A. Latar Belakang
ayat (3) Undang Undang Dasar 1945. Prinsip negara hukum yaitu menjamin
kepastian hukum, ketertiban hukum, dan perlindungan hukum yang intinya ialah
yang jelas atau ada legalitasnya baik berdasarkan hukum tertulis maupun hukum
tidak tertulis.1
yang kuat, hal ini sebagaimana diperjelas dalam Bab IX pasal 24 dan pasal 25
UUD 1945 tersebut antara lain dapat diketahui bahwa di Indonesia terdapat
Peradilan Tata Usaha Negara. Menurut Rozali Abdullah, atas dasar ketentuan
pasal 24 UUD 1945 dari bunyi pasal tersebut jelaslah bagi kita bahwa dasar
hukum pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara yang bebas dan madiri
ternyata cukup kuat, sama halnya dengan ketiga Peradilan lainnya yang sudah
lama ada yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama dan Peradilan Militer.2
1
Zairin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm. 1.
2
Rozali Abdullah., Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, hlm. 11.
2
Kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam pasal 1 angka 4
UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 adalah sengketa Tata Usaha
Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
Sengketa Tata Usaha Negara terjadi karena adanya seseorang atau badan
Tata Usaha Negara, yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata. Gugatan yang diajukan oleh seseorang atau badan
hukum yang merasa dirugikan akibat terbitnya suatu KTUN tersebut haruslah
sesuai dengan alasan-alasan yang diatur dalam pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun
1986.
kerugian terhadap suatu ketetapan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
Salah contoh satu Putusan Pengadilan yang memiliki permasalahan tentang tidak
memenuhi syarat yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.
sebagai bentuk Keputusan Tata Usaha Negara adalah Putusan Pengadilan Tata
yang menjadi obyek gugatan Sengketa Tata Usaha Negara adalah Keputusan
Gubernur yang berupa: Surat Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
3
R. Wiyono., Hukum Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 9
4
Jakarta,dan selaku Ketua KORPRI Unit PD Pasar Jaya masih produktif untuk
bekerja yang sudah berkerja selama 30 tahun dan berusia 56 tahun. Perusahaan
Daerah Pasar Jaya sebagai salah satu Perusahaan Milik Daerah Propinsi DKI
menjalankan perusahaan dengan baik dengan memiliki fungsi dan tugas masing-
Terkait usia batas masa kerja/pensiun pegawai Perusahaan Daerah Pasar Jaya
yang telah diatur dalam Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Pasar Jaya .
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mulai berlakunya pada tanggal 15 Januari
masa kerja di lingkungan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang semula usia 56
(lima puluh enam) harus disesuaikan dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2014
Lalu pada tanggal 21 Januari 2015 Tergugat telah menerbitkan Surat Gubernur
2015 perihal: Status kepegawaian pegawai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
5
yaitu Perubahan Batas Usia Pensiun Pegawai PD Pasar Jaya yg ber isi pegawai
PD Pasar Jaya bukan termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN), sehingga tidak
menyatakan bahwa Surat Keputusan Tergugat dalam perkara a quo tidak dapat
unsur kepentingan dari orang atau badan hokum perdata sehingga Majelis
terkait permasalahan syarat kepentingan dari orang atau badan hokum perdata
untuk dikaji dan dianalisis. Karena untuk menentukan Apakah Keputusan Objek
Sengketa telah memenuhi unsur kepentingan dari orang atau badan hokum
perdata ataukah tidak, perlu ditelaah lebih lanjut dengan menggunakan konsep
Berdasarkan hal di atas, Penulis tertarik untuk menelaah lebih lanjut dengan
melakukan suatu penelitian dan akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang
B. Perumusan Masalah
1. Apakah Surat Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Perihal
perubahan batas usia pension Pegawai PD Pasar Jaya dalam perkara Putusan
Usaha Negara ?
C. Kerangka Teori
ada perangkat pemerintah pusat dan ada perangkat pemerintah daerah, yang
4
Ibid, Hlm 17
7
legislatif, dan yudisial atau alat-alat kelengkapan negara lain yang bertindak
5
Ibid, Hlm 20-21
8
seperti contoh : hukum atas tata ruang dan hukum perizinan bangunan.
suatu asas, dan asas yang menjadi dasar suatu kaidah disebut asas hukum,
6
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia., hlm. 32.
9
pouvoir.
d. Asas kesamaan hak bagi setiap penduduk negara atau disebut asas non
e. Asas upaya memaksa atau bersanksi sebagai jaminan agar taat kepada
freies ermessen.
7
Ibid, Hlm. 94
10
wetmatigheid van bestuur atau asas legalitas. Asas ini menentukan bahwa
PERATUN dapat juga disebut sebagai hukum yang mengatur berbagai tata
8
Titik Triwulan T dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara dan.Hukum
Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia I, Hlm. 109
9
Rozalli Abdullah, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994, hlm. 1.
11
peradilan akan lumpuh. Sebaliknya tanpa hukum formal maka peradilan akan
menjadi liar karena tidak ada batasan yang jelas penerapan wewenang.10
Ciri khas hukum acara peradilan tata usaha negara terletak pada asas
Hal ini berbeda dengan ketentuan pasal 1865 BW. Asas ini dianut
badan hukum perdata. Penerapan asas ini antara lain terdapat dalam
10
Sjachran Basah, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Administrasi,
Rajawali Pers, Jakarta, 1989, hlm. 1.
12
demikian putusan pengadilan TUN berlaku bagi siapa saja tidak hanya
bagi para pihak yang bersengketa. Dalam rangka ini kiranya ketentuan
Kabupaten/Kota.
Pertama (PTUN);
13
Usaha Negara.
individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi orang atau
11
R. Wiyono., Op.Cit. Hlm. 2
12
SF Marbun, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta,2001, Hlm 186
14
usaha negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat
ditentukan.
ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun hal yang
dituju.
maksudnya bahwa suatu keputusan TUN harus selalu dianggap benar dan
perundang-undangan; atau
13
R. Wiyono, Op.Cit, Hlm. 28
15
kewenangan).
atau tidak.14
3. Hukum Kepegawaian
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam jabatan
negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
14
Ibid, Hlm. 323-325
16
b. Cuti;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
berwenang;
kedinasan;
Indonesia.
a. Teguran lisan;
D. Tujuan Penelitian
Jakarta Perihal Perubahan Batas Usia Pensin Pegawai Pd Pasar Jaya dalam
Khusus Ibu Kota Jakarta Perihal Perubahan Batas Usia Pensin Pegawai Pd
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
pengetahuan dan kepustakaan tentang ilmu hukum pada umumnya dan pada
2. Kegunaan Praktis
umum, dan praktisi perihal pelaksanaan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
F. Metode Penelitian
logika keilmuan hukum dan sisi normatifnya. Logika keilmuan yang ajeg dalam
kerja ilmu normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.15
1. Metode Pendekatan
15
Johny Ibrahim , Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia, Malang,
2008,Hlm.57
20
kasus - kasus yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi yang telah
tetap.17
2. Spesifikasi Penelitian
16
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007,Hlm. 58
17
Ibid, Hlm. 58
18
Ibid, Hlm. 60
21
3. Lokasi Penelitian
adat, hukum islam, yurisprudensi, traktat dan doktrin.20 Dari data sekunder
19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005, Hlm. 141
20
M. Syamudin, Op.Cit, Hlm. 96
22
Amandemen;
Usaha Negara;
Pemerintahan;
Kehakiman;
Negeri Sipil;
Nomor121/G/2015/PTUN-JKT .
21
Ibid, Hlm. 96
23
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu kamus
dan ensiklopedia.22
Kedua Atas UU Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
22
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, Hlm. 141
23
M. Syamsudin, Op.Cit, Hlm. 101
24
memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan dan disusun secara
24
Ibid, Hlm. 119
25
Ibid, Hlm. 72