BAB I
PENDAHULUAN
yang terlebih dahulu sudah diketahui kedalaman dan lapisan batubara yang akan
dieksplorasi. Data yang diperoleh dari hasil logging pada sumur disebut sebagai data
log atau well log (Sheriff, 2002).
Oleh karena itu, dalam pelakasanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selain
mengetahui alur proses penambangan di PT. Kaltim Prima Coal, dapat juga
mengetahui proses operasi perekaman data sumuran/ lubang bor dengan
memanfaatkan metode Geophysical Logging untuk eksplorasi batubara yang ada di
PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta Kalimantan Timur.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Semester 7
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman Samarinda
2. Untuk mengetahui dan memahami proses kegiatan eksplorasi batubara
yang ada di PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
3. Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai geophysical logging yang
ada di Geology Department, Exploration Drilling Section PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta
1.2.2. Tujuan Khusus Kerja Praktek
1. Mengetahui proses gophysical logging yang ada di Geology Department,
Exploration Drilling Section PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
2. Mengetahui apakah jenis litologi batuan yang dominan berdasarkan data
log gamma ray dan log density ?
3. Mengetahui jumlah seam batubara beserta kedalaman dan ketebalan yang
terdapat pada lubang bor berdasarkan data log
3
Pertemuan dan
1 Pengarahan PKL dari
PT Kaltim Prima Coal
2 Orientasi Lapangan
Perancangan Program
3
Kerja
Pelaksanaan Program
4
kerja
5 Penyusunan Laporan
Presentasi dan Evaluasi
6
Hasil Kerja
5
BAB II
DESKRIPSI UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA
Inggris, tetapi sejak 10 Oktober 2003 seluruh saham PT. KPC yang dimiliki
oleh kedua perusahaan tersebut dijual kepada PT. Bumi Resources Tbk.
0 25 km
Keterangan:
0030’LU 00 30’LU
Qal Endapan Alluvial
:Sesar Naik
:Sinklin
117 15’BT
0
1170 30’BT
Skema 2.1 Skema Penambangan PT. KPC (Coal Technical Service PT. KPC)
(Sumber: PT. Kaltim Prima Coal)
10
2.1.7 Stratigrafi
PT. Kaltim Prima Coal yang terletak di daerah Sangatta di antara Delta
Mahakam dan Tinggian Mangkalihat yang merupakan Cekungan Kutai bagian Utara.
Berdasarkan hasil analisis dari Formasi Balikpapan di daerah Sangatta, dapat
disimpulkan bahwa sistem delta di Sangatta merupakan perkembangan delta
tersendiri, yang berkembang di bagian utara Cekungan Kutai dan terpisah dari sitem
Delta Mahakam purba di bagian selatan Di kawasan Sangatta pengendapan delta yang
cepat pada Miosen Tengah mulai membebani endapan lempung tebal berumur Tersier
dan mengakibatkan masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil.
Adapun formasi yang terdapat pada cekungan kutai terdiri dari 5 formasi
diantaranya:
1. Formasi Pamaluan
Formasi Pamaluan merupakan batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu
pasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir
13
Tmpb
Tmb
Tmpb a
Tmba
line
LOC A TION MA P D
U
c
Anti
Le D
k mb U
a
u
ura
S.
clin
Fa
ul
Sek
Le
Sy n
t
m
ba
e
k
BE NGALON
Penebanga
Ran
tau Fault
n
Oa Tmpb
t
ul
Fa Tpkb
n
g alo
P
galo n
S. Ben
S.
S ek
P ORT
ura
S ITE
u
S epaso Bar u
Qa
it
S. Qa
ra
Be
ng
alo
n
St
Tmpb
Tmba
e
NORTH
clin
r
P INANG
sa
Syn
Tmba
as
Runtu
Tmpb
ak
Lemb
Tmpb Tmp
M
lt
ak
F au
ME LAW AN P INANG Villa
Syn
NORTH DOME U E AS T
c
D P INANG
line
line
WEST
P INANG
Antic
Tmba LEGEND
ME LAW AN
WEST Limit of Lembak B lock
Melawan
(D U 417) 90,706 H a
Limit of K PC Exploitation
Tanjung Bar a (D U 1517) 9,618 H a
ta
P apa
Bar u
Char lie
S. S
Teluk Qa
Lingga
KU TAI N ATION AL PAR K Tpkb
Qa
Tmba
S angatta Tmpb
S.
S cale 1:100000 Sa Tmp
ng
0 2. 5 a tt
10K m a
5 R iver
R oad
REGIONAL GEOLOGY
LEMBAK EXPLORATION BLOCK
suatu sumber radioaktif dari alat pengukur memancarkan sinar gamma dengan
intensitas energi tertentu menembus formasi/batuan pada lubang bor, dapat
dilihat pada gambar 2.5. Sumber radiasi yang digunakan pada pengukuran log
densitas adalah Ce-137 (Asquith, 1976).
Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor
yang berjarak tertentu dengan sumbernya. Makin lemahnya energi yang kembali
menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalam batuan, yang berarti makin
banyak/padat butiran/mineral penyusun batuan persatuan volume. Besar kecilnya
energi yang diterima oleh detektor tergantung dari :
- Besarnya densitas matriks batuan
- Besarnya porositas batuan
- Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori-pori batuan
(BPB manual, 1981)
menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari
pulsa yang tercatat per satuan waktu yang dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut
(Harsono, 1993)
Gambar 2.8 Respon Lapisan Batuan Dengan Log Gamma Ray (Martono, 2004)
c. Log Caliper
Log mekanik (caliper) bertujuan untuk mengukur diameter lubang bor dengan
kedalamaan. Pengukuran diameter tersebut dilakukan oleh dua ‘lengan’ berartkulasi
yag berlawanan dengan dinding lubang bor. Biasanya alat logging langsung
dilengkapi dengan caliper, seperti mikrolog, dan log densitas-neutron. Log kaliper ini
hasilnya berupa nilai diameter lubang bor yang kontinyu dengan kedalaman (Rider,
1996).
21
Gambar 2.9 Log Kaliper menunjukkan diameter lubang bor (Rider, 1996).
Gambar 2.10 Respon log ideal dari masing-masing litologi (Setiahadiwibowo, 2016).
Menurut (BPB Manual, 1981) penentuan batas litologi dan ketebalan lapisan
batubara dihasilkan dari kombinasi Density log, Gamma Ray log dan caliper untuk
menghasilkan kombinasi log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan
batubara. SSD mampu untuk melakukan identifikasi rongga-rongga, misalnya pada
roof dan floor. Pengukuran titik-titik batas pada garis transisi antara lapisan batubara,
roof dan floor serta parting mempunyai cara yang berbeda untuk masing-masing
komponen log densitas. Batasan untuk setiap log adalah GR yaitu 1/3 panjang garis
menuju lapisan yang berdensitas rendah. LSD yaitu1/3 panjang garis menuju lapisan
yang berdensitas rendah dan SSD sebesar 1/2 panjang garis defleksi
23
Gambar 2.11 Respon dari beberapa log pada berbagai batuan (BPB Manual 1981)
1. Efek fotolistrik
Pada efek fotolistrik, foton datang mentransfer seluruh energinya pada elektron
atomik material penyerap
2. Efek Compton
Pada efek Compton foton datang memberikan sebagian energinya pada elektron
atomik dengan melahirkan foton baru yang berfrekuensi lebih rendah
3. Produksi pasangan
Pada produksi pasangan, sebuah foton dating berenergi sekurang-kurangnya 1,02
MeV lewat dekat inti atom melakukan materialisasi atau berubah menjadi
sepasang partikel bermassa sama yaitu elektron dan positron.
(Sitorus, 2018).
25
BAB III
PELAKSANAAN PKL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Pada kegiatan logging sebelum melakukan logging khususnya untuk
lubang Open Hole, Operator harus melakukan pengecekan lubang bor terlebih
dahulu atau lubang bor harus di test terlebih dahulu dengan menggunakan
Dummy Sonde yang terpasang di logging shed untuk mengetahui lobang bor
buntu atau tidak. Jika ada kendala di dummy sonde (lubang bor blok ) maka
perlu dipastikan dengan memasang pipa HQ untuk menghindari lubang runtuh
dan mengakibatkan terjepitnya sonde dan sumber radiasi yang mengakibatkan
tertinggal di dalam lubang bor. Setelah dilakukan pengetesan dengan dummy
sonde dan hasilnya lubang bor tidak buntu, lalu sonde yang sudah terpasang
dengan sumber radiasi diturunkan perlahan-lahan sampai kedasar lubang.
Perekaman logging dilakukan pada saat sonde ditarik keatas dengan
Kecepatan logging sebagai berikut :
1. Logging di dalam rods / casing.
Kecepatan penurunan logging 10 meter/menit
Kecepatan pencatatan saat naik untuk litologi non-coal adalah empat
(4) meter/menit.
Kecepatan pencatatan saat naik untuk batubara (coal) adalah dua (2)
meter/menit.
2. Logging di luar rods / casing.
Kecepatan penurunan logging 6-8 meter/menit
Kecepatan pencatatan saat naik untuk litologi non-coal adalah empat
(4) meter/menit.
Kecepatan pencatatan saat naik untuk batubara (coal ) adalah tiga (3)
meter/menit
29
d. Perekam Data
Perekam data yang berupa data digital meliputi data formasi bukaan
lubang, data kedalaman serta data identitas lubang dan parameter kerja.
Perekam data pokok lubang dilakukan dengan langsung menginput data
identitas lubang melalui papan ketik. Data kedalaman dikirim dari tripod
berdasarkan putaran roda pully . data dari sonde berupa :
- Data intesitas radiasi gama alami yang langsung diukur oleh salah satu
detektor pada sonde (dalam API atau CPS), pada PT.Kaltim Prima
Coal menggunakan satuan CPS (count per second)
- Data terapan jenis spasi pendek/panjang dua detektor yang letaknya
terpisah yang masing-masing berjarak 14 cm dan 31cm dari sumber
radiasi gamma. Data diteruskan lewat kabel sonde dan dibaca dalam
satuan CPS. Sebelum diadakan operasi logging lubang sistem
pengukuran sonde di kalibrasi dengan suatu bahan yang sudah
diketahui rapat jenisnya.
- Data bukaan yang menunjukan besar diameter lubang
e. Sistem Penyajian
Data yang terekam pada komputer setiap saat dapat di display ke
kertas printer. Demikian juga saat logging gambar log dari ketiga parameter
yang diukur secara otomatis dapat dilihat pada layar komputer.
Hasil perekaman yang didapatkan dari proses logging tersebut
berbentuk kurva log. Kurva log (Gambar 3.1 ) yang terdapat pada software
winlogger tersebut terdiri atas log gamma ray dan log density . Dari kurva
tersebut dapat ditentukan litologi batuan yang terdapat di bawah permukaan
tanah. Apabila defleksi log dalam satuan CPS menunjukkan nilai yang tinggi,
maka akan menunjukkan nilai yang rendah dalam satuan gr/cc. Pemanahan
adalah apabila nilai dalam CPS tinggi berarti sinyal radioaktif yang ditangkap
kembali oleh sensor juga tinggi, hal ini disebabkan sinyal radioaktif yang
31
Tabel 3.1 Litologi batuan dari Hasil Logging dengan kedalaman 138 meter
Kedalaman (m) Ketebalan
No Litologi batuan
Dari Sampai (m)
1 Topsoil 0 2 2
2 Mudstone 2 25.66 23.66
3 Sandstone 25.66 26.66 1
4 Coal 25.66 28.73 3.07
5 Mudstone 28.73 29.15 0.42
6 Coal 29.15 32.67 3.52
7 Mudstone 32.67 43.27 10.6
8 Coal 43.27 43.64 0.37
9 Mudstone 43.64 44.82 1.18
10 Coal 44.82 45.11 0.29
11 Mudstone 45.11 78.92 33.81
12 Coal 78.92 81.24 2.32
13 Mudstone 81.24 81.66 0.42
14 Shaley Coal 81.66 81.78 0.12
15 Mudstone 81.78 81.98 0.2
16 Shaley Coal 81.98 82.06 0.08
17 Mudstone 82.06 82.28 0.22
18 Coal 82.28 82.82 0.54
19 Mudstone 82.82 83.37 0.55
20 Coal 83.37 84.4 1.03
21 Mudstone 84.4 88.3 3.9
22 Ironstone 88.3 88.5 0.2
23 Mudstone 88.5 93.3 4.8
24 Sandstone 93.3 93.8 0.5
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Proses gophysical logging yang ada di Geology Departmen, Drilling
Exploration Section PT. Kaltim Prima Coal Sangatta dilaksanakan setelah
pengeboran, setelah dilakukan pengeboran maka tahap selanjutnya proses
logging dengan mengikuti standard operating procedure (SOP)
Pengoperasian Geophysical Logging yang telah dibuat, mulai dari persiapan
pra keberangkatan dan proses logging.
2. Dimana Litologi batuan yang lebih dominan pada daerah ekplorasi di
PT.KPC berdasarkan hasil perekaman log adalah yaitu mudstone
3. Terdapat 9 seam batubara dengan ketebalan maksimum seam batubara
sebesar 4.72 meter pada kedalaman 113.82 meter sampai 118.54 meter dan
ketebalan minimum seam batubara sebesar 0.29 meter pada kedalaman
44.82 meter sampai 45.11 meter.
36
4.2 Saran
1. Sebaiknya pada proses perekaman geophysical logging dilakukan cek list
peralatan dan langkah kerja penggunaan standard operating procedure (SOP)
sebelum dan sesudah melakukan logging agar peralatan dapat tersusun untuk
kegiatan logging selanjutnya.
2. Sebaiknya pada proses perekaman geophysical logging selalu diperhatikan
pully pada tripod yang berfungsi untuk memutar meteran yang mendeteksi
kedalaman apakah berputar sesuai dengan penarikan winch sehingga ketebalan
dan kedalaman batuan sesuai dengan hasil pada penambangan nantinya
3. Sebaiknya setelah melakukan proses perekaman geophysical logging dengan
menggunakan log density dan log gamma ray, selanjutnya dilakukan proses
logging menggunakan log vertically untuk mengukur azimuth dan derajat
kemiringan lubang bor supaya dapat diketahui kemiringan lubang bor dan
dikoreksi dengan menggunakan software setelah melakukan koreksi data log.
37
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Farid. 2016. Identifikasi Pola Sebaran seam dan perhitungan sumber daya
batubara menggunakan interpretasi data log geofisika pada lapangan “f”,
sumatera Selatan. Lampung: Universitas Lampung
Asquith, George B. 1982. Basic Well Log Analysis for Geologist. American
Association of Petroleum Geologist. Oklahoma
BPB manual, 1981, British Petroleum Book, British company, United Kingdom
Firdaus. 2008. Interpretasi Petrofisika. PT. ELNUSA GEOSAINS
Firth, D. 1999. Long Analysis for Mining Application. Reeves Wireline Services
Harsono. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Data Services :
Jakarta
Martono. 2004. Prinsip Pengukuran Logging (Dokumen RecsaLOG).
Bandung
Rider, Malcolm. 1996. The Geological Interpretation of Well Logs. Skotlandia:
Rider-French Consulting Ltd.
Setiahadiwibowo, Ajimas Pascaning. 2016. Analisis Karakteristik Batubara
Berdasarkan Rekaman Well Logging di Daerah Kabupaten Katingan
Kalimantan Tengah. Yogyakarta: UPN Veteran
Sitorus, Merryana D. 2018. Kaitan Intensitas Hamburan Sinar Gamma Terhadap
Sifat fisis batuan. Samarinda: Universitas Mulawarman
Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second
Edition. Cambridge University Press : USA.
Zain, M.K. 2011. Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar pada
Lapangan Boonsville. Jakarta: Universitas Indonesia