan antar litbang BAMUS/ BAPEL-AM.
dan warga untuk menentukan prioritas
Pengelolaan sarana air limbah ini dibawah bidang
penanganan sarana yang dibutuhkan berupa
usaha jasa dengan pertimbangan dari iuran yang
bentuk fisik, sarana pendukung, pembiayaan
dibayarkan oleh warga, akan digunakan untuk
dan pembentukan pengelola sarana
pemeliharaan serta untuk pengembangan sarana
 Pengesahan pengelola oleh seluruh warga lebih lanjut.
yang terlibat, pengakuan ini memudahkan
pengelola untuk memelihara dan mengelola Fase pelaksanaan merupakan kelanjutan dari fase
sarana yang akan dan telah dibangun persiapan dalam proses pelaksanaan
 Mengadakan kesepakatan tentang ketentuan pemberdayaan masyarakat. Ada 4 tahap fase
keanggotaan serta menentukan hak dan pelaksanaan, yaitu : rembuk antar pelaku,
kewajiban implementasi rencana, pengelolaan dan rencana
 Mengesahkan peraturan yang telah disepakati pengembangan.
bersama. 1. Rembuk antar pelaku
3. Pengembangan Rembuk antar pelaku merupakan pertemuan
Pengembangan dilakukan oleh pengelola dengan pelaku utama dengan seluruh pelaku pendukung
bantuan sarana atau supervisi dari lembaga. yang terkait dalam kegiatan pemberdayaan
Diharapkan pengelola telah mampu masyarakat dengan langkah-langkah :
mengembangkan sarana sesuai dengan kebutuhan. a. Sosialisasi proposal komunitas tahap I (tingkat
Tahap kegiatan sama dengan tahapan kegiatan desa/ kelurahan);
yang dilakukan oleh lembaga pada awal kegiatan, b. Kajian, tanggapan dan perbaikan proposal
meliputi : (tingkat RW/ komunitas);
 Penjajagan c. Usulan skenario penanganan (tingkat RW/
 Perencanaan komunitas);
 Pelaksanaan d. Rembuk kajian tanggapan (tingkat desa/
 Evaluasi kelurahan);
e. Sosialisasi proposal komunitas tahap II
Pengelolaan air limbah rumah tangga merupakan (tingkat desa/ kelurahan);
suatu kebutuhan mutlak, karena dengan adanya f. Pengorganisasian rembuk antar pelaku
pengelolaan maka sarana yang telah dibangun (tingkat desa/ kelurahan);
diharapkan dapat terus berfungsi dan jika g. Penyiapan materi presentasi dan pelatihan
memungkinkan sarana tersebut dapat lebih presentasi (tingkat RW/ komunitas);
dikembangkan. h. Pelaksanaan rembuk antar pelaku.
Model organisasi pengelolaan air limbah rumah 2. Implementasi rencana
tangga, dapat dilihat pada gambar 9 berikut : Tahap implementasi rencana oleh komunitas
adalah tahapan ketika komunitas (kelompok
Badan Keswadayaan PUSLITBANG masyarakat) mengerjakan pembangunan fisik
Masyarakat PERMUKIMAN
BAMUS/ BAPEL-AM
serta kegiatan lainnya yang sudah direncanakan,
dengan langkah-langkah :
a. Pematangan hasil rembuk antar pelaku
Unit Usaha Ekonomi Unit Usaha Jasa
(tingkat desa/ kelurahan);
b. Rembuk penyusunan mekanisme kerja dan
fungsi forum pembangunan (tingkat desa/
Usaha Koperasi Usaha Jasa lain kelurahan);
c. Pematangan rencana detail hasil rembuk antar
pelaku (tingkat RW/komunitas);
Masyarakat Pemakai d. Pengorganisasian sumber daya dan potensi
pembangunan (tingkat RW/ komunitas);
Gambar 9 Struktur Organisasi Pengelolaan (Petunjuk Teknis e. Pelaksanaan pembangunan (tingkat RW/
Kemitraan)
komunitas);
Pemilihan organisasi pengelolaan ini didasarkan f. Pemantauan dan evaluasi pembangunan
pada bentuk organisasi yang sudah ada yaitu : BKM (tingkat RW/ komunitas);
(Badan Keswadayaan Masyarakat), BAMUS/ g. Pertanggungjawaban pembangunan (tingkat
BAPEL-AM dengan pertimbangan bahwa badan ini RW/ komunitas);
sudah resmi diakui keberadaannya serta manfaat h. Rembuk pembahasan laporan pertanggung-
jawaban pembangunan;

37
Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

3. Pengelolaan air limbah rumah tangga secara komunal atau


Pengelolaan hasil pembangunan fisik adalah tahap pengelolaan air limbah dengan kolam sanita
ketika komunitas (kelompok masyarakat) dapat melalui :
mengoperasikan dan memelihara hasil o Kelompok dalam masyarakat itu sendiri,
pembangunan fisik melalui suatu lembaga misalnya adanya badan keswadayaan
komunitas. masyarakat atau LSM
o Pemerintah dapat memfasilitasi antara
Langkah kegiatan pada tahap ini adalah :
lain : dengan teknologi tepat guna,
a. Rembuk pemantapan forum pembangunan
memberikan peningkatan pengetahuan
(tingkat desa/ kelurahan);
masyarakat, memberikan penyuluhan
b. Rembuk pemantapan kelembagaan dan
pengertian pengelolaan lingkungan.
mekanisme kontrol keuangan, pengelolaan
dan pemeliharaan (tingkat RW/ komunitas);
c. Pelaksanaan pengelolaan (tingkat RW/ SARAN
komunitas); Dalam upaya penanganan penyehatan lingkungan
d. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan (tingkat permukiman dengan berbagai alternatif
RW/ komunitas); pengolahan air limbah rumah tangga perlu
e. Pertanggungjawaban pengelolaan (tingkat dikembangkan lebih lanjut agar diperoleh suatu
RW/ komunitas); model yang lebih efisien, murah dan mudah dalam
f. Rembuk/ pembahasan laporan pertanggung- pengoperasiannya.
jawaban pengelolaan (tingkat desa/
kelurahan). DAFTAR PUSTAKA
4. Rencana pengembangan Chatib, Benny. 2000. Upaya Pemberdayaan
Rencana pengembangan adalah tahap akhir pada Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
fase pelaksanaan. Tahap ini merupakan tahap Hidup. Makalah seminar & sosialisasi
ketika fasilitator pendamping komunitas pemberdayaan masyarakat dalam
melakukan penarikan diri dari komunitas pengelolaan lingkungan permukiman, ITB.
(kelompok masyarakat) dan mengalihkan peran Soemirat. J, 2000. Perilaku Masyarakat dalam
dan fungsinya kepada tim yang terdiri dari kader Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi. Bahasan
terlatih kelompok masyarakat setempat. seminar & sosialisasi pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
Langkah kegiatan pada tahap ini adalah : permukiman, ITB.
a. Rembuk penetapan arah pengembangan Pusat Litbang Permukiman. 2000. Laporan Akhir
lingkungan permukiman dan kelembagaan Model Penanganan Penyehatan Lingkungan
(tingkat desa/ kelurahan); Permukiman secara Komunal yang Dapat
b. Pembentukan lembaga perwakilan warga Dikelola Sendiri.
(tingkat desa/ kelurahan); Fair, Geyer & Okun. 1968. Water & Wastewater
c. Pembentukan forum perwakilan (tingkat desa/ Engineering Vol. 2. New York : John Wileyand
kelurahan); Sons.
d. Rembuk penyusunan rencana pengembangan Verhagen, Koenraad, 1996 Pengembangan
hasil pembangunan, usaha komunitas dan Keswadayaan Masyarakat. Yayasan Bina
jaringan kerja (tingkat RW/ komunitas); Swadaya.
e. Pelatihan bagi kader komunitas (tingkat RW/ Benfieild, L.D, Judkins, J.F, and Weand, B.L. 1982.
komunitas). Process Chemistry for Water and Waste Water.
Englewood : Prentice-I-Iall, Inc.
KESIMPULAN Dit. Jen. Cipta Karya. 2004. Pedoman
 Dari hasil analisa laboratorium diatas tangki Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ke
septik tipe Puskim mempunyai nilai efisiensi PU-an.
pengolahan 78%, sedangkan tangki septik Puslitbang Permukiman dan LPM ITB. 1992.
dengan kolam sanita hanya mempunyai nilai Penelitian dan Pengembangan Sistem Sanitasi
efisiensi pengolahan 64 %. di Daerah Kumuh.
 Keberhasilan dalam pemberdayaan Matsui, S. 2002. The Potential of Ecological
masyarakat dalam mengelola penyehatan Sanitation. Japan Review of Int Affairs : pg 303-
lingkungan tergantung dari upaya pendekatan 314.
keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan Pusat Litbang Permukiman. 2005. Pengembangan
lingkungannya Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
 Kunci keberhasilan dalam upaya dengan Sistem Ekosan.
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

38
Jurnal Permukiman, Vol. 6 No. 1 April 2011 : 31-39

Badan Standar Nasional. 2002. Pt T-17-2G02-C Pusat Litbang Permukiman. 2002. Petunjuk Teknis
tentang Pengelolaan Air Limbah Rumah Kemitraan.
Tangga secara Komunal pada Kawasan
Penghijauan.

39

Anda mungkin juga menyukai