Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada


kebanyakan wanita hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi,
plasenta, cairan, ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung secara
normal maupun sectio caesare jika terjadi gangguan proses persalinan (dystocia).

Selama kehamilan berlangsung dapat terjadi kontraksi ringan pada seluruh


rahim, tanpa rasa sakit dan koordinasi yang disebut Braxton Hiks. Kontraksi ini lebih
lanjut akan menjadi kekuatan untuk persalinan. Persalinan adalah proses alami yang
akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap persalinan
terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai.

Gangguan persalinan erat kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi


proses persalinan. Yang dikenal dengan 5P yaitu : power, passanger, passageway,
posisi, psycologys. Salah satu mengatasi gangguan persalinan khususnya terkait
dengan power dan passageway adalah dengan cara induksi persalinan.

Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang


timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan . indikasi dilakukan persalinan
induksi yang berasal dari janin yaitu postmaturitas, ketuban pecah dini, dan
inkompabilitas rhesus. Sedangkan faktor dari ibu yaitu intra uterine fetal death
(IUFD) dan dari faktor ibu serta janin yaitu pre-eklamsia berat.

Maka dengan uraian diatas refrat ini dibuat untuk membahas lebih lanjut
mengenai induksi persalinan, pengertian induksi persalinan, klasifikasi induksi
persalinan, indikasi dan kontra indikasi dan komplikasi induksi persalinan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Induksi persalinan (induction of labor) adalah tindakan artifisial digunakan


untuk menginisiasi persalinan sebelum persalinan spontan terjadi, baik secara operatif
maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada
akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang
sudah inpartu.

Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan


(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini
dilakukan supaya upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara
normal.

Indikasi – indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada


kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu
dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya :

1. Tidak ada disproporsi sefalopelik (CPD)


2. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan
3. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun kedalam rongga panggul.
4. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan
mungkin tidak member hasil yang diharapkan.
2. TUJUAN INDUKSI
1. Mengantispasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan
kelanjutan kehamilan.
2. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serfiks,
dan penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus atau
komplikasi janin
3. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu.
4. Agar tercapai kontraksi yang adekuat yaitu 3 kali kontraksi dalam 10
menit dengan durasi 40 detik.
3. ETIOLOGI

Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu.
Indikasi yang berasal dari ibu adalah :

a. Kelainan hipertensi pada kehamilan, gangguan hipertensi pada awal


kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan
tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan
ibu dan janin. Pre-eklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan
penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-
induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang
sudah ada sebelum hamil.
b. Diabetes, wanita diabetic yang hamil memiliki resiko mengalami
komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan control
glukosa wanita sebelum sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi
oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan kompilkasi lain seperti
makrosomia, pre-eklamsia atau kematian janin, pengakhiran kehamilan lebih
baik dilakukan dengan induksi atau section caesarea.
c. Perdarahan antepartum, perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi
persalinan adalah solutio placenta dan placenta prefia lateralis. Solution
placenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karna terlepasnya plasenta dapat
tersembunyi dibalik plasenta menembus selaput ketuban, masuk kedalam
kantung ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas,
anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau dapat mengakibatkan
gawat janin. Solusio plasenta juga dapat menyebabkan renjatan pada ibu.
Solusio yang sedang atau berat.
Indikasi yang berasal dari anak antara lain :
a. Kehamilan lewat waktu, permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunnya
sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengaibatkan , pertumbuhan
janin makin melambat, terjadi perubahan metabolism janin, air ketubah
berkurang dan makin kental, saat persalinan janin lebih mudah mengalami
asfisia. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga
kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang sering
menyertai seperti , letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan
pendarahan postpartum.
b. Ketuban pecah dini (KPD), ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme
dari fagina dapat masuk kedalam kantung amnion. Untuk itu perlu ditentukan
ada tidaknya infeksi. Tanda tanda infeksi antara lain bila suhu ibu >38C. janin
yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine, dan
sangat mungkin juga untuk terjadi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah masuk aterm maka perlu dilakukan
induksi.
c. Kematian janin dalam rahim, restriksi pertumbuhan intra uteri, bila dibiarkan
terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/ membahayakan hidup
janin/ kematian janin.
d. Isoimunisasi dan penyakit congenital janin yang mayor, kelainan congenital
mayor merupaan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang
medis, operatif dan kosmetik serta yang mempunyai resiko kesakitan dan
kematian tinggi, misalnya : anansefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis.
4. KONTRAINDIKASI
KontraIndikasidariinduksipersalinanada yang absolutdanrelative.
a. Kontraindikasiabsolutadalah :
Disproposisefalopelvik absolute.
Gawatjanin.
Plasenta previa totalos.
Vasa previa.
Presentasi abnormal.
Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya.
Presentasi bokong.
b. Kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah :
Pendarahan Apertum
Grande multiparitas
Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP)
Malposisidanmalpresentasi.

5. KLASIFIKASI

Induksipersalinanterbagiatas:

1. SecaraMedis

a. Infusoksitosin

Syarat - syaratpemberian infuse oksitosin :

Agar
infuseoksitosinberhasildalammenginduksipersalinandantidakmemberikanpenyulit
baikpadaibumaupunjanin, makadiperlukansyarat-syaratsebagaiberikut:

a) Kehamilanaterm.

b) Ukuranpanggul normal.
c) Takada CPD.

d) Janindalampresentasikepala.

e) Serviktelahmatang (portiolunak, mulaimendatardansudahmulaimembuka)

Untukmenilaiserviksinidapatjugadipakai score Bishop, yaitubilanilai Bishop


lebihdari 8, induksipersalinankemungkinanbesarakanberhasi.

SKOR BISHOP

SKOR 0 1 2 3
Pembukaanserviks 0 1-2 3-4 5-6

Pendataranserviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 %


Penurunankepaladiukurdari -3 -2 -1,0 +1, +2
Hodge III (cm)

Konsistensiserviks Keras Sedang Lunak


Posisiserviks Kebelakang Searahsumbujalanla Kearahdepan
hir

Tekhnik infus oksitosin berencana:

1.Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas.

2.Pagi harinya penderita diberi pencahar.

3. Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik.

4. Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU.

5. Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran
infus dengan jarum abocath no 18 G.

6. Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah.


7. Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal
diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi
rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan
menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan

8. Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan
timbulnya tetania uteri, tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.

9. Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesanoksitosin
dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat
dikurangi atau sementara dihentikan.

10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai
1 jam sesudah lahirnya plasenta.

11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his
telah kuat dan adekuat.

b. Pemberian Prostaladin

Prostagladin dapat merangsang otot-otot polos termsuk juga otot-otot rahim. Prostagladin
yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi
persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan
dengan prostagladin cukup efektif.

Cara pemberian prostaladin :

 Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan dengan


aplikator khusus intraservikal dengan dosis 0.5 mg.

c. Cairan hipertonik intra uteri

Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada
kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam
hipertonik 20 , urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan
prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat
menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan
pembekuan darah.

2. Secara manipulatif

a. Amniotomi

Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah
depan (fore water) maupun dibagian belakang (hindwater) dengan suatu alat khusus
(drewsmith catheter). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh
amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. Beberapa teori mengemukakan
bahwa :

Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim
dapat lebih kuat untuk membuka serviks.

Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit


setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot-otot rahim dan
keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.

Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana


didalamnya terdapat banyak syaraf- syaraf yang merangsang kontraksi rahim.

Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda permulaan
persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya
dengan inpus oksitosin. Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit
sebagai berikut :

Infeksi.

Prolapsus funikuli.

Gawat janin.
Tanda-tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ).

Tehnik amniotomi

Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam
kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah
sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian
memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada
didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk
dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan
satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan,
kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan
ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air
ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang
didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk
menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin
dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir.

b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the membrane)

Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari dinding
segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini
dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his. Beberapa hambatan yang dihadapi
dalam melakukan tindakan ini, ialah :

Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.

Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan.

Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.

c. Pemakaian rangsangan listrik


Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain
ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi
rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini
bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-
bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan
dan disetujui oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai