DOSEN PEMBINA
DISUSUN OLEH
Aditya Permadi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
BAB I :PENDAHULUAN
BAB II :PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................................
B. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus....................................................
C. Bentuk – Bentuk Layanan Anak Berkebutuhan Khusus .....................................
D. Bentuk Kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus ................................................
BAB III:PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan khusus lahir ke dunia
di samping sudah menjadi takdir Yang Maha Kuasa, tetapi sebagai manusia yang berkecimpung
di dunia keilmuan perlu mengkaji, dan mengidentifikasi mengapa hal itu bisa terjadi. Karena di
samping takdir bisa juga karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Mengkaji
penyebab anak mengalami kelainan, dan ditambah dengan hasil-hasil riil penelitian keilmuan
dilapangan, juga upaya-upaya yang terus di lakukan oleh para pelaku pendidikan dan ahli medis,
akan lebih mencermati untuk mencari solusi menuju ke arah kesembuhan, atau setidaknya
mengupayakan optimalisasi perkembangannya agar mereka dapat hidup mandiri, dan termotivasi
untuk dalam mengembangkan kemampuannya sebagai anggota masyarakat yang produktif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. PENGERTIAN
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan mengalami
kelainan/penyimpangan dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Dengan demikian, meskipun seorang anak mengalami kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi
kelainan/penyimpangan tersebut tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan
pendidikan khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus,
Anak – anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas tersebut dalam proses
perkembangannya memerlukan adanya layanan pendidikan khusus. Dengan demikian, ABK
dapat diartikan sebagai anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas yang tidak
bisa disamakan dengan anak normal pada umumnya sehingga dalam perkembangannya
diperlukan adanya layanan pendidikan khusus agar potensinya dapat berkembang secara optimal.
Contoh, seorang anak tunanetra, jelas dia memiliki keterbatasan pada bidang penglihatannya,
tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal,
maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu kompensatif
indera penglihatan seperti talking computer, talking books, buku tulisan Braille dan sebagainya.
Dengan dipenuhinya kebutuhan itu, maka anak tunanetra akan dapat berprestasi sesuai dengan
kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetisi dengan anak normal.
Anak berkebutuhan khusus memiliki keragaman sifat, perilaku, karakteristik,dan bentuknya
yaitu:
a. Kelompok ABK dilihat dari aspek kecerdasan
Dari aspek kecerdasan, anak kelompok ini terdiri dari kelompok ABK berintelegensi di atas rata-
rata (supernormal) dan kelompok ABK yang berintelegensi di bawah rata-rata (subnormal). ABK
supernormal meliputi:
· Super cerdas (IQ>140),
· Sangat cerdas (IQ 130-140),
· Cerdas (IQ 120-130),
· Atas normal (IQ110-120).
· Idiot (IQ<30)
- Model segregasi
Merupakan model layanan pendidikan yang sudah lama dikenal dan diterapkan pada anak – anak
berkebutuhan khusus di Indonesia. Model ini mencoba memberikan layanan pendidikan secara
khusus dan terpisah dari kelompok jenis anak normal maupun anak berkebutuhan khusus
lainnya. Dalam praktiknya, masing – masing kelompok anak dengan jenis kekhususan yang sama
dididik pada lembaga pendidikan yang melayani sesuai dengan kekhususannya tersebut. Sebagai
contoh: SLB A, lembaga pendidikan untuk anak tunanetra, SLB B lembaga pendidikan umtuk
anak tunarungu, SLB C, lembaga pendidikan untuk anak tuna grahita, SLB D lembaga
pendidikan untuk anak tuna daksa, SLB E lembaga pendidikan untuk anak tuna laras dan SLB G
untuk tuna ganda.
- Model kelas khusus
Sesuai dengan namanya, kelas khusus tidak berdiri sendiri seperti halnya sekolah khusus(SLB),
melainkan keberadaanya ada di sekolah umum atau reguler. Keberadaan kelas khusus ini tidak
bersifat permanen, melainkan didasarkan pada ada atau tidaknya anak – anak yang memerlukan
pendidikan atau pembelajaran khusus di sekolah tersebut.
- Model sekolah dasar luar biasa(SDLB)
SDLB keberadaannya mirip dengan SLB yaitu sekolah yang diperuntukkan dan untuk
menampung anak –anak berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat
kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing-masing yang disesuaikan dengan
jenis kekhususannya, akan tetapi mereka bersosialisasi secara bersama-sama dalam satu naungan
sekolah.
- Model guru kunjung
Model guru kunjung dapat diterapkan untuk melayani pendidikan bagi ABK terutama mereka
yang ada atau bermukin di daerah terpencil, daerah perairan, daerah kepulauan atau tempat –
tempat yang sulit dijangkau oleh layanan pendidikan khusus yang telah ada, misalnya SLB,
SDLB, kelas khusus dan sebagainya. Di tempat tersebut dibentuk sanggar atau kelompok –
kelompok belajar tempat anak – anak memperoleh layanan pendidikan.
- Sekolah terpadu
Sekolah ini pada hakikatnya merupakan sekolah normal biasa yang telah ditetapkan untuk
menerima anak – anak yang berkebutuhan khusus. Mereka belajar bersama – sama dengan anak-
anak normal lainnya tanpa dipisah dinding tembok kelas. Dalam pembelajaran di sekolah mereka
diajar oleh guru – guru umum, sedangkan materi – materi yang memiliki sifat kekhususan
diberikan oleh guru pendamping yang telah ditunjuk.
- Pendidikan Inklusi
Kata inklusi bermakna terbuka, yang berarti bahwa pendidikan yang bersifat terbuka bagi siapa
saja yang mau masuk sekolah baik dari kalangan anak normal maupun anak berkebutuhan
khusus. Demikian pula lingkungan pendidikan yang, termasuk ruang kelas, toilet, halaman
bermain, laboratorium dan lain – lain harus dimodifikasi dan dapat diakses oleh semua anak,
termasuk anak berkebutuhan khusus.
Dengan demikian kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
dirancang, diberlakukan dan diimplementasikan dalam satu lembaga atau satuan pendidikan
tertentu.
Selanjutnya silabus merupakan rancangan pembelajaran yang disusun oleh guru selama satu
semester. Sedangkan RPP sebagai rencana pembelajaran yang di susun guru untuk satu atau
bebrapa pertemuan dengan peserta didik.
Dalam pembelajaran inklusif, model kurikulum bagi ABK dapat dikelompokan menjadi empat,
yakni:
1. DUPLIKASI KURIKULUM
Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama dengan siswa rata-
rata/regular. Model kurikulum ini cocok untuk peserta didik tunanetra, tunarungu wicara,
tunadaksa, dan tunalaras. Alasannya peserta didik tersebut tidak mengalami hambatan
intelegensi. Namun demikian perlu memodifikasi proses, yakni peserta didik tunanetra
menggunkan huruf Braille, dan tunarungu wicara menggunakan bahasa isyarat dalam
penyampaiannya.
2. MODIFIKASI KURIKULUM
3. SUBSTITUSI KURIKULUM
Yakni beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti dengan yang kurang
lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan melihat situasi dan kondisinya.
4. OMISI KURIKULUM
Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu ditiadakan total, karena tidak
memungkinkan bagi ABK untuk dapat berfikir setara dengan anak rata-rata.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses
pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Faktor – faktor penyebab itu menurut kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga peristiwa
yaitu kejadian sebelum lahir (prenatal), kejadian pada saat kelahiran dan kejadian setelah
kelahiran.
3. Model atau bentuk pelayanan pendidikan bagi ABK diantaranya adalah Model segregasi,
Model kelas khusus, pmodel sekolah dasar luar biasa(SDLB), model guru kunjung, sekolah
terpadu, dan pendidikan Inklusi (inclusive education).
B. Saran
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sekolah inklusif sehingga anak yang
berkebutuhan khusus yang berbakat dapat menyakurkan bakat mereka. Pemerintah juga harus
mensosialisasikan adanya sekolah inklusif agar sekolah inklusif diketahui keberadaanya, dan
masyarakat tidak lagi meremehkan sekolah inklusif bahwa anak-anak inklusif juga bisa
berprestasi layaknya anak normal.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31119/Chapter%20I.pdf?sequence=5&is
Allowed=y
makalahinyong.blogspot.com
http://www.membumikanpendidikan.com/2015/04/pengertian-anak-berkebutuhan-khusus-
abk.html
http://teoribagus.com/anak-berkebutuhan-khusus
https://asrulywulandari.wordpress.com/tag/kurikulum/