Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Gambaran Umum

Alat ukur tanah selalu disesuaikan dengan maksud dan pengunaan alat itu

sendiri, alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut-sudut disebut

Theodolit, sedangkan alat ukur yang digunakan untuk menentukan beda tinggi

antara dua titik disebut Waterpass. Walaupun mempunyai fungsi yang berbeda

tetapi ada beberapa bagian alat ini yang sama bagiannya.

Ilmu ukur tanah juga mencakup berbagai aspek bukan hanya di teknik

sipil seperti halnya dicabang pertanian, perikanan, kelautan, pertambangan dan

lain-lain. walaupun ada spesifikasinya namun pada dasarnya banyak

kesamaanyan seperti halya pengambilan data, dan pengolahan data yang hanya

membedakan hanya tingkat aplikasinya.

Teori Kesalahan –kesalahan di lapangan

Walaupun kita sudah mengunakan alat yang moderen akan tetapi sering

kita melakukan kesalahan – kesalahan yang disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu :

1. Kelengkungan bumi.

Pada umumnya bidang-bidang yang kita ukur biasanya tidak rata atau

banyak lengkungannya hingga permukaan tanah terdapat beda tinggi antara

dua titik, sehingga tidak didapatkan data yang akurat akibat dari permukaan

tanah tersebut, biasanya yang menyebabkan kesalahan yaitu perletakan

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 5


rambu ukur yang tidak stabil dikarenakan permukaan bumi yang tidak

stabil.

2. Karena melengkungnya sinar cahaya yang masuk ke benda yang diteropong

melewati lapisan udara yang tidak sama padatnya sehinga dapat

mengkilatkan sinar cahaya menjadi melengkung dengan bagian

cembungnya yang mengikuti arah permukaan bumi.

3. Getaran udara

Adanya getaran udara sehingga dapat memindahkan hawa panas dari

permukaan bumi keatas, sehingga bayangan dari mistar terlihat dari

teropong akan tergetar mengakibatkan pembacaan pada mistar tidak dapat

dilakukan dengan teliti.

4. Masuknya kaki statis.

Masuknya kaki statis dapat disebabkan karena pada saat perletakan statis

kakinya tidak berdiri dengan kuat. Untuk mengatasi hal itu yaitu pada saat

meletakkan kaki statis atau sebelum dibidik, terlebih dahulu ketiga kakinya

diinjak kedalam agar lebih kuat.

5. Perubahan arah garis nivo

Perubahan garis arah nivo dapat disebabkan oleh :

 Karena panas sinar matahari

 Karena masuknya salah satu kaki statis

 Karena tersentuhnya kaki statis secara tidak sengaja.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 6


2.1.1 Tujuan dan Aplikasi Ilmu Ukur Tanah

Hingga saat ini ilmu ukur tanah banyak dikembangkan dalam

bidang keilmuan lainya seperti perencanaan jalan, perencanaan drainase,

perencanaan pondasi, dan lain-lain.

Tujuan Instruksional Khusus

1. Pembaca mampu mengidensifikasi pekerjaan dan perhitungan luas

dan isi dalam kaitannya dengan pekerjaan sifat datar/lengkap

dengan perhitungannya.

2. Agar memiliki kemampuan membedakan jenis lingkungan dan

pelaksanaan perencanaan lingkungan dalam kaitannya dengan

belokan dan tanjakan serta turunan.

2.1.2 Alat Ukur dan Bagiannya

Alat ukur yang kita gunakan yaitu Theodolit dan Waterpass mempunyai

bagian-bagian yaitu :

Bagian – bagian dari Theodolit yaitu :

1. Visir

2. Penjelas objek

3. Lensa objektif

4. Lensa okuler

5. Mikro meter

6. Pembaca sudut

7. Sentering optis

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 7


8. Skrup pengunci vertilkal

9. Cermin penjelas pada pembaca sudut

10. Skrup pengerak halus Vertikal

11. Nivo tabung

12. Skrup pengerak halus horizontal

13. Nivo kotak

14. Skrup penyetel A, B, dan C

15. Tempat bergantunya tali unting-unting

16. Skrup pengunci horizontal

17. Skrup pengunci lembut

18. Kaki statif

19. Skrup pengunci antara statif dan theodolit

Bagian – bagian dari Waterpass yaitu :

1. Lensa obyektif (depan )

2. Lensa obyektif ( belakang )

3. Lensa pengfokus

4. Kolimator pembidik

5. Prisma kompensator

6. Prisma tetap

7. Pelembab

8. Prisma pemilih

9. Pegangan

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 8


10. Lensa pembidik

11. Skrup penyetel pegangan

12. Pusat

13. Lingkaran Horizontal

14. Landasan Speris

15. Skrup landasan spesi

16. Skrup putaran Horizontal

17. Skrup penyipat datar

18. Pelat landasan

19. Skrup landasan

Namun kedua alat ini mempunyai kesamaan yaitu pada :

1. Lensa

Lensa adalah benda yang dibuat dari kaca yang dibatasi oleh dua

bidang lengkung dari dua bulatan. Garis yang menghubungkan dua

titik pusat ke dua bidang bulatan itu disebut sumbu optis lensa.

Sumbu optis lensa dibagi atas dua yaitu :

 Lensa-lensa yang mempunyai tebal terbesar di tengah-tengah

(konveksi)

 Lensa yang tebal ditepinya (konkaf)

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 9


2. Teropong

Teropong ada dua macam yaitu

 Teropong dua tabung

 Teropong tiga tabung

3. Nivo

Nivo adalah sebuah tabung gelas tertutup dan terisi cairan eter,

cairan ini hampir mengisi semua tabung gelas sehinga terisi sedikit

udara dalam gelas, dan gelembung udara ini menempati bagian

tertinggi dari tabung gelas.

Dilihat dari bentuk nivo terbagi atas dua yaitu :

 Nivo tabung

 Nivo kotak

Fungsi nivo yaitu sebagai berikut :

 Membuat horizontal garis indeks bacaan skala vertikal.

 Membuat mendatar sumbu II.

 Menegakkan sumbu I.

2.2. Pengukuran Jarak

Yang dimaksud dengan pengukuran jarak adalah pengukuran panjang

antara dua titik baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan biasanya

dilaksanakan bertahap atau menjadi beberapa bagian. Pengukuran jarak langsung

biasanya menggunakan alat ukur seperti ukur pita. Sedangkan pengukuran tidak

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 10


langsung umumnya berdasarkan pada metode optis. Pengukuran jarak optis

dapat dilakukan dengan cara mengunakan garis bidik horizontal dengan ukuran

tertentu pada sasaran.

Maka dengan mengunakan alat ukur kita dapat menentukan jarak suatu

patok ke titik yang lain terhadap bidang horizontal. Dengan adanya jarak maka

kita dapat melakukan penggambaran dipeta situasi. biasanya pengukuran jarak

dinamakan jarak optis.

2.3. Pengukuran elevasi dan penyipat datar

Seperti halnya dengan pengukuran jarak, pengukuran elevasi juga sangat

diperlukan dalam pengambaran dipeta situasi, yang mana dengan beda tinggi itu

kita dapat memudahkan pengambaran kontur

Elevasi atau beda tinggi didapat dari selisih tinggi patok yang didepan

dan yang berada dibelakang, dan apabila kita mengukur dari depan kemudian

hasil yang kita peroleh adalah plus maka untuk pengukuran dari belakang hasil

yang diperoleh harus berlawanan atau minus.

Adapun jenis – jenis pengukuran sifat datar yaitu :

a. Sifat datar memanjang

Tujuan pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian dari titik

yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai karangka - karangka

vertikal bagi suatu daerah pemetaan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 11


b. Sifat datar profil

Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui profil dari suatu jalan

maupun saluran. Sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung

luasan timbunan dan galian.

c. Sifat datar luas

Pada jenis pengukuran sifat datar ini paling diperlukan adalah pengambaran

profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan dengan mengambil

ketinggian titik – titik detail didaerah tersebut dan dinyatakan sebagai wakil

dari ketinggianya.

2.4. Pengukuran sudut

Sudut adalah selisih dari dua arah dan dua buah target di titik

pengamatan, pada pekerjaan ini diukur arah dua buah titik atau lebih yang

dibidik dari suatu titik kontrol.

Pengukuran sudut hanya digunakan pada alat ukur Theodolit yang mana

dapat mengukur sudut atau arah kedua titik terhadap bidang horizontal terhadap

titik pembacaan.

a. Satuan sudut

Dasar untuk menyatakan besarnya suatu sudut adalah lingkaran yang dibagi

dalam empat bagian yang dinamakan kuadran

b. Sudut arah Azimut dan kuadran

Pengukuran sudut arah merupakan suatu sistem penentuan arah garis dengan

memakai sebuah sudut dan angka kuadran

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 12


c. Pengertian sudut Horizontal dan Vertikal

Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan

sudut arah azimut sedangkan sudut vertikal adalah selisih arah antara dua

garis perpotongan di bidang Vertikal.

Ketelitian pengukuran sudut tergantung atas garis tengah lingkaran sudut

horizontal yang berskala dan garis tengah vertikal yang berskalah . Suatu

pengukuran sudut dapat dilakukan dengan tepat sistem sumbu pada suatu

theodolit dengan mengunakan rumus sebagai berikut :

a. Sumbu nivo aldehide tegak lurus terhadap sumbuh pertama

b. Garis bidik tegak lurus terhadap sumbu kedua

c. Sumbuh kedua harus tegak lurus tehadap sumbu pertama

2.5. Penentuan Titik Koordinat

Pengertian Koordinat adalah transformasi argument yang dilakukan

diantara kedua sistem koordinat yang berlaku diatas yaitu diantara sistem

koordinat siku-siku dan sistem koordinat polar atau sebaliknya dan pemilihan

titik fundamental bagi suatu pekerjaan pemetaan dapat dilakukan sesuai dengan

pendefinisian yang dipilih sebalumnya, misalnya :

a. Sistem koordinat lokal artinya titik fundamental bagi daerah pemetaan yang

bersangkutan dipilih sembarang disekitarnya.

b. Sistem koordinat regional, misalnya suatu pengukuran dengan koordinat

awalnya dinyatakan dalam sistem koordinat yang ada .

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 13


c. Sistem koordinat nasional, artinya tiitk fundamental bagi daerah pemetaan

yang bersangkutan diikatkan kepada sistem koordinat nasional.

2.6. Luasan dan Volume

Luasan dan volume dapat dihitung dengan mengunakan rumus-rumus

tertentu. Ada dua metode pengukuran luas yaitu :

a. Diukur pada gambar situasi ( Pengukuran tidak langsung )

b. Dihitung dengan mengunakan data jarak dan sudut langsung diperoleh dari

pengukuran dilapangan. Pengukuran ini menghasilkan data yang akurat

Luasan poligon

Luasan poligon dapat dihitung dengan mengunakan rumus penentuan luas

dengan cara koordinat yaitu : koordinat P (x,y), P1(x1 , y2 )..... dst dari

koordinat itu kita hitung dengan dikali silangkan antara X patok awal dengan Y

patok yang dituju, begitupula sebaliknya, setelah itu didapatkan jumlah XY dan

jumlah YX yang kemudian dibagi dua atau dengan rumus :

xn  1. yn  xn . yn  1
L
2

Namun untuk lebih lanjut terlebih dahulu kita ketahui tentang poligon.

Yang dimaksud dengan poligon adalah suatu rangkaian yang terbentuk lebih dari

dua titik, sedangkan titik yang ditentukan letaknya dengan sistem kordinat

ataupun melalui cara grafis melalaui sudut arah dan jarak.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 14


Cara membuat poligon dengan cara menentukan tempat lebih dari satu

titik, yang pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang tentu serta sudut

jurusan yang tertentu pula. Sebelum menghitung terlebih dahulu diketahui

syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu poligon.

Dengan demikian didapatlah syarat yang harus dipenuhi oleh sudut

poligon adalah jumlah sudut yang diukur sama dengan selisih sudut jurusan awal

ditambah dengan 1800.

Untuk menggambarkan suatu poligon perlu dilakukan pengukuran

dilapangan dengan mengunakan alat :

 Theodolit

 Plat table atau kompas saku

Adapun bentuk-bentuk polygon terbagi atas :

1. Poligon terbuka

Dalam poligon terbuka ini pengambilan titik awal pada waktu pengukuran

ditentukan oleh salah satu ujung pengukuran poligon dengan syarat titik

awal pengukuran yang diangap titik nol.

P1 P3
P5 P6

P2
P4 P7
Contoh poligon terbuka

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 15


2. Poligon tertutup

Pengambilan titik awal dan titik akhir pada poligon ini adalah tidak terikat

pada suatu titik, tetapi dalam hal ini penentuan patok awal bebas. Dalam

pengukuran apabila kita memulai di Po nantinya juga akan berkhir di Po.

P2 P3 P4

P1
P5

P6

P8 P7

Contoh poligon tertutup

3. Poligon bercabang.

Penentuan titik awal ini sama dengan poligon terbuka.

P1 P3 P6 P7

P5

P 5 .1
P2 P4

Contoh poligon bercabang

Pada pengukuran poligon harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 16


a. Syarat pertama

Sudut diukur = ( n + 2 ) . 180˚ untuk sudut luar

Sudut diukur = ( n - 2 ) . 180˚ untuk sudut dalam

b. Syarat kedua

sin = 0

cos = 0

c. Jika kedua syarat tersebut tidak memenuhi, maka perlu diberi koreksi

sebagai berikut :

 Untuk syarat pertama

Selisih sudut luar diukur dengan syarat pertama dibagi rata kesemua

titik poligon dapat pula dikoreksi sudut dl/dxfx adalah penutup

sudut.

 Untuk absis : dl/dxfy adalah kesalahan pada penutup ordinat.

Volume galian dan timbunan.

Rumus yang digunakan adalah rumus-rumus segitiga siku-siku, persegi

panjang, dan trapesium, adapun caranya yaitu kita mulai di titik detail 1(satu)

kita pecah-pecahkan menjadi segitiga, persegi atau trapesium atau dengan

rumusnya seperti berikut :

alas x tinggi
Segitiga =
2

Persegi panjang = panjang x lebar

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 17


A B
Trapesium = xC
2

Dan perhitungan volumenya adalah :

Luas patok awal  Luas patok akhir


V  x jarak optis rata  rata
2

Kontur atau garis ketinggian adalah garis yang menghubungkan titik-titik

yang mempunyai ketingian yang sama. Garis kontur sangat penting dalam

pengambaran topografi karena memungkinkaan pengambaran peta yang

memperlihatkan bentuk dan sebagainya.

Pada suatu lapangan atau medan biasanya garis kontur pada suatu jarak

tertentu atau disebut interval. Suatu peta dengan garis kontur memungkinkan

penentuan tinggi tiap-tiap titik pemelihan jarak memungkinkan atau tergantung

dari skala peta dan kemiringan lapangan. Ingatlah bahwa yang terpenting disini

adalah tinggi dan letak suatu titik.atas dasar penentuan dalam hal ini tinggi titik

dapat kita gambarkan dengan garis kontur dengan melakukan interpolasi antara

dua titik tertentu.

Syarat-syarat kontur :

a. Kontur tidak boleh berpotongan

b. Kontur tidak boleh bercabang

c. Kontur tidak boleh putus- putus.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 18


2.7. Rumus –Rumus Perhitungan

a. Theodolit

Rumus –rumus dasar Theodolit

1. Menghitung sudut jurusan

β = bacaan muka – bacaan belakang

Jika β ≤ 0 maka β + 360º

Jika β ≥360º maka β - 360º

2. Menghitung koreksi sudut horizontal

fβ = ( n + 2 ) x 1800 – ∑ βP

dimana : fB = koreksi sudut jurusan

n = jumlah patok

∑βP = jumlah total sudut

3. Menghitung koreksi sudut jurusan perpatok


f
Kβ = n

dimana : fβ = koreksi sudut horizontal.

n = jumlah patok.

Kβ = koreksi sudut jurusan perpatok.

4. Perhitungan sudut jurusan setelah koreksi.

βK = β + Kβ

dimana : βK = sudut jurusan setelah koreksi.

β = sudut sebelum koreksi.

Kβ = sudut koreksi tiap patok.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 19


5. Perhitungan sudut horizontal / sudut jurusan detail

βd = bacaan detail – sudut belakang patok utama

Jika β ≤ 0 maka β + 360º

Jika β ≥360º maka β - 360º

6. Perhitungan Azimut patok utama

α = α diketahui + β u - 1800

Jika β ≤ 0 maka β + 360º

Jika β ≥360º maka β - 360º

dimana : α = azimuth

βu = sudut jurusan titik utama setelah koreksi

7. Perhitungan Azimut patok detail

αd = α + βd - 1800

Jika β ≤ 0 maka β + 360º

Jika β ≥360º maka β - 360º

dimana : βd = sudut jurusan detail

8. Perhitungan sudut lereng patok utama

θu = 90ْ - Bacaan sudut vertikal

9. Perhitungan sudut lereng patok detail

θd = 90˚ - Bacaan sudut vertikal patok detail

10. Perhitungan jarak proyeksi patok utama

D’ = (Benang Atas – Benang Bawah) x 100 . cos² . θu

dimana : D’ = Jarak Proyeksi

θu = Sudut lereng patok utama

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 20


11. Perhitungan Jarak proyeksi Detail

Dd’ = (Benang Atasdetail – Benang Bawahdetail). cos ². Θ d

dimana : Dd’ = Jarak proyeksi detail

θd = Sudut lereng detail

12. Perhitungan selisih absis dan selisih ordinat patok utama

Selisih Absis = ∆x = D’ . Sin α Patok Utama

Selisih Ordinat = ∆y = D’ . Cos α Patok Utama

dimana : D’ = Jarak proyeksi

α = azimuth

13. Perhitungan selisih absis dan selisih ordinat titik detail

Selisih Absis titik detail = ∆xd = D’. Sin α titik detail

Selisih Ordinat titik detail = ∆yd = D’. Cos α titik detail

Dimana : D’ = jarak proyeksi

α = azimuth

14. Perhitungan koreksi absis dan ordinat patok utama


D'
Koreksi absis = K∆x = ( . ∑∆x )
 D'

D'
Koreksi ordinat = K∆y = ( . ∑∆y )
 D'
Dimana D’ = jarak proyeksi

∑D’ = jumlah jarak proyeksi

∑∆x = jumlah selisih absis

∑∆y = jumlah selisih ordinat

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 21


15. Perhitungan Absis dan Ordinat titik utama

Absis = xn = x diketahui + ∆x - K∆x

Ordinat = yn = y diketahui + ∆y - K∆y

Dimana = xn = absis titik n

yn = ordinat titik n

K∆x = koreksi selisih absis

K∆y = koreksi selisih ordinat

16. Perhitungan Absis dan Ordinat titik detail

Absis titik detail = xdn = x titik utama + ∆x titik detail

Ordinat titik detail= ydn = y titik utama + ∆y titik detail

Dimana = xdn = absis titik detail n

ydn = ordinat titik detail n

x = absis

y = ordinat

∆x = selisih absis

∆y = selisih ordinat

17. Perhitungan beda tinggi patok utama

∆H = ½ . D’ sin 2 θu + ( Tp – BT m)

dimana : D’ = Jarak optis

Tp = Tinggi pesawat

BTm = Benang tengah muka

θ = sudut lereng

∆H = beda tinggi

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 22


18. Perhitungan beda tinggi titik detail

∆Hd = ½ . D’detail sin 2 θd + ( Tp – BT d)

dimana : D’ = Jarak optis

Tp = Tinggi pesawat

BT = Benang tengah detail

∆Hd = beda tinggi titik detail

19. Perhitungan koreksi beda tinggi titik utama


 H
K∆H = −( )
n
dimana : K∆H = koreksi beda tinggi titik utama

∑∆H = jumlah beda tinggi titik utama

n = jumlah titik utama

20. Perhitungan beda tinggi titik utama setelah koreksi

∆H’ = ∆H + K∆H

dimana : ∆H’ = beda tinggi titik utama setelah koreksi

∆H = beda tinggi titik utama

K∆H = koreksi beda tinggi titik utama

21. Perhitungan tinggi titik utama

H = H diketahui + ∆H

dimana : ∆H’ = beda tinggi titik utama setelah koreksi

H = tinggi titik

22. Perhitungan tinggi titik detail

Hd = H titik utama + ∆H titik detail

dimana : ∆H = beda tinggi

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 23


23. Perhitungan luas poligon

L =  yn.xn  1   xn. yn  1
2
dimana :

L = Luas Poligon

∑yn = Jumlah Total Ordinat

∑xn = Jumlah Total Absis

xn = Absis

yn = Ordinat

b. Waterpass

Rumus – rumus dasar Waterpass

1. Menghitung jarak optis

D = ( BA - BB ) x 100

dimana : BA = Benang Atas

BB = Benang Bawah

2. Menghitung jarak optis rata-rata


Dpergi  Dpulang
Dr =
2
Dimana : Dr = jarak optis rata-rata

D = jarak optis

3. Menghitung beda tinggi

∆H = BT Belakang – BT Muka

∆H = BT Muka – BT Belakang

dimana : BT = Benang Tengah

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 24


4. Menghitung beda tinggi rata-rata
HrPergi  HrPulang
∆Hr = 2
dimana : ∆Hr = Beda tinggi rata-rata

7. Menghitung Tinggi Patok Utama

Perhitungan koreksi beda tinggi diambil dari kekurangan atau

kelebihan dari jumlah keseluruhan dari perhitungan beda tinggi

terhadap tinggi titik yang telah ditentukan.

Dengan Rumus Sebagai Berikut :

H = HP + ∆Hr

Dimana : HP = diketahui tinggi patok

∆HK = beda tinggi rata-rata

8. Menghitung Beda Tinggi Detail

∆Hd = BT Patok utama - BT Detail.

dimana : BT = Tenang Tengah

9. Menghitung Tinggi Detail

H detail = Tinggi Ttk patok Utama + Beda Tinggi Detail

10. Menghitung Persentase Propil Memanjang

Tinggi Titik Patok Belakang – Tinggi Titik Patok Muka


M= x100%
Jarak Patok

11. Menghitung Persentase Propil Melintang

Tinggi Titik Patok Utama – Tinggi Patok Detail


M = x 100%
Jarak Detail

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 25


12. Menghitung luasan timbunan.

Dalam perhitungan luasan timbunan digunakan bebrapa

rumus yaitu :

AlasxTingg i
Segitiga =
2

Persegi panjang = Panjang x Lebar

a '  b'
Trapesium = xt
2

13. Perhitungan Luas Galian

Rumus – rumus yang digunakan sama dengan perhitungan luas

timbunan
AlasxTingg i
Segitiga =
2

Persegi panjang = Panjang x Lebar

a '  b'
Trapesium = xt
2

Untuk perhitungan volume terlebih dahulu gambar kita pecah-pecahkan

menjadi segitiga, persegi panjang dan trapesium.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 26


2.8. Dasar – Dasar Perencanaan

2.8.1. Jalan raya

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari

perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik

sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberi

pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah

– rumah.

Penampang melintang merupakan potongan melintang tegak

lurus sumbu jalan. Pada perpotongan melintang dapat terlihat bagian

bagian jalan yang dapat dikelompokkan sbb :

a. Bagian yang berfungsi untuk lalu lintas yaitu :

1. Jalur lalu lintas

2. Lajur lalu lintas

3. Bahu jalan

4. Trotoar

5. Median

b. Bagian yang berguna untuk drainase

1. Saluran samping

2. Kemiringan melintang jalur lalu lintas

3. Kemiringan melintang bahu

4. Kemiringan lereng

c. Bagian pelengkap jalan

1. Pengaman tepi.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 27


Dalam perencanaan jalan biasanya sangat diperhatikan dari

keamanan jalan itu sendiri seperti bencana alam, hujan dll. Untuk itu

direncanakanlah kemiringan jalan itu dengan kemiringan dari as jalan ke

badan jalan 2% sedangkan dari badan jalan ke bahu jalan biasanya 3%

Yang berfungsi agar nantinya air yang tergenang tidak tertinggal di

badan jalan .

Bahu jalan juga merupakan yang terpenting dalam perencanaan

jalan karena dapat berfungsi sebagai :

1. Ruang untuk tempat berhentinya sementara kendaraan .

2. Ruangan untuk menghindari diri dari saat –saat darurat.

3. Memberi kelegaan kepada pengemudi, agar dapat meningkatkan

kapasitas jalan yang bersangkutan.

2.8.2. Drainase

Drainase adalah saluran air yang berada dipinggir jalan atau

rumah dan sekitarnya (parit). Kriteria dari perencanaan ini haruslah

harus mempunyai petunjuk, pedoman, dan prosedur untuk perencanaan

jalan.yaitu

a. Memberikan informasi kepada perencana untuk menunjang

tercapainya suatu pekerjaan yang baik.

b. Memberikan keahlian atau teknik - teknik kepada perekayasa dalam

perencanaan bentuk siap pakai kepada yang belum berpengalaman.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 28


c. Menyederhanakan prosedur perencanaan bangunan-bangunan

drainase

Dalam perencanaan darinase antara kota dan desa haruslah

berbeda, biasanya di kota-kota drainasenya besar dan dalam, sedangkan

di desa hanya berupa selokan yang kecil. Biasanya perencanaan didesa

sangat perlu diperhatikan karena biasanya disebelahnya terdapat gunung

atau sungai yang dapat sewaktu-waktu dapat longsor dan air sungai

meluap yang dapat mengakibatkan air masuk ke badan jalan.

Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 29

Anda mungkin juga menyukai