Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peningkatan sumber daya manusia merupakan penekanan dari tujuan

pendidikan nasional yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas) pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Dalam pembukaan UUD 1945, Negara bertujuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sehingga sangat diperlukan sebuah bidang pekerjaan (profesi)

yang dapat mewujudkannya. Menurut Rees (Sagala 2003: 16), profesi dapat

dibedakan atas lima tipe yakni: (1)profesi yang estabilitas (permanen) atau yang

mapan diperoleh dengan studi spesialisasi misalnya: Dokter; (2) profesi baru

dapat diperoleh dengan studi dan disiplin baru melalui studi tambahan misalnya:

ilmuwan; (3) semi profesi diproleh melalui pendidikan sebagai dasar untuk teknisi

praktis misalnya: Guru; (4) akan menjadi prose sama dengan praktisi modern

dalam bisnis tetapi berbeda dengan status profesi misalnya: Direktur; (5) profesi

pinggiran (marginal) dasar untuk keterampilan teknisi misalnya: mekanik.

Jelas bahwa profesi merupakan bidang kajian ilmu telah memiliki suatu

pengakuan kekuasaan (power) akibat dari keahliannya. Sehingga profesi yang

1
sangat tepat dalam mengemban tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ialah

Guru. Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dengan

peserta didik dibandingkan dengan personal lainnya disekolah. Guru bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran (mengevaluasi), melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan

penelitian dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.

Guru bisa dikatakan guru profesional apabila sudah melalui tahapan-

tahapan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan UU No.

14 Tahun 2005 pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian pasal 9

menyatakan kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh

melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diplomat empat.

Seorang guru profesional harus menguasai empat macam kompetensi yakni:

(1) pedagogik; (2) kepribadian; (3) sosial; (4) profesional. Keempat kompetensi

ini saling besinergi satu sama lain sehingga sangatlah penting bagi seorang guru

menguasai kempatnya. Hal ini sejalan dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28,

ayat 3 dan UU No. 14 tahun 2005 pasal 10, ayat 1, menyatakan “ kompetensi

pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

serta pendidikan anak usia dini meliputi; kompetensi pedagogik, kepribadian,

sosial dan profesional.”

Dalam kompetensi tersebut dan juga merupakan salah satu tugas penting

bagi guru yakni untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui oleh

2
peserta didik. Dan ini akan menjadi acuan bagi guru untuk mengukur sejauh mana

pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah di berikan. Dan peserta didik

itu sendiri akan tahu kekurangan yang mereka miliki terhadap materi yang telah

diajarkan oleh guru.

Evaluasi merupakan kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Sedangkan

evaluasi pendidikan merupakan kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan,

sehingga dapat diketahui mutu atau hasil- hasilnya. Didalam mengevaluasi proses

belajar mengajar, tentunya guru harus memerlukan alat untuk mengevaluasi.

Biasanya alat evaluasi ini berupa tes ataupun non tes.

Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan, di tanah air kita,

Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi

pendidikan sebagai berikut: (1) Proses / kegiatan untuk menentukan kemajuan

pendidikan, dibandingkan dengan tujua yang telah di tentukan; (2) usaha untuk

memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan.

Guru tidak hanya dituntut untuk menguasai kompetensi guru melainkan

mereka juga harus mampu mendesain alat evaluasi yang baik. Alat evaluasi yang

berupa tes dan non tes merupakan alat yang dipergunakan oleh guru untuk

mengukur tiga ranah yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yakni afektif,

kognitif, dan psikomotorik. Di dalam mengevaluasi proses belajar mengajar, alat

evaluasi yang sering digunakan oleh guru yaitu berupa tes.

Penilaian merupakan bagian penting dan fiingsi manajemen. Penilaian

dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi, dan sekaligus

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang teijadi sehingga tujuan organisasi dapat

3
dicapai secara maksimal. Penilaian kineija guru pada dasarnya menipakan

prosesmembandingkan antara kineija aktual dengan kinerja ideal untuk

mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam

periode tertentu (Bamawi dan Arifm. 2014:25). Lebth lanjut Asf & Mustofa

(2013: 158) menyatakan peniiaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya

untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru berkenaan dengan

proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya.

Kinerja guru dapat diukur dan keberhasilan/kemampuan guru dalam

melaksanakan tugas pokok dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan

kepentingan pemlaian terhadap kinerja guru, Direktorat Tenaga Kependidikan

(2008:22) mengatakan:

alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran


(teaching plans and materials) atau disebut dengann RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom
procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). lndikator
penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan
pembelajaran di kelas yaitu: (1) perencanaan program kegiatan
pembelajaran, (2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran,, dan (3)
evaluasilpenilaian pembelajaran.

Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya (Rachmawati & Daryanto, 2013:16).

Selanjutnya Muslim (2010:116) mengutip Oliva menyatakan seorang guru akan

melaksanakan tugasnya (mengajar) dssengan baik, apabila ia mampu dan terampil

dalam merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan menilai

pengajaran.

Oleh karena itu, dalam mengetahui tingkat kinerja guru perlu dilakukan

penelitian mendalam tentang hal tersebut. Dan hasilnya tersebut akan di

4
korelasikan dengan kompetensi guru. Namun dalam hal ini kami hanya memilih

dua dari empat kompetensi guru yang ada yakni kompetensi pedagogik dan

kompetensi profesional.

Berdasarkan latar belakang diatas, sangatlah tepat jika peneliti ingin

membahas dan tertarik kompetensi pedagogik dan profesional serta kinerja guru

dengan judul penelitian “ Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Kompetensi

Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah

Menengah Pertama Kabupaten Soppeng ”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh kompetensi paedagogik guru matematika terhadap

kinerja guru Matematika pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten

Soppeng?

2. Apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional guru matematika terhadap

kinerja guru Matematika pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten

Soppeng?

3. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan kompetensi

profesional guru terhadap kinerja guru Matematika pada Sekolah Menengah

Pertama di Kabupaten Soppeng?

C. TUJUAN PENELITIAN

5
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kompetensi pedagogik terhadap

kinerja guru pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Soppeng

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kompetensi profesional terhadap

kinerja guru pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Soppeng

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kompetensi pedagogik

guru dan kompetensi profesional guru terhadap kinerja guru Matematika pada

Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Soppeng?

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

peneliti dan pemerhati pendidikan pada khususnya dan bidang pendidikan

pada umumnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pengawasan dan

proses belajar mengajar.

b. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan

langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh

selama menempuh studi di perguruan tinggi.

c. Bagi pemerintah Kabupaten agar mejadi acuan untuk peningkatan mutu

pendidikan di daerah setempat

Anda mungkin juga menyukai