Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan mempunyai akal yang membedakan dengan makhluk


ciptaan Tuhan lainnya. Berpikir membuat manusia dapat bertahan hidup dan
memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Berpikir merupakan upaya manusia
dalam memecahkan masalah. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai
kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.
Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani
sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Secara garis besar
berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir
alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya. Sedangkan, berpikir ilmiah adalah pola penalaran
berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Penalaran ilmiah
mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah seperti perumusan
masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik
kesimpulan. Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya
untuk berpikir dengan benar dan menemukan ilmu yang benar.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berpikir ini dengan baik pula. Selain itu, kegiatan ilmiah memerlukan
sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika.
Bahasa dapat digunakan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam bentuk
komunikasi. Menurut Suriasumantri (2009), Bahasa memiliki tiga struktur, yaitu:
kemampuan, penampilan, dan struktur dalam. Adapun lima batasan yang penting,
yaitu: manusiawi, dipelajari, sistem, arbitrer, dan simbol atau lambang. Bahasa
memiliki kelebihan, namun bahasa memiliki kelemahan, dan kelemahan tersebut
dapat disempurnakan dengan adanya matematika. Sebab, matematika dapat
memberikan jawaban yang eksak terhadap suatu permasalahan tertentu, dan hal

Sarana Berpikir Ilmiah | 1


tersebut dapat meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Namun,
matematika juga memiliki kelemahan yaitu tidak bisa menggambarkan data secara
khusus, sedangkan statistika mampu menggambarkannya.
Maka dari itu, makalah ini akan mengkaji tentang sarana yang mendukung
seseorang dalam berpikir ilmiah serta keterkaitannya satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah?
2. Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah?
3. Apa saja keterkaitan dari tiap sarana berpikir ilmiah?

C. Tujuan
Berikut adalah tujuan dari makalah ini:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan dari sarana berpikir ilmiah.
b. Menguraikan dan menjelaskan sarana-sarana yang mendukung seseorang
untuk berpikir ilmiah.
c. Menjelaskan keterkaitan antara sarana bepikir ilmiah.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini, adalah:
1. Memberikan pengetahuan seputar sarana berpikir ilmiah
2. Memaparkan sarana-sarana berpikir ilmiah
3. Memberikan penjelasan akan keterkaitan tiap-tiap sarana berpikir ilmiah.

Sarana Berpikir Ilmiah | 2


BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Sarana Berpikir Ilmiah


Berpikir ilmiah adalah berpikir secara logis dan empiris. Logis adalah
masuk akal dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang
dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, menggunakan akal untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan suatu hal. Berpikir
merupakan sebuah proses yang membutuhkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertetu yang
akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir
ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan dedukasi. Induksi
adalah cara berpikir yang di dalamnya terdapat kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus kasus yang bersifat khusus.
Sedangan, deduksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

Sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam


berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu
dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan
yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti salah satu karakteristik dari
ilmu utamanya adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam
mendapatkan pengetahuan. Sarana ilmiah tidak menggunakan cara ini dalam
mendapatan ilmu pengetahuannya. Dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda
dengan metode ilmiah.

1. Menurut Salam (1997:139): Berpikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berpikir ilmiah adalah proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Sarana Berpikir Ilmiah | 3


2. Menurut Jujun S.Suriasumantri (2003). Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi..
Jadi, sarana berpikir ilmiah adalah alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh agar kita dapat berpikir secara logis
dan empiris. Agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang baik maka
diperlukan sarana berpikir ilmiah, yaitu: bahasa, matematika dan statistika. Ketiga
sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang baru.

B. Sarana Berpikir Ilmiah

1. Bahasa sebagai Sarana Berpikir Ilmiah.

Bahasa adalah alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain dengan menguasai bahasa
seseorang akan menguasai pengetahuan, bahasa dapat mengkomunikasikan
sebuah pikiran perasaan dan sikap, bahasa dapat mempermudah kita untuk
menggambarkan suatu objek.

a. Pengertian Bahasa dalam Berfilsafat

Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia,


dengan kata lain, pikiran mempengaruhi bahasa karena pikiranlah maka bahasa itu
ada dan juga bahasa adalah suatu kata yang tersusun sebagai kalimat yang mampu
menyampaikan sebuah pesan untuk si pembaca atau pendengar.

b. Struktur Bahasa

Menurut Chomsky (2010), struktur bahasa mencakup sebagai berikut :

a. Competence (kemampuan)

Pengetahuan yang di miliki oleh pemakai bahasa mengenai bahasanya

Sarana Berpikir Ilmiah | 4


Contoh : Seseorang yang telah mengetahui beberapa jenis bahasa dan
mengungkapkannya dengan lisan atau suatu ujaran

b. Performance (penampilan)

Suatu bentuk bahasa yang diungkapkan secara lisan atau dalam wujud ujaran/lisan

Contoh : Bapak membaca surat kabar di ruang tamu

c. Deep structure (struktur dalam)

Struktur yang digambarkan dengan rumus-rumus yakni NP+VP (frase


nomina+frase verba).

d. Surface structure (struktur permukaan)

Menurut Chomsky (2010), Struktur permukaan adalah bahasa yang diujarkan atau
dituliskan baik secara nyata maupun hanya sekedar dalam benak kesadaran atau di
dalam hati.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan


oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Berdasarkan penjabaran di atas dan pendapat Kridalaksana (1993:21),
terdapat lima butir yang penting, yaitu bahwa bahasa itu:
1. Manusiawi(human)
Hanya manusia yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi.
Makhluk lain, seperti binatang memang berkomunikasi dan mempunyai bunyi,
tetapi sistem itu bukanlah kata-kata. Perkembangan bahasa inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya karena manusia diberi kelebihan
dalam berpikir.
2. Dipelajari (non-instinctive)
Manusia ketika dilahirkan tidak langsung mampu berbicara. Anak harus
belajar berbahasa melalui lingkungannya, seperti orang tua.

Sarana Berpikir Ilmiah | 5


3. Sistem (system)
Bahasa memiliki seperangkat aturan. Perangkat inilah yang menentukan
struktur (grammar) apa yang diucapkannya.
4. Arbitrer (voluntarily produced)
Manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara
tertentu adalah secara kebetulan saja.
5. Simbolik (symbols)
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita dapat
menggunakan simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena
manusia sama-sama memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan
demikian, manusia menerjemahkan orang lain atas acuan pada pengalaman diri
sendiri. Misalnya, ketika orang lain mengatakan “Saya haus”. Pernyataan tersebut
dapat dipahami karena kita pernah mengalami peristiwa haus. (Kridalaksana
(1993:21)
c. Kelemahan-Kelemahan Bahasa:

1). Vaguenes (kesamaran/kekaburan)


Makna yang terkandung dalam suatu ungkapan bahasa pada dasarnya
hanya mewakili realitas yang diacunya. Penjelasan verbal tentang aneka warna
bunga anggrek tidak akan setepat dan sejelas dengan pengamatan secara langsung
tentang aneka bunga anggrek tersebut.
2). Ambiguity (ketaksaan/bermakna ganda)
Penggunaan sinonimi, hiponimi, homonimi, polisemi, dan homograf.
Contoh:
- bisa (dapat/sanggup, racun)
- apel (upacara, nama buah)
- bunga (kembang, gadis)
- orang tua (bapak-ibu, orang yang sudah tua)
3). Inexplicitness (tidak eksplisit)
Bahasa sering kali tidak mampu mengungkapkan secara eksak, tepat, dan
menyeluruh dalam mewujudkan gagasan yang dipresentasikan.
4). Context dependent (bergantung pada konteks dan situasi)
Sarana Berpikir Ilmiah | 6
Pemakaian suatu bentuk sering kali berubah maknanya sesuai dengan
konteks gramatik, sosial, serta konteks situasional.
5). Misleadingness (menyesatkan)
Sehubungan dengan keberadaan bahasa dalam komunikasi tentu selalu
dapat menimbulkan salah tafsir. Salah tafsir tersebut karena kekacauan semantik
dan sirkular (berputar-putar).
d. Kelebihan-Kelebihan Bahasa
1. Bahasa sebagai system, artinya bahasa berfungsi apabila unsur-unsurnya atau
komponen-komponennya tersusun dengan pola.
2.Bahasa itu bermakna, artinya bahwa bahasa adalah sistem lambang yang
berwujud bunyi. Maka yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep,
ide, atau pikiran.
3. Bahasa itu unik, artinya setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang
tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Misalnya salah satu keunikan bahasa Indonesia
adalah tekanan kata tidak bersifat morfemis tetapi sintaksis.
4. Bahasa itu dinamis, artinya bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang
tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat.
5. Bahasa itu bervariasi, artinya bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang

termasuk dalam masyarakat bahasa.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah


gabungan kata yang tersusun menjadi kalimat untuk menyampaikan pesan pada
pembaca atau pendengar. Bahasa membuat manusia dapat berpikir secara teratur
dan ilmu dapat berkembang karena dengan bahasa, manusia dapat lebih mudah
mengkomunikasikan apa yang sedang mereka pikirkan.

Sarana Berpikir Ilmiah | 7


2. Matematika sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

a. Matematika sebagai bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari


pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
artifisial yang baru mempunyai arti setelah makna diberikan padanya. Tanpa itu
maka matematika hanyalah kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar
untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika.

Lambang-lambang dari matematika dibuat secara artifisial dan individual


yang merupakan perjanjian yang berlaku. Sebuah objek yang sedang kita telaah
dapat dilambangkan dengan apa saja sesuai perjanjian. Misalnya sedang
mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang, maka objek kecepatan jalan kaki
seseorang tersebut dapat kita lambangkan dengan x. dalam hal ini maka x hanya
mempunyai satu arti yakni kecepatan jalan seseorang. Disamping itu lambang x
tidak bersifat majemuk karena hanya melambangkan kecepatan jalan seseorang
dan tidak mempunyai arti yang lain. Demikian juga jika dihubungkan dengan
objek lain misalnya jarak yang ditempuh orang tersebut yang dilambangkan
dengan y, maka dapat dilambangakan hubungan dari kedua objek tersebut
misalnya z = y/x dimana z melambangkan waktu yang diperlukan seseorang
tersebut untuk menempuh jarak dengan kecepatan jalan kaki. Pernyataan z = y/x
jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi
mengenai hubungan antara x, y dan z, sehingga dari sini dapat dikatakan bahwa
pernyataan matematik mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative
dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.

b. Sifat Kuantitatif Matematika sebagai Bahasa

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa


verbal . Matematika mengembangkan bahasa numeric yang memungkinkan kita
untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif demgan sedangkan dengan bahasa
verbal jika kita membandingkan dua objek yang berlainan misalnya gajah dan
semut, maka kita dapat mengatakan gajah lebih besar dari pada semut.

Sarana Berpikir Ilmiah | 8


Jika ingin menelusuri lebih lanjut seberapa besar gajah dibandingkan dengan
semut maka akan mengalami kesulitan dalam menemukan hubungan tersebut
dengan bahasa verbal. Kemudian jika secara eksak ingin mengetahui berapa besar
gajah bila dibandingkan dengan semut maka akan berbeda dengan bahasa verbal.
Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
Demikian juga maka penjelasan yang diberikan oleh ilmu dalam bahasa verbal
hanya bersifat kualitatif. Misalnya kita dapat mengetahui logam yang dipanaskan
akan memuai jika dipanaskan. Namun secara verbal pengertian itu hanya sampai
disitu. Kita tidak dapat mengatakan dengan tepat berapa pertambahan panjangnya.
Hal ini mnyebabkan penjelasan yang diberikan bahasa verbal tidak bersifat eksak,
menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepa, dan untuk
mengatasi masalah ini matematika mengembangkan konsep pengukuran. Lewat
pengukuran kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam
semula dan berapa pertambahan panjangnya setelah memuai jika logam tersebut
dipanaskan, dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah berupa pernyataan
kualitatif seperti logam akan memuai jika dipanaskan dapat diganti dengan
pernyataan matematik yang lebih eksak misalnya Pt = Po(1+λt), dimana Pt
panjang logam pada temperatur t, Po merupakan panjang logam pada temperatur
nol dan λ merupakan koefisien pemuaian logam tersebut.

Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya presiktif dan


kontrol dari ilmu. Ilmu yang memberikan jawaban yang lebih eksak
memungkinkan pemecahan masalah yang secara lebih tepat dan cermat.
Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif
ke tahap kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperative jika
menginginkan prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan cermat.

c. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif , hal ini dikarenakan penyelesaian


masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya
yang terdapat dalam ilmu-ilmu empiris melainkan didasarkan atas deduksi-

Sarana Berpikir Ilmiah | 9


deduksi atau penjabaran-penjabaran. Misalnya kita tahu bahwa jumlah sudut
dalam suatu segitiga adalah 180°.

Pengetahuan ini mungkin saja kita tahu dengan jalan mengukur sudut
dalam seuatu segitiga kemudian menjumlahkannya. Dipihak lain pengetahuan
bisa didapatkan secara deduktif dengan menggunakan matematika. Seperti
diketahui bahwa berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang
didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Untuk
menghitung jumlah sudut dalam segitiga tersebut kita dapat mendasarkan pada
premis bahwa jumlah sudut yang dibentuk kedua garis sejajar tersebut dengan
garis ketiga adalah sama. Premis kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk
suatu garis lurus adalah 180°. Kedua premis ini kemudian kitaterapkan dalam
berpikir deduktif untuk menghitung jumlah sudut dalam sebuah segitiga.

Maka berdasarkan contoh seperti di atas secara deduktif matematika


menemukan pengetahuan yang baru didasarkan pada premis-premis tertentu.
Pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah merupakan konsekuensi
dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah ditentukan sebelumnya. Namun
pengetahuan yang didapat secara deduktif ini sangat berguna. Berdasarkan
beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat ditemukan
pengetahuan-pengetahuan lain yang dapat mengembangakn ilmu pengetahuan.

d.Perkembangan Matematika

Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap
yakni tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif.

a. Tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan objek empiris ke


dalam kategori-kategori tertentu. Pengosongan ini memungkinkan kita untuk
menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi
kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini merupakan pengetahuan bagi
manusia dalam mengenali dunia fisik.

b. Tahap komparatif kita mulai melakukan perbandingan antara objek yang satu
dengan objek yang lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan

Sarana Berpikir Ilmiah | 10


seterusnya. Kita mulai mencari hubungan yang didasarkan pada perbandingan
antara di berbagai objek yang kita kaji.

c. Tahap kuantitatif adalah tahap dimana kita mencari hubungan sebab akibat
tidak lagi berdasarkan perbandingan melainkan berdasarkan pengukuran yang
eksak dari objek yang sedang kita selidiki.

Bahasa verbal berfungsi dengan baik dalam kedua tahap yang pertama,
namun pada tahap yang ketiga maka pengetahuan membutuhkan matematika.
Lambang-lambang matematika bukan saja jelas namun juga eksak dengan
mengandung informasi tentang objek tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran.

e. Aliran dalam matematika

1. Formalisme

Formalis seperti David Hilbert (1902) berpendapat bahwa matematika


adalah tidak lebih atau tidak kurang sebagai bahasa matematika. Hal ini
disederhanakan sebagai deretan permainan dengan rangkaian tanda –tanda
linguistik, seperti huruf-huruf dalam alpabet Bahasa Inggris. Bilangan dua
ditandai oleh beberapa tanda seperti 2 atau II. Pada saat kita membaca kadang-
kadang kita memaknai bacaan secara matematika, tetapi sebaliknya istilah
matematika tidak memiliki sebarang perluasan makna. Formalis memandang
matematika sebagai suatu permainan formal yang tak bermakna (meaningless)
dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan. Menurut Ernest (1991)
formalis memiliki dua dua tesis, yaitu:

a. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat


ditafsirkan sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema
formal.
b. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya
dari ketidak konsistenan.

Ada bermacam keberatan terhadap formalisme, antara lain; (1) formalis dalam
memahami obyek matematika seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit,

Sarana Berpikir Ilmiah | 11


padahal tidak bergantung pada obyek fisik; (2) formalis tidak dapat menjamin
permainan matematika itu konsisten. Keberatan tersebut dijawab formalis bahwa
(1) lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material dan (2)
meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadang-kadang trivial,
tetapi yang lainnya tidak demikian.

2. Intuisionisme

Intuisionisme seperti Immanuel Kant (2004) berpendapat bahwa


matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana
eksistensi matematika tergantung dari pengindraan. Intuisi matematika murni
yang meletakkan pada dasar dari semua kognisi dan penilaian yang muncul
sekaligus apodiktis dan diperlukan adalah ruang dan waktu, karena matematika
harus terlebih dahulu memiliki semua konsep dalam intuisi, dan matematika
murni intuisi murni, maka matematika harus membangun mereka. Menurut Kant,
Geometri didasarkan pada intuisi murni ruang, dan, aritmatika menyelesaikan
konsep angka dengan penambahan berurutan dari unit dalam waktu. Ia
menyimpulkan bahwa matematika murni sebagai kognisi apriori hanya mungkin
dengan mengacu ada benda selain yang indra, di mana di dasar intuisi empiris
mereka terletak sebuah intuisi murni (ruang dan waktu) yang apriori. Kant
selanjutnya menyimpulkan bahwa dasar matematika sebenarnya intuisi murni,
sedangkan deduksi transendental tentang konsep-konsep ruang dan waktu
menjelaskan, pada saat yang sama, kemungkinan matematika murni.

3. Logisisme

Logisisme memandang bahwa matematika sebagai bagian dari logika.


Penganutnya antara lain G. Leibniz, G. Frege (1893), B. Russell (1919), A.N.
Whitehead dan R. Carnap(1931). Pengakuan Bertrand Russell menerima logisime
adalah yang paling jelas dan dalam rumusan yang sangat ekspilisit. Dua
pernyataan penting yang dikemukakannya, yaitu (1) semua konsep matematika
secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika; (2) semua kebenaran

Sarana Berpikir Ilmiah | 12


matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui penarikan
kesimpulan secara logika semata.

D. Statistika sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

1. Pengertian Statistika

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,


mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi (menafsirkan), dan
mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan
data. Statistika dapat digunakan hampir di seluruh aspek cabang-cabang ilmu.

2. Karakteristik Statistika sebagai Sarana Berpikir Induktif

Statistika adalah salah satu ilmu yang menuntun kita untuk berpikir secara
berpikir induktif, dengan urutannya sebagai berikut :

1.) Mengajukan Pertanyaan

Ditemukan perdebatan-perdebatan mengenai pro dan kontra mengenai hal


yang diperdebatkan kebenarannya.

2.) Membuat Dugaan Sementara (Hipotesis)

Menempatkan bahwa pernyataan saat itu adalah seperti benar.

3.) Uji Eksperimen

Mencari pembenaran dengan sumber data-data yang telah dihasilkan


sebelumnya dalam kurun waktu tertentu dalam bentuk persentase dari hasil dua
perbandingan.

4.) Mengambil Kesimpulan

Berpikir sistematis menurut penelitian yang sudah teruji, maka didapatlah

keputusan yang tepat dalam menarik kesimpulan.

Sarana Berpikir Ilmiah | 13


3. Peranan Statistika dalam Berpikir Ilmiah

Menurut Dajan (2000), peranan statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan


dapat dirinci sebagai berikut:

1. Observasi
Statistik dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis yang akan
dipakai dalam observasi.
2. Hipotesis
Hipotesis ini dimaksudkan untuk menerangkan fakta yang diobservasi,
dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis. Dalam tahap
kedua ini statistika membantu kita dalam mengklasifikasikan hasil observasi.
3. Ramalan
Berdasarkan hipotesis dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang
dikemukakan memenuhi syarat deduksi akan menjadi pengetahuan baru.
Fakta baru ini disebut ramalan.
4. Pengujian kebenaran
Untuk menguji kebenaran ramalan, mulai dari tahapan-tahapan berulang
seperti sebuah siklus.

Peran statistika ini dapat digunakan sebagai:

a. Alat ukur populasi dan alat analisis data.

b. Uji ketepatan, keakuratan dan hasil yang didapat lebih dapat dipercaya.

c. Penyajian data yang lebih komunikatif.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa statistika adalah ilmu


yang mempelajari tentang penyajian data. Sehigga, dengan mempelajari statistika
kita dapat menyampaikan informasi dengan lebih akurat dan terperinci.

Sarana Berpikir Ilmiah | 14


C. Keterkaitan dari Tiap Sarana Berpikir Ilmiah
Kita dapat menemui keterkaitan dari tiap sarana berfikir ilmiah pada
fungsinya dalam perkembangan ilmu. Sebab, bahasa dapat digunakan sebagai
sarana berpikir ilmiah dalam bentuk komunikasi. Menurut Suriasumantri (2009),
Bahasa memiliki tiga struktur, yaitu: kemampuan, penampilan, struktur dalam,
dan struktur permukaan. Adapun lima batasan yang penting, yaitu: manusiawi,
dipelajari, sistem, arbitrer, dan simbol atau lambang. Bahasa memiliki kelebihan,
namun bahasa memiliki kelemahan, dan kelemahan tersebut dapat disempurnakan
dengan adanya matematika. Sebab, matematika dapat memberikan jawaban yang
eksak terhadap suatu permasalahan tertentu, dan hal tersebut dapat meningkatkan
daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Namun, matematika juga memiliki
kelemahan yaitu tidak bisa menggambarkan data secara khusus, sedangkan
statistika mampu menggambarkannya. Sehingga dapat dikatakan bahasa,
matematika, dan statistika saling menyempurnakan satu sama lain dan memiliki
keterkaitan yang erat.
Jadi, keterkaitan itu semua bertujuan agar kita mampu berpikir ilmiah untuk
mengembangkan ilmu.

Sarana Berpikir Ilmiah | 15


Bab 3
Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Berpikir ilmiah adalah berpikir secara logis dan empiris. Sarana ilmiah
merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus ditempuh. Jadi, sarana berpikir ilmiah adalah alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh agar kita dapat berpikir
secara logis dan empiris.

2. Terdapat tiga sarana berpikir ilmiah yang terdiri dari bahasa, matematika dan
statistika, dimana tiga sarana ini memiliki keterkaitan satu sama lain.

3. Keterkaitan dari tiap sarana berpikir ilmiah antara bahasa, matematika, dan
statistika yaitu saling menyempurnakan satu sama lain. Sehingga,keterkaitan itu
semua bertujuan agar kita mampu berpikir ilmiah untuk mengembangkan ilmu.

B. Saran

Saran dari makalah ini agar pembaca dapat mengenal dan memahami
sarana berfikir ilmiah dan dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga ilmu dapat berkembang dengan baik.

Sarana Berpikir Ilmiah | 16


DAFTAR PUSTAKA

Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, (Pustaka LP3ES Indonesia,


2000), hal. 2
Chomsky, N. (2010). Some simple evo devo theses: How true might they be for
language. The evolution of human language, 45-62.
Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The
Falmer Press Salam, H. B. (1997). Logika Materiil: Filsafat Ilmu
Pengetahuan. PT Rineka.
Hilbert, D. (1902). Mathematical problems. Bulletin of the American
Mathematical Society, 8(10), 437-479.
Kant, I. (2004). Immanuel Kant: Prolegomena to any future metaphysics: That
will be able to come forward as science: With selections from the critique
of pure reason. Cambridge University Press.
Kridalaksana, H. (1993). Linguistic Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Sarana Berpikir Ilmiah | 17


LAMPIRAN

Nama Anggota :

TANTI ANDIRA KWARTI (1802211009)

RONANDA ZAHRA DESTYA S.P. (1802211011)

RUTMIARTA GULTOM (1802211014)

DIAN QAMARINA (1802211024)

Sarana Berpikir Ilmiah | 18


JESSYCHA SANIA PUTRI (1802211027)

BRAHMANTIA RAHARJO (1802211029)

DEVI ARIYANTI (1802211022)

Sarana Berpikir Ilmiah | 19

Anda mungkin juga menyukai