Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan yang sudah modern ini, tanpa kita sadari, kita sangat membutuhkan sinyal.
Secara umum sinyal didefinisikan sebagai suatu besaran fisis yang merupakau fungsi waktu,
ruangan atau beberapa variabel. Sebuah sinyal dapat dinyatakan sebagai fungsi dari waktu dan
frekuensi.
Pada zaman dahulu sinyal analog banyak digunakan dalam telekomunikasi, sinyal analog atau
isyarat analog adalah sebuah sinyal data yang berbentuk gelombang yang begitu kontinyu, yang
akan membawa suatu informasi dengan merubah karakteristik dari gelombang, dua parameter atau
karakteristik yang terpenting dan dimiliki oleh isyarat analog yaitu amplitudo dan juga frekuensi,
isyarat analog pada biasanya telah dinyatakan dalam gelombang sinus, mengingat gelombang sinus
itu merupakan sebuah dasar yang berguna bagi semua bentuk isyarat analog, dan sinyal analog
memiliki tiga komponen dasar yaitu amplitude, frekuensi dan fasa.
Sinyal analaog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang
kontinyu. Sinyal digital merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal menjadi kombinasi
urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner), sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, proses
informasinya pun mudah, cepat dan akurat, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai
jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat.
Dalam sebuah sistem analog dan digital sering kita jumpai setiap hari, seperti siang dan malam,
rotasi dan revolusi bumi, gravitasi, komputer, saat bertelepon, mendengar kan lagu juga merupakan
penerimaan dari sinyal itu sendiri.
Oleh karena itu dilakukan praktikum kali ini, agar praktikan dapat mengamati bentuk sinyal dari
audia yang didengarkan sehari-hari.

B. Tujuan Praktikum
1. Agar praktikan dapat melihat bentuk sinyal dari suatu audio
2. Agar Praktikan dapat menentukan amplitudo pada sinal audio dalam durasi audio tertentu.
C. Manfaat Praktikum
1. Menambah pengetahuan praktikan tentang proses pemanggilan audio dan melihat bentuk sinyal
dari audio tersebut menggunakan matlab
2. Memahami bentuk gelombang pada sinyal analog
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi
sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah suatu isyarat untuk melanjutkan atau meneruskan suatu
kegiatan. Biasanya sinyal ini berbentuk tanda, lampu atau suara. Sinyal dibentuk oleh transmitter
dan ditransmisikan melalui media transmisi. Sinyal sangat erat sekali hubungannya dengan fungsi
waktu (periodik), tetapi sinyal juga dapat diekspresikan dalam bentuk fungsi frekuensi (Bacthiar,
2010).
Dilihat sebagai fungsi waktu, sebuah sinyal terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sinyal analog
Sinyal yang intesitas/kekuatan sinyalnya bervariasi tergantung perubahan waktunya.
Dengan kata lain, tidak ada sinyal yang tidak berkelanjutan. Dalam fungsi matematisnya
dianalogikan dalam rumus sebagai berikut:
lim 𝑡 = 𝑠(𝑎) (1)
𝑡→𝑎

untuk semua a
b. Sinyal digital
Sinyal yang intensitasnya berada dalam level yang kontan terhadap perubahan waktu
(Bacthiar, 2010).
Sinyal analog memiliki resolusi teoritis tak terbatas, dalam prakteknya sebuah sinyal analog
tunduk pada kebisingan dan yang terbatas adalah laju perubahan tegangan, sehingga baik analog
dan sistem digital ada pembatasan dalam resolusi dan bandwidth. Keuntungan utama sinyal analog
adalah baik dari sinyal analog itu sendiri juga memiliki potensi yaitu jumlah sinyalnya yang tak
terbatas dalam resolusi sinyal, apabila dibandingkan dengan sinyal-sinyal digital, sinyal analog
mempunyai kepadatan yang tinggi, dapat dilakukan pengolahan lebih sederhana dibandingkan
dengan digital, sinyal analog dapat diproses secara langsung oleh komponen analog, meskipun
beberapa proses tidak tersedia kecuali dalam bentuk digital. Kerugian utama dari sinyal analog
adalah bahwa sistem apapun memiliki suara yaitu acak variasi yang tidak diinginkan, Sebagian
sinyal akan disalin dan disalin ulang, atau ditransmisikan dalam jarak jauh, listrik kerugian ini
dapat dikurangi dengan melindungi hubungan baik dari beberapa jenis seperti kabel koaksial atau
twisted pair, lalu dampak dari kebisingan juga membuat kehilangan sinyal dan distorsi, dan ini
tidak mungkin untuk pulih, karena memperkuat sinyal untuk memulihkan bagian dilemahkan
memperkuat sinyal suara juga (Pranata, 2015).
Sinyal digital memuat informasi digital memiliki sifat-sifat umum yang membedakannya dari
metode komunikasi analog sinkronisasi dalam informasi digital yang disampaikan oleh simbol
urutan yang diperintahkan, semua skema digital memiliki beberapa metode untuk menentukan
awal sebuah urutan dan semua komunikasi digital memerlukan bahasa, yang terdiri dari semua
informasi bahwa pengirim dan penerima harus komunikasi digital kedua miliki, di muka, agar
komunikasi bisa sukses. Gangguan noise dalam komunikasi analog selalu memperkenalkan
beberapa, umumnya penyimpangan atau kesalahan kecil antara dimaksudkan dan komunikasi
aktual, gangguan dalam komunikasi digital tidak mengakibatkan gangguan kecuali kesalahan
sangat besar untuk menghasilkan sebuah simbol yang disalahartikan sebagai simbol lainnya, atau
mengganggu urutan simbol-simbol. kesalahan dalam komunikasi digital bisa mengambil bentuk
kesalahan substitusi di mana simbol yang seharusnya digantikan dengan simbol lain. (Pranata,
2015).
Dalam proses pengolahan sinyal analog, sinyal input masuk ke Analog Signal Processing
(ASP), diberi berbagai perlakukan (misalnya pemfilteran, penguatan,dsb.) dan output nya berupa
sinyal analog. Proses pengolahan sinyal secara digital memiliki bentuk sedikit berbeda. Komponen
utama sistem ini berupa sebuah processor digital yang mampu bekerja apabila input nya berupa
sinyal digital. Untuk sebuah input berupa sinyal analog perlu proses awal yang bernama digitalisasi
melalui perangkat yang bernama analog-to-digital conversion (ADC), dimana sinyal analog harus
melalui proses sampling, quantizing dan coding. Demikian juga output dari processor digital harus
melalui perangkat digital-to-analog conversion (DAC) agar outputnya kembali menjadi bentuk
analog. Ini bisa kita amati pada perangkat seperti PC, digital sound system, dsb (Santoso, 2010).
Berdasarkan pada penjelasan diatas kita tahu betapa pentingnya satu proses yang bernama
sampling. Setelah sinyal waktu kontinyu atau yang juga popoler kita kenal sebagai sinyal analog
disampel, akan didapatkan bentuk sinyal waktu diskrit. Untun mendapatkan sinyal waktu diskrit
yang mampu mewakili sifat sinyal aslinya, proses sampling harus memenuhi syarat Nyquist:
𝑓𝑠 > 2 𝑓𝑖 (2)
dimana:
fs = frekuensi sinyal sampling
fi = frekuensi sinyal informasi yang akan disampel
(Santoso, 2010).
Fenomena aliasing proses sampling akan muncul pada sinyal hasil sampling apabila proses
frekuensi sinyal sampling tidak memenuhi criteria diatas. Perhatikan sebuah sinyal sinusoida waktu
diskrit yang memiliki bentuk persamaan matematika seperti berikut:
𝑥(𝑛) = 𝐴 sin(𝜔𝑛 + 𝜃) (3)
dimana:
A = amplitudo sinyal
ω = frekuensi sudut
θ = fase awal sinyal
(Santoso, 2010).
Simulasi pengolahan sinyal suara pernah dilakukan dimana hasil rekaman yang dilakukan
diproses sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi tentang nilai frekuensi yang
dihasilkan, grafik sinyal suara dan spektrumnya. Dalam penelitian ini, proses akuisisi data
bersumber dari sinyal audio yang diinput melalui microphone (Indrasary, 2016).
Perhitungan frekuensi sampling dan jumlah sampling dipengaruhi oleh frekuensi maksimal
dan frekuensi minimal yang akan diamati, yaitu :
𝑓2 = 𝑓𝑚𝑎𝑥 (4)
dan
𝑓2
𝑁=𝑓 (5)
𝑚𝑖𝑛

dimana
Fs : Frekuensi Sampling
Fmax : Frekuensi sinyal maks
Fmin : Frekuensi sinyal min
N : Jumlah Sampling
(Pustpita, 2018).
Ketika kita akan merancang sebuah database untuk sistem database relasional maka tujuan
utama dalam mengembangkan model data logikalnya adalah untuk menciptakan representasi data
yang tepat bagi hubungan maupun batasannya (constraints). Untuk mencapai hal tersebut kita
harus mengidentifikasi sekumpulan relasi yang tepat. Teknik yang digunakan untuk membantu
mengidentifikasi relasi tersebut disebut dengan normalisasi (Abdrohim, 2015).
Suatu rancangan database disebut buruk jika terdapat beberapa fakta berikut ini, data yang
sama tersimpan di beberapa tempat yang berbeda, tidak mampu untuk menghasilkan informasi
tertentu, kehilangan informasi, terjadi duplikasi data (pengulangan) yang menyebabkan
pemborosan ruang penyimpanan serta timbulnya null value. Fakta ini disebabkan oleh adanya
anomali (penyimpangan) (Abdrohim, 2015).
Sebaliknya, tabel-tabel dalam sebuah database yang baik harus memenuhi aturan
normalisasi, yaitu bebas dari ketergantungan struktural atau anomali yang disebabkan oleh
modifikasi data. Ini disebut dengan modification anomaly. Modification anomaly dibagi menjadi 3
yaitu, deletion anomaly, insertion anomaly, dan update anomaly. Dengan demikian tujuan dari
normalisasi adalah untuk menghilangkan duplikasi/kerangkapan data, mengurangi kompleksitas
data, dan mempermudah modifikasi data (Abdrohim, 2015).
Pada awalnya terdapat 3 jenis bentuk normal yang diusulkan, yaitu bentuk normal ke satu
(1NF), bentuk normal kedua (2NF), dan bentuk normal ketiga (3NF). Setelah itu R. Boyce dan E.F.
Codd memperkenalkan Boyce Codd Normal Form (BCNF), bentuk normal yang lebih tinggi dari
bentuk normal ketiga pada tahun 1974. Pada perkembangan selanjutnya muncul pula bentuk
normal ke-4 dan ke-5 (Abdrohim, 2015).
Bentuk Normal Kesatu (1NF). Suatu relasi dikatakan sudah memenuhi bentuk normal kesatu
bila setiap data bersifat atomik yaitu setiap irisan baris dan kolom hanya mempunyai satu nilai data
Tujuan 1NF adalah:
 Membuang adanya pengulangan (Redudansi) data,
 Menghindari adanya pencatatan null value
 Menjaga setiap entry data dari relasi (perpotongan baris kolom) memiliki maksimal satu
nilai tunggal (Abdrohim, 2015).
Bentuk Normal Kedua (2NF). Suatu relasi dikatakan sudah memenuhi bentuk normal kedua
bila relasi tersebut sudah memenuhi bentuk normal kesatu, dan atribut yang bukan key sudah
tergantung penuh terhadap key nya. Bentuk Normal Ketiga (3NF) Suatu relasi dikatakan sudah
memenuhi bentuk normal ketiga bila relasi tersebut sudah memenuhi bentuk normal kedua dan
atribut yang bukan key tidak tergantung transitif terhadap key nya. Boyce Codd Normal Form
(BCNF) Suatu relasi R dikatakan dalam bentuk BCNF jika dan hanya jika setiap atribut kunci pada
suatu relasi adalah kunci kandidat (candidate key) (Abdrohim, 2015).
PEMBAHASAN

A. Kasus Praktikum
Melakukan pemanggilan sinyal audio yang ada dalam hardisk (dalam program ini yang
dipanggila adalah audio suara mesin tik)

B. Algoritma
1. Dimulai program
2. Dipanggil file audio dalam bentuk wav
3. Diproses variabel sebagai frekuensi, periode dan waktu
4. Ditentukan sumbu x sebagai fungsi waktu dan sumbu y sebagai amplitudo
5. Selesai

C. Flowchart

start

Memanggil audio

Memproses variabel menjadi beberapa


parameter dalam sinyal

Ditentukan sumbu x dan y sebagai


fungsi sampling dan amplitudo

output

selesai
D. Script
[y,fs,nbits]= wavread(‘mesintik’)
sound(y,fs)
tt=length (y)
t=1:tt
plot (t,y)
xlabel (‘waktu’)
ylabel (‘amplitudo’)
title(‘Gelombang Suara Mesin Tik’)

E. Hasil

Dari praktikum kali ini dilakukan pemanggilan audio dalam bentuk wav untuk diamati
bentuk sinyal dari frekuensi audio tersebut. Seperti pada grafik di atas dalam durasi waktu 0.58
detik, terlihat amplitudo dari sinyal tersebut pada ¼ detik pertama amplitudonya adalah 2.6 cm,
pada ¼ detik kedua amplitudonya adalah 2.7 cm. pada ¼ detik selanjutnya amplitudonya 2.6 cm
dan pada ¼ detik terakhir amplitudonya adalah 2.7 cm dengan frekuensi sampling sebesar 44100
Hz perdetik dan total sampling rate dalam durasi 0.58 detik adalah 42630 Hz.
DAFTAR PUSTAKA

Abdrohim, 2015. Tahapan Proses Normalisasi. STMIK Bandung : Bandung


Bachtiar, Adam. 2010. Sinyal dan Modulasi. Unikom : Bandung
Indrasary, Yoenie. 2016. Jurnal Simulasi Akuisisi Data Sinyal Audio. (Vol 5. No 2). Unlam :
Banjarmasin
Pranata, Andika. 2015. Sinyal Analog dan sinyal Digital. STTTT : Purwokerto
Puspita, Eru. 2018. Jurnal Metode Pengurangan Sampling dan Penggunaan Banyak Frekuensi
Sampling untuk Analisa Transformasi Fourier Digital pada Aplikasi yang Berbasis
Mikrokontroler (Vol 1 no 1). ITS : Surabaya
Santoso, Tri Budi. 2010.Jurnal Sampling dan Aliasing. (Vol 2 No 3). ITS : Surabaya

Anda mungkin juga menyukai