Anda di halaman 1dari 3

Limfosit tidak bereaksi dengan sebagian besar antigen” diri sendiri” ,tetapi sel T mempunyai

suatu interaksi yang sangat penting dengan salah satu kelompok penting molekul asli.
Molekul tersebut merupakan kumpulan glikoprotein permukaan sel (rantai protein yang
berikatan dengan rantai gula) yang dikode oleh sebuah kelompok gen yang disebut sebagai
kompleks histokompatibilitas mayor (Major Histocompatibility Complex, MHC). Pada
manusia glikoprotein MHC juga dikenal sebagai HLA (Human LeukocyteAntigen). Ada dua
jenis molekul MHC yang menandai sel tubuh yaitu MHC kelas I ditemukan pada semua sel
bernukleus pada hamper setiap sel tubuh. Sedangkan MHC kelas II terbatas haanya pada
beberapa jenis sel khusus yang meliputi makrofaga, sel B, sel T yang telah diaktifkan dan sel-
sel yang menyusun bagian interior tymus.Terdapat dua subtipe utama sel T yaitu sel T
pembunuhsel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran
berbeda dua tipe sel T. dan

(Sumber: Campbell, 2004:81)

Sel T pembunuh (sel T sitotoksik) secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa
antigen asing atau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel
T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan
mematikan patogen. Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T
pembunuh diaktivasi ketika reseptor sel Tmereka melekat pada antigen spesifik pada
kompleks dengan reseptor kelas I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini:kompleks
antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel T yang disebut CD8.

Sel T pembantu (sel T helper) mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu
menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut
tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau
membersihkan patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan
mengarahkan sel lain untuk melakukan tugas tersebut. Sel T pembantu mengekspresikan
reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada molekul MHC kelas II. MHC:antigen
kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu CD4 yang merekrut molekul didalam sel
T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T.

Molekul MHC kelas II yang dikenali oleh sel T helper hanya ditemukan pada jenis sel
tertentu, terutama sel-sel yang menelan antigen asing. Sel-sel yang menghancurkan antigen
adalah sel b dan makrofaga. Kelompok sel tersebut bertindak sebagai sel penyaji antigen
(antigen presenting cell, APC) yang mensiagakan sistem kekebalan melalui sel T helper,
bahwa ada anti gen asing dalam tubuh. Sebagai contoh, sebuah makrofaga yang telah
menelan dan merusak bakteri mengandung fragmen kecil bakteri (peptida). Sementara
molekul MHC kelas II yang baru disintesis bergerak menuju permukaan makrofaga, molekul
itu menangkap salah satu diantara peptide bakteri itu dalam lekukan pengikat antigennya dan
membawanya ke permukaan, sehingga memperlihatkan peptide asing itu ke sel T helper.
Interaksi antara sel penyaji antigen dengan sel T helpersemakin meningkat dengan kehadiran
CD4. Interaksi antara CD4 dengan molekul MHC kelas II membantu mempertahankan sel T
helper dan sel penyaji tetap menyatu, sementara aktivasi antigen yang berrsifat spesifik
sedang berlangsung.
Ketika sel T helper diseleksi melalui kontak spesifik dengan kompleks MHC kelas II dan
antigenpada sebuah APC sel t helper akan memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
klon sel T helper yang diaktifkan dan sel T helper memori. Sel T helper yang diaktifkan
mensekresikan beberapa sitokin yang berbeda, yang merupakan protein yang berfungsi untuk
merangsang limfosit lain. Sebagai contoh sitokin interleukin-2 (IL-2) membantu sel B yang
telah mengadakan kontak dengan antigen untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mensekresi antibodi. IL-2 juga membantu sel T sitotoksik untuk menjadi pembunuh yang
aktif.Sel T helper itu sendiri patuh pada pengaturan oleh sitokin. Sementara makrofaga
memfagositosis dan menyajikan antigen, makrofaga itu dirangsang untuk mensekresi suatu
sitokin yang disebut interleukin-1 (IL-1). IL-1 dalam kombinsi dengan antigen yang
disajikan, mengaktifkan sel T helper untuk menghasilkann IL-2dan sitokin lain. Merupakan
satu contoh uumpan balik positif adalah peristiwa saat IL-2 yang disekresi oleh sel T helper
juga akan merangsang sel tersebut untuk memperbanyak diri lebih cepat lagi dan untuk
menjadi penghasil sitokin yang lebih aktif lagi. Dengan cara ini sel T helper memodulasi
respon kekebalan humoral (sel B) maupun respon kekebalan yang diperantarai oleh sel (sel T
sitotoksik).

(Sumber: Campbell, 2004:82)

Sebuah sel T sitotoksik, yang diaktifkan oleh kontak spesifik dengan molekul MHC kelas I
dan antigen pada sel yang terinfeksi atau sel tumor dan dirangsang lebih lanjut oleh IL-2 dari
sel T helper, yang berdiferensiasi menjasi sel pembunuh yang aktif. Sel ini membunuh apa
yang disebut sel target terutama dengan cara pembebasan perforin, yaitu protein yang
membentuk pori atau lubang pada membrane sel target. Karena ion dan air mengalir ke dalam
sel target, maka sel itu membengkak dan akhirnya lisis. Kematian sel-sel yang terinfeksi itu
bukan saja menghilangkan tempat bagi pathogen untuk bereproduksi tetapi juga
memaparkannya ke antibodi yang sedang beredar, sehingga menandainya untuk dibuang dan
dihancurkan. Setelah merusak sel yang terinfeksi, sel T sitotoksik terus bergerak membunuh
sel-sel lain yang terinfeksi dengan pathogen yang sama.

(Sumber: Campbell, 2004:82)

Banyak antigen dapat memicu respon kekebalan humoral oleh sel B hanya dengan partisipasi
sel T helper. Antigen seperti ini disebut antigen yang bergantung pada sel T, dan sebagian
besar antigen, protein termasuk dalam jenis ini. Adapun proses pengahasilan antibodi yang
dilakukan oleh sel B yaitu:

1.Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh

2.Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk kompleks dengan
protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke permukaan sel, tempat kompleks
tersebut disajikan ke sel-sel lain milik system kekebalan.

3.Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu berinteraksi
dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC dan antigen.
4.Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah
menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen antigen
bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yang
mengaktifkan sel B.

5.Sel B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B memori dan
sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi pada kekebalan humoral.

(Sumber: Campbell, 2004:85)

Anda mungkin juga menyukai