Kebijakan PIS-PK
MATERI DASAR I
KEBIJAKAN PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
DESKRIPSI SINGKAT
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan pendekatan keluarga
dalam upaya menyelesaikan permasalahan kesehatan di wilayah kerjanya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
BAHAN BELAJAR
Bahan belajar dapat berupa:
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Permenkes Nomor 39 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelanggaraan Pelaksanaan
Program Indonesia dengan Pendekatan Keluarga
Permenkes 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Permenkes nomor 44 tahun 2016 tetang Pedoman Manajemen Puskesmas
Keputusan Menkes RI No. HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
KONSEP PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA
Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara. (UU 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional)
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1)
penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan
preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
Paradigma Sehat.
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Paradigma adalah
cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya, yang akan mempengaruhinya dalam
berfikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (psikomotorik). Paradigma juga
dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat dapat
didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang
mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan diupayakan agar tetap
sehat dengan menerapkan pendekatan yang holistik. Selama ini cara pandang, asumsi,
konsep, nilai, dan praktik yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan pada
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan – Paradigma Sakit. Apalagi dengan
dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih memperhatikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan bagi perorangan. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu lima tahun
ke depan harus dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan
dalam membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam pelaksanaan JKN. Perubahan
yang dimaksud mencakup perubahan pada penentu kebijakan (lintas sektor), tenaga
kesehatan, institusi kesehatan, dan masyarakat sebagaimana disajikan dalam tabel
berikut
Tabel 1. Perubahan Paradigma ke arah Paradigma Sehat
No. Kelompok Perubahan Dampak
Sasaran Yang Diharapkan Dari Perubahan
1. Penentu kebijakan Pemangku kepentingan 1. Menjadikan
(lintas sektor) memperhatikan dampak kesehatan kesehatan
dari kebijakan yang diambil baik di sebagai arus
hulu maupun di hilir utama
kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga
di wilayah kerjanya.
Selain itu Puskesmas juga harus meningkatkan kerjasama dengan jejaringnya (fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lain di wilayahnya), agar fasilitas-fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lain tersebut juga turut menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan keluarga. Yakni masalah-masalah kesehatan keluarga dari peserta JKN yang
dilayaninya.
Keluarga dijadikan fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena
menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar memenuhi kebutuhan
keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan. Tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan
data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan demikian,
pelaksanaan upaya Perkesmas harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan
keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan UKBM
yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke
keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini
tidak berarti mematikan UKBM-UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-
UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif.
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari
setiap keluarga, sedangkan keadaan masing-masing indikator mencerminkan kondisi
PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-
forum berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion
(FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-
lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,
selapanan, dan lain-lain.
Pelaksanaan Pendekatan dilakukan minimal di satu desa secara utuh mulai dari RT, RW,
Desa yang meliputi semua tahapan pendekatan keluarga yaitu pendataan, analisa,
identifikasi, intervensi dan maintenance.
pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni:
pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan
pengendalian.
Apabila ditinjau dari segi pencapaian masing-masing indikator Keluarga Sehat, dapat
diidentifikasi peran dan tanggung jawab lintas sektor yang disajikan pada tabel 2.
INDIKATOR KELUARGA
NO. PENDUKUNG KEBERHASILAN PIHAK YG TERKAIT
SEHAT
1 KELUARGA IKUT PROGRAM 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KB BKKBN & JAJARANNYA
KELUARGA BERENCANA SAMPAI DI TINGKAT
DESA/KELURAHAN
2. PROMOSI KB OLEH NAKES/DI KEMENKES & JAJARANNYA
FASKES
3. PROMOSI KB OLEH PEMUKA2 KEMENAG & JAJARANNYA
AGAMA
-KEMENDIKBUD &
4. PENDIDIKAN KESPRO/KB DI SLTA & JAJARANNYA
PERGURUAN TINGGI
-KEMENRISTEKDIKTI
-KEMENPAN & RB
5. PNS, ANGGOTA POLRI & ANGGOTA
-POLRI
TNI SBG PANUTAN BER-KB
-TNI
-BKKBN & JAJARANNYA
6. KAMPANYE NASIONAL KB
-KEMENKOMINFO
7. TERSEDIANYA PELAYANAN MEDIS KEMENKES & JAJARANNYA
KB SAMPAI DI PUSKESMAS
2 IBU BERSALIN DI FASILITAS 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
KESEHATAN PUSKESMAS PONED & RS PONEK YG
MERATA & BERKUALITAS
2. TERSEDIANYA RUMAH TUNGGU KEMENDAGRI/PEMDA &
KELAHIRAN & “AMBULAN”/ALAT JAJARANNYA
TRANSPORTASI UTK BUMIL DI
TEMPAT2 YG MEMERLUKAN
3. TERSEDIANYA PELAYANAN ANC & KEMENKES & JAJARANNYA
SENAM BUMIL DI PUSKESMAS
-KEMENKES &
4. PROMOSI OLEH NAKES & KADER
JAJARANNYA
PKK TTG PERSALINAN DI FASILITAS
-KEMDAGRI/PEMDA &
KESEHATAN
JAJARANNYA
3 BAYI MENDAPAT IMUNISASI 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
DASAR LENGKAP IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS &
FKTP LAIN
2. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANNYA
TTG IMUNISASI DASAR
3. PROMOSI OLEH PEMUKA2 AGAMA KEMENAG & JAJARANNYA
TTG IMUNISASI DASAR
4. PROMOSI OLEH KADER PKK TTG KEMENDAGRI/PEMDA &
IMUNISASI DASAR JAJARANNYA
5. KAMPANYE NASIONAL IMUNISASI -KEMENKES &
DASAR LENGKAP JAJARANNYA
-KEMENKOMINFO
INDIKATOR KELUARGA
NO. PENDUKUNG KEBERHASILAN PIHAK YG TERKAIT
SEHAT
4 BAYI DIBERI ASI EKSKLUSIF 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
SELAMA 6 BULAN KONSELING ASI DI PUSKESMAS & FKTP
LAIN
2. TERSEDIANYA RUANG -KEMENDAGRI/PEMDA &
MENYUSUI/MEMERAH & MENYIMPAN JAJARANNYA
ASI DI TEMPAT2 UMUM &
PERKANTORAN/PERUSAHAAN
-KEMENPAN & RB
-KEMENAKER &
JAJARANNYA
3. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANNYA
TTG ASI EKSKLUSIF
4. PROMOSI OLEH KADER PKK TTG ASI KEMENDAGRI/PEMDA &
EKSKLUSIF JAJARANNYA
5. KAMPANYE NASIONAL PEMBERIAN -KEMENKES &
ASI EKSKLUSIF JAJARANNYA
-KEMENKOMINFO
5 PERTUMBUHAN BALITA 1. POSYANDU YG BERFUNGSI DENGAN KEMENDAGRI/PEMDA &
DIPANTAU BAIK & REGULER (MINIMAL 1 BULAN JAJARANNYA
SEKALI)
2. SUPERVISI & BIMBINGAN YG KEMENKES & JAJARANNYA
REGULER DARI PUSKES-MAS KE
POSYANDU
3. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN KEMENDIKBUD &
MURID PLAY GROUP & TAMAN JAJARANNYA
KANAK2
4. PROMOSI OLEH KADER PKK TTG KEMENDAGRI/PEMDA &
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN JAJARANNYA
BALITA
5. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANNYA
TTG PEMANTAUAN PERTUMBUHAN
BALITA
6 PENDERITA TB PARU 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
BEROBAT SESUAI STANDAR PENGOBATAN TB PARU DI
PUSKESMAS, FKTP LAIN & RUMAH
SAKIT
2. TERSEDIANYA PENGAWAS -KEMENDAGRI/PEMDA &
MENELAN OBAT (PMO) DI RUMAH JAJARANNYA
&/DI TEMPAT KERJA -KEMENAKER &
JAJARANNYA
3. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANNYA
TTG PENGOBATAN TB PARU
4. PROMOSI OLEH KADER PKK TTG KEMENDAGRI/PEMDA &
PENGOBATAN TB PARU JAJARANNYA
5. PROMOSI DI TEMPAT2 UMUM TTG KEMENDAGRI/PEMDA &
PENGOBATAN TB PARU JAJARANNYA
INDIKATOR KELUARGA
NO. PENDUKUNG KEBERHASILAN PIHAK YG TERKAIT
SEHAT
7 PENDERITA HIPERTENSI 1. AKSES PELAYANAN TERPADU PTM KEMENKES & JAJARANNYA
BEROBAT TERATUR DI FIKTP
2. TERSEDIANYA POSBINDU PTM DI KEMENDAGRI/PEMDA &
SETIAP DESA/ KELURAHAN YG JAJARANNYA
BERFUNGSI DG BAIK
3. SISTEM PENGAWASAN KEMENDAGRI/PEMDA &
KETERATURAN MENELAN OBAT DARI JAJARANNYA
KADER KESEHATAN
4. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
KONSELING BERHENTI MEROKOK DI
PUSKESMAS/FKTP & RS
5. PENINGKATAN KEGIATAN SENAM & KEMENPORA &
AKTIVITAS FISIK DI KALANGAN JAJARANNYA
MASYARAKAT
6. PEMBATASAN KANDUNGAN -KEMENDUSTRI &
GARAM DLM MAKANAN & BAHAN JAJARANNYA
TAMBAHAN MAKANAN -KEMENDAG &
JAJARANNYA
7. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANN
TTG PENGOBATAN HIPERTENSI
8 PENDERITA GANGGUAN 1. AKSES PELAYANAN TERPADU PTM KEMENKES & JAJARANNYA
JIWA DIOBATI & TIDAK DI FIKTP
DITELANTARKAN/DIPASUNG 2. PROMOSI OLEH NAKES/DI FASKES KEMENKES & JAJARANNYA
TTG PENGOBATAN & PERLAKUAN THD
PENDERITA GANGGUAN JIWA
3. PROMOSI DI TEMPAT2 KERJA TTG -KEMENPAN & RB
PENGOBATAN & PERLAKUAN THD
PENDERITA GANGGUAN JIWA
-KEMENAKER &
JAJARANNYA
4. PROMOSI OLEH KADER PKK TTG KEMENDAGRI/PEMDA &
PENGOBATAN & PERLAKUAN THD JAJARANNYA
PENDERITA
5. PROMOSI TTG PENGOBATAN & KEMENDAGRI/PEMDA &
PERLAKUAN THD PENDERITA JAJARANNYA
GANGGUAN JIWA
9 TIDAK ADA ANGGOTA 1. TERSEDIANYA PELAYANAN KEMENKES & JAJARANNYA
KELUARGA YG MEROKOK KONSELING BERHENTI MEROKOK DI
PUSKESMAS/FKTP & RS
2. PEMBATASAN IKLAN ROKOK DLM - KEMENKOMINFO
BERBAGAI BENTUK - KEMENDAG &
JAJARANNYA
3. PEMBERLAKUAN KAWASAN KEMENDAGRI/PEMDA &
DILARANG MEROKOK DI JAJARANNYA
PERKANTORAN/PERUSAHAAN &
INDIKATOR KELUARGA
NO. PENDUKUNG KEBERHASILAN PIHAK YG TERKAIT
SEHAT
TEMPAT2 UMUM
INDIKATOR KELUARGA
NO. PENDUKUNG KEBERHASILAN PIHAK YG TERKAIT
SEHAT
12 SEKELUARGA SUDAH 1. TERSEDIANYA PELAYANAN BPJS KESEHATAN &
MENJADI PESERTA JKN KEPESERTAAN JKN YG MUDAH & JAJARANNYA
EFISIEN
2. TERSEDIANYA PELAYANAN FKTP & KEMENKES & JAJARANNYA
RS YG BERMUTU & MERATA SERTA
RUJUKAN YG NYAMAN
3. PROMOSI TTG KEPESERTAAN JKN BPJS KESEHATAN &
JAJARANNYA
4. KAMPANYE NASIONAL TTG KEMENKOMINFO
KEPESERTAAN JKN
POKOK BAHASAN 2
PENGUATAN PUSKESMAS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA YANG HOLISTIK
Pengenalan SPM
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yg berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. SPM diarahkan untuk pelayanan dasar yang terkait dengan kebutuhan pokok
masyarakat
Esensi SPM adalah :
• SPM merupakan standar minimum pelayanan dasar yang wajib disediakan oleh
Pemda kepada masyarakat.
• Adanya SPM akan menjamin minimum pelayanan dasar yang berhak diperoleh
masyarakat Indonesia dari Pemerintah
• Bagi Pemda: SPM dapat dijadikan tolok ukur (benchmark) dalam penentuan biaya
yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan.
• Bagi masyarakat : SPM akan menjadi acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu
pelayanan dasar yang disediakan oleh Pemda.
• SPM harus mampu menjamin terwujudnya hak-hak individu serta dapat menjamin
akses masyarakat mendapat pelayanan dasar yang wajib disediakan Pemda sesuai
ukuran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Tujuan SPM :
• Panduan dari pemerintah pusat untuk daerah dalam memberikan pelayanan esensial
• Alat pemerintah pusat dalam memastikan bahwa setiap WNI memperoleh pelayanan
esensial yang sama
• Alat kontrol masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Untuk
meningkatkan akuntabilitas pemda terhadap masyarakat.
Jika disimak indikator untuk Indeks Keluarga Sehat, dapat diketahui bahwa dari 12 SPM
tersebut di atas, sebanyak tujuh SPM akan dapat dicapai atau didukung pencapaiannya
dengan diterapkannya pendekatan keluarga. Ketujuh indikator yang akan mendukung
tercapainya SPM tersebut adalah:
Penguatan UKBM
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifi
kasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. (Permenkes No. 65 th 2013
tentang pedoman pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan)
UKMB adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Pembina UKBM : Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) : kelompok kerja yang
tupoksinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif, Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif serta Pengelola
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
Bentuk UKBM antara lain Posyandu, Poskesdes, Posbindu Penyakit Tidak Menular, UKS,
Saka Bhakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Pos UKK dan lain-
lain.
Pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak berarti mematikan UKBM-UKBM
yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih
kurang efektif.
Germas
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana
yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan umum dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah untuk: (a) menurunkan beban
penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; (b)
menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit; (c)
menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan (d) menghindarkan
peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.
Adapun tujuan khusus dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat dalam upaya di bawah payung aksi
promotif dan preventif serta menurunkan faktor risiko utama penyakit menular dan tidak
menular terutama melalui meningkatkan aktifitas fisik teratur dan terukur, konsumsi sayur
dan buah dan melakukan deteksi dini penyakit
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,
antara lain : (1) Melakukan aktivitas fisik, (2) Mengonsumsi sayur dan buah (3) Tidak
merokok, (4) Tidak mengonsumsi alkohol, (5) Memeriksa kesehatan secara rutin, (6)
Membersihkan lingkungan, dan (7) Menggunakan jamban.
Penguatan P2PTM
Penyakit Tidak Menular (PTM) utama (kardiovaskuler, kanker, diabetes melitus, penyakit
paru obstruktif kronik dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan) terutama di
negara berkembang telah mengalami peningkatan dengan cepat sehingga berdampak
pada peningkatan angka kesakitan dan kematian. Global Status Report on NCD World
Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian
semua umur di dunia adalah karena PTM. Di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1995-
2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%.
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan secara bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3
per mil pada 2007 menjadi 12,1 per mil pada 2013. Tingginya prevalensi bayi dengan
BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya stunting
pada anak balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena
berpotensi pada meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian PTM. Data disabilitas berdasarkan provinsi menurut Riskesdas tahun 2013
menunjukkan, prevalensi penduduk dengan disabilitas tertinggi adalah Sulawesi Selatan
(23,8%) dan terendah adalah Papua Barat (4,6%). Penyebab disabilitas tertinggi di
Indonesia pada kelompok umur 24 – 59 bulan yaitu Disabilitas Netra, Disabilitas Wicara,
Sindroma Down, Disabilitas Daksa, Bibir Sumbing, Disabilitas Rungu, Disabilitas Grahita
dan Cerebral Palsy. Dengan demikian, pencegahan dan pengendalian PTM juga perlu
mengintegrasikan dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama kehidupan
(1000 HPK) melalui pendekatan keluarga secara holistik.
Pencegahan dan pengendalian PTM yang efektif membutuhkan interaksi efektif antar
fasilitas pelayanan kesehatan dari tingkat primer hingga tingkat rujukan, yang meliputi
pelayanan promotif, preventif, kuratif, paliatif dan rehabilitatif terhadap kasus-kasus
PTM. Pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai titik tumpu perkuatan dari seluruh
aktivitas yang berjalan secara efektif merupakan kunci keberhasilan penanggulangan
PTM. Dengan demikian, seluruh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
bertahap harus diupayakan mampu melakukan penanggulangan PTM secara
terintegrasi dengan pemusatan terhadap keluarga.
Keluarga sebagai bagian dari Masyarakat mempunyai peran penting dalam pencegahan
PTM, antara lain dalam menumbuhkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
pada komunitas. PHBS pada pencegahan PTM dilakukan melalui penerapan perilaku
“CERDIK” yang merupakan akronim dari “Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirah at yang cukup
dan Kelola stres”.
tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini
meliputi pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko PTM, upaya pengendalian faktor risiko
PTM, penanggulangan gangguan Indera dan identifikasi gangguan fungsional, surveilans
faktor risiko PTM, pemantauan dan penilaian perkembangan kemajuan pencapaian
kinerja Posbindu PTM. Posbindu PTM juga dikembangkan pada masyarakat sebagai
bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM mengingat hampir semua faktor risiko PTM pada
awalnya tidak memberikan gejala.
Di sisi lainnya, lingkungan seharusnya dibangun untuk memberikan ruang bagi publik
untuk membuat pilihan yang sehat dan menghindari faktor-faktor penyebab timbulnya
masalah kesehatan, termasuk penyakit tidak menular. Salah satu bentuk upaya ini
dilakukan melalui Implementasi Kawasan Tanpa Rokok terutama di 7 tatanan antara
lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain
yang ditetapkan sebagaimana amanat Undang-Undang-undang No.36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular seharusnya juga
diterapkan berbasis siklus tahapan kehidupan (life-course approach). Oleh karena itu,
upaya tersebut dianjurkan untuk dilakukan sejak usia dini, usia remaja, usia kerj a
hingga usia lanjut. Dengan demikian, sekolah merupakan lembaga yang penting dalam
pencegahan PTM pada usia anak dan remaja. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
antara lain menumbuhkan budaya PHBS atau penerapan perilaku CERDIK pada
komunitas sekolah termasuk guru, administrator dan peserta didik. Tenaga-tenaga
Pembina UKS di sekolah, Puskesmas dan pemerintah daerah setempat mempunyai
peran besar terhadap kegiatan ini, termasuk menjadi role model. Untuk itu, komponen
upaya pencegahan dan pengendalian PTM pada program UKS selayaknya menjadi
program wajib Puskesmas agar pengendalian faktor risiko dan deteksi dini dapat
dilakukan sejak usia dini. Sementara untuk target sasaran usia produktif dan usia lanjut,
pencegahan dan pengendalian PTM dapat dilakukan melalui program perluasan
“Posbindu PTM” di tempat kerja dan di kelompok-kelompok masyarakat, serta integrasi
kegiatan Posbindu PTM dan Posyandu Lansia termasuk juga dengan program “Rumah
Sehat Desa” dari lintas sektor.
Pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, tekanan darah, gula darah, profil
lemak darah, pemeriksaan fungsi paru sederhana, pemeriksaan IVA dan SADANIS,
diagnosa dini serta pengobatan esensial PTM, termasuk penguatan tata-laksana faktor
risiko antara lain upaya berhenti merokok (UBM) maupun konseling faktor risiko PTM
lainnya. UBM dilaksanakan di Puskesmas bertujuan untuk menghentikan ketergantungan
individu terhadap rokok secara bertahap melalui konseling dan motivasi tanpa
penggunaan obat.
Keterpaduan tata laksana kasus PTM seperti Hipertensi dan Diabetes dilakukan dengan
penggunaan charta risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh darah sehingga pengelolaan
risiko dapat terpantau secara efektif. Selain itu, sistem rujukan termasuk juga rujuk balik
perlu diperkuat untuk menjamin penanganan kegawat-daruratan dan kasus-kasus PTM
yang perlu dirujuk. Agar upaya penguatan menjadi lebih optimal, diperlukan sinkronisasi
dengan pola pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ketersediaan peralatan dan
obat-obatan esensial PTM sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
akan mendukung terlaksananya pelayanan terpadu PTM secara optimal dan efektif.
Dalam penanggulangan kanker saat ini diprioritaskan pada kanker leher rahim dan kanker
payudara dikarenakan ke-2 kanker ini yang terbanyak di masyarakat. Kegiatan tersebut
berupa deteksi dini kanker leher rahim/ kanker serviks dengan metode Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat (IVA) yang dilakukan pada wanita telah aktif secara seksual terutama
pada usia 30 – 50 tahun untuk menemukan lesi prekanker dan mengatahui adanya
perubahan sel di dinding rahim. Pada lesi pre kanker akan menampilkan bercak putih yang
menandakan hasilnya positif setelah dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3 –
5%). Hasil IVA positif akan dilakukan tindakan krioterapi sehingga dapat mencegah
terjadinya kanker leher rahim lebih lanjut. Sementara itu, perlindungan kesehatan bagi
perempuan terhadap kanker leher rahim dilakukan dengan pemberian Vaksinasi HPV.
Untuk pemeriksaan payudara dikenal dengan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis)
karena dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk menemukan benjolan payudara
sedini mungkin agar secepatnya dapat dilakukan tindakan.
POKOK BAHASAN 3
KONSEP JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Program JKN ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kesehatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia, baik Penerima Bantuan Iuran (PBI) ataupun Non-PBI. Dalam
pengembangan JKN ini Kementerian Kesehatan fokus pada pengembangan benefit
package, menggunakan sistem pembiayaan asuransi dengan azas gotong royong, serta
melakukan kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit),
serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-
keluarga sehat. Tanda kepesertaan JKN adalah Kartu Indonesia Sehat (KIS)
POKOK BAHASAN 4
KONSEP KORUPSI DAN ANTIKORUPSI
Korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut
perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang
busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan
dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Ada 6 ciri korupsi adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan oleh lebih dari satu orang;
2. Merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
3. Berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu;
4. Berlindung di balik pembenaran hukum;
5. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
6. Mengkhianati kepercayaan
Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi
berkembangnya korupsi. Anti korupsi adalah pencegahan. Pencegahan yang dimaksud
adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi dan
bagaimana menyelamatkan uang dan aset negara.
Penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternalpri: Faktor internal
merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan
faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau
setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut. Faktor internal sangat
ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu.
Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor
eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol
kebijakan dalam suatu organisasi/ institusi/ masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara
prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.