Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memanfaatkan kekayaan alam yang terdapat di bumi sangat diperlukan
termasuk Indonesia sendiri yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah
seperti batubara, gas alam, mineral dan minyak bumi. Untuk mengetahui potensi
sumber daya alam yang melimpah maka dibutuhkan suatu metode yang digunakan
untuk kegiatan eksplorasi.
Metode well logging adalah perekaman data yang dilakukan dari pengukuran
dengan memanfaatkan lubang bor untuk mengetahui variasi beberapa karakteristik
batuan atau sifat fisis dari batuan yang berasal dari hasil pengeboran lubang bor.
Metode ini digunakan untuk mengetahui geologi regional yang terdapat dikawasan
pengeboran. Dengan metode well loging juga dapat mengetahui kedalaman,
ketebalan, kualitas lapisan batubara dan letak batubara tersebut dan juga mengetahui
kedalaman dari setiap lapisan termasuk lapisan batubara (Setiahadiwibowo, 2016).
Well Logging merupakan penentuan sifat fisika pada material yang ada pada lubang
bor. Kegiatan yang sering dilakukan dalam pekerjaan pengeboran setelah selesai
hasil pengukuran atau pencatatan tersebut disajikan dalam kurva log vertikal yang
sebanding dengan kedalamannya dengan menggunakan skala tertentu sesuai
keperluan pemakainya. Tampilan data hasil metode tersebut adalah dalam bentuk log
yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang menunjukkan parameter yang diukur
secara kontinyu dalam sebuah sumur bor.
Kegunaan well logging dalam hubungannya dengan eksplorasi geofisika
antara lain untuk mengidentifikasi litologi ketebalan serta kedalaman lapisan,
mempercepat hasil bawah permukaan dan memperkecil resiko pengeboran,
membantu menentukan densitas, porositas serta temperatur bawah permukaan,
menentukan kandungan shale dan korelasi antar lapisan (Harsono, 1997). Sehingga
dari kegiatan tersebut dapat mempermudah melakukan suatu kegiatan penambangan
2

yang terlebih dahulu sudah diketahui kedalaman dan lapisan batubara yang akan
dieksplorasi. Data yang diperoleh dari hasil logging pada sumur disebut sebagai data
log atau well log (Sheriff, 2002).
Oleh karena itu, dalam pelakasanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selain
mengetahui alur proses penambangan di PT. Kaltim Prima Coal, dapat juga
mengetahui proses operasi perekaman data sumuran/ lubang bor dengan
memanfaatkan metode Geophysical Logging untuk eksplorasi batubara yang ada di
PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta Kalimantan Timur.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi mata kuliah Praktek Kerja Lapangan di Semester 7
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman Samarinda
2. Untuk mengetahui dan memahami proses kegiatan eksplorasi batubara
yang ada di PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
3. Untuk mengetahui dan mempelajari mengenai geophysical logging yang
ada di Geology Department, Exploration Drilling Section PT. Kaltim Prima
Coal Sangatta
1.2.2. Tujuan Khusus Kerja Praktek
1. Mengetahui proses gophysical logging yang ada di Geology Department,
Exploration Drilling Section PT. Kaltim Prima Coal Sangatta
2. Mengetahui apakah jenis litologi batuan yang dominan berdasarkan data
log gamma ray dan log density ?
3. Mengetahui jumlah seam batubara beserta kedalaman dan ketebalan yang
terdapat pada lubang bor berdasarkan data log
3

1.3. Batasan Masalah


Penulisan laporan PKL ini dibatasi pada masalah operasi perekamanan data
sumuran/lubang bor dengan menggunakan metode geophysical logging.

1.4. Manfaat Kerja Praktek


1. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri sehingga
perusahaan tersebut dikenal dikalangan akademis
2. Universitas akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui
pengalaman kerja praktek
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana gambaran mengenai dunia kerja di
bidang eksplorasi khususnya pada geophysical logging
4. Dapat menambah wawasan mengenai perekaman data sumuran/lubang bor
yang ada di PT. Kaltim Prima Coal Sangatta

1.5. Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup dari pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Kaltim Prima Coal
Sangatta adalah sebagai berikut:
1. Orientasi umum di setiap bagian dan unit proses yang ada yang ada di PT.
Kaltim Prima Coal Sangatta
2. Orientasi khusus di Geology Department, Exploration Drilling Section PT.
Kaltim Prima Coal Sangatta
4

1.6. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada 05 November s/d 05 Desember
2018, bertempat di Geology Department, Exploration Drilling Section PT. Kaltim
Prima Coal Sangatta.
Minggu ke-
No Uraian
I II III IV

Pertemuan dan
1 Pengarahan PKL dari
PT Kaltim Prima Coal
2 Orientasi Lapangan
Perancangan Program
3
Kerja
Pelaksanaan Program
4
kerja
5 Penyusunan Laporan
Presentasi dan Evaluasi
6
Hasil Kerja
5

BAB II
DESKRIPSI UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan PT. Kaltim Prima Coal


2.1. 1 Sejarah Dan Latar Belakang PT. Kaltim Prima Coal
PT. Kaltim Prima Coal terletak di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur,
Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 90.960 Ha. Lokasi
Pertambangan PT. Kaltim Prima Coal terletak di sebelah Timur Sungai
Sangatta dan berjarak ±20 km dari pantai Timur Kalimantan.
Informasi struktur geologi dan cadangan batubara di Kalimantan
Timur khususnya di daerah Sangatta diteliti oleh tim survei geologi Belanda
pada tahun 1930. Pada tahun 1970, PT Rio Tinto Indonesia melakukan
kegiatan eksplorasi lanjutan. Negosiasi perjanjian dengan pemerintah dimulai
pada akhir tahun 1978 dan berakhir pada tahun 1982.
Pada tahun 1982 PT. KPC menandatangani perjanjian dengan
pemerintah Indonesia yang isinya merupakan pengakuan pemerintah
Indonesia terhadap PT. KPC sebagai perusahaan pertambangan yang berhak
melakukan eksplorasi dan eksploitasi batubara di daerah Kalimantan Timur,
termasuk pemasaran (ekspor) batubara tersebut. Hasil studi kelayakan
penambangan yang selesai pada tahun 1986 menyatakan cadangan batubara
terukur diperkirakan berjumlah 360 juta ton. Pada tahun 1988, PT. KPC telah
menyelesaikan penyusunan rencana operasi penambangan.
Penambangan konstruksi sarana serta infrastruktur lainnya dimulai
pada tahun 1989. Produksi batubara secara menyeluruh dimulai sejak Agustus
1991 dan eksplorasi resmi dibuka pada tahun September 1991. Produksi
komersial dimulai pada tahun 1991 dengan produksi pengapalan batubara
sebanyak 7,3 juta ton dicapai pada tahun 1992.
Pada awalnya, PT. KPC merupakan perusahaan joint venture antara
Conzinc Rio Tinto Australia (CRA Limited) dan British Petroleum (BP) dari
6

Inggris, tetapi sejak 10 Oktober 2003 seluruh saham PT. KPC yang dimiliki
oleh kedua perusahaan tersebut dijual kepada PT. Bumi Resources Tbk.

2.1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara administratif, wilayah PT. KPC berbatasan dengan :
1. Utara : Kabupaten Kutai Timur sisi Utara
2. Timur : Selat Makassar
3. Selatan : Kabupaten Kutai Timur sisi Selatan
4. Barat : Kabupaten Kutai Timur sisi Barat/ Taman Nasional Kutai
Secara astronomis, koordinat PT. KPC terletak pada 117° 26’ 24” –
117° 33’ 36” BT dan 0° 34’ LU sampai dengan 1° 17’ LS.

Gambar 2.1. Lokasi Daerah PKP2B PT Kaltim Prima Coal


(Sumber: Mining Operation Division PT. Kaltim Prima Coal)
7

1170 15’BT 1170 30’BT


PETA GEOLOGI
DAERAH SANGATTA, KUTAI TIMUR,
KALIMANTAN TIMUR
U

0 25 km
Keterangan:
0030’LU 00 30’LU
Qal Endapan Alluvial

Tmpk Formasi Kampungbaru

Tmbp Formasi Balikpapan

Tmpb Formasi Pulaubalang


Tmbe Formasi Bebuluh
Tmp
Formasi Pamaluan
00 15’LU 00 15’LU
20
:Antiklin : Strike/Dip :Sesar Mendatar

:Sesar Naik
:Sinklin

117 15’BT
0
1170 30’BT

Gambar 2.2 Peta Geologi Lembar Sangatta, Kalimantan Timur Skala


1:250.000 (Sukardi et al., 1995).
8

Untuk mencapai lokasi PT. KPC dapat ditempuh dengan beberapa


alternatif, yaitu:
1. Melalui rute darat: Balikpapan - Samarinda - Simpang Bontang - Sangatta
dengan total jarak 370 km, dengan rincian 150 km dari Samarinda dan 220
km dari Balikpapan, dengan kondisi jalan aspal agak rusak terutama jalur
Samarinda - Bontang dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat.
2. Melalui rute darat : Bontang - Simpang Bontang - Sangatta, dengan jarak
65 km, dengan kondisi jalan aspal yang cukup baik dan dapat ditempuh
dengan kendaraan roda empat.
3. Melalui rute udara : Balikpapan – Sangatta dapat ditempuh dengan
pesawat Cassa dari bandara Sepinggan Balikpapan ke bandara Tanjung
Bara di Sangatta selama 50 menit.
2.1.3 Tahapan Kegiatan Pertambangan PT. Kaltim Prima Coal
1. Kegiatan penambangan di PT. Kaltim Prima Coal menggunakan metode
konvensional yaitu kegiatan penambangan dengan menggunakan truck
and shovel. Loader dengan tipe backhoe ataupun power shovel digunakan
dalam kegiatan pengupasan overburden dan penambangan batubara
sementara dump truck digunakan untuk kegiatan hauling secara umum.
2. Dalam kegiatan pemindahan batubara PT. Kaltim Prima Coal juga
menggunakan conveyor sepanjang 14 km. Conveyor ini digunakan untuk
memindahkan batubara dari wilayah MOD menuju Pelabuhan Tanjung
Bara sebelum dikapalkan.
3. Adapun skema proses penambangan di PT. Kaltim Prima Coal adalah
sebagai berikut :
9

Skema 2.1 Skema Penambangan PT. KPC (Coal Technical Service PT. KPC)
(Sumber: PT. Kaltim Prima Coal)
10

2.1.4 Struktur Organisasi Drilling Section

GEOLOGY DEPARTMENT - DRILLING SECTION 2018


PT. KALTIM PRIMA COAL

Bagan 2.1 Struktur Organisasi


(Sumber : Geology Department)
11

2.1.5 Iklim dan Curah Hujan


Sangatta termasuk dalam daerah berhujan tropis, dengan ciri-ciri
intensitas curah hujan yang sangat bervariasi dari rendah (1,6 mm) hingga
hujan intensitas tinggi (2,5 mm) dengan waktu yang dapat sangat singkat,
tetapi dapat pula dengan waktu yang panjang. Rata−rata temperatur sepanjang
tahun berkisar antara 20oC sampai 34oC. Pergerakan temperatur harian 3oC −
4oC. Kelembaban rata-rata 80%, dengan kelembaban pagi hari 90% dan sore
hari 70%. Daerah Sangatta memiliki iklim dengan curah hujan yang relatif
tinggi.
2.1.6 Kualitas Batubara
Kelompok lapisan batubara utama yang dijumpai di operasi tambang
PT. Kaltim Prima Coal adalah Prima, Pinang dan Melawan dengan nilai kalor
tertinggi dimiliki oleh lapisan Batubara Prima yaitu sekitar 6750 kkal/kg
disusul oleh Pinang sekitar 6200 kkal/kg dan Melawan sekitar 5400 kkal/kg.
Perbandingan kualitas antara ketiganya bisa dilihat di Tabel 2.1.
Namun seiring dengan berkembangnya kegiatan penambangan PT.
Kaltim Prima Coal dan juga seiring kegiatan eksplorasi yang terus dilakukan
diikuti dengan ditemukannya cadangan-cadangan batubara baru, kini
batubara di PT. Kaltim Prima Coal dikategorikan kedalam enam kualitas,
yaitu : Prima, Pinang High Energy, Pinang, Pinang Low Energy, Pelikan,
Melawan dengan nilai Calorific Value dan Total Sulfur sebagai berikut.
12

Tabel 2.1. Karakteristik Produk Batubara PT Kaltim Prima Coal


Karakteristik PRIMA PINANG MELAWAN
Proxymate Analysis (ADB)
Moisture, % 5,0 9,0 18,0
Ash, % 5,0 5,5 3,0
Volatile, % 41,0 40,0 38,0
Fixed carbon, % 49,0 45,5 41,0
Calorivic Value
Air dried, kcal/kg 7100 6546 5735
Gross as received, kcal/kg 6689 6150 5350
Net as received, kcal/kg 6389 5850 5009
(Sumber: Coal Technical Service PT. Kaltim Prima Coal, 2016)

2.1.7 Stratigrafi
PT. Kaltim Prima Coal yang terletak di daerah Sangatta di antara Delta
Mahakam dan Tinggian Mangkalihat yang merupakan Cekungan Kutai bagian Utara.
Berdasarkan hasil analisis dari Formasi Balikpapan di daerah Sangatta, dapat
disimpulkan bahwa sistem delta di Sangatta merupakan perkembangan delta
tersendiri, yang berkembang di bagian utara Cekungan Kutai dan terpisah dari sitem
Delta Mahakam purba di bagian selatan Di kawasan Sangatta pengendapan delta yang
cepat pada Miosen Tengah mulai membebani endapan lempung tebal berumur Tersier
dan mengakibatkan masa lempung yang belum mampat (kompak) itu menjadi labil.
Adapun formasi yang terdapat pada cekungan kutai terdiri dari 5 formasi
diantaranya:
1. Formasi Pamaluan
Formasi Pamaluan merupakan batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu
pasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir
13

halus-sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat,


karbonan dan gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang
dan perlapisan sejajar. Formasi Pemaluan merupakan batuan palling bawah
yang tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas formasi ini
berhubungan menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih kurang
2000 meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen (Noor, 2009).
2. Formasi Bebulu
Formasi Bebulu terdiri dari limestone berselang seling dengan shale,
siltstone, dan sandy limestone. Terbentuk pada zaman Miosen atas dan
merepresentasikan lingkungan pengendapan laut dangkal.
3. Formasi Pulaubalang
Perselingan batupasir dengan batulempung dan batulanau, setempat
sisipan tipis lignit, batugamping atau batupasir gampingan, lingkungan
pengendapan pro-delta.
4. Formasi Balikpapan
Batupasir, batulempung, lanau, tuf dan batubara, struktur silang silur
dan perarian, setempat sisipan batubara dengan ketebalan 20 - 50 cm,
lingkungan pengendapan muka daratan - delta.
5. Kampung Baru
Formasi Kampungbaru (Tpkb), merupakan batupasir kuarsa dengan
sisipan lempung, serpih; lanau dan lignit; pada umumnya lunak, mudah
hancur. Batupasir kuarsa putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak
berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau
kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau
konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung,
diameter 0.5 – 1 cm, mudah lepas.
14

Tmpb

Tmb
Tmpb a

Tmba

line
LOC A TION MA P D
U

c
Anti
Le D
k mb U
a

u
ura
S.

clin
Fa
ul

Sek
Le

Sy n
t
m
ba

e
k
BE NGALON

Penebanga
Ran
tau Fault

n
Oa Tmpb
t
ul
Fa Tpkb

n
g alo
P

galo n
S. Ben

S.
S ek
P ORT

ura
S ITE

u
S epaso Bar u

Qa

it
S. Qa

ra
Be
ng
alo
n

St
Tmpb
Tmba
e

NORTH
clin

r
P INANG

sa
Syn

Tmba

as
Runtu

Tmpb

ak
Lemb

Tmpb Tmp

M
lt
ak

F au
ME LAW AN P INANG Villa
Syn

NORTH DOME U E AS T
c

D P INANG
line
line

WEST
P INANG
Antic

Tmba LEGEND
ME LAW AN
WEST Limit of Lembak B lock
Melawan

(D U 417) 90,706 H a
Limit of K PC Exploitation
Tanjung Bar a (D U 1517) 9,618 H a
ta

S angatta Seam Subcrop


angat

P apa
Bar u
Char lie
S. S

Teluk Qa
Lingga
KU TAI N ATION AL PAR K Tpkb
Qa
Tmba

S angatta Tmpb
S.
S cale 1:100000 Sa Tmp
ng
0 2. 5 a tt
10K m a
5 R iver
R oad

REGIONAL GEOLOGY
LEMBAK EXPLORATION BLOCK

Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Daerah Eksplorasi


Drawn by drafting section -P&T- geology/Lembak2.prs
(Sumber: PT KPC).
15

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Well logging
Metode well logging adalah perekaman data yang dilakukan dari pengukuran
dengan memanfaatkan lubang bor untuk mengetahui variasi beberapa karakteristik
batuan atau sifat fisis dari batuan yang berasal dari hasil pengeboran lubang bor.
Metode ini digunakan untuk mengetahui geologi regional yang terdapat dikawasan
pengeboran (Setiahadiwibowo, 2016). Jenis - jenis log yang sering digunakan
dalam interpretasi yaitu :
1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan log SP (Spontaneous Potential)
2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu
terdiri dari log Density (RHOB) dan log neutron (NPHI)
3. Log akustik berupa log sonic
4. Log Caliper
(Telford et al, 2004)
wireline log adalah mengukur parameter sifat-sifat fisik dari suatu
formasi pada setiap kedalaman secara kontinu dari sumur pemboran. Adapun
sifat-sifat fisik yang diukur adalah potensial listrik batuan/kelistrikan, tahanan
jenis batuan, radioaktivitas, kecepatan rambat gelombang elastis, kerapatan
formasi (densitas), dan kemiringan lapisan batuan, serta kekompakan formasi
yang kesemuanya tercermin dari lubang bor Well Logging dapat dilakukan
dengan dua cara dan bertahap yaitu:
a. Open hole Logging
Open hole logging ini merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
sumur atau lubang bor yang belum dilakukan pemasangan casing. Pada
umumnya pada tahap ini semua jenis log dapat dilakukan (Harsono, 1997).
b. Cased hole Logging
Cased hole logging merupakan kegiatan logging yang dilakukan pada
sumur atau lubang bor yang sudah dilakukan pemasangan casing. Pada
tahapan ini hanya log tertentu yang dapat dilakukan antara lain adalah log
16

gamma ray, Caliper, NMR, dan CBL.19 Parameter-parameter sifat batuan


utama yang diukur meliputi temperatur, tahanan jenis, densitas, porositas,
permeabilitas dan sebagainya yang tergambar dalam bentuk kurva-kurva log.
Sifat-sifat dasar batuan yang tergambar dalam kurva log diperlukan untuk
menghitung (Harsono, 1997).

Gambar 2.4 Operasi kegiatan Logging (Firth, 1999)

2.2.2 Log Densitas, Log Gamma Ray dan Log Caliper


a. Log Densitas
Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas
(bulk Density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan
gram/cm3, dapat dilihat pada gambar 2.7. Prinsip kerja log densitas yaitu
17

suatu sumber radioaktif dari alat pengukur memancarkan sinar gamma dengan
intensitas energi tertentu menembus formasi/batuan pada lubang bor, dapat
dilihat pada gambar 2.5. Sumber radiasi yang digunakan pada pengukuran log
densitas adalah Ce-137 (Asquith, 1976).

Gambar 2.5 Prinsip Pengukuran log Density (Martono, 2004).


Pengukuran log densitas terbagi menjadi dua jenis yaitu long spacing
Density (LSD) dan high resolution Density hort spacing Density (HRD).
Analisa lapisan batubara dapat menggunakan LSD (yang dapat dilihat pada
Gambar 2.6) karena menunjukan densitas yang mendekati sebenarnya akibat
pengaruh yang kecil dari dinding lubang bor. Sedangkan pengukuran
ketebalan lapisan batubara dapat menggunakan HRD karena mempunyai
resolusi vertikal yang tinggi
18

Gambar 2.6 Alat perekaman log Density (Firdaus, 2008).

Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor
yang berjarak tertentu dengan sumbernya. Makin lemahnya energi yang kembali
menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalam batuan, yang berarti makin
banyak/padat butiran/mineral penyusun batuan persatuan volume. Besar kecilnya
energi yang diterima oleh detektor tergantung dari :
- Besarnya densitas matriks batuan
- Besarnya porositas batuan
- Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori-pori batuan
(BPB manual, 1981)

Gambar 2.7 Respon log densitas terhadap batuan (Anshari, 2016).


19

b. Log Gamma Ray


Log Gamma Ray adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Caranya gamma alami dipancarkan oleh sumber radioaktif,
karena ada perbedaan kandungan mineral lempung dari tiap batuan maka pancaran
sinar balik yang terekam akan berbeda, dari perbedaan ini akhirnya litologinya dapat
ditentukan (BPB manual, 1981).
Prinsip dasar dari log gamma ray yaitu melakukan pengukuran tingkat
radioaktif alami bumi. Radioaktif alami tersebut berasal dari unsur–unsur radioaktif
yang berada di dalam lapisan batuan di sepanjang lubang bor. Unsur– unsur radioaktif
tersebut antara lain Uranium, Thorium, Potassium. Unsur radioaktif tersebut
cenderung mengendap di dalam shale yang prosesnya terjadi saat perubahan geologi
batuan, sedangkan pada sandstone, limestone, dolomite sangat sedikit jumlahnya.
Sehingga log ini sangat efektif digunakan untuk melakukan evaluasi formasi pada
lingkungan pengendapan fluvial deltaic yang sistem perlapisannya terdiri dari
sandstone atau shale (Zain, 2011).
Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada
bacaan Gamma Ray dilakukan Gamma Ray Spectroscopy. Karena pada hakikatnya
besarnya energi dan intensitas setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda.
Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita berhadapan dengan batuan non-shale
yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif, seperti mineralisasi Uranium
pada sandstone, Potassium Feldsfar atau Uranium yang mungkin terdapat pada coal
dan dolomite (Martono, 2004).
Prinsip kerja pengukuran pada log gamma ray adalah perekaman pada
radioaktivitas gamma ray (GR) yang berasal dari unsur-unsur radioaktif yang ada
dalam batuan yaitu Uranium – U, Thorium – Th, dan Potasium – K, yang secara
continue memancarkan sinar gamma dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi.
Sinar Gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma
yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan
20

menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari
pulsa yang tercatat per satuan waktu yang dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut
(Harsono, 1993)

Gambar 2.8 Respon Lapisan Batuan Dengan Log Gamma Ray (Martono, 2004)

c. Log Caliper
Log mekanik (caliper) bertujuan untuk mengukur diameter lubang bor dengan
kedalamaan. Pengukuran diameter tersebut dilakukan oleh dua ‘lengan’ berartkulasi
yag berlawanan dengan dinding lubang bor. Biasanya alat logging langsung
dilengkapi dengan caliper, seperti mikrolog, dan log densitas-neutron. Log kaliper ini
hasilnya berupa nilai diameter lubang bor yang kontinyu dengan kedalaman (Rider,
1996).
21

Gambar 2.9 Log Kaliper menunjukkan diameter lubang bor (Rider, 1996).

2.2.3 Karakteristik Log


Karakteristik log dari beberapa batuan adalah sebagai berikut
(Setiahadiwibowo, 2016):
a. Batubara :Gamma Ray rendah dengan Density rendah ( 1.1 – 1.8 gr/cc)
b. Batulempung :Gamma Ray menengah dengan Density menengah
(1.62- 2.60 gr/cc)
c. Batupasir :Gamma Ray agak rendah dengan Density menengah ke tinggi
(1.61- 2.76 gr/cc)
d. Konglomerat :Gamma Ray menengah dengan Density menengah
e. Batugamping :Gamma Ray rendah dengan Density menengah sampai tinggi
(1.93- 2.90 gr/cc)
f. Batuan vulkanik :Gamma Ray rendah dengan Density tinggi
22

Gambar 2.10 Respon log ideal dari masing-masing litologi (Setiahadiwibowo, 2016).
Menurut (BPB Manual, 1981) penentuan batas litologi dan ketebalan lapisan
batubara dihasilkan dari kombinasi Density log, Gamma Ray log dan caliper untuk
menghasilkan kombinasi log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan
batubara. SSD mampu untuk melakukan identifikasi rongga-rongga, misalnya pada
roof dan floor. Pengukuran titik-titik batas pada garis transisi antara lapisan batubara,
roof dan floor serta parting mempunyai cara yang berbeda untuk masing-masing
komponen log densitas. Batasan untuk setiap log adalah GR yaitu 1/3 panjang garis
menuju lapisan yang berdensitas rendah. LSD yaitu1/3 panjang garis menuju lapisan
yang berdensitas rendah dan SSD sebesar 1/2 panjang garis defleksi
23

Gambar 2.11 Respon dari beberapa log pada berbagai batuan (BPB Manual 1981)

2.2.4 Interaksi sinar gamma dengan materi

Radiasi Sinar 𝛾 merupakan radiasi elektromagnetik monokromatis yang


terpancar dari inti-inti atom yang mengalami aktivasi setelah mengalami transformasi
radioaktif. Radiasi Elektormagnetik ini dipancarkan dari inti atom yang terionisasi
diikuti dengan proses perluruhan 𝛾. Puluruhan 𝛾 adalah peristiwa pancaran radiasi 𝛾
secara terus-menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif yang menyebabkan
penyusutan jumlah inti radioaktif (Sitorus, 2018).
Gambaran interaksi sinar gamma dengan materi dapat ditinjau secara klasik
maupun kuantum. Namun tinjauan kuantum dipandang memiliki keunggulan karena
dapat menggambarkan situasi fisis interaksi sinar gamma dengan benar, secara
mikroskopik (kuantum) ada tiga cara foton (partikel-partikel sinar gamma)
berinteraksi dengan materi yakni sebagai berikut:
24

1. Efek fotolistrik
Pada efek fotolistrik, foton datang mentransfer seluruh energinya pada elektron
atomik material penyerap
2. Efek Compton
Pada efek Compton foton datang memberikan sebagian energinya pada elektron
atomik dengan melahirkan foton baru yang berfrekuensi lebih rendah
3. Produksi pasangan
Pada produksi pasangan, sebuah foton dating berenergi sekurang-kurangnya 1,02
MeV lewat dekat inti atom melakukan materialisasi atau berubah menjadi
sepasang partikel bermassa sama yaitu elektron dan positron.
(Sitorus, 2018).
25

BAB III
PELAKSANAAN PKL DAN PEMBAHASAN

3.1 Metodologi Pelaksanaan


3.1.1 Peralatan Geophysical Logging
Adapun Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan well logging
ini yaitu sebagai berikut :
1. Micrologger Computer (Laptop)
2. Winch
3. Sonde /Probe
4. Radioaktif cs 137
5. Co Contact Cleaner
6. Tripod/Katrol
7. Satu generator portable.
8. Printer Epson LQ 680 Pro dan prin Rex 820/822 DL 6 Thermal printer
continues form
9. Tanda – tanda radiasi
10. Penjepit bertangkai panjang (long handle plier)
11. Alumunium kalibrasi
12. Logging Shead
13. Surveymeter gamma Ray

3.1.2 Prosedur Pengoperasian Geophysical Logging


3.1.2.1 Pengecekan Logging Base Sebelum Keberangkatan
Sebelum melakukan logging supervisor dan operator geologing
terlebih dahulu melakukan pengecekan yang sesuai dengan SOP
geophysical logging di PT. KPC yaitu sebagai berikut:
26

1. Memastikan bahwa perlengkapan proteksi radiasi yang diperlukan


telah disiapkan.
2. Mengkomunikasikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam shift sebelumnya.
3. Memastikan bahwa semua orang telah menyelesaikan pengecekan
sebelum keberangkatan yang sesuai.
4. Memberitahu crew tentang titik pertemuan keadaan darurat di sekitar
lokasi dan memperbaharui papan pengumuman lokasi alat.
5. Membantu crew mengenai jadwal peledakan pit harian.
6. Memastikan semua kru telah kompeten untuk pekerjaan yg diberikan
7. Memastikan crew telah memiliki peralatan keselamatan diri berikut ini
kartu radiasi TLD bagde, sepatu safety, kacamata safety, topi keras, jas
hujan, ear plug dan rompi reflektif.
8. Mengecek laporan shift sebelumnya untuk alat outstanding dan
penyimpangan areal site.
9. Otorisasi untuk memasuki lokasi pengeboran

3.1.2.2 Operasi Logging Lubang Pengeboran


Setelah proses pengeboran selesai, maka langsung dilakukan proses
logging sesuai dengan SOP geophysical logging di PT. KPC sebagai
berikut:
1. Diturunkan Radioaktif dari mobil pengangkut
2. Diletakkan radioaktif di area yang aman
3. Dipasang tanda batas radiasi dengan memakai tali kuning
4. Dipersiapkan peralatan logging
5. Dipasang kaki tiga (tripod) serta kepalanya tepat di atas lubang bor
dan pastikan di atas casing dan atur posisi winch lurus dengan posisi
katrol kaki tiga
6. Dipasang cable head pada source
27

7. Dibersihkan koneksi antara cable head dengan contact cleaner dan


dipastikan mur tempat memasang cable head dipasang sempurna
8. Dipasang sumber pada sonde dan kontainer sumber dibuka dan
sumber akan menempel di ujung sonde
9. Disambungkan ujung sonde pada source dan putar sekrup dan
dipastikan sumber benar-benar terkunci pada ujung sonde. Semua ini
dilakukan dengan cepat
10. Ditarik sonde dari kontainer dengan arah kolimasi sumber menghadap
menjauhi kaki pekerja yang bersangkutan dan secepatnya dimasukkan
kedalam lubang bor
11. Dinyalakan Micrologger Computer (laptop) dengan sumber dari
Power supply 12 VDC yang sudah di install Software win logger
12. Diturunkan sonde ke lubang bor dengan kecepatan sesuai permintaan,
bisa 3-4 meter per menit dan sebagainya
13. Dilakukan proses logging dengan mengikuti petunjuk yang ada pada
software win logger
14. Pada saat proses logging, lengan caliper terbuka, lalu dinaikkan sonde
sampai ke permukaan lubang bor
15. Setelah sonde sampai dipermukaan sonde dikeluarkan dari lubang bor
dan sumber radioaktif secepatnya dimasukkan ke dalam kontainer dan
kontainer ditutup dan dikunci
16. Diprint hasil logging dengan menggunakan Printer Epson LQ 680 Pro
yang menggunakan kertas printer A4 print Rex 820/822 DL 6
Thermal printer continues form
17. Disimpan hasil logging dan keadaan alat dan semua yang berhubungan
dengan proses logging
28

3.2 Pembahasan
Pada kegiatan logging sebelum melakukan logging khususnya untuk
lubang Open Hole, Operator harus melakukan pengecekan lubang bor terlebih
dahulu atau lubang bor harus di test terlebih dahulu dengan menggunakan
Dummy Sonde yang terpasang di logging shed untuk mengetahui lobang bor
buntu atau tidak. Jika ada kendala di dummy sonde (lubang bor blok ) maka
perlu dipastikan dengan memasang pipa HQ untuk menghindari lubang runtuh
dan mengakibatkan terjepitnya sonde dan sumber radiasi yang mengakibatkan
tertinggal di dalam lubang bor. Setelah dilakukan pengetesan dengan dummy
sonde dan hasilnya lubang bor tidak buntu, lalu sonde yang sudah terpasang
dengan sumber radiasi diturunkan perlahan-lahan sampai kedasar lubang.
Perekaman logging dilakukan pada saat sonde ditarik keatas dengan
Kecepatan logging sebagai berikut :
1. Logging di dalam rods / casing.
 Kecepatan penurunan logging 10 meter/menit
 Kecepatan pencatatan saat naik untuk litologi non-coal adalah empat
(4) meter/menit.
 Kecepatan pencatatan saat naik untuk batubara (coal) adalah dua (2)
meter/menit.
2. Logging di luar rods / casing.
 Kecepatan penurunan logging 6-8 meter/menit
 Kecepatan pencatatan saat naik untuk litologi non-coal adalah empat
(4) meter/menit.
 Kecepatan pencatatan saat naik untuk batubara (coal ) adalah tiga (3)
meter/menit
29

Adapun sistem pengukuran pada saat logging antara lain:


a. Pengukuran Radiasi Gama Alami
Dalam batuan terdapat mineral yang mengandung unsur-unsur
radioaktif. khususnya yang mengandung unsur K40 masing-masing batuan
mempunyai ciri komposisi mineral tertentu yang selanjutnya memberikan
intensitas radiasi tertentu pula. Dalam hal ini batuan yang mengandung
mineral lempung akan memberikan radiasi alami yang relatif lebih besar dari
batuan lain, sehingga untuk batuan sedimen dapat dibedakan antara
batulempung, batupasir atau batubara, radiasi yang diterima oleh detektor.
(berupa tabung sintilasi kristal dan pengganda foto) diperkuat menjadi sinyal
digital yang diteruskan kealat perekam di permukaan tanah. Dalam hal ini
dipergunakan sumber Cs (Cessium) 137 sebagai sumber radiasi dan detektor
tabung sintilasi kristal.
b. Pengukuran Kerapatan Jenis Formasi
Natrium kIorida yang disambungkan ke tabung pengganda foto.
Radiasi yang masuk ke formasi-formasi batuan di hamburkan kembali kearah
detektor. Besarnya intensitas yang kembali ke detektor tergantung dari
kerapatan jenis batuan sesuai nomor atom pembentuk mineral pada batuan
tersebut. Radiasi yang tertangkap ke alat perekam dipermukaan detektor
diolah menjadi sinyal digital dan diteruskan secara berkala sesuai perubahan
kedalam setiap 1cm. Karena diperlukan dua macam pengukuran yaitu bulk
density dari formasi dan perubahan detil dari formasi terhadap kedalaman
maka diadakan dua detektor yang jaraknya masing-msing 31 cm (LSD) dan
14 cm (BRD) dan detektor lainnya 19 cm (HRD), Caliper 60 cm, Gamma
169 cm dari sumber radiasi.
c. Pengukuran Diameter lubang
Dipergunakan tangan kaliper yang terbentang sesuai lebar lubang pada
posisi kedalaman tertentu.
30

d. Perekam Data
Perekam data yang berupa data digital meliputi data formasi bukaan
lubang, data kedalaman serta data identitas lubang dan parameter kerja.
Perekam data pokok lubang dilakukan dengan langsung menginput data
identitas lubang melalui papan ketik. Data kedalaman dikirim dari tripod
berdasarkan putaran roda pully . data dari sonde berupa :
- Data intesitas radiasi gama alami yang langsung diukur oleh salah satu
detektor pada sonde (dalam API atau CPS), pada PT.Kaltim Prima
Coal menggunakan satuan CPS (count per second)
- Data terapan jenis spasi pendek/panjang dua detektor yang letaknya
terpisah yang masing-masing berjarak 14 cm dan 31cm dari sumber
radiasi gamma. Data diteruskan lewat kabel sonde dan dibaca dalam
satuan CPS. Sebelum diadakan operasi logging lubang sistem
pengukuran sonde di kalibrasi dengan suatu bahan yang sudah
diketahui rapat jenisnya.
- Data bukaan yang menunjukan besar diameter lubang
e. Sistem Penyajian
Data yang terekam pada komputer setiap saat dapat di display ke
kertas printer. Demikian juga saat logging gambar log dari ketiga parameter
yang diukur secara otomatis dapat dilihat pada layar komputer.
Hasil perekaman yang didapatkan dari proses logging tersebut
berbentuk kurva log. Kurva log (Gambar 3.1 ) yang terdapat pada software
winlogger tersebut terdiri atas log gamma ray dan log density . Dari kurva
tersebut dapat ditentukan litologi batuan yang terdapat di bawah permukaan
tanah. Apabila defleksi log dalam satuan CPS menunjukkan nilai yang tinggi,
maka akan menunjukkan nilai yang rendah dalam satuan gr/cc. Pemanahan
adalah apabila nilai dalam CPS tinggi berarti sinyal radioaktif yang ditangkap
kembali oleh sensor juga tinggi, hal ini disebabkan sinyal radioaktif yang
31

mengukur kerapatan elektron batuan hanya sedikit, karena kerapatan elektron


batuan hanya sedikit atau rendah maka nilai kerapatan massa batuan dalam
gr/cc juga rendah, sebaliknya apabila nilai dalam CPS rendah berarti sinyal
radioaktif yang mengukur kerapatan elektron batuan lebih banyak atau tinggi
sehingga rapat massa batuan dalam gr/cc juga lebih tinggi
32

Gambar 3.1 Hasil Logging dengan kedalaman 138 meter


33

Pada kurva logging dapat diidentifikasi litologi batuan yang terdapat


dibawah permukaan dari kedalaman 0 sampai dengan 138 meter. Dari print out
logging tersebut dari kedalaman 0 sampai dengan 2 meter, litologi batuan yang
terdapat merupakan top soil, dari kedalaman 2 sampai dengan 25.66 meter
merupakan mudstone, pada kedalaman 25.66 merupakan sandstone, dari
kedalaman 25.66 sampai dengan 28.73 meter merupakan coal . Untuk
kedalaman berikutnya dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Litologi batuan dari Hasil Logging dengan kedalaman 138 meter
Kedalaman (m) Ketebalan
No Litologi batuan
Dari Sampai (m)
1 Topsoil 0 2 2
2 Mudstone 2 25.66 23.66
3 Sandstone 25.66 26.66 1
4 Coal 25.66 28.73 3.07
5 Mudstone 28.73 29.15 0.42
6 Coal 29.15 32.67 3.52
7 Mudstone 32.67 43.27 10.6
8 Coal 43.27 43.64 0.37
9 Mudstone 43.64 44.82 1.18
10 Coal 44.82 45.11 0.29
11 Mudstone 45.11 78.92 33.81
12 Coal 78.92 81.24 2.32
13 Mudstone 81.24 81.66 0.42
14 Shaley Coal 81.66 81.78 0.12
15 Mudstone 81.78 81.98 0.2
16 Shaley Coal 81.98 82.06 0.08
17 Mudstone 82.06 82.28 0.22
18 Coal 82.28 82.82 0.54
19 Mudstone 82.82 83.37 0.55
20 Coal 83.37 84.4 1.03
21 Mudstone 84.4 88.3 3.9
22 Ironstone 88.3 88.5 0.2
23 Mudstone 88.5 93.3 4.8
24 Sandstone 93.3 93.8 0.5
34

25 Mudstone 93.8 100.4 6.6


26 Sandstone 100.4 113.82 13.42
27 Coal 113.82 118.54 4.72
28 Mudstone 118.54 118.92 0.38
29 Coal 118.92 120.18 1.26
30 Mudstone 120.18 123.6 3.42
31 Sandstone 123.6 132 8.4
32 Mudstone 132 138 6
35

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Proses gophysical logging yang ada di Geology Departmen, Drilling
Exploration Section PT. Kaltim Prima Coal Sangatta dilaksanakan setelah
pengeboran, setelah dilakukan pengeboran maka tahap selanjutnya proses
logging dengan mengikuti standard operating procedure (SOP)
Pengoperasian Geophysical Logging yang telah dibuat, mulai dari persiapan
pra keberangkatan dan proses logging.
2. Dimana Litologi batuan yang lebih dominan pada daerah ekplorasi di
PT.KPC berdasarkan hasil perekaman log adalah yaitu mudstone
3. Terdapat 9 seam batubara dengan ketebalan maksimum seam batubara
sebesar 4.72 meter pada kedalaman 113.82 meter sampai 118.54 meter dan
ketebalan minimum seam batubara sebesar 0.29 meter pada kedalaman
44.82 meter sampai 45.11 meter.
36

4.2 Saran
1. Sebaiknya pada proses perekaman geophysical logging dilakukan cek list
peralatan dan langkah kerja penggunaan standard operating procedure (SOP)
sebelum dan sesudah melakukan logging agar peralatan dapat tersusun untuk
kegiatan logging selanjutnya.
2. Sebaiknya pada proses perekaman geophysical logging selalu diperhatikan
pully pada tripod yang berfungsi untuk memutar meteran yang mendeteksi
kedalaman apakah berputar sesuai dengan penarikan winch sehingga ketebalan
dan kedalaman batuan sesuai dengan hasil pada penambangan nantinya
3. Sebaiknya setelah melakukan proses perekaman geophysical logging dengan
menggunakan log density dan log gamma ray, selanjutnya dilakukan proses
logging menggunakan log vertically untuk mengukur azimuth dan derajat
kemiringan lubang bor supaya dapat diketahui kemiringan lubang bor dan
dikoreksi dengan menggunakan software setelah melakukan koreksi data log.
37

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Farid. 2016. Identifikasi Pola Sebaran seam dan perhitungan sumber daya
batubara menggunakan interpretasi data log geofisika pada lapangan “f”,
sumatera Selatan. Lampung: Universitas Lampung
Asquith, George B. 1982. Basic Well Log Analysis for Geologist. American
Association of Petroleum Geologist. Oklahoma
BPB manual, 1981, British Petroleum Book, British company, United Kingdom
Firdaus. 2008. Interpretasi Petrofisika. PT. ELNUSA GEOSAINS
Firth, D. 1999. Long Analysis for Mining Application. Reeves Wireline Services
Harsono. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Data Services :
Jakarta
Martono. 2004. Prinsip Pengukuran Logging (Dokumen RecsaLOG).
Bandung
Rider, Malcolm. 1996. The Geological Interpretation of Well Logs. Skotlandia:
Rider-French Consulting Ltd.
Setiahadiwibowo, Ajimas Pascaning. 2016. Analisis Karakteristik Batubara
Berdasarkan Rekaman Well Logging di Daerah Kabupaten Katingan
Kalimantan Tengah. Yogyakarta: UPN Veteran
Sitorus, Merryana D. 2018. Kaitan Intensitas Hamburan Sinar Gamma Terhadap
Sifat fisis batuan. Samarinda: Universitas Mulawarman
Telford, W.M., L.P. Geldart, & R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics, Second
Edition. Cambridge University Press : USA.
Zain, M.K. 2011. Analisa Log Petrofisika dan Evaluasi Formasi Reservoar pada
Lapangan Boonsville. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai