Anda di halaman 1dari 10

A.

Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Rasullah Saw wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan
kepemimpinannya (Kekhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar lebih
berhak atas kekhalifahan karena Rasullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya
dengan memintanya mengimani shalat berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu, mereka
mengehndaki agar Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok
yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan ialah dari Ahlul bait
Rasulullah Saw, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Selain itu, masih ada
sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan ialah salah
seorang dari kamu Quraisy yang termasuk di dalam kaum Muhajirin gelombang pertama.
Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan ialah kaum
Anshar.1

Masalah Suksesi mengakibatkan suasana politik umat islam menjadi sangat tegang.
Padahal semasa hidupnya, nabi bersusah payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang
kokoh di antara sesame pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Dilambatkannya pemakaman jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi
itu. Ada tiga golongan yang bersaing keras dalam perebutan kepemimpinan ini;Anshar,
Muhajirin, dan keluarga Hasyim.2

Dalam pertemuan di balai pertemuan Bani Saidah di Madinang kaum Ansar mencalonkan
Sa’ad bin Ubadah, pemuka Kharaj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan Muhajirin mendesak
Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi. Di
pihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, Karena nabi telah
menunjuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, disamping Ali adalah menantu dan
kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan Abu Ubaidah bin
Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup d’etat) terhadap kelompok, memaksa
Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi.3 Besar kemungkinan, tanpa intervensi mereka persatuan
umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas. Muslim yang masih muda itu

1
Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa (Terjemahan dari Yaumul Islam), Bandung Rosda, 1987, hlm. 80.
2
Amin Said, Nasy’atud Daulat Al-Islamiyah, Isa Al-Halabi, Mesir. t.t., hlm.193.
3
Bernard Lewis, Bangsa Arab Dalam Lintasan Sejarah, Pedoman Ilmu, 1988, hlm. 38.
berada dalam tandanya yang besar. Dengan semngat ukhuwah Islamiyah, terpililah Abu Bakar.
Ia adalah orang Quraisy yang merpukan pilihan ideal, karena sejak pertama menjadi
pendamping nabi, ia sahabat yang paling memahami risala Muhammad, bahkan ia merupakan
kelompok as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Abu Bakar bergelar “Khalifah Rasullilah” atau Khalifah. 4 Meskipun dalam hali ini
perlu dijelaskan bahwa kedudukan Nabi sesungguhnya tidak akan pernah tergantikan, karena
tidak ada seorang pun yang menerima ajaran Tuhan sesudah Muhammad. Sebagai penyampai
wahyu yang diturunkan dan sebagai utusan Tuhan yang tidak dapat diambil ahli seseorang.
Mennggantikan Rasul (Khalifah) hanyalah perjuangan Nabi.

Sepeninggal Rasulullah, empat orang pengganti beliau adalah para pemimpin yang adil
dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari sang Guru
agung bagi kemajuan Islam dan umatnya. Oleh karena itu, gelar Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang
mendapat bimbingan di jalan lurus diberikan kepada mereka.

1. ABU BAKAR AS-SIDDIQ (11-13 H/632-634 M )

Abu Bakar nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah binUtsman bin Amr bin Masud
bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Qurasyi. Di zaman
pra-Islam bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Iatermasuk
salah seorang sahabat yang utama (orang yang pertama masuk islam) Gelar Ash-Shiddiq
diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan Nabi dalam berbagai peristiwa, terutama
Isra’ dan Mi’raj. Abu Bakar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang
dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagaimasalah dalam negeri yang muncul akibat
wafatnya Nabi.Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami
dari pidatonya ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap, isi pidatonya sebagai beri
kut: “ Wahai manusia! Sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal
aku bukan orang yang terbaik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik
maka bantulah aku, dan jika aku berbuat salah maka luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu
kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kamu
adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang kuat diantara kamu

4
Secara harfiah Khalifah berarti orang yang mengikuti, mengganti kedudukan Rasul.
adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah.5 Janganlah salah satu seorang
dari kamu meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad
maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patutlah kepadaku selama aku taat
kepada Allah dan Rasulnya. Jika aku tidak menaati Allah dan Rasulnya, sekali-kali janganlah
kamu menaatiku.Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu.

1. Masa Pemerintahan

A. Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama

Pada awal pemerintahannya, beliau diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat islam
sendiri yang menentangkepemimpinannya. Diantaranya perbuatan makar tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak maumengeluarkan zakat, orang-
orang yang mengaku menjadi nabi dan pemberontakan dari beberapa kabilah.

B.Kebijakan Kenegaraan

Diantara kebijakan beliau pada bidang kenegaraan antara lain:

1) Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinahmaupun daerah.
Misalnya pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
dan Zaid bin Tsabit sebagaisekretaris negara dan Abu Ubaidah bendaharawan.
Untukdaerah-daerah kekuasan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi dan untuk setiap
provinsi ditunjuk seorang amir.
2) Pertahanan dan keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untukmempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan.Pasukan itu disebarkan untuk memelihara
stabilitas di dalammaupun di luar negeri. Diantara panglima yang ada ialah Khalid bin
Walid, Musanna bin Haritsah, Amr bin Ash, Zaid bin Abi Sufyan dan lain-lain.
3) Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa pemerintahan
Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti perpecahan. Hal ini karena
kemampuan dan sifat Umar Sendiri, dan masyarakat pada waktu itu dikenal alim.
4) Sosial ekonomi

5
Ibid, hlm. 47.
Sebuah lembaga mirip Bait Al Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari
zakat, infaq, sedekah, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan untuk gaji
pegawai dan kesejahteraan umat sesuai dengan aturan yang ada.

2. Peradaban pada masa Abu Bakar


Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar
yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit
binatang, dan hapalan kaum muslimin. Selain itu peradaban islam yang terjadi pada praktik
pemerintahan Abu Bakar terbagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.

a) Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini ia mengelola zakat, infaq dan sedekah
yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang sebagai sumber
pendapatan Baitul Mal.
Praktik pemerintahan Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi
kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk
menggantikannya. Ada factor yang mendorong Abu Bakar mencalonkan Umar menjadi
khalifah. Faktor utamanya adalah kekhawatirannya akan terulang kembali peristiwa
yang sangat menegangkan di Tsaqifah Saidah yang menyulut umat islam ke jurang
perpecahan, bila tidak menunjuk orang yang menggantikannya

3.Kewafatan Saidina Abu Bakar As-Siddiq

Saidina Abu Bakar wafat pada 23 Agustuss 634 di Madinah yaitu dua tahun selepas
menjadi khalifah. Ada dua pendapat mengenai sebab kematian Saidina Abu Bakar. Ada yang
mengatakan disebabkan keracunan dan ada pula yang mengatakan Saidina Abu Bakar
meninggal dunia secara biasa. Sebelum kewafatannya, Saidina Abu Bakar mengesa masyarakat
menerima Saidina Umar Al-Khatab sebagai khalifah yang baru. Saidina Abu Bakar
dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad s.a.w. di Masjid an-Nabawi yang terletak di
Madinah.
Kekuasaan yang dijalankan pada massa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa
Rasululllah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat ditangan
Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum,.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-
sahabatnyabermusyawarah.
C. UMAR BIN KHATHAB (13-23 H/634-644 M)

Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. Pengangkatan Umar bukan
berdasarkan consensus tapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Ketika
Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka
sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan maksud untuk
mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat islam.
Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-
ramai membaiat Umar.dan perpecahan di kalangan umat islam. Kebijaksanaan Abu Bakar
tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. 6

Peranan Umar dalam sejarah Islam pada masa permulaan tampak paling menonjol diantaranya:

a) Penyebaran Agama Khalifah Umar memiliki peranan yang sangat menonjol salah
satunya karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakankebijakan politiknya yang
lain. Adanya penakhlukan besarbesaran pada masa Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh sejarawan. Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah
kekuasaan) pertama terjadi di ibu kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setelah setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah dipertempuran Yarmuk,
seluruh daerah syiria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Pada masa kepemimpinan Umar
kekuasaan islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar
wilayah Persia, dan Mesir.
b) Segi Politik Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama
di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi:
Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir.Umar adalah
khalifah yang pertama kali membentuk tentara resmi.

1.Ide Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an


Umar adalah orang pertama dari kalangan sahabat yang mencetuskan ide tentang
perlunya dilakukan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika itu ayat-ayat Al-Qur’an yang
telah ditulis oleh para sahabat tersebar di berbagai lempengan batu, pelepah kurma,
tulangtulang dan sebagainya. Pada masa Khalifah Abu Bakar terjadi banyak peperangan yang
di dalamnya gugur banyak sahabat penghafal AlQur’an. Diantaranya dalam perang Yamamah
saja 70 orang penghafal Al-Qur’an gugur. Oleh karena itu Umar kawatir para penghafal akan

6
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 80.
habis. Dengan alasan itu ia mengusulkan kepada Abu Bakar agar segera dikumpulkan semua
tulisan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada mulanya Abu Bakar keberatan menerima usul Umar, karena
Nabi tidak pernah melakukan hal serupa. Namun atas desakan Umar usul itupun disetujuinya.
Abu Bakar lalu mempercayakan tugas pengumpulan itu kepada Zaid Zaid bin Tsabit, karena
dia adalah penulis wahyu pada masa Rasulullah saw.

2. Masa pemerintahan dan usaha-usaha yang dilakukan


Penakhlukan wilayah-wilayah di luar Islam selama sepuluh tahun pemerintahan Umar
sebagian besar ditandai oleh penakhlukan-penakhlukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke
luar Arab. Faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa
Romawi dan Persia kerena:

A. Bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik islam.
B. Semenjak islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghancurkan
islam
C. Bangsa Romawi dan Persia sebagai negara yang subur dan terkenal kemakmurannya,
tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri Arab
D. Bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut sukusuku Badui untuk
menentang pemerintahan Islam dan mendukung musuh-musuh islam.
E. Letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan
keamanan dan pertahanan islam.7

3.Madinah sebagai Negara Adikuasa


Semenjak penakhlukan Romawi dan Persia pemerintahan islam menjadi adikuasa dunia yang
memiliki wilayah kekuasaan luas. Umar bin Khattab dikenal sebagai negarawan, administrator
terampil dan pandai, dan seorang pembaharu. Untuk menunjangkelancaran administrasi dan
operasional tugas-tugas ekskutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan antara lain:

a) Dewan al-Kharraj (Jawatan Pajak)


b) Dewan al-Addats (Jawatan Kepolisian)
c) Nazar al-Nafiat (Jawatan Pekerjaan Umum)
d) Dewan al-Jund (Jawatan Militer)
e) Bai’at al-Mal (Lembaga Pembendaharaan Negara)

7
Ibid, hlm. 82.
4.Peradaban pada masa Khalifah Umar

Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrative pemerintahan,
peperangan adalah pedoman dalam peradilan. Umar melakukan pembenahan dalam peradilan
islam. Dialah yang mula-mula meletakkan prinsip-prinsip peradilan dengan menyusun sebuah
risalah yang kemudian dikirimkan kepada Abu Musa al-Asy’ari.

5.Wafatnya Sayyidina Umar

Saidina Umar wafat pada tahun 644 selepas dibunuh oleh seorang hamba Parsi yang bernama
Abu Lu’lu’ah. Abu Lu’lu’ah menikam Saidina Umar kerana menyimpan dendam terhadap
Saidina Umar. Dia menikam Saidina Umar sebanyak enam kali sewaktu Saidina Umar menjadi
imam di Masjid al-Nabawi, Madinah. Saidina Umar meninggal dunia dua hari kemudian dan
dikebumikan di sebelah makam Nabi Muhammad SAW dan makam Saidina Abu Bakar.
Selepas kematiannya lalu Saidina Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah.

D. UTSMAN BIN AFFAN (23-36 H/644-656 M)

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan
bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk islam karena ajakan Abu Bakar, dan
menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi.Ia sangat kaya tetapi berperilaku sederhana, dan
sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam.Ia mendapatkan julukan Zun
Nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putrid Nabi secara berurutan
setelah yang satu meninggal. Khalifah Umar membentuk sebuah komisi yang terdiri dari enam
orang calon, dengan perintah memilih salah satu seorang dari mereka untuk diangkat menjadi
khalifah baru. Mereka ialah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin
Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah ditambahkan kepada komisi enam itu, tetapi
ia hanya mempunyai hak pilih dan tidak berhak dipilih.

1. Masa Pemerintahan
Beliau menjadi khalifah menggantikan Umar bin Khattab, yakni 24-36 H/644-656 M.
Pada masa pemerintahannya perluasan Islam tekah mencapai Asia dan Afrika, seperti
daerah Heart, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia, Tusnisia, Cyprus, Rhodes
dan bagian yang tersisa dari Persia dan berhasil berhasil menumpas pemberontakan yang
dilakukan orang Persia. Roda pemerintahan Utsman tidak jauh berbeda dengan Umar.
Dalam pidato pembai’atannya ia tegaskan akan meneruskan kebiasaan yang dibuat
pendahulunya. Pemegang kekuasaan tertinggi ada di tangan khalifah dan pelaksanaan
tugas tugas eksekutif di pemerintahan pusat di bantu oleh pejabat sekretaris negara yakni
Marwan bin Hakam. Adapun kekuasaan legislative dipegang oleh Dewan Penasehat atau
Majelis Syura.

2.Peradaban pada masa Utsman bin Affan

Karya monumental khalifah Utsman selama menjabat sebagai pemimpin umat islam waktu
itu adalah pembukuan Mshaf Al-Qur’an, yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf
Utsmani. Adapun pembangunan yang dilakukan pada masanya meliputi pembangunan
daerah-daerah pemukiman, Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Didirikannya
masjid Al-Atiq di utara benteng babylon , Membangun Pengadilan
, Membentuk Angkatan Laut , Membentuk Departemen tempat persediaan air dibangun di
Madinah, di kotakota padang pasir dan lading-ladang peternakan unta serta kuda.

Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ustman adalah :


• Penaskahan Al-Qur’an

a. Pengumpulan Al-Qur’an merupakan usaha yang sangat berpengaruh guna menghindari


konflik diantara umat islam. Sahabat Utsman mengirim seorang sahabat untuk
menemui Ummu Hafsah binti Umar untuk meminta mushaf yang disimpannya. Beliau
juga meminta empat orang sahabat untuk menyalinnya.
b. Utsman menyalin yang sudah ditulis menjadi tujuh salinan dan mengirimkannya ke
Syam, Kufah, Bashrah, Yaman, dan Madinah. Dan beliau menyuruh untuk membakar
mushaf yang tidak sama dengan salinan tersebut, untuk menghindari perselisihan.

E. ALI BIN ABI THALIB (36-41 H/656-661 M)

Ali adalah putra Abi Thalib bin Abdul Munthalib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad yang
kemudian menjadi menantunya karena menikahi putrid Nabi yakni Fatimatuz Zahra. Ali
ikut dengan Nabi sejak kelaparan melanda kota Mekkah, untuk menghindari ancaman
kelaparan tersebut. Beliau masuk islam saat umur 13 tahun, hal ini menurut A.M. Saban.
Sedangkan menurut Mahmudunnasir, Ali masuk Islam saat berusia 9 tahun. Beliau
memiliki beberapa saudara antara lain Thalib, Uqail, Ja’far dan Ummu Hani’.
Mahmudunnasir selanjutnya menulis bahwa Ali termasuk salah seorang yang sangat lihai
dalam memainkan pedang dan pena, bahkan ia dikenal sebagai seorang operator. Ia juga
seorang yang pandai dan bijaksana, sehingga menjadi penasihat pada zaman Khalifah Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan.

2. Keadaan umat Muslim pada masa Ali


Menurut Ali Mufrodi, setelah wafatnya Utsman bin Affan, banyak sahabat yang sedang
mengunjungi wilayah-wilayah yang baru ditakhlukkan diantaranya Thalhah bin Ubaidikkah
dan Zubair bin Awwam. Peristiwa terbunuhnya Utsman menyebabkan perpecahan dikalangan
umat islam menjadi empat yaitu

a. Pengikut Utsman, menuntut balas dendam atas kematian Utsman dan mengajukan
Mu’awiyah sebagai Khalifah.
b. Pengikut Ali, yakni yang mengajukan Ali sebagai khalifah
c. Kaum moderat, tidak mengajukan calon menyerahkan urusannya pada Allah

Golongan yang berpegang pada prinsip-prinsip Jama’ah, diantaranya Sa’ad bin Abi Waqas,
Abu Ayub Al- Anshari, Usamah bin Zaid, dan Muhammad bin Maslamah yang diikuti oleh
10.000 sahabatdan tabi’in yang memandang bahwa Utsman dan Ali samasama sebagai
Pemimpin.

3. Pengangkatan Ali menjadi Khalifah


Ali adalah calon terkuat untuk menjadi Khalifah setelah kekhalifahan Utsman bin
Affan. Pada saat itu Ali banyak mendapatkan dukungan dari para sahabat senior dan bahkan
para pemberontak pada masa Khalifah Utsman, seperti Abdullah bin Saba’. Sedangkan Sa’ad
bin Abi Waqash dan Abdullah bin Umar tidak mendukungnya, walaupun dikemudian hari
Sa’ad mendukung Ali. Orang yang pertama kali membai’at Ali adalah Thalhah bin Ubaidillah,
kemudian diikuti oleh Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian diikuti oleh
banyak sahabat dari Muhajirin dan Ansor.

4. Usaha-usaha yang dilakukan selama memerintah


Adapun usaha-usaha beliau selama memerintah antara lain;

a. Menarik kembali semua tanah yang dibagikan oleh khalifah utsman kepada kaum
kerabatnya, lalu mengembalikannya ke Negara.
b. Mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, diantaranya Ibnu Amir
penguasa Bashrah, diganti oleh Utsman bin Hanif. Abdullah gubernur Mesir, diganti
oleh Qays. Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, gubernur Suriah diminta meletakkan
jabatannya tetapi ia menolak, bahkan ia tidak mengakui kekhalifahan Ali.
c. Penumpasan para pemberontak seperti apa yang dilakukan oleh Thalhah dan Zubair
tahun 36 H.
d. Memindahkan pusat pemerintahan ke Kufah untuk menghindari hasutan dari
Mu’awiyah, dan setelah itu Madinah tidak pernah lagi dijadikan pusat Ibu Kota.
e. Melakukan usaha penumpasan pemberontakan oleh Mu’awiyah yang akhirnya terjadi
perang Siffin pada tahun 37 H. Namun dalam peperangan ini Ali mengalami kekalahan
karena kecerdikan Mu’awiyah dalam menyusun strategi, yang dimotori oleh Amr bin
Ash dengan mengacungkan tombak yang menusuk Al-Qur’an sebagai symbol
perdamaian.8

8
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai