Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Kerja dan Struktur Makroskopis, Mikroskopis Organ

Pencernaan

Maria Mediatrix Mahendrajati Udiata


102016017
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: maria.2016fk017@civitas.ukrida.ac.id

ABSTRAK

Tubuh manusia terdiri atas sejumlah sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
Sel tersebut dalam menjalankan fungsinya membutuhkan energy yang didapatkan dari
makanan yang diserap atau dicerna oleh sistem pencernaan mahluk hidup tersebut. Sistem
pencernaan manusia merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang terdiri dari
pemecahan massa organik yang besar menjadi partikel – partikel kecil. Sehingga, di dalam
tubuh, partikel – partikel kecil tersebut mampu dicerna dan digunakan sebagai bahan bakar
atau sumber energi. Organ utama atau struktur yang penting dalam mengkoordinasikan
sistem pencernaan dalam tubuh masuk terdiri dari beberapa macam. Misalnya saja adalah
mulut, oesophagus dan lambung. Secara umum, sistem pencernaaan manusia dibagi menjadi
4 prinsip dasar yaitu motilitas, sekresi, pencernaan dan absorpsi.

Kata kunci: Struktur makroskopis organ pencernaan , mikroskopis organ pencernaan,


proses motilitas mulut, sekresi saliva.

ABSTRACT

The human body consists of a number of cells that have different shapes and functions. The
cell in carrying out its function requires energy obtained from food that is absorbed or
digested by the digestive system of the living creature. The human digestive system is a very
complex process that consists of breaking large organic mass into small particles. Thus, in
the body, the small particles are capable of being digested and used as fuel or energy
sources. The main organs or structures that are important in coordinating the digestive
system in the body of entry consist of several kinds. For example, it is the mouth, esophagus
and stomach. In general, the human digestive system is divided into 4 basic principles namely
motility, secretion, digestion and absorption.
Keywords: macroscopic structure of digestive organe, microscopic of digestive organe,
process motility of mouth, secretion of saliva.

Pendahuluan

Tubuh manusia terdiri atas sejumlah sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
Sel tersebut dalam menjalankan fungsinya membutuhkan energy yang didapatkan dari
makanan yang diserap atau dicerna oleh sistem pencernaan mahluk hidup tersebut. Sistem

1
pencernaan manusia merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang terdiri dari
pemecahan massa organik yang besar menjadi partikel – partikel kecil. Sehingga, di dalam
tubuh, partikel – partikel kecil tersebut mampu dicerna dan digunakan sebagai bahan bakar
atau sumber energi. Selain sebagai sumber energi, makanan yang masuk ke dalam tubuh juga
digunakan dalam memperbaharui ataupun mengganti jaringan yang sudah tua atau rusak,
serta menambah jaringan tubuh. Dalam sistem pencernaan di tubuh manusia, tentunya
makanan tidak bisa langsung dicerna begitu saja. Pemecahan nutrisi yang terjadi dalam tubuh
manusia memerlukan koordinasi dari berbagai organ, berbagai persarafan, serta beberapa
enzim yang disekresikan untuk membantu proses pemecahan dari makanan itu snediri. Organ
utama atau struktur yang penting dalam mengkoordinasikan sistem pencernaan dalam tubuh
masuk terdiri dari beberapa macam. Misalnya saja adalah mulut, oesophagus dan lambung
Ketiga organ tersebut memiliki peranan yang cukup berarti dalam sistem pencernaan di
dalam tubuh manusia.1 Adapun topik yang akan dibahas meliputi makroskopis dan
mikroskopis saluran pencernaan atas yaitu mulai dari mulut, faring, esophagus dan lambung
kemudian juga akan membahas mekanisme pencernaan pada esophagus dan lambung.
Dengan adanya tinjauan pustaka ini diharapkan kepada para pembaca, agar dapat bermanfaat
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam menanggapi perihal organ saluran cerna
dan mekanismenya.

Struktur makroskopis organ pencernaan

Pada organ pencernaan terdapat cavitas oris yang berada di inferior dan memiliki struktur
yaitu atap, dasar dan dinding lateral yang membuka ke regiones faciales melalui rima
oris/fissura oralis, dan dilanjutkan dengan cavitas pharyngis dan isthmus oropharyngeum.
Atap cavitas oris terbentuk oleh palatum durum dan palatum molle sedangkan pada bagian
dasar dibentuk oleh jaringan lunak termasuk diaphragma musculorum dan lingua lalu pada
bagian dinding lateralnya dibentuk oleh otot yang menyatu di anterior dengan labii yang
mengelilingi fissura oralis. Cavitas oris dipisahkan oleh 2 daerah yaitu arcus dentalis
superior dan arcus dentalis inferior yang memiliki dentes dan tulang alveolares yang
menyangganya antara lain vestibulum oris bagian luar, yang berbentuk tapal kuda berada di
antara arcus dentalis dan permukaan profundus buccae/pipi dan labii-rima oris membuka ke
dalamnya dan dapat dibuka dan ditutup oleh musculi ekspresi wajah, dan oleh pergerakan
rahang bawah dan Cavitas oris propria/cavium oris proprium di dalam tertutup oleh arcus
dentalis (Lihat Gambar 1). Derajat pemisahan di antara arcus dentalis superior dan arcus

2
dentalis inferior diketahui dengan mengelevasi atau mendepresi rahang bawah (mandibula)
pada sendi temporomandibularis. Isthmus faucium di bagian belakang cavitas oris propria
dapat dibuka dan ditutup oleh jaringan lunak di sekelilingnya, termasuk palatum molle dan
lingua.1

Gambar 1 : Cavitas Oris1

Palatum molle bersifat lunak dan dapat digerakan karena bagian tengahnya terdapat otot
polos. Terdapat 5 otot pada palatum molle, dua otot berasal dari basis cranii dan berjalan
turun ke palatum molle yaitu m. tensor veli palatini dan m. levator veli palatini. Dua otot
yang lain berasal dari lingua dan pharynx yang berjalan naik menuju palatum molle yaitu m.
palatopharyngeus dan m. palatoglossus. Otot yang lainnya adalah m. uvula yang
berhubungan dengan uvula. Kelima otot ini dipersarafi oleh N. X (N. Vagus), kecuali m.
tensor veli palatini yang dipersarafi oleh N. V (N. Trigeminus). Permukaan dari palatum
molle dilapisi oleh mukosa pelapis yang terdiri dari epitel gepeng berlapis tanpa lapisan
keratin yang basah dan dibawahnya terdapat jaringan ikat padat kolagen yang irregular,
mengandung kelenjar liur-minor mukosa yang merupakan lanjutan kelenjar dari palatum
durum. Pada permukaan nasal palatum molle, epitelnya merupakan epitel bertingkat
kolumnar bersilia dan pada bagian posteriornya terdapat tonjolan yang disebut uvula yang
pada bagian tengahnya terdapat otot rangka untuk pergerakan dari uvula (Lihat Gambar 2).2

3
Gambar 2 : Otot pada palatum molle

Sumber: https://www.studyblue.com/notes/note/n/test-1-ppt-3/deck/10049403

Lingua (lidah) terdiri dari tiga bagian yaitu apex lingua (ujung lidah), dorsum lingua
(punggung lidah), radix lingua (pangkal lidah). Sebagian besar lingua dibentuk oleh otot.
Otot pada lingua dibagi menjadi dua kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Terdapat 4 otot
lidah intrinsik dan 4 otot lidah ekstrinsik. Otot intrinsik lidah memiliki origo dan insertio di
dalam linguae. Otot tersebut yaitu m. longitudinalis superior, m. longitudinalis inferior, m.
transversus linguae, dan m. verticalis linguae. Otot intrinsik ini berfungsi untuk merubah
bentuk dari lidah. Otot ekstrinsik lidah yaitu m. styloglossus, m. genioglossus, m. hyoglossus,
dan m. palatoglossus. Fungsi otot ekstrinsik yaitu untuk merubah arah dari lidah (protraksi,
retraksi, elevasi, dan depresi). Semua persarafan pada otot lidah dipersarafi oleh N. XII (N.
Hypoglossus), kecuali m. palatoglossus dipersarafi oleh N. X (N. Vagus). Pendarahan pada
lidah berasal dari a. lingualis yang merupakan cabang dari a. carotis externa. Arteri ini terus
berjalan melewati otot-otot pengunyah bagian posterior menuju ke tulang hyoid, kemudian
bersama-sama dengan n. hipoglossus dan vena lingualis menuju otot hyoglossus (Lihat
Gambar 3). Setelah melewati otot hyoglosus, a. lingualis ini bercabang, yaitu rami dorsalis
lingual dan a. lingualis profunda terletak di bagian lateral permukaan bawah lidah.1 Cavitas
oris memiliki fungsi antara lain, merupakan tempat awal untuk makanan masuk untuk
menjalankan sistem awal mencerna makanan dengan dibantu oleh sekresi saliva,
memanipulasi suara yang dihasilkan larynx untuk berbicara, digunakan untuk bernafas karena
cavitas oris membuka pada pharynx yang adalah jalur makanan dan air.1,2

4
Gambar 3 : Otot pada linguae1

Setelah mulut terdapat esophagus yang merupakan organ pencernaan yang mempunyai
perjalanan singkat pada regions cervicales bagian bawah yaitu setinggi vertebra C-VI dan
merupakan struktur lanjutan dari pharynx.1,2 Oeshophagus ketika berada dibagian cervicalis
dibatasi oleh beberapa alat.3-5 Pada pars cervicalis, anterior dari oesophagus adalah trachea
dan glandula thyreoidea. Sedangkan bagian posteriornya dibatasi oleh vertebra cervicalis.
Sedangkan kanan bagian kanannya terdapat arteri carotis communis dan nervus recurrens.
Sedangkan bagian kirinya terdapat arteri carotis communis, nervus recurrens, arteri subclavia,
dan ductus thoracicus. Sedangkan ketika sampai pada bagian thoracalis, bagian depan atau
anterior dari oesophagus adalah trachea kemudian bronchus kiri, pericardium, atrium kiri,
dan diafragma. Sedangkan bagian belakangnya terdapat vertebra thoracalis, ductus
thoracicus, v. Azygos, aorta ascendes. Sedangkan bagian kiri terdapat arcus aorta, kemudian
nervus recurrens kiri, arteri subclavia kiri, ductus thoracicus, dan pleura. Dan bagian kanan
terdapat pleura dan vena azygos.5 Setelah esophagus terdapat gaster atau lambung yang
merupakan tractus gastrointestinalis yang paling berdilatasi, organ endokrin – eksokrin
campuran yang mencerna makanan dan mensekresi hormon dan memiliki bentuk seperti
huruf J. Gaster terletak di antara esophagus pars abdominalis dan intestinum tenue, gaster
berada di regio epigastrium, umbilicalis, dan hypochondriacum sinistra abdomen.1,6 Gaster
sendiri dibagi menjadi 4 regio yaitu pars cardiac yang mengelilingi lubang esophagus ke
dalam gaster, fundus gastricus yang merupakan area di atas ostium cardiacum, corpus
gastricum yang merupakan daerah terluas dari gaster dan pars pylorica merupakan ujung
distal gaster yang terbagi menjadi antrum pyloricum dan canalis pykericus. Bagian distal dari
pars pylorica merupakan pylorus yang terlihat pada permukaan gaster dengan adanya

5
konstriksi pyloricus yang berisi suatu cincin musculorum gaster yang menebal yaitu sphincter
pyloricum, yang akan mengelilingi lubang distal gaster (ostium pyioricum). Ostium
pyloricum berada tepat di sisi kanan garis tengah pada suatu bidang yang melewati tepi
bawah vertebra L-I (planum transpyloricum).1 Gaster memiliki 2 lekukan yakni incisura
cardiaca dan incisura angularis. Incisura cardiaca merupakan lekukan pada curvatura major
yang adalah tempat pelekatan ligamentum gastrolienale dan omentum majus. Sedangkan
incisura angularis merupakan lekukan pada curvatura minor yang adalah tempat pelekatan
omentum minus.1,3,6 Gaster juga memiliki 2 permukaan yakni facies anterior dan facies
posterior yang berhadapan dengan bursa omentalis. Gaster memiliki fungsi antara lain,
sebagai tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltic lambung dan getah lambung, mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus
dengan semua makan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida, mengubah
protein menjadi pepton oleh pepsin dan membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh
renin (Lihat Gambar 4).2,4

Gambar 4 : Gaster1

Struktur mikroskopis organ pencernaan

Pada rongga mulut struktur mikroskopisnya dilapisi oleh mukosa mulut yang tampak basah
dan terdiri atas epitel gepeng berlapis (tanpa lapisan keratin, berlapisan keratin sebagian atau
parakeratinasi, atau berlapisan keratin penuh atau ortokeratinasi) dan jaringan ikat kolagen
yang susunannya tak teratur atau iregular yang terdapat di bawah epitel. Bagian rongga mulut
yang terpapar pada gesekan dan tarikan (gusi, permukaan dorsal lidah dan langitan keras)
dilapisi oleh mukosa pengunyah (masticatory mucosa) yang terdiri atas epitel gepeng berlapis

6
berlapisan keratin atau berlapisan parakeratin dan jaringan ikat padat kolagen yang
susunannya iregular. Bagian lain rongga mulut dilapisi oleh mukosa pelapis (lining mucosa)
yang terdiri atas epitel gepeng berlapis tanpa lapisan keratin dan jaringan ikat padat kolagen
yang lebih longgar dan susunannya tidak teratur. Selain itu, bagian mukosa mulut yang
mengandung kuncup kecap (permukaan dorsal lidah, langitan lunak, dan farings) dilapisi oleh
mukosa khusus (specilazed mucoca, yang khusus untuk mengecap). Saluran keluar ketiga
kelenjar liur mayor (parotis, submandibular, dan sublingual) bermuara di rongga mulut, dan
mencurahkan air liur untuk membasahi mulut. Kelenjar tersebut membuat dan mensekresikan
enzim amilase liur untuk mencerna karbohidrat, laktoferin dan lizosim yang bersifat
antibakteri, dan imunoglobulin A sekretorik (IgA). Selain itu, kelenjar liur minor yang
terdapat dalam jaringan ikat mukosa mulut ikut menambah aliran liur ke rongga mulut.
Dalam rongga mulut, makanan dibasahi oleh liur, dikunyah, dan diolah oleh lidah sehingga
terbentuk sejumlah massa bulat berdiameter 2 cm yang disebut bolus. Bolus didorong oleh
lidah ke dalam farings hingga tertelan. Bibir membentuk batas anterior dan lipat palatoglossal
membentuk batas posterior rongga mulut. Bangunan penting di dalam dan sekitar rongga
mulut adalah bibir, gigi dan bangunan terkait, palatum, dan lidah.7

Bibir atas dan bawah umumnya saling bersentuhan membentuk gerbang yang menjaga
rongga mulut. Bagian tengah bibir mengandung serat otot rangka yang berfungsi untuk
menggerakkan bibir. Bibir terdiri atas tiga daerah: permukaan eksternal, merah bibir dan
permukaan mukosa (permukaan dalam/internal yang basah). Permukaan eksternal bibir
dilapisi oleh kulit tipis dengan kelenjar keringat, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Bagian
ini berbatasan dengan merah bibir, yaitu bagian bibir berwarna merah muda yang dilapisi
kulit tipis juga. Akan tetapi, merah bibir tidak mengandung kelenjar keringat dan folikel
rambut, walaupun terkadang mengandung kelenjar sebasea non fungsional. Ketiadaan
kelenjar yang fungsional menyebabkan merah bibir perlu dibasahi oleh lidah. Tautan antara
epitel dan jaringan ikat dibawahnya (rete aparatus) sangat berkembang, sehingga lengkung
kapilar pada papilla dermis sangat dekat dengan permukaan kulit, yang membuat merah bibir
tampak merah muda. Permukaan mukosa (internal) bibir selalu basah dan dilapisi oleh epitel
gepeng berlapis tanpa lapisan keratin. Jaringan ikat subepitelnya adalah jaringan ikat padat
kolagen yang susunannya tak teratur dan mengandung kelejar liur minor yang terutama
terdiri atas kelenjar mukosa. lalu terdapat gigi yang pada manusia dibagi menjadi 2
perangkat gigi: 20 gigi desidua (susu), yang akan digantikan oleh 32 gigi tetap (dewasa) yang
terdiri atas 20 gigi suksedanosa/pengganti (succedaneous) dan 12 molar (accessional). Gigi

7
desidua dan gigi tetap terbagi rata pada lengkung mandibula dan maksila.8 Papilla lidah
terletak di 2/3 bagian anterior lidah, sedangkan 1/3 posterior lidah bebas dari papilla lidah.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, papilla lidah dibedakan menjadi 4 macam yaitu papilla
filiformis, fungiformis, foliata, dan sirkumvalata. Papilla filiformis yang runcing membantu
menggerakkan makanan selama mengunyah. Papilla fungiformis lebih banyak tersebar pada
permukaan anterior. Papilla ini terletak diantara papilla filiformis. Papilla sirkumvallata yang
sangat besar, jumlahnya sekitar 8 sampai 12 buah terdapat di garis V di dekat sulcus
terminalis. Papilla foliata yang menyerupai rigi pada sisi lidah berkembang paling baik pada
anak-anak. Pada papilla foliata terdapat kelenjar Von Ebner yaitu saluran kelenjar liur minor
serosa yang terletak pada bagian tengah lidah. Pada semua jenis papilla terdapat kuncup
pengecap atau taste buds, kecuali pada papila filiformis. Terdapat 3 jenis sel pada taste buds
yaitu sel neuriepitelial (kecap) yang merupakan reseptor pengecap, sel sustentakular yang
berfungsi sebagai sel penunjang, dan sel basal yang belum berdiferensiasi (Lihat Gambar
6).8,9

Gambar 6: papillae1

Lalu organ pencernaan selanjutnya adalah oesophagus, secara umum dinding oesophagus
sama dengan dinding saluran pencernaan lainnya.5 Dimana pada dinding saluran pencernaan
terdiri dari 4 lapisan yakni tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muscularis externa, dan
tunika adventitia atau tunika fibrosa.5,6 Di sebelah dalam, lumen esofagus dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (epithelium stratificatum squamosum non cornificatum)
yang basah. Jika esofagus kosong, lumennya memperlihatkan banyak lipatan longitudinal
temporer di mukosa. Di lamina propria esofagus dekat lambung terdapat kelenjar kardia

8
esofagus (glandula cardialis oesophagi). Di submukosa terdapat kelenjar esofagus kecil.
Kedua kelenjar mengeluarkan mukus untuk melindungi mukosa dan mempermudah lewatnya
bahan makanan melalui esofagus. Dinding luar esofagus, muskularis eksterna, mengandung
campuran berbagai jenis serat otot. Di sepertiga atas esofagus, muskularis eksterna
mengandung baik serat otot rangka. Di sepertiga atas esofagus, muskularis eksterna
mengandung baik serat otot rangka maupun otot polos, sementara sepertiga bawah esofagus
terutama terdiri dari serat otot polos.9 Esofagus sendiri memiliki dua sfingter yakni sfingter
faringoesofagus yang membatasi faring dengan esofagus dan sfingter gastroesofagus yang
membatasi oesofagus dengan gaster (Lihat Gambar 7).6

Gambar 7: Histologi Esophagus9

Setelah oesophagus, terdapat gaster yang merupakan organ berongga luas yang terletak di
antara esofagus dan usus halus. Pada taut esofagus-lambung, terdapat prubahan mendadak
dari epitel berlapis gepeng esophagus menjadi epitel selapis silindris lambung. Pada
permukaan luminal lambung terlihat banyak lubang kecil yang disebut foveola gatrica
(gastric pit). Lubang ini dibentuk oleh epitel luminal yang berinvaginasi ke lamina propria
jaringan ikat mukosa di bawahnya. Kelenjar gastrika (glandula gastrica) tubular terletak di
bawah epitel luminal dan langsung bermuara ke foveolar gastrica untuk mengalirkan isinya
ke lumen lambung. Kelenjar gastrika turun melalui lamina propria ke muskularis mukosa.
Submukoso jaringan ikat padat yang terdapat di bawah mukosa lambung mengandung
banyak pembuluh darah dan saraf. Dinding otot tebal dari lambung atau muskularis eksterna
dibagi menjadi 3 lapisan tidak seperti oesophagus ataupun usus halus yang hanya dua
lapisan. Lapisan luar lambung dilapisi oleh serosa atau periotoneum viscerale dan lambung

9
dibagi menjadi 4 bagian yaitu cardia yang sempit , fundus berbentuk kubah, korpus dan
pylorus yang merupakan bagian terminal berbentuk corong. Fundus dan korpus membentuk
sekitar dua pertiga lambung dan memiliki histologi yang identik. Akibatnya, lambung hanya
mempunyai tiga daerah histologis yang berbeda. Fundus dan korpus membentuk bagian
utama lambung. Mukosanya terdiri atas berbagai jenis sel dan kelenjar gastrika (terletak di
dalam) yang menghasilkan sebagian besar getah atau sekresi lambung untuk pencernaan.
Seluruh bagian lambung memperlihatkan rugae, yaitu lipatan longitudinal mukosa dan
submukosa. Lipatan ini hanya terdapat sementara dan menghilang pada saat lambung
teregang oleh cairan atau bahan padat (Lihat Gambar 8).9

Gambar 8: Histologi Lambung9

Proses motilitas di mulut dan sekresi saliva


Pada proses pencernaan terdapat 4 proses dasar yaitu motilitas yang merupakan kontraksi
otot yang mencampur dan mendorong maju isi saluran cerna, sekresi yaitu hasil dari sistem
pencernaan terdiri dari air, elektrolit dan konstituen organik spesifik yang penting dalam
proses pencernaan, digesti yang merupakan penguraian dari struktur kompleks makanan yaitu
karbohidrat, protein dan lemak secara kimiawi menjadi satuan yang lebih kecil sehingga
dapat diserap dan absorpsi yang merupakan penyerapan unit-unit kecil dari makanan yang
dihasilkan oleh pencernaan bersama dengan air, vitamin dan elektrolit. Proses pencernaan
pertama kali terdapat di rongga mulut berupa mastikasi atau mengunyah. Mastikasi
merupakan motilitas mulut yang melibatkan pengirisan pernbekall, penggilingan dan
pencampuran makanan oleh gigi. Fungsi dari mastikasi ini adalah untuk menggiling dan
memecahkan makanan menjadi potongan kecil sehingga mudah ditelan dan luas
permukaannya yang akan terkena enzim semakin luas, untuk mencampur makanan dengan
liur serta merangsang kuntum kecap untuk memberikan rasa nikmat kecap yang subjektif dan
stimulasi untuk peningkatan sekresi liur.10 Saliva yang utama adalah kelenjar parotis,

10
submandibularis dan sublingualis selain itu juga terdapat kelenjar bukalis yang kecil. Sekresi
saliva normalnya berkisa 800 sampai 1500 ml dan saliva sendiri menyekresikan dua protein
utama yaitu sekresi serosa yang mengandung ptyalin untuk mencerna karbohidrat dan sekresi
mukus yang mengandung musin untuk menjadi pelumas dan pelindung permukaan. Kelenjar
parotis hampir seluruhnya menyekresi jenis serosa sedangkan kelenjar submandibularis dan
sublingualis menyekresi mukosa dan serosa. Kelenjar bukalis hanya menyekresi mukus.
Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap yaitu melibatkan asinus dan ductus salivarus. Saliva
mempunyai pH sekitar 6 sampai 7 yang merupakan pH optimal untuk kerja pencernaan
ptialin.11 Sekresi air liur berlangsung secara kontinu dengan menggunakan sekresi basal yang
penting untuk menjaga mulut dan tenggorokan agar tetap basah selain sekresi kontinu tingkat
rendah ini terdapat dua jenis refleks liur yang dapat meningkatkan sekresi liur antara lain
refleks liur sederhana jika kemoreseptor dan reseptor tekan di dalam rongga mulut berespons
terhadap keberadaan makanan yang akan mengaktifkan serat aferen untuk membawa
informasi ke pusat liur di medulla batang otak untuk mengirimkan impuls melalui saraf
autonom ekstrinsik ke kelenjar liur untuk meningkatkan sekresi liur lalu ada refleks
terkondisi atau didapat dimana salivasi terjadi tanpa stimulasi oral yaitu dengan hanya
berpikir, melihat, mencium atau mendengar makanan yang lezat memicu untuk salivasi
melalui refleks ini. Sinyal yang berasal dari luar mulut dan mental yang berhubungan dengan
kenikmatan makanan bekerja melalui korteks serebrum untuk merangsang pusat liur di
medulla (Lihat Gambar 9).10

Gambar 9: Sekresi saliva10

11
Proses menelan
Setelah mastikasi, akan terjadi proses menelan yang akan dimulai ketika suatu bolus atau
gumpalan makanan dikunyah atau encer dan secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang
mulut lalu menuju faring. Menelan merupakan refleks paling rumit di tubuh dan dibedakan
menjadi 2 tahap yaitu fase orofaringeal dan fase esophageal. Pada tahap orofaring terdiri dari
pemindahan bolus dari mulut melalui faring masuk ke esophagus. Ketika lidah mendorong
bolus ke faring, bolus akan diarahkan ke esophagus dan dicegah untuk masuk ke saluran
napas seperti hidung dan trakea dan sistem ini diatur oleh aktivitas terkoordinasi yaitu
seseorang tidak akan berusaha bernafas ketika saluran nafasnya tertutup sementara karena
pusat menelan sementara menghambat pusat respirasi, uvula juga akan terangkat dan
menekan bagian belakang tenggorok, menutupp saluran hidung dari faring sehingga makanan
tidak masuk ke hidung, posisi lidah menekan langit keras menjaga makanan tidak masuk
kembali ke mulut ketika menelan, makanan juga dicegah untuk masuk ke trakea dengan
elevasi laring dan penutupan erat lipatan vocal di pintu masuk laring atau glotis, lalu
epiglottis yang terletak di anterior glotis akan melipat ke belakang menutup glotis yang telah
tertutup menjadi proteksi tambahan agar makanan tidak masuk ke saluran napas, setelah itu
dengan tertutupnya glotis maka otot-otot faring berkontraksi mendorong bolus ke dalam
esophagus.10,11

Esophagus pada kedua ujungnya dijaga oleh sfingter yang merupakan struktur otot berbentuk
cicin yang pada saat tertutup akan mencegah lewatnya sesuatu pada saluran yang dijaganya.
Sfingter pada bagian atas esophagus adalah sfingter faringoesofagus dan sfingter bagian
bawah esophagus yaitu sfingter gastroesofagus. Sfingter faringoesofagus menjaga pintu
masuk ke esophagus untuk selalu tertutup sebagai hasil dari kontraksi otot rangka sirkular
sfingter yang dipengaruhi oleh saraf. Sewaktu menelan, sfingter ini terbuka dan
memungkinkan bolus masuk ke dalam esophagus. Setelah bolus berada di dalam esofagus,
sfingter faringoesofagus menutup, saluran napas terbuka, dan bernapas kembali dilakukan.
Impuls semsprol diteruskan ke pusat menelan pada medulla dan pons bagian bawah lalu
impuls motoric dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas menyebabkan
penelan dihantarkan secara beruurutan oleh N V, N IX, N X dan N XII. Tahap orofaring
selesai, dan sekitar 1 detik telah berlalu sejak proses menelan pertama kali dimulai.
Selanjutnya tahap menelan selanjutnya adalah tahap esophageal yang merupakan pusat
menelan yang memicu gelombang peristaltic primer yang menyapu dari pangkal ke ujung
esophagus dan mendorong bolus di depannya menulusuri esophagus untuk masuk ke

12
lambung. Proses tersebut membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai
bawah esophagus. Perambatan gelombang diatur oleh pusat menelan dan nervus vagus. Jika
bolus berukuran besar atau lengket maka plexus saraf intrinsic akan memulai gelombang
peristaltic tambahan untuk mendorong bolus tersebut. Gelombang peristaltic kedua ini tidak
melibatkan pusat menelan dan tidak disadari kejadiannya. Selain itu, pada waktu menelan
terdapat sfingter gastroesophageal yang berfungsi untuk mencegah refluks isi lambung ke
esophagus tetapi jika isi lambung mengalir balik walaupun sfingter sudah bekerja, asam pada
lambung akan membuat esophagus iritasi sehingga menimbulkan rasa yang tidak nyaman
atau bisa disebut nyeri ulu hati (heartburn).11

Proses pencernaan lambung dan sekresi lambung


Proses pencernaan pada lambung dimulai dari motilitas yang dibedakan menjadi empat aspek
yaitu pengisian, penyimpanan, pencampuran dan pengosongan. Dimulai dari pengisian, pada
bagian interior lambung terdapat lipatan-lipatan dalant yang akan semakin kecil dan nyaris
mendatar jika lambung sedikit melemas setiap makanan masuk. Respons tersebut diperantarai
oleh vagus yang dapat disebut relaksasi reseptif karena hanya menyebabkan lambung
mengalami sedikit peningkatan intralambung saat menampung makanan akan tetapi jika isi
makanan sudah melebih kapasitas volume lambung yaitu melebihi 1 L maka lambung akan
mengalami peregangan berlebih yang menyebabkan rasa yang tidak nyaman. Gelombang
peristaltik yang dipicu oleh sel interstisial Cajal menyebar melalui fundus dan korpus ke
antrum dan sfingter pilorus. Lapisan otot pada fundus dan korpus tipis menyebabkan
kontraksi otot pada bagian ini lemah. Sebaliknya, antrum dan sfingter pilorus memiliki
kontraksi yang lebih kuat karena otot yang tebal. Gerakan mencampur di fundus dan korpus
lemah sehingga pada korpus berfungsi untuk menyimpan makanan yang telah masuk dari
esofagus, sedangkan pada fundus tidak menyimpan makanan.10,12,13

Setelah pengisian adalah penyimpanan yaitu proses dimana makanan secara bertahap
disalurkan dari korpus ke antrum, tempat terjadinya pencampuran. Kontraksi peristaltik
antrum yang berfungsi untuk mencampur makanan dengan sekresi lambung menghasilkan
kimus. Pada saat gelombang peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menutupnya dengan
erat, partikel besar didorong balik kembali ke korpus lambung. Massa kimus antrum yang
terdorong ke depan terdorong lebih jauh lagi ke depan dan kemudian balik kembali seiring
dengan peningkatan gelombang peristaltik berikutnya. Aksi ini disebut retropulsi, terus
menghancurkan dan melunakkan kimus hingga partikel menjadi cukup kecil bagi

13
pengosongan dan mencampur isi dalam prosesnya. Terdapat faktor yang mempengaruhi laju
pengosongan lambung antara lain jumlah kimus di lambung yang mempengaruhi peregangan
pada lambung dan memicu peningkatan motilitas lambung melalui efek langsung peregangan
dan derajat fluiditas kimus yang mempengaruhi laju pengosongan lambung karena semakin
cepat tingkat keenceran yang sesuai tercapai maka semakin cepat juga isi lambung untuk
masuk ke dalam duodenum. Selain itu juga terdapat faktor duodenum yang memperlambat
pengosongan lambung yaitu lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Lemak merupakan
perangsang paling kuat untuk memperlambat pengosongan lambung karena paling lama
untuk dicerna dan diserap. Hal ini bertujuan supaya usus halus yang berfungsi untuk
mencerna dan mengabsorpsi lemak dapat memiliki cukup waktu untuk melakukan hal
tersebut. Faktor yang kedua adalah asam. Lambung berada dalam keadaan asam karena
adanya produksi HCl lalu HCl bercampur dengan kimus yang masuk ke dalam lambung.
Kimus ini akan dinetralkan oleh natrium bikarbonat (NaHCO3) sebelum masuk ke duodenum
yang disekresikan ke dalam lumen duodenum lalu terjadilah pelepasan sekretin yaitu hormon
yang akan memperlambat pengosongan isi lambung yang asam hingga netralisasi selesai.
Lalu faktor yang ketiga adalah hipertonisitas, Kecepatan pencernaan dan penyerapan
karbohirdat dan glukosa pada duodenum tidak sama. Akibatnya, molekul tetap ada di dalam
kimus dan osmolaritas isi duodenum meningkat. Air dalam jumlah besar yang masuk ke usus
dari plasma akan menyebabkan peregangan usus dan menyebabkan gangguan sirkulasi
karena berkurangnya volume plasma. Untuk mencegah etek-efek ini, pengosongan lambung
secara refleks dihambat jika osmolaritas isi duodenum mulai meningkat. Faktor yang
keempat adalah peregangan. Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat
pengosongan isi lambung sehingga menyediakan waktu bagi duodenum yang teregang untuk
memproses kelebihan kimus tersebut.

Sekresi lambung berasal dari mukosa lambung. Pada mukosa lambung terdapat dua tipe
kelenjar tubular yang penting yaitu kelenjar oksintik atau kelenjar gastrik dan kelenjar
pilorus. Kelenjar oksintik lambung terdiri atas tiga sel yaitu sel leher mukus yang berfungsi
untuk mensekresi mukus, sel peptik atau sel utama berfungsi untuk mensekresikan
pepsinogen, dan sel parietal yang berfungsi untuk mensekresi HCl dan faktor intrinsik.
Kelenjar pilorus mengandung sel-sel mukus dan mensekresikan hormon gastrin. Mukus
berfungsi sebagai proteksi dinding lambung dan pelumasan. Pepsin berfungsi sebagai enzim
proteolitik aktif yang berfungsi untuk memulai pencernaan protein dan bekerja dalam
medium yang sangat asam (pH optimal 1,8 sampai 3,5). Asam hidroklorida (HCl) berfungsi

14
untuk mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif yaitu pepsin, bersama
dengan isozim saliva mematikan mikroorganisme yang masuk bersama makanan. Faktor
intrinsik memicu endositosis di ileum terminal yang berperan penting dalam absorpsi vitamin
B12. 13

Pada lambung, sekresi dibagi menjadi 3 fase yaitu fase sefalik, fase lambung, dan fase
intestinal. Fase sefalik yaitu fase pada saat makanan belum mencapai lambung. Fase ini
berlangsung terutama sewaktu makanan sedang dikonsumsi. Fase ini timbul akibat melihat,
mencium, membayangkan, atau mencicipi makanan. Fase ini normalnya menghasilkan
sekitar 30 persen sekresi lambung. Selanjutya terdapat fase lambung, fase pada saat makanan
sudah berada di dalam lambung. Lambung mencerna protein, protein dan peptida pendek di
lumen lambung merangsang kemoreseptor yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik yang
menginduksi sekresi gastrik. Selain itu, protein menyebabkan pengaktifan serat vagus
ekstrinsik ke lambung. Aktivitas vagus semakin meningkatkan stimulasi saraf intrinsik pada
sel sekretorik dan memicu pelepasan gastrin. Gastrin menyebabkan terjadinya sekresi getah
lambung selama beberapa jam ketika makanan berada di dalam lambung. Fase gastrik sekresi
membentuk sekitar 60 persen dari total sekresi lambung. Fase ketiga yaitu fase intestinal
yaitu keberadaan makanan di bagian atas usus halus, khususnya pada duodenum. Hal ini akan
terus mengakibatkan lambung menyekresi sejumlah kecil getah pencernaan. Fase ini
membentuk kurang lebih 10 persen dari total sekresi lambung. Proses pencernaan
berlangsung terpisah di dalam lambung. Di korpus lambung, makanan berada dalam keadaan
setengah padat karena kontraksi peristaltik di bagian ini terlalu lemah untuk melakukan
pencampuran. Karena makanan tidak dicampur dengan sekresi lambung, di sini tidak banyak
berlangsung pencernaan protein. Namun, di bagian interior massa, pencernaan karbohidrat
berlanjut di bawah pengaruh amilase liur. Meskipun asam menginaktifkan amilase liur,
bagian dalam massa makanan yang tidak tercampur bebas dari asam. Pencernaan oleh getah
lambung itu sendiri berlangsung di antrum lambung, tempat makanan dicampur merata
dengan HCI dan pepsin melalui retropulasi. Pada lambung tidak terjadi absorpsi
makanan.10,13

Kaitan dengan Kasus


1. Saat tubuh kita menerima rangsangan bau makanan yang terlihat enak dan lezat, otak
seperti salah mengira bahwa kita akan segera memakan makanan itu. Oleh sebab itu
otak langsung bereaksi dengan cara mempersiapkan sistem pencernaan kita untuk

15
menerima makanan yang kita lihat. Setelah diperintah otak, lambung akan
mempersiapkan diri dan menyesuaikan jumlah asam lambung. Otak juga memberi
perintah kepada kelenjar saliva yang ada di dalam mulut untuk memproduksi air liur
serta mengumpulkannya di dalam mulut. Keadaan inilah yang sebenarnya terjadi jika
kita benar-benar ingin memakan sesuatu. Namun kenyataannya otak salah memberi
perintah dan mengira kita akan benar-benar mengunyah makanan lezat yang ada di
depan mata.
2. Rasa kenyang disebabkan oleh interaksi antara efek mekanistis makanan dalam
lambung (berupa distensi atau penggembungan lambung oleh makanan) dengan efek
kimia dari makanan berupa pelepasan hormon-hormon tertentu seperti Kolesistokinin
dari usus halus. Zat gizi yang terdapat dalam makanan seperti lemak, protein,
karbohidrat bisa merangsang produksi hormon yang menghantarkan signal rasa
kenyang seperti Kolesistokinin ke otak untuk diproses.

Kesimpulan

Mahluk hidup mempunyai organ pencernaan berupa mulut, esophagus, lambung, usus halus,
usus besar dan anus. Organ pencernaan ini memiliki struktur makroskopis dan mikroskopis
yang menunjang sistem percenaan dan didukung oleh fungsi dari masing-masing organ.
Secara umum, sistem pencernaaan manusia dibagi menjadi 4 prinsip dasar yaitu motilitas,
sekresi, pencernaan dan absorpsi. Mahluk hidup mempunyai organ pencernaan berupa mulut,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Secara umum, sistem pencernaaan
manusia dibagi menjadi 4 prinsip dasar yaitu motilitas, sekresi, pencernaan dan absorpsi. Jika
seseorang memikirkan atau mencium makanan maka sekresi saliva akan meningkat. Refleks
saliva tersebut disebut dengan reflek terkondisi.

Daftar Pustaka

1. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s basic anatomy. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2012.
2. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi gastrointestinal [monograf di internet]. 2009
[diakses pada 16 Juli 2017]. Tersedia di;
https://books.google.co.id/books?id=iAgY9vp46O4C&pg=PA3&dq=lingua+pada+m
ulut&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjImOyw_4rVAhUKPY8KHREbCqQQ6AEIJjAB
#v=onepage&q=lingua%20pada%20mulut&f=false
3. Perace EC. Anatomi Fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama ;
2009. h. 87-91.

16
4. Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis dasar. Jakarta: Hipokrates;2002. h. 153-7.
5. Sugiarto B. Fisiologi dan Anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2008. h. 265-6.
6. Syaifuddin. Anatami Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. h. 66-9.
7. Widjaja IH. Anatomi abdomen [monograf di internet]. 2009 [diakses pada 16 Juli
2017]. Tersedia di:
https://books.google.co.id/books?id=0TQ9i2rnMiMC&pg=PA52&dq=anatomi+esofa
gus&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwimsbXhuYvVAhXMuI8KHcmzDOcQ6AEIMzA
D#v=onepage&q=anatomi%20esofagus&f=false
8. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. 3rd Ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2007.
9. Eroschenko VP. DiFiore’s atlas of histology with functional correlations. 11th Ed.
USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
10. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th Ed. California: Brooks Cole;
2012.
11. Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 12th Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier; 2011.
12. Ganong WF. 2010. Review of medical physiology Ganong’s. Edisi: 23. New York:
The McGraw-Hill Companies.Inc.
13. Rahmalia A. Lecture notes kedokteran klinis. Diterjemahkan dari: Lecture notes on
clinical medicine. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Oxford: Blackwell Science
Ltd; 2007.

17

Anda mungkin juga menyukai