Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara
tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan cratein yang
1
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hlm 154.
37
38
for the people atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
Menurut pakar hukum tata negara M. Mahfud MD, ada dua alasan
pemikiran atau pendapat para filsuf dari Plato hingga pasca Renaissance.
dan yang paling dapat ditolerir dari ketiga bentuk pemerintahan yang
2
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006, hlm 130-131.
39
mayoritas.3
Yunani yang terdiri dari kata ‘demos’ yang artinya rakyat, dan kata ‘cratia/
3
Lorens Bagus, Op.Cit, hlm. 155-156.
40
rakyat.
4
Max Boboy, DPR RI dalam Prespektif Sejarah dan Tatanegara, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1994, hlm. 81
41
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang
melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan
didalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara
5
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak
Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006, hlm.131.
43
peluang bagi terpentalnya sejumlah partai politik dari parlemen pada setiap
kekuasaannya.
6
Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Schmitter, Transisi Menuju Demokrasi
Rangkaian Kemungkinan dan Ketidakpastian, LP3ES, Jakarta, 1993, hlm 8-9.
44
variasi, deliberasi bisa dibilang tetap menjadi “fitur” inti dari demokrasi.
JS Mill, Dewey dan Koch.8 Namun, para ahli umumnya bersepakat bahwa
konsep demokrasi, yaitu: (a) model liberal; (b)model republik; dan (c)
7
Budi Hardiman, “Demokrasi Deliberatif: Model untuk Indonesia Pasca Suharto?”,
dimuat dalam Basis, No. 11-12, tahun ke-53, November-Desember 2004, hlm.18.
8
Candra Kusuma, “Demokrasi Deliberatif di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus ‘Forum
Konstituen’ di Kabupaten Bandung”, tesis pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, hlm. 37.
45
oleh pihak-pihak yang terlibat langsung dengan isu tersebut dalam posisi
9
yang setara dan tanpa tekanan pihak lain. Konsep tersebut ingin
9
Ibid., hlm. 38.
10
Budi Hardiman, Filsafat Fragmentaris (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm. 126.
11
Ibid., hlm. 127.
12
Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 128.
46
sebuah formasi opini dan aspirasi diskursif sebuah publik yang terdiri dari
berperilaku sebagai public body ketika mereka berbicara dalam cara yang
13
Dalam hal ini, demokrasi deliberatif tidak lain merupakan konsep polititical public
sphere (ruang publik politik). Kusuma, Demokrasi Deliberatif… op,cit., hlm, 38.
14
Hardiman, Demokrasi Deliberatif… op, cit., hlm. 134.
15
Dalam satu public body yang besar, komunikasi memerlukan sarana khusu untuk proses
deliver informasi dan mempengaruhi orang-orang yang menerimanya. Hal tersebut terkait dengan
konsep civil society yang oleh Habermas digambarkan seperti: “masyarakat terdiri atas
perhimpunan-perhimpunan, organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan yang kurang lebih bersifat
spontan yang menyimak, memadatkan dan secara nyaring meneruskan resonasi keadaan persoalan
kemasyarakatan di dalam wilayah-wilayah privat ke dalam wilayah ruang publik politis”. Ibid., hlm.
136
47
yang dibuat oleh negara baik di ranah legislatif, eksekutif, dan yudikatif,
memenuhi unsur-unsur:17
suara);
e. The Right of Political Leader to compete for support and votes (ada
suara);
informasi)
g. Free and fair election (adanya pemilihan yang jujur dan bebas);
16
Kusuma, “Demokrasi Deliberatif di...”loc, cit., Candra Kusuma, “Demokrasi
Deliberatif di Era Otonomi Daerah: Studi Kasus ‘Forum Konstituen’ di Kabupaten Bandung”, tesis
pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta,
2012, hlm. 39
17
Soetjipto Wirosardjono, Dialog dengan Kekuasaan, Esai-Esai Tentang Agama,
Negara, dan Rakyat, Mizan, Bandung, 1995, hlm. 69
48
pokok yaitu :
18
Sri Soemantri M, Perngantar Perbandingan Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta 1998,
hal. 43
49
e. Ciri kepartaian, yakni partai menjadi suatu media atau sarana sebagai
oleh dua aspek, yaitu faktisitas hukum dan validitas hukum. Faktisitas
yang sah harus dapat dilegitimasi secara moral. Bagi Habermas, integrasi
sosial tidak dapat terwujud bila negara hanya menjadi polisi pengaman
saja, karena negara juga memiliki hak untuk meminta partisipasi dan
dedikasi dari warganya. Integrasi sosial tidak akan terwujud tanpa adanya
prosedur yang adil dan fair. Kebijakan publik yang ada dalam hukum harus
secara besar-besaran.
Dalam sistem ini yang bersaing adalah partai, sedangkan calonnya hanya
51
partailah yang menentukan siapa yang terpilih tergantung dari suara pilih
dan rembug yang panjang. Proses deliberasi ini dapat dilakukan tanpa
merubah model pemilu yang telah ada, dan proses tersebut hanya
elemen yang terkait dalam proses pemilu, tak terkecuali masyarakat sipil,
dapat membuat sebuah kontrak sosial yang disepakati dan ditaati oleh
kekerasan, dan politik uang. Harapan dari teori diskursus dalam negara
dalam debat atau dialog publik, sehingga segala keputusan publik akan
19
Sistem ketatanegaraan adalah sesuatu yang berkeaan dengan organisasi negara baik
susunan, kedudukan, tugas dan wewenang maupun hubungan antara yang satu dan yang lain.
(terpetik dalam; I Gde Pantja Astawa, “Hak angket dalam sistem ketatanegaraan Indonesia menurut
UUD 1945”, disertasi, pascasarjana Unpad Bandung, 2000, hlm 5 )
53
dan DPRD.
dan adil. (2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
54
oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan pasal 56 ayat
seorang calon Kepala Daerah dari Provinsi NTB yang bernama Lalu
Pemerintahan Daerah.
Pemilihan Kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh
20
Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara Nomor 5/PUU-V/2007 perihal
Pengujian UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
55
Pemilukada langsung akan membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi
politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka peluang bagi masyarakat
21
Eko Prasojo, Irfan Ridwan Maksum, dan Teguh Kurniawan, Desentralisasi &
Pemerintahan Daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi Struktural, 2006, hlm. 40
56
berdedikasi. Sudah barang tentu hal ini karena kepala daerah yang terpilih
masyarakat.
undangan.
57
Indonesia yang lebih dari 200 juta, jumlah pemimpin nasional yang
dilaksanakan dengan " sistem perwakilan " tidak secara langsung oleh
22
Warsito, Tujuan dan Keuntungan Pilkada Langsung,
http://www.suaramerdeka.com/harian/0408/13/opi3.htm, diunduh pada Jumat 13 Agustus 2004
60
dua kata, yaitu pengertian kata “partai” dan pengertian kata “politik”.
kuno Polis yang berarti kota atau Negara-kota (city-state). Namun seiring
berarti segala hal yang berhubungan dengan Negara, politika yang berarti
kekuasaan.
kebijakan publik.24
Banyak sekali definisi mengenai partai politik yang dibuat oleh para
politik yang dibuat oleh para ahli klasik dan kontemporer. Diantaranya:
23
Firmanzah,2007,Marketing Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, hal. 66
24
Firmanzah, Ibid., hal. 68
25
Miriam Budiarjo,2008,Dasar-dasar ilmu Politik,Edisi Revisi,Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama., hal. 397
63
berbeda.
Pasal 2
perempuan.
pada ayat (3) disusun dengan menyertakan paling rendah 30% (tiga
Pasal 3
badan hukum.
undangan;
65
c. Kantor tetap;
terjadi hal-hal justru merugikan, baik dari pihak negara maupun dari
terorganisirnya partai yang ada. Sarana dan prasarana yang harus ada
oleh Menteri Kehakiman yang terdapat dalam pasal 3 ayat (1). Penulis
pemberian status badan hukum sehingga parpol itu dapat diakui sah
bertindak dalam lalu lintas hukum. Demikian pula pengaturan itu tidak
politik diatur secara tegas dalam Pasal 11 Bab V UU No.2 Tahun 2011
bernegara;
Negara;
keadilan gender.
26
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, P.T. Gramedia Widisarana
Indonesia, Jakarta, 1992, hlm. 120
68
yang turut aktif dalam kegiatan politik dan menjadi anggota politik.
Fungsi ini pada umumnya dilakukan oleh partai politik yang tidak
yang dimaksud disini adalah dalam arti yang luas, mulai dari perbedaan
dalam masyarakat.
beberapa fungsi partai politik yang lainnya yaitu meliputi partai politik
sebagi28:
articulation).
appointive officer)
27
Mariam Budiardjo, Demokrasi Di Indonesia, Demokrasi Parlementer, dan Demokrasi
Pancasila, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hlm. 163
28
Sukarna, Sistem Politik 1, P.T. Citra Aditya Bakri, Bandung, 1990, hlm. 90
71
forgoverment).
Daerah
Daerah
hanya menjadi dua partai politik dan satu golongan, serta upaya
oleh Presiden atau Menteri Dalam Negeri, kepala daerah hanya berasal
memberikan ruang bagi calon kepala daerah dari partai politik apalagi dari
29
Bandingkan jumlah peserta Pemilu Tahun 1955 adalah sebanyak 172 partai politik,
sedangkan pada Tahun 1977 dikerucutkan menjadi hanya 2 partai politik dan 1 golongan.
72
reformasi, ruang bagi individu untuk menjadi kepala daerah tetap tidak
bebas, dan rahasia, judul, dan adil.UU Nomor 32 Tahun 2004 pun tidak
pilkada dengan membuka pintu bagi calon perseorangan ikut serta dalam
pengujian materiil terhadap Pasal 56 Ayat (2), Pasal 59 Ayat (1), Ayat (3),
Ayat (4), Ayat (5) huruf a, Ayat (5) huruf c, Ayat (6) dan Pasal 60 ayat (2),
Ayat (3), Ayat (4) dan Ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
bertentangan dengan UUD 1945, yaitu: Pasal 18 ayat (4), Pasal 27 ayat
(1), Pasal 28 D ayat (1), Pasal 28 D ayat (3), dan Pasal 28 I ayat (2).
30
Lihat konsideransMenimbang Poin c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
73
peserta pilkada dan wakil kepala daerah berasal dari partai politik dan
namun dapat bertindak sebagai aktor politik yang secara aktif mengusung
calon dan memilihnya di pilkada atau bahkan menjadi calon kepala daerah.
31
Persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur melalui ketentuan
Pasal 59 ayat (2a) dan ayat (2b) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008.
74
kuantitas partai politik ini tidak diiringi dengan kualitas kader partai
menjadi calon pemimpin dalam skala lokal dan nasional dalam mengisi
masyarakat luas;
32
Miriam Budiardjo, dasar-dasar Ilmu Politik (Jakarta, Gramedia Pustaka Umum,
2010), hlm. 408.
75
misalnya saat seseorang ingin dicalonkan sebagai kepala daerah oleh partai
pengusung, selain dari janji politik yang diberikan jika berhasil menduduki
33
Berdasarkan laporan dana kampanye peserta Pilkada Provinsi DKI Jakarta kepada
KPU, total pengeluaran kampanye sekitar 106 milyar rupiah. Lihat Didik Supriyanto dan Lia
Wulandari, Basa-Basi Dana Kampanye (Jakarta: Perludem, 2013), hlm. 167-168. Mengenai dampak
politik uang juga dapat dilihat pada Didik Suhariyanto, Dampak Money Politics Hasil pemilu Kepala
Daerah terhadap Konstitusi dan Kebijakan Pemerintah Daerah, Jurnal Ilmiah Progresif (Volume 7
Nomor 21, Desember, 2010), hlm 1-3.
34
Ibrahim Z. Fahmi Badoh dan Abdullah Dahlan, Korupsi Pemilu di Indonesia (Jakarta:
Indonesian Corruption Watch dengan dukungan Yayasan TIFA, 2010), hlm. 32-33.
35
Hamdan Zoelva, Memberantas Electoral Corruption, Jurnal Pemilu dan Demokrasi
(Volume 5, Februari 2013), hlm 3-5
76
oleh calon kepala daerah pun tidak ada perubahan sama sekali. Namun,
Penduduk (KTP) pendukung agar dapat masuk dalam daftar calon kepala
memilih calon kepala daerah tersebut secara langsung (one man one vote).
36
Didik Supriyanto dan Lia Wulandari, Bantuan Keuangan Partai Politik: Metode
Penetapan Besaran, Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan (Jakarta, Perludem, 2012), hlm, 13
37
Ibrahim Zuhdhy Fahmi Badoh, Kajian Potensi-Potensi Korupsi Pilkada(Jakarta: ICW,
2010), hlm 4-6
77
daerah dari partai politik memiliki dukungan partai dalam bentuk fraksi di
DPRD namun calon kepala daerah dari calon perseorangan tidak memiliki
minimal dan pemilihan itu sendiri, dimana subjek pemilih pada kedua
tersebut memiliki aspirasi yang berbeda maka anggota DPRD harus dapat
pilkada dilakukan secara langsung (one man one vote), masyarakat dapat
memilih sendiri calon kepala daerahnya tanpa terhalang oleh sistem yang
berlaku.
j) Adanya musyawarah.
38
U. Ubaidillah, , Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani, IAIN Jakarta Press, Jakarta, 2000, hlm:166-169
79
dan jujur; ketiga, adanya hak memilih; keempat, adanya hak untuk dipilih;
39
Ibid, hlm: 169
40
Lyman Tower Sargent, Contemporary political Ideologies, alih bahasa Sahat
Simamora, Ideologi Politik Kontemporer, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm: 45
80
a. Teori HAM
Willem III pada tahun 1689 sebagai hasil dari Glorius Revolutiaon.
41
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: 1981, hlm, 307
81
kesewenang-wenangan kekuasaan.
Menurut Mahfud MD, hak asasi manusia berarti sebagai hak yang
hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hak
42
Ibid, hlm, 310
43
Suwandi, “ Instrumen dan Penegakan HAM di indonesia”, dalam Muladi, Hak Asasi
manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Prespektif HUkum dan Masyarakat, Refika
Aditama, Bandung: 2007, hlm. 39.
82
dan dilindungi oleh Negara, hokum, Pemerintah dan setiap orang, emi
makna yaitu:
yang sama.
44
T. Mulya Lubis, Hak Asasi Manusia dan Pembangunan, Yayasan LBHI, Jakarta: 1987,
hlm. 5.
83
melanggarnya.
liberal, hak-hak asasi aktif atau demokratis, hak-hak asasi positif, hak-
hak asasi sosial. Disamping itu, HAM dapat juga dibagi kedalam
Ketiga.45
sebagai berikut:46
manusia;
45
Ibid
46
Ibid
84
b. Asas legalitas;
Dasar 1945 dalam Siang Tahunan MPR yang pertama pada tanggal 7-
Undang- Undang ini, selain diatur mengenai HAk Asasi Manusia dan
47
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta: 2005, hlm. 20.
85
i. Hak wanita;
j. Hak anak.
48
Ibid, hlm. 16
49
Ibid, hlm, 17
86
dan bernegara.
dasar dan tanggung jawab untuk menhormati hak asasi orang lain
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
Tabel 1
Jaminan Terhadap Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945,UU
No.39 Tahun 1999 tentang HAM dan Ketetapan MPR
No.XVII/MPR/1998
50
Satya Arinanto, op.cit, hlm. 20
87
Manusia Manusia
perundang-
undangan.
5 Pasal 28E ayat (3) Pasal 24 ayat (1) Pasal 19
Setiap orang berhak Setiap orang berhak Setiap orang berhak atas
atas kebebasan untuk berkumpul, kemerdekaan berserikat,
berserikat, berapat, dan berkumpul, dan
berkumpul, dan berserikat untuk mengeluarkan pendapat.
mengeluarkan maksud-maksud
pendapat. damai.
6 Pasal 28I ayat (2) Pasal 3 ayat (3) Pasal 38
Setiap orang berhak Setiap orang berhak Setiap orang berhak
bebas dari perlakuan atas perlindungan bebas dari dan
yang bersifat hak asasi manusia mendapatkan
diskriminatif atas dan kebebasan dasar perlindungan terhadap
dasar apapun dan manusia, tanpa perlakuan yang bersifat
berhak menapatkan diskriminasi. diskriminatif.
perlindungan
terhadap perlakuan
yang bersifat
diskriminatif itu.
tertuju pada dasar negara, yaitu Pancasila, yang mana sila kelimanya
51
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta, Kalam Mulia, 1985, hlm.71.
89
tanpa kurang.
tanpa lebih tanpa kurang antara sesama yang berhak dalam keadaan
John Rawl dalam bukunya a theory of justice dan teori hukum dan
keadilan Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state.
52
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam lintasan sejarah, cet VIII, Yogyakarta: kanisius,
1995 hlm. 196.
90
dengan keadilan”. 53
Pada pokoknya pandangan keadilan ini
unit atau wadah yang sama. Inilah yang dapat dipahami bahwa
dilakukanya.
53
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung, Nuansa dan
Nusamedia, 2004, hlm. 24.
54
L..J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, cetakan kedua
puluh enam, 1996,hlm. 11-12.
91
55
Carl Joachim Friedrich, Op.Cit, hlm. 25.