PENDAHULUAN
Respirasi yaitu suatu peristiwa ketika tubuh kekurangan oksigen (O2) dan kemudian
oksigen yang berada di luar tubuh akan dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada
keadaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk
mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi
suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di dalam tubuh.
Sistem respirasi terbagi menjadi dua yaitu sistem respirasi atas yang terdiri dari
hidung dan faring dimana farng terbagi menjadi orofaring, nasofaring, fan laringofaring.
Selanjutnya pernafasan atas dari laring, trakea, brrpnkus dan paru (pulmo).
Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara akan
masuk ke saluran pernapasan kemudian akan terjadi pertukaran atau perfusi di dalam alveolus
dimana oksigen akan terikat dalam hemoglobin kemudian akan disebarkan keseluruh tubuh
untuk membantu proses metabbolisme dalam menghasilkan energi selain itu.
Fungsi bernapas sendiri yaitu mengambil O2 dari luara ke dalam tubuh, beredar
dalam darah selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan
CO2 yang terjadi dari sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel yang
selanjutnya dikeluarkan kembali, membantu menyeimbangkan asam dan basa tubuh, sebagai
resonansi atau membantu dalam pembentukan bunyi atau suara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) Paru-paru dibagi dua
yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus. Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus.
Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.
A. Definisi
Infark paru adalah kematian jaringan paru karena tersumbatnya arteri pulmonalis atau
cabangnya oleh suatu embolus.
Sebenarnya infark dan emboli merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru
merupakan penyakit dengan gambaran emboli paru yang disertai gejala utama berupa
nyeri pleuritik dan hemoptisis.
Kejadian trombo emboli vena meningkat pada usia lebih dari 60 tahun baik laki-laki
maupun perempuan. Hampir 25% pasien dengan emboli paru dan infark paru mengalami
kematian mendadak.
B. Etiologi
1. Emboli
Emboli dalam tubuh terutama berasal dari thrombus vena, paling sering pada
vena profunda di tungkai atau di panggul. Jika fragmen thrombus vena ini terlepas
dan terbawa aliran darah, maka fragmen tersebut akan masuk ke vena cava dan
kemudian ke jantung kanan. Fragmen ini tidak tersangkut selama dalam perjalanan
karena pembuluh dan ruangan jantung berukuran besar. Darah akan meninggalkan
ventrikel kanan dan mengalir ke cabang utama arteria pulmonalis, kemudian ke
cabang arteria pulmonalis kanan dan kiri, untuk selanjutnya ke cabang-cabang
pembuluh darah yang lebih kecil. Karena keadaan anatomis ini, emboli yang berasal
dari thrombus vena biasanya berakhir sebagai emboli arteria pulmonalis.Jika fragmen
thrombus yang sangat besar menjadi embolus, maka sebagian besar suplai arteria
pulmonalis dapat tersumbat dengan mendadak.Hal ini dapat menimbulkan kematian
mendadak.Sebaliknya, emboli arteria pulmonalis yang lebih kecil dapat tanpa gejala,
atau dapat mengakibatkan perdarahan sekunder pada paru karena kerusakan vascular
atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dari paru.Emboli paru dengan berbagai
ukuran dapat ditemukan pada sejumlah besar pasien yang meninggal setelah beberapa
lama berbaring di tempat tidur; kadang-kadang emboli paru mempercepat kematian
pasien, kadang-kadang hanya bersifat kebetulan. Penyebaran emboli kecil paru yang
berlangsung lama dapat menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah paru
sehingga timbul pembebanan yang berlebihan dan kegagalan jantung kanan.
Infark paru biasanya merupakan kelanjutan dari emboli paru, di mana terjadi
nekrosis pada sebagian jaringan parenkim paru akibat tersumbatnya aliran darah
yang menuju jaringan paru tersebut oleh tromboemboli. Oleh karena jaringan
parenkim paru memperoleh aliran darah dari 2 jenis peredaran darah (cabang-
cabang arteri pulmonalis dan cabang arteri bronkialis), maka emboli paru jarang
berlanjut menjadi infark paru.
aJaringan parenkim paru diperdarahi oleh 2 peredaran darah, sehingga hanya
sebagian kecil pasien dengan emboli paru berlanjut menjadi infark paru. Infark
paru banyak terjadi pada keadaan infeksi dan gagal jantung kiri, tetapi banyak pula
pasien infark paru tanpa didahului dengan infeksi, penyakit jantung, ataupun
penyakit paru .
Perlu diingat bahwa paru tidak hanya mendapatkan oksigen dari arteri
pulmonalis, tetapi juga arteri bronkialis dan secara langsung dari udara di alveolus.
Jika sirkulasi bronkus normal dan ventilasi dipertahankan secara adekuat, maka
penurunan aliran darah yang terjadi tidak menyebabkan nekrosis jaringan.
Kejadian infark paru akibat tromboembolus paru terjadi hanya pada sekitar 10%
kasus. Infark paru dapat terjadi jika terdapat gangguan fungsi jantung atau sirkulasi
bronkus, atau jika bagian paru yang beresiko kurang mendapat ventilasi akibat
penyakit dasarnya.
Timbulnya infark pada emboli paru tergantung pada tiga hal yaitu ukuran
massa emboli, ukuran arteri yang tersumbat, dan keadaan dari sirkulasi umum dan
sirkulasi paru. Emboli kecil mengenai arteri yang lebih perifer dan pada sirkulasi
kardiovaskular adekuat, arteri bronkialis dapat mencukupi vitalitas dari parenkim
paru, akan tetapi ruangan alveoli sering penuh dengan darah yang menyebabkan
perdarahan paru. Bila sirkulasi kardiovaskular tidak adekuat, seperti pada penyakit
bendungan jantung, maka penyumbatan arteri paru menyebabkan infark. Lebih dari
95% embolus paru berasal dari trombus di vena dalam tungkai bawah, biasanya
berasal dari vena poplitea dan vena besar di atasnya. Banyak material atau substansi
yang dapat membentuk emboli yang nantinya menuju ke sirkulasi paru. Termasuk
didalamnya adalah lemak, tumor, emboli septik, udara, cairan amnion, dan benda
asing lainnya.
Kejadian infark paru terkadang dikaitkan pula dengan kanker paru. Akan
tetapi, kejadiannya jauh lebih jarang jika dibandingkan dengan infark akibat emboli
paru. Kanker paru dapat mengakibatkan infark paru jika terjadi metastase sel kanker
ke arteri dan vena pulmonal sehingga terjadi obstruksi. Sebuah kasus infark paru
pernah dilaporkan di Tokyo yang setelah dianalisis penyebabnya adalah
adenosquamous cell carcinoma paru-paru kanan. Kanker ini mengakibatkan infark
paru multipel di lobus superior dan medial dekstra.
Trombus vena dalam Penyebab non-embolus:
tungkai bawah vaskulitis, infeksi
angioinvasif, penyakit
sickle-cell, embolisme
Trombus ikut aliran tumor, pulmonary
darah ke jantung torsion,dll.
Penyumbatan di arteri
d 1. Ukuran massa emboli
pulmonalis dan/atau
i
arteri bronkialis p
e
n 2. Ukuran arteri yang
g
Emboli Paru a tersumbat
r
u 3. Keadaan sirkulasi
h umum dan sirkulasi paru
i
Aliran darah ke
parenkim paru
terganggu
1. Nyeri pleuritik.
Dirasakan di dinding dada daerah paru yang terkena atau menjalar sampai ke
daerah bahu ipsilateral. Nyeri pleuritik tadi menyebabkan pergerakan dada daerah
yang terkena menjadi berkurang sehingga pasien merasakan sesak. Penyebab nyeri
pleuritik yaitu karena persarafan pleura sama dengan paru-paru yaitu nervus vagus
kemudian perdarahan paru berasal dari bronkialis.
2. Hemoptosis
Hemoptosis disebabkan oleh dua hal yaitu yang pertama jika infark mengenai
perdarahan bronkialis, paru akan mengalami kerusakan diantaranya terjadi
kerusakan endotel kolaps alveolis dan proses perfusi tidak terjadi yang menyebabkan
darah ke alveoli dan terjadi hemoptosis selain itu jika terjadi infark karena emboli
yang berasal dari pulmonalis darah yang akan mengalami pertukaran akan menjadi
menumpuk/ terbendung sampai ke alveoli yang menyebabkan refleks batuk yang
mengeluarkan darah.
3. Sesak napas mendadak
Terjadi karena infark yang menyumbat pembuluh darah secara tiba-tiba dan
perfusi di paru menjadi turun.
4. Takipneu
Diakibatkan karena adanya nyeri pleuritk yang menyebabkan pernapasan
ditahan supaya nyeri pleura bisa di tekan.
5. Atelektasis
Disebabkan karena infark yang menyebabkan iskemia yang selanjutnya
menyebabkan kerusakan endotel dan surfaktan yang kemudian menyebakan paru
menjadi kolaps
E. Pemeriksaan penunjang
F. Tata Laksana
G. Komplikasi
H. Prognosis
Prognosisnya baik jika emboli cepat ditangani atau jika terjadi gajela langsung
dapat ditangan oleh dokter dan pengontrolan terhadap emboli rutin dilakukan untuk
mencegah terjadinya infark paru namun infark paru jarang terdeteksi. Pasien dengan
infark paru biasanya akan terdeteksi ketika sudah meninggal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Infark paru adalah kematian jaringan paru karena tersumbatnya arteri pulmonalis atau
arteri bronkialis oleh suatu embolus. Dimana gejalanya berupa takipneu, sesak secara tiba-
tiba, nyeri pleuritik, hemoptosis, dan pada pemeriksaan fisik terjadi perubahan seperti paru
yang menjadi pekak atau kadang hipersonor. Untuk pemeriksaan penunjangnya dapat
dilakukan pemeriksaan foto thorax dan pemeriksaan lab. Penatalaksanaan ada Tindakan
untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan pengobatan utama untuk infar paru.
Komplikasi dari infark paru adalah Peningkatan kerja jantung, Perdarahan paru dan
Hipertensi paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali Nafiah. 2007.reposity.usu.ac.id/bitstream/123456789/3845/1/09E00735.pdf (akses
27-11-2014)
2. Price, Sylvia A & Lorraine M.Wilson.2012.PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Vol.1 edisi 6.Jakarta:EGC
3. Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Pusat Penerbitan
IPD FKUI : Jakarta.
4. Tabrani Rab. 2013. Ilmi Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media